TENTANG TINITUS
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas system
persepsi sensori.
b. Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
a. Manfaat untuk mahasiswa adalah agar menambah wawasan tentang penyakit yang
berhubungan dengan persepsi sensori khususnya pada pendengaran., serta bermanfaat
bagi mahasiswa untuk menerapkan asuhan keperawatan pada penyakit Tinnitus.
b. Manfaat untuk praktisi kesehatan ialah untuk update kemajuan ilmu pengetahuan.
c. Manfaat untuk masyarakat ialah sebagai informasi agar dapat mencegah terjadinya
penyakit tinnitus.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi
tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu,
mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menerus atau hilang
timbul (Adams, 2011).
2.2. Klasifikasi
Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada telinga luar, tengah,
telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan letak sumber masalah tinitus dapat dibagi
menjadi tinitus somatik. Jika kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris, kita sebut rinitus
otik, sedangakn kita sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi diluar telinga dan saraf tetapi
masih didalam daerah kepala atau leher.
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus objektif
dan tinnitus subjektif (Adams, 2011).
a. Tinitus Objektif, adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dengan
auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat vibratorik, berasal dari
transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di sekitar telinga. Umumnya tinitus
objektif disebabkan karena kelainan vaskular, sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti
denyut jantung. Tinitus berdenyut ini dapat dijumpai pada pasien dengan
malformasiarteriovena, tumor glomus jugular dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat
dijumpai sebagai suara klik yang berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular
dan karena kontraksi spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba
Eustachius paten juga dapat
menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring ke rongga tengah.
b. Tinnitus subjektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh penderita saja.
Jenis ini sering sekali terjadi. tinitus subjektif bersifat nonvibratorik, disebabkan oleh proses
iritatif dan perubahan degeneratif traktus auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat
pendengaran. Tinitus subjektif bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya.
Beberapa pasien dapat mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang
rendah, sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.
2.3. Etiologi
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya antara lain (Cowan,
2011) :
a. Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa berdenging
akan hilang.
c. Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf
pendengaran
d. Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput meningkat,
menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus.
e. Alergi obat
b. Mudah marah
c. Pusing
d. Mual
e. Mudah lelah
f. Telinga berdenging
2.5. Patofisiologi
Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena
gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika di sertai dengan
inflamasi, bunyi dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan biasanya terjadi pada
sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi (4000Hz). Terjadi
dalam rongga telinga dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi merambat melalui cairan
telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut pendengaran maka telinga tidak dapat
berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras tersebut hanya merusak sel-sel
rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan keras pada telinga yang di alami oleh
penerita.(penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT edisi 2 thn 2000 hal 100). Susunan telinga
kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah siput.
Ketika terjadi bising dengan suara yang melebihi ambang batas, telinga dapat berdenging, suara
berdenging itu akibat rambut getar yang ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti
bergetar.Kemudian getaran itu di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak yang
merespon dengan timbulnya denging (Cunha, 2012).
Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir setiap orang akan
mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu yag cukup lama. Setiap
bising yang berkekuatan 85dB bisa menyebabkan kerusakan.Oleh karena itu di Indonesia telah
di tetapkan nilai ambang batas yangn di perbolehkan dalam bidang industri yaitu sebesar 89dB
untuk jangka waktu maksimal 8 jam.Tetapi memang implementasinya belum merata.Makin
tinggi paparan bising, makin berkurang paparan waktu yang aman bagi telinga.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Terdapat gangguan dari persepsi suara yang didengar, diantaranya adalah tinitus.Tinitus adalah
persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar.Suara yang terdengar begitu nyata
dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak
begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu
juga.
Tinitus dapat bersifat otik dan somatik.Otik berarti penyebab tinitus berasal dari telinga dan
somatik berarti penyebab tinitus berasal dari luar telinga.Tinitus juga ada yang bersifat subjektif
dan objektif. Subjektif berarti tinitus hanya dapat didengar oleh pasien dan objektif berarti
tinitus dapat didengar juga oleh pemeriksa. Berdasarkan kualitas suara yang didengar, tinitus
ada yang bersifat pulsatil yang berarti berdenyut dan nonpulsatil yang berarti tidak berdenyut.
3.2. Saran
Adams, Goerge L.,dkk. 2011 .BOEIS Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta: Penerbit Buku
Kedeokteran ECG
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC,
Jakarta.
Cunha, John P. 2012. Tinnitus Ringing in The Ear and Other Ear Noise . From
http:www.medicinenet.com/tinnitus/article.htm, 01 Juli 2012
Potter Patricia A., 2010, Pengkajian Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta
Soepardi, Efiaty Arsyad, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala Leher Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia .