Anda di halaman 1dari 8

a.

Apa dampak bekerja di pabrik Batubara bagian mekanik tanpa menggunakan


alat pelindung telinga
- Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya
konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja.
Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu
dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis.
b. Berapa ambang batas pendengaran normal pada manusia?
Frekuensi yang dapat didengar manusia adalah antara 18 Hz-20.000 Hz, sedangkan yang
umumnya diukur pada pemeriksaan audiometri antara 250 Hz sampai 8000 Hz. Frekuensi
bicara terdapat pada rentang 500 sampai 2000 Hz.
Derajat Pendengaran

Gangguan Pendengaran

Normal

0 sampai 25 dB

Gangguan dengar ringan

26 sampai 40 dB

Gangguan dengar sedang

41 sampai 60 dB

Gangguan dengar berat

61 sampai 90 dB

Tuli sangat berat

Lebih dari 90 dB

Tabel Klasifikasi Derajat Gangguan Dengar Menurut International Standard Organization


(ISO)
c. Bagaimana intrepretasi dari status lokalisata ?
Semuanya normal
d. Apa diagnosis pada kasus?
Tn Amran 38 tahun menderita gangguan pendengaran akibat bising pada telinga kiri

e. Apa saja gejala klinis dari diagnosis pada kasus?


Bila gangguan pendengaran bilateral dan sudah diderita lama, suara percakapan penderita
biasanya lebih keras dan memberi kesan seperti suasana yang tegang dibanding orang
normal. Perbedaan ini lebih jelas bila dibandingkan dengan suara yang lembut dari
penderita gangguan pendengaran jenis hantaran, khususnya otosklerosis.

Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana
gaduh dibanding suasana sunyi.
Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian obatobat ototoksik,
ataupun penyakit sistemik sebelumnya.
f. Bagaimana SKDI dari diagnosis pada kasus?
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.

LEARNING ISSUE
a. Tuli
DEFINISI
Berkurangnya Pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun
kedua telinga. Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat berat.
PENYEBAB
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh:

Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang
menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif)

Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak
(penurunan fungsi pendengaran sensorineural).
Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan lagi
menjadi:
- Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada
telinga dalam)
- Penurunan fungsi pendengaran neural (jika kelainannya terletak pada
saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).
Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit
keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan oleh:
- Trauma akustik (suara yang sangat keras)
- Infeksi virus pada telinga dalam
- Obat-obatan tertentu
- Penyakit Meniere.

Penurunan fungsi pendengaran neural bisa disebabkan oleh:


- Tumor otak yang juga menyebabkan kerusakan pada saraf-saraf di
sekitarnya dan batang otak
- Infeksi
- Berbagai penyakit otak dan saraf (misalnya stroke)
- Beberapa penyakit keturunan (misalnya penyakit Refsum).
Pada anak-anak, kerusakan saraf pendengaran bisa terjadi akibat:
- Gondongan
- Campak Jerman (rubella)
- Meningitis
- Infeksi telinga dalam.
Kerusakan jalur saraf pendengaran di otak bisa terjadi akibat
penyakitdemielinasi (penyakit yang menyebabkan kerusakan pda
selubung saraf).
GEJALA
Penderita penurunan fungsi pendengaran bisa mengalami beberapa atau seluruh
gejala berikut:
- kesulitan dalam mendengarkan percakapan, terutama jika di sekelilingnya
berisik
- terdengar gemuruh atau suara berdenging di telinga (tinnitus)
- tidak dapat mendengarkan suara televisi atau radio dengan volume yang
normal
- kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
- pusing atau gangguan keseimbangan.
DIAGNOSA

1. Pemeriksaan Dengan Garputala


Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran udara dinilai dengan menempatkan
garputala yang telah digetarkan di dekat telinga sehingga suara harus melewati udara
agar sampai ke telinga. Penurunan fungsi pendengaran atau ambang pendengaran
subnormal bisa menunjukkan adanya kelainan pada saluran telinga, telinga tengah,
telinga dalam, sarat pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak.
Pada dewasa, pendengaran melalui hantaran tulang dinilai dengan menempatkan
ujung pegangan garputala yang telah digetarkan padaprosesus mastoideus (tulang
yang menonjol di belakang telinga). Getaran akan diteruskan ke seluruh tulang
tengkorak, termasuk tulang koklea di telinga dalam. Koklea mengandung sel-sel
rambut yang merubah getaran menjadi gelombang saraf, yang selanjutnya akan
berjalan di sepanjang saraf pendengaran. Pemeriksaan ini hanya menilai telinga
dalam, saraf pendengaran dan jalur saraf pendengaran di otak.
Jika pendengaran melalui hantaran udara menurun, tetapi pendengaran melalui
hantaran tulang normal, dikatakan terjadi tuli konduktif. Jika pendengaran melalui

hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadituli sensorineural. Kadang pada
seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan.
2. Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan
menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan
ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada
ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi
dapat mendengarnya.
Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur
pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur
pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang
kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
3. Audimetri Ambang Bicara
Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya
bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku
kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu. Dilakukan
perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata
yang diucapkan dengan benar.
4. Diskriminasi
Dengan diskriminasi dilakukan penilaian terhadap kemampuan untuk membedakan
kata-kata yang bunyinya hampir sama. Digunakan kata-kata yang terdiri dari 1 suku
kata, yang bunyinya hampir sama. Pada tuli konduktif, nilai diskriminasi (persentasi
kata-kata yang diulang dengan benar) biasanya berada dalam batas normal. Pada tuli
sensori, nilai diskriminasi berada di bawah normal. Pada tuli neural, nilai diskriminasi
berada jauh di bawah normal.
5. Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi(tahanan
terhadap tekanan) pada telinga tengah. Timpanometri digunakan untuk membantu
menentukan penyebab dari tuli konduktif. Prosedur in tidak memerlukan partisipasi
aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.
Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus
menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga. Dengan alat ini bisa
diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara
yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran telinga.
Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa:
- penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan
hidung bagian belakang)
- cairan di dalam telinga tengah
- kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara melalui
telinga tengah.

Timpanometri juga bisa menunjukkan adanya perubahan pada kontraksiotot


stapedius, yang melekat pada tulang stapes (salah satu tulang pendengaran di telinga
tengah). Dalam keadaan normal, otot ini memberikan respon terhadap suara-suara
yang keras/gaduh (refleks akustik) sehingga mengurangi penghantaran suara dan
melindungi telinga tengah. Jika terjadi penurunan fungsi pendengaran neural, maka
refleks akustik akan berubah atau menjadi lambat. Dengan refleks yang lambat, otot
stapedius tidak dapat tetap berkontraksi selama telinga menerima suara yang gaduh.
6. Respon Auditoris Batang Otak
Pemeriksaan ini mengukur gelombang saraf di otak yang timbul akibat rangsangan
pada saraf pendengaran. Respon auditoris batang otak juga dapat digunakan untuk
memantau fungsi otak tertentu pada penderita koma atau penderita yang menjalani
pembedahan otak.
7. Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf
pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari
penurunan fungsi pendengaran sensorineural.
Elektrokokleografi dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilai
pendengaran pada penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon
bawah sadar terhadap suara. Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan
bayi atau untuk memeriksahipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).
Beberapa pemeriksaan pendengaran bisa mengetahui adanya kelainan pada daerah
yang mengolah pendengaran di otak. Pemeriksaan tersebut mengukur kemampuan
untuk:
- mengartikan dan memahami percakapan yang dikacaukan
- memahami pesan yang disampaikan ke telinga kanan pada saat telinga kiri
menerima pesan yang lain
- menggabungkan pesan yang tidak lengkap yang disampaikan pada kedua telinga
menjadi pesan yang bermakna
- menentukan sumber suara pada saat suara diperdengarkan di kedua telinga pada
waktu yang bersamaan.
Jalur saraf dari setiap telinga menyilang ke sisi otak yang berlawanan, karena itu
kelainan pada otak kanan akan mempengaruhi pendengaran pada telinga kiri.
Kelainan pada batang otak bisa mempengaruhi kemampuan dalam menggabungkan
pesan yang tidak lengkap menjadi pesan yang bermakna dan dalam menentukan
sumber suara.
PENGOBATAN
Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung kepada penyebabnya. Jika
penurunan fungsi pendengaran konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga tengah
atau kotoran di saluran telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut. Jika
penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang dilakukan
pencangkokan koklea.

