Gangguan Pendengaran
Normal
0 sampai 25 dB
26 sampai 40 dB
41 sampai 60 dB
61 sampai 90 dB
Lebih dari 90 dB
Penderita lebih sukar mengartikan atau mendengar suara atau percakapan dalam suasana
gaduh dibanding suasana sunyi.
Terdapat riwayat trauma kepala, trauma akustik, riwayat pemakaian obatobat ototoksik,
ataupun penyakit sistemik sebelumnya.
f. Bagaimana SKDI dari diagnosis pada kasus?
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan
dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
LEARNING ISSUE
a. Tuli
DEFINISI
Berkurangnya Pendengaran adalah penurunan fungsi pendengaran pada salah satu ataupun
kedua telinga. Tuli adalah penurunan fungsi pendengaran yang sangat berat.
PENYEBAB
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh:
Suatu masalah mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang
menghalangi penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif)
Kerusakan pada telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak
(penurunan fungsi pendengaran sensorineural).
Penurunan fungsi pendengaran sensorineural dikelompokkan lagi
menjadi:
- Penurunan fungsi pendengaran sensorik (jika kelainannya terletak pada
telinga dalam)
- Penurunan fungsi pendengaran neural (jika kelainannya terletak pada
saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak).
Penurunan fungsi pendengaran sensorik bisa merupakan penyakit
keturunan, tetapi mungkin juga disebabkan oleh:
- Trauma akustik (suara yang sangat keras)
- Infeksi virus pada telinga dalam
- Obat-obatan tertentu
- Penyakit Meniere.
hantaran udara dan tulang menurun, maka terjadituli sensorineural. Kadang pada
seorang penderita, tuli konduktif dan sensorineural terjadi secara bersamaan.
2. Audiometri
Audiometri dapat mengukur penurunan fungsi pendengaran secara tepat, yaitu dengan
menggunakan suatu alat elektronik (audiometer) yang menghasilkan suara dengan
ketinggian dan volume tertentu. Ambang pendengaran untuk serangkaian nada
ditentukan dengan mengurangi volume dari setiap nada sehingga penderita tidak lagi
dapat mendengarnya.
Telinga kiri dan telinga kanan diperiksa secara terpisah. Untuk mengukur
pendengaran melalui hantaran udara digunakan earphone, sedangkan untuk mengukur
pendengaran melalui hantaran tulang digunakan sebuah alat yang digetarkan, yang
kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus.
3. Audimetri Ambang Bicara
Audiometri ambang bicara mengukur seberapa keras suara harus diucapkan supaya
bisa dimengerti. Kepada penderita diperdengarkan kata-kata yang terdiri dari 2 suku
kata yang memiliki aksentuasi yang sama, pada volume tertentu. Dilakukan
perekaman terhadap volume dimana penderita dapat mengulang separuh kata-kata
yang diucapkan dengan benar.
4. Diskriminasi
Dengan diskriminasi dilakukan penilaian terhadap kemampuan untuk membedakan
kata-kata yang bunyinya hampir sama. Digunakan kata-kata yang terdiri dari 1 suku
kata, yang bunyinya hampir sama. Pada tuli konduktif, nilai diskriminasi (persentasi
kata-kata yang diulang dengan benar) biasanya berada dalam batas normal. Pada tuli
sensori, nilai diskriminasi berada di bawah normal. Pada tuli neural, nilai diskriminasi
berada jauh di bawah normal.
5. Timpanometri
Timpanometri merupakan sejenis audiometri, yang mengukur impedansi(tahanan
terhadap tekanan) pada telinga tengah. Timpanometri digunakan untuk membantu
menentukan penyebab dari tuli konduktif. Prosedur in tidak memerlukan partisipasi
aktif dari penderita dan biasanya digunakan pada anak-anak.
Timpanometer terdiri dari sebuah mikrofon dan sebuah sumber suara yang terus
menerus menghasilkan suara dan dipasang di saluran telinga. Dengan alat ini bisa
diketahui berapa banyak suara yang melalui telinga tengah dan berapa banyak suara
yang dipantulkan kembali sebagai perubahan tekanan di saluran telinga.
Hasil pemeriksaan menunjukkan apakah masalahnya berupa:
- penyumbatan tuba eustakius (saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan
hidung bagian belakang)
- cairan di dalam telinga tengah
- kelainan pada rantai ketiga tulang pendengaran yang menghantarkan suara melalui
telinga tengah.
salah satu telinganya. Mikrofon dipasang pada telinga yang tidak berfungsi dan suaranya
diarahkan kepada telinga yang berfungsi melalui sebuah kabel atau sebuah transmiter radio
berukuran mini. Dengan alat ini, penderita dapat mendengarkan suara dari sisi telinga yang
tidak berfungsi.
- BICROS (bilateral CROS)
Jika telinga yang masih berfungsi juga mengalami penuruna fungsi pendengaran yang ringan,
maka suara dari kedua telinga bisa diperkeras dengan alat ini.
Alat Bantu Dengar Hantaran Tulang
Alat ini digunakan oleh penderita yang tidak dapat memakai alat bantu dengar hantaran
udara, misalnya penderita yang terlahir tanpa saluran telinga atau jika dari telinganya keluar
cairan (otore). Alat ini dipasang di kepala, biasanya di belakang telinga dengan bantuan
sebuah pita elastis. Suara dihantarkan melalui tulang tengkorak ke telinga dalam. Beberapa
alat bantu dengar hantaran tulang bisa ditanamkan pada tulang di belakang telinga.
PENCANGKOKAN KOKLEA
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita tuli berat yang tidak dapat
mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar. Alat ini dicangkokkan di bawah
kulit di belakang telinga dan terdiri dari 4 bagian:
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
- Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang tertangkap
oleh mikrofon
- Sebuah transmiter dan stimulator/penerima yang berfungsi menerima sinyal dari prosesor
percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik
- Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan mengirimnya ke otak.
Suatu implan tidak mengembalikan ataupun menciptakan fungsi pendengaran yang normal,
tetapi bisa memberikan pemahaman auditoris kepada penderita tuli dan membantu mereka
dalam memahami percakapan. Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar. Alat
bantu dengar berfungsi memperkeras suara. Implan koklea menggantikan fungsi dari bagian
telinga dalam yang mengalami kerusakan.
Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi gelombang listrik oleh
telinga dalam. Gelombang listrik ini lalu dikirim ke otak dan kita menerimanya sebagai suara.
Implan koklea bekerja dengan cara yang sama. Secara elektronik, implan koklea menemukan
bunyi yang berarti dan kemudian mengirimnya ke otak.
https://imanprabawa.wordpress.com/2012/12/13/batas-pendengaran-telinga-manusia/
http://nrkamri.blogspot.com/2012/10/identifikasi-faktor-bahaya-di-tempat.html
http://www.dokterkreatif.com/2015/02/mengenal-gangguan-pendengaran-jenis-tuli-sensorikdan-gejalanya.html
http://intanrisna.blogspot.com/2012_05_01_archive.html
file:///C:/Users/User/Downloads/Standar%20Kompetensi%20Dokter%20Indonesia.pdf