TINNITUS
Disusun Oleh
Guvika Julnisa
PO.62.20.1.16.142
2018
DEFINISI
KLASIFIKASI
2. Tinnitus Pulsatil
Tinnitus jenis ini jarang terjadi dibandingkan tinnitus nonpulsatil dalam vaskular
maupun non vaskular. Biasanya tinnitus vaskular digambarkan sebagai bising mendesis
yang sinkron dengan denyut nadi atau denyut jantung sedangkan tinnitus nonvaskular
digambarkan sebagai bising klik, goresan. Pada kedua tipe ini mungkin
mendengar suara dengan menempatkan stetoskop di aurikula atau pada kepala sekitar
telinga.
ETIOLOGI
Keluhan tinnitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral. Serangan tinnitus dapat
bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut periodik jika serangan yang datang hilang
timbul. Episode periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan dengan yang
berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau tidak dapat
mensupresi bising ini. Tinnitus pada beberapa orang dapat sangat mengganggu kegiatan
sehari- harinya. Terkadang dapat menyebabkan timbulnya keinginan untuk bunuh diri.
Tinnitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus subjektif. Dikatakan tinnitus
objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh pemeriksa dan dikatakan tinnitus
subjektif jika tinnitus hanya dapat didengar oleh penderita.
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual dan
mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga
berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging
tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi. Sumber bunyi di
ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan
juga akibat gangguan saraf pendengaran.
PATOFISIOLOGI
Susunan organ telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang- tulang
pendengaran dan rumah siput. Suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada di
dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar. Kemudian getaran ini diterima saraf
pendengaran dan diteruskan ke otak. Kemudian, terdengar suara denging tadi. Maka ada
baiknya mengistirahatkan telinga dari suara bising dan mencari keheningan.
Pendengaran yang terganggu biasanya ditandai dengan mudah marah, pusing, mual dan
mudah lelah.
Kepekaan terhadap suara bising pada setiap orang berbeda-beda, tetapi hamper setiap
orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu cukup
lama. Setiap bunyi dengan kekuatan diatas 85 dB bisa menyebabkan
kerusakan.
KOMPLIKASI
Pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik, diharapkan sesuai dengan diagram berikut :
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinnitus dimulai dari pemeriksaan auskultasi
dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini dilakukan dengan
tujuan untuk menentukan apakah tinnitus yang didengar pasien bersifat subjektif atau
objektif. Jika suara tinnitus juga dapat didengar oleh pemeriksa, artinya bersifat
subjektif, maka harus ditentukan sifat dari suara tersebut. jika suara yang didengar serasi
dengan pernapasan, maka kemungkinan besar tinnitus terjadi karena tuba eustachius
yang paten. Jika suara yang di dengar sesuai dengan denyut nadi dan detak jantung,
maka kemungkinan besar tinnitus timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular
malformation, dan venous hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua, maka
kemungkinan tinnitus terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu.
Pada tinnitus subjektif, yang mana suara tinnitus tidak dapat didengar oleh pemeriksa
saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan audiometri. Hasilnya
dapat beragam, di antaranya :
Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di atas, maka
perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI. Dengan
pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan pada saraf pusat.
Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.
PENATALAKSANAAN
3. Terapi medikametosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya
untuk meningkatkan aliran darah koklea, transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik,
vitamin dan mineral.
4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat mungkin
tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang diderita benar-
benar parah. Pasien juga di berikan obat penenang atau obat tidur, untuk membantu
memenuhi kebutuhan istirahat, karena penderita tinnitus biasanya tidurnya sangat
terganggu oleh tinnitus itu sendiri, sehingga perlu di tangani, juga perlu di jelaskan
bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi
dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan
hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.
TRT biasanya digunakan jika dengan medikasi tinnitus tidak dapat dikurangi
atau dihilangkan. TRT adalah suatu cara dimana pasien diberikan suara lain sehingga
keluhan telinga berdenging tidak dirasakan lagi. Hal ini bisa dilakukan dengan
mendengar suara radio FM yang sedang tidak siaran, terutama pada saat tidur. Bila
tinnitus disertai dengan gangguan pendengaran dapat diberikan alat bantu dengar yang
disertai dengan masking.
· Hindari faktor-faktor yang dapat merangsang tinnitus seperti kafein dan nikotin.
· Tetap biasakan berolah raga, istarahat yang cukup dan hindari kelelahan.
ASUHAN KEPERAWATAN TINNITUS
I. Pengkajian
1. Aktivitas : Gangguan keseimbangan tubuh dan mudah lelah.
2. Sirkulasi : Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stres)
3. Nutrisi : Mual
4. Sistem pendengaran : Adanya suara abnormal(dengung)
5. Pola istirahat : Gangguan tidur/ Kesulitan tidur
III. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan pendengaran
terganggu
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol, ekspresi wajah atau postur tubuh
rileks
Kriteria : nyeri terkontrol, pasien merasa nyaman, pasien tampak rileks
No. Intervensi Rasional
No Intervensi Rasional
IV. Evaluasi
No. Evaluasi
1. S : Klien mengatakan nyeri berkurang
O : Klien tampak tenang
A : Masalah teratasi sebagian
P : Hentikan intervensi
2. S : Klien mengatakan rasa pusing berkurang
O : klien kooperatif
A : Masalah teratasi sebagian
P : P : Hentikan intervensi
3. S : Klien mengatakan gangguan pendengaran berkurang
O : klien tampak rileks
A : Masalah teratasi sebagian
P : P : Hentikan intervensi
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher . Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta,2013: 51 - 54.
Boek Den Van P.2014.Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, Dan
Telinga.Jakarta : EGC