ALAT BANTU DENGAR


Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere, yang
berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar.
Alat bantu dengar terdiri dari:
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara
- Sebuah amplifier untuk meningkatkan volume suara
- Sebuah speaker utnuk menghantarkan suara yang volumenya telah dinaikkan.
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan apakah
penderita sudah memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang
profesional kesehatan yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi
pendengaran). Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman
percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural.
Dalam menentukan suatu alat bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan
mempertimbangkan hal-hal berikut:
- kemampuan mendengar penderita
- aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja
- keterbatasan fisik
- keadaan medis
- penampilan
- harga.
Alat Bantu Dengar Hantaran Udara
Alat ini paling banyak digunakan, biasanya dipasang di dalam saluran telinga dengan sebuah
penutup kedap udara atau sebuah selang kecil yang terbuka.
- Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di Badan
Digunakan pada penderita tuli dan merupakan alat bantu dengar yang paling kuat.
Alat ini disimpan dalam saku kemeja atau celana dan dihubungkan dengan sebuah kabel ke
alat yang dipasang di saluran telinga. Alat ini seringkali dipakai oleh bayi dan anak-anak
karena pemakaiannya lebih mudah dan tidak mudah rusak.
- Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di Belakang Telinga
Digunakan untuk penderita gangguan fungsi pendengaran sedang sampai berat. Alat ini
dipasang di belakang telinga dan relatif tidak terlihat oleh orang lain.
- CROS (contralateral routing of signals)
Alat ini digunakan oleh penderita yang hanya mengalami gangguan fungsi pendengaran pada

salah satu telinganya. Mikrofon dipasang pada telinga yang tidak berfungsi dan suaranya
diarahkan kepada telinga yang berfungsi melalui sebuah kabel atau sebuah transmiter radio
berukuran mini. Dengan alat ini, penderita dapat mendengarkan suara dari sisi telinga yang
tidak berfungsi.
- BICROS (bilateral CROS)
Jika telinga yang masih berfungsi juga mengalami penuruna fungsi pendengaran yang ringan,
maka suara dari kedua telinga bisa diperkeras dengan alat ini.
Alat Bantu Dengar Hantaran Tulang
Alat ini digunakan oleh penderita yang tidak dapat memakai alat bantu dengar hantaran
udara, misalnya penderita yang terlahir tanpa saluran telinga atau jika dari telinganya keluar
cairan (otore). Alat ini dipasang di kepala, biasanya di belakang telinga dengan bantuan
sebuah pita elastis. Suara dihantarkan melalui tulang tengkorak ke telinga dalam. Beberapa
alat bantu dengar hantaran tulang bisa ditanamkan pada tulang di belakang telinga.

PENCANGKOKAN KOKLEA
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat
mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar. Alat ini dicangkokkan di bawah
kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
- Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang tertangkap
oleh mikrofon
- Sebuah transmiter dan stimulator/penerima yang berfungsi menerima sinyal dari prosesor
percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik
- Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan mengirimnya ke otak.
Suatu implan tidak mengembalikan ataupun menciptakan fungsi pendengaran yang normal,
tetapi bisa memberikan pemahaman auditoris kepada penderita tuli dan membantu mereka
dalam memahami percakapan. Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar. Alat
bantu dengar berfungsi memperkeras suara. Implan koklea menggantikan fungsi dari bagian
telinga dalam yang mengalami kerusakan.
Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi gelombang listrik oleh
telinga dalam. Gelombang listrik ini lalu dikirim ke otak dan kita menerimanya sebagai suara.
Implan koklea bekerja dengan cara yang sama. Secara elektronik, implan koklea menemukan
bunyi yang berarti dan kemudian mengirimnya ke otak.

https://imanprabawa.wordpress.com/2012/12/13/batas-pendengaran-telinga-manusia/
http://nrkamri.blogspot.com/2012/10/identifikasi-faktor-bahaya-di-tempat.html
http://www.dokterkreatif.com/2015/02/mengenal-gangguan-pendengaran-jenis-tuli-sensorikdan-gejalanya.html
http://intanrisna.blogspot.com/2012_05_01_archive.html
file:///C:/Users/User/Downloads/Standar%20Kompetensi%20Dokter%20Indonesia.pdf

Anda mungkin juga menyukai