PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat menganalisa asuhan keperawatan pada klien dengan tuli
konduksi dan sensorineural.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan dan memahami definisi dari tuli
2) Menjelaskan dan memahami etiologi dari tuli
1
3) Menjelaskan dan memahami patofisiologi dari tuli
4) Menjelaskan dan memahami manifestasi klinis dari tuli
5) Menjelaskan dan memahami pemeriksaan diagnostik dari tuli
6) Menjelaskan dan memahami penatalaksanaan dari tuli
7) Menjelaskan dan memahami komplikasi dari tuli
8) Menjelaskan dan memahami asuhan keperawatan klien tuli
1.3 Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat menjadi salah satu sumber belajar pada
Keperawatan Persepsi Sensori dan dapat menjadi sumber ilmu
pengetahuan tentang konsep dan keperawatan pada klien dengan tuli.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
Tuli sensorineural terjadi ketika telinga bagian dalam atau saraf
pendengaran (saraf kranial VIII) rusak. Suara keras yang terlalu lama
dapat merusak sel-sel rambut koklea. Banyak obat yang beracun pada
struktur telinga bagian dalam, dan efeknya pada pendengaran dapat
bersifat sementara atau permanen dan dapat mempengaruhi satu atau
kedua telinga. Ketika obat ototoksik diberikan kepada pasien dengan
mengurangi fungsi ginjal, meningkatkan ototoxicity dapat mengakibatkan
eliminasi obat lebih lambat. Pasien yang lebih tua sangat beresiko untuk
ototoxicity karena penurunan fungsi ginjal. Presbikusis adalah gangguan
pendengaran sensorineural yang terjadi sebagai akibat dari penuaan
(Ignatavicius, 2010).
Skala pendengaran (derajat ketulian) menurut Perhati:
0-25 dB : normal
26-40 dB : tuli ringan (mild)
41-55 dB : tuli sedang (moderate)
56-70 dB : tuli sedang-berat (moderate-severe)
71-89 dB : tuli berat (severe)
>90 dB : tuli sangat berat (profound)
2.3 Patofisiologi Tuli
Tuli konduktif terjadi ketika gelombang suara yang diblokir dari
kontak dengan serabut saraf telinga dalam karena gangguan telinga luar
atau telinga tengah. Jika saraf sensorik telinga dalam yang mengarah ke
korteks serebral yang rusak, hilangnya pendengaran disebut sensorineural.
Gangguan pendengaran gabungan dikenal sebagai campuran konduktif-
sensorineural. Gangguan yang menyebabkan gangguan pendengaran
konduktif sering dikoreksi tanpa atau kerusakan permanen minimal.
Gangguan pendengaran sensorineural sering permanen, dan langkah-
langkah harus diambil untuk mencegah kerusakan lebih lanjut atau untuk
memperkuat suara sebagai sarana untuk meningkatkan pendengaran
(Ignatavicius, 2010).
4
2.4 Manifestasi Klinis Tuli
5
gendang telinga. Temuan dari pemeriksaan bervariasi, tergantung pada
penyebab gangguan pendengaran.
5) Audiometry, dapat membantu menentukan luas dan jenis gangguan
pendengaran.
6) Audiogram menunjukkan ketika gangguan pendengaran hanya konduktif
atau apakah itu memiliki komponen sensorineural. Hal ini penting dalam
menentukan kemungkinan penyebab gangguan pendengaran dan intervensi
perencanaan.
1. Tuli Konduktif
Liang telinga di bersihkan secara teratur. Dapat diberikan larutan asam
asetat 2-5% dalam alcohol yang diteteskan ke liang teling atau salep anti
jamur. Tes suara bisikan, tes garputala.
2. Tuli Sensorineural
a. Alat bantu dengar
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang
dioperasikan dengan baterai, yang berfungsi memperkuat dan merubah
suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar.
Alat bantu dengar terdiri dari:
- Sebuah mikrofon untuk menangkap suara
- Sebuah amplifier untuk meningkatkan volume suara
- Sebuah speaker utnuk menghantarkan suara yang volumenya telah
dinaikkan.
Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa
menentukan apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar
atau belum (audiologis adalah seorang profesional kesehatan yang ahli
dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi
pendengaran). Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran
dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi
pendengaran sensorineural. Dalam menentukan suatu alat bantu
6
dengar, seorang audiologis biasanya akan mempertimbangkan hal-hal
berikut:
- Kemampuan mendengar penderita
- Aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja
- Keterbatasan fisik
- Keadaan medis
- Penampilan
- Harga
1) Alat Bantu Dengar Hantaran Udara
Alat ini paling banyak digunakan, biasanya dipasang di dalam
saluran telinga dengan sebuah penutup kedap udara atau sebuah
selang kecil yang terbuka.
2) Alat Bantu Dengar yang dipasang di Badan
Digunakan pada penderita tuli dan merupakan alat bantu
dengar yang paling kuat. Alat ini disimpan dalam saku kemeja atau
celana dan dihubungkan dengan sebuah kabel ke alat yang
dipasang di saluran telinga. Alat ini seringkali dipakai oleh bayi
dan anak-anak karena pemakaiannya lebih mudah dan tidak mudah
rusak.
3) Alat Bantu Dengar yang dipasang di Belakang Telinga
Digunakan untuk penderita gangguan fungsi pendengaran
sedang sampai berat. Alat ini dipasang di belakang telinga dan
relatif tidak terlihat oleh orang lain.
