Anda di halaman 1dari 31

Keperawatan Medikal Bedah III

ASUHAN KEPERAWATAN TINNITUS


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keperawatan Medikal
Bedah yang diampuh Ns. Gusti Pandi Liputo, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelas AKelompok 1

1. Parida Luawo (841418004)


2. Sumiyati Moo (841418010)
3. Iin N. Uno (841418020)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas sega
la rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
laporan ini terwujud berkat partisispasi berbagai pihak. Oleh Karena itu, kami me
nyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kami menyadari laporan ini masih jauh dari harapan, yang mana di
dalamnya masih terdapat berbagai kesalahan baik dari segi penyusunan
bahasanya, sistem penulisan maupun isinya. Oleh karena itu Kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam Laporan berikutnya
dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya. Adapun harapan kami semoga lap
oran ini dapat diterima dengan semestinya dan bermanfaat bagi kita semua dan
semoga Allah SWT meridhai kami. Aamiin.

Gorontalo , September 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
Pendahuluan.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
Konsep Medis..........................................................................................................3
2.1 Definisi...........................................................................................................3
2.2 Etiologi...........................................................................................................3
2.3 Patofisiologi....................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis...........................................................................................7
2.5 Komplikasi.....................................................................................................7
2.6 Penatalaksanaan..............................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................9
BAB III..................................................................................................................10
Konsep Keperawatan.............................................................................................10
3.1 Pengkajian....................................................................................................10
3.2 Diagnosis Keperawatan................................................................................14
3.3 Intevensi Keperawatan.................................................................................15
BAB IV..................................................................................................................26
Penutup...................................................................................................................26
4.1 Kesimpulan...................................................................................................26
4.2 Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

iii
iv
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Tinitus berasal dari bahasa Latin “tinnere” yang artinya dering. Tinitus
adalah persepsi bunyi yang diterima pasien tanpa adanya stimulus suara dari luar
telinga. Tinitus dapat bersifat objektif dan subjektif. Tinitus subjektif adalah
tinitus yang hanya dapat didengar pasien sendiri tanpa dapat didengar oleh
pemeriksa atau orang lain. Tinitus subjektif lebih banyak dijumpai dalam praktek
sehari-hari. (Nugroho, dkk. 2015).
Sebetulnya suara yang terdengar oleh telinga tersebut belum tentu bersifat
kelainan atau patologis. Jika orang sehat yang terbukti telinganya normal, berada
dalam ruang kedap (anehoic chamber), maka ia akan dapat mendengar berbagai
macam suara yang berasal dari berbagai organ tubuhnya sendiri yang memang
bekerja setiap saat, contohnya: pernapasan, kontraksi jantung, dan aliran darah.
Kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari, suasana yang memungkinkan suara
fisiologis atau normal tersebut terdengar oleh seseorang sangat jarang tercipta dan
bahkan dalam kamar yang sunyi