4) CROS (contralateral routing of signals)
Alat ini digunakan oleh penderita yang hanya mengalami
gangguan fungsi pendengaran pada salah satu telinganya. Mikrofon
dipasang pada telinga yang tidak berfungsi dan suaranya diarahkan
kepada telinga yang berfungsi melalui sebuah kabel atau sebuah
transmiter radio berukuran mini. Dengan alat ini, penderita dapat
mendengarkan suara dari sisi telinga yang tidak berfungsi.
7
5) BICROS (bilateral CROS)
Jika telinga yang masih berfungsi juga mengalami penurunan
fungsi pendengaran yang ringan,maka suara dari kedua telinga bisa
diperkeras dengan alat ini.
6) Alat Bantu Dengar Hantaran Tulang
Alat ini digunakan oleh penderita yang tidak dapat memakai
alat bantu dengar hantaran udara, misalnya penderita yang terlahir
tanpa saluran telinga atau jika dari telinganya keluar cairan otore.
Alat ini dipasang di kepala, biasanya di belakang telinga dengan
bantuan sebuah pita elastis. Suara dihantarkan melalui tulang
tengkorak ke telinga dalam. Beberapa alat bantu dengar hantaran
tulang bisa ditanamkan pada tulang di belakang telinga.
b. Pencangkokan koklea
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada penderita
tuli berat yang tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan
alat bantu dengar. Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang
telinga dan terdiri dari 4 bagian:
Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan
mengubah suara yang tertangkap oleh mikrofon
Sebuah transmiter dan stimulator/penerima yang berfungsi
menerima sinyal dari prosesor percakapan dan merubahnya
menjadi gelombang listrik
Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator
dan mengirimnya ke otak.
Suatu implan tidak mengembalikan ataupun menciptakan fungsi
pendengaran yang normal, tetapi bisa memberikan pemahaman
auditoris kepada penderita tuli dan membantu mereka dalam
memahami percakapan. Implan koklea sangat berbeda dengan alat
bantu dengar. Alat bantu dengar berfungsi memperkeras suara. Implan
koklea menggantikan fungsi dari bagian telinga dalam yang
mengalami kerusakan.
8
Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi
gelombang listrik oleh telinga dalam.Gelombang listrik ini lalu dikirim
ke otak dan kita menerimanya sebagai suara. Implan koklea bekerja
dengan cara yang sama. Secara elektronik, implan koklea menemukan
bunyi yang berarti dan kemudian mengirimnya ke otak.
2.7 Komplikasi Tuli
1) Paralisis fasialis
2) Fistula labyrinthin
3) Abses periosteal, thrombosis sinus lateral, dan abses intracranial
4) Komplikasi ke SSP Meningitis, Abses otak, hidrosefalus otitis
9
2.8 WOC Tuli
TELINGA LUAR
Malformasi daun
Tuli Konduktif telinga
Simbol
: etiologi (penyebab)
10
TELINGA TENGAH
Otosklerosis
Tuli Konduktif
Simbol
: etiologi (penyebab)
11
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TULI
3.1 Pengkajian
1) Riwayat kesehatan
Bertanya kepada pasien berapa lama mereka telah melihat perbedaan
dalam pendengaran mereka dan perubahan terjadi secara tiba-tiba atau
secara bertahap. Umur merupakan faktor penting. Bertanya tentang infeksi
saluran pernapasan bagian atas baru-baru ini dan alergi yang
mempengaruhi hidung dan sinus.
2) Psikososial
Bagi orang-orang dengan gangguan pendengaran, komunikasi dapat
menjadi perjuangan, dan mereka mungkin mengisolasi diri karena
kesulitan dalam berbicara dan mendengarkan. Isolasi sosial untuk
perubahan emosional yang mungkin berhubungan dengan berkurangnya
pendengaran dan penurunan keterampilan berbicara. Mendorong pasien
dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran tentang
gangguan pendengaran aktual atau potensial mereka.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensorik: pendengaran, berhubungan dengan
penerimaan sensori yang berubah dan transmisi.
2. Takut berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan
pengobatan.
4.2 Intervensi Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensorik: pendengaran, berhubungan dengan
penerimaan sensori yang berubah dan transmisi.
12
dianjurkan untuk membantu dalam
pembersihan kotoran.
13
implementasi selanjutnya.
2. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang Sebagai tolak ukur untuk
penyakitnya memberikan informasi
selanjutnya mengenai
penyakit yang dialaminya.
3. Berikan informasi klien tentang Informasi yang adekuat dapat
penyakitnya. mengurangi ketakutan klien
terhadap penyakitnya
4. Berikan dorongan pada klien dalam Dorongan yang adekuat
menghadapi penyakitnya. dapay menurunkan tingkat
ketakutan klien sekaligus
memberikan perhatian
kepada klien.
5. Libatkan keluarga klien dalam proses Keluarga klien memiliki
pengobatan. peranan penting dalam proses
penyembuhan dan
menurunkan tingkat
ketakutan klien.
Evaluasi
14
BAB 4
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
http://taufanarif1990.blogspot.co.id/2013/askep-tuli-konduktif-dan
sensori.html?m=1 diakses pada tanggal 11 November 2015 pukul 10.29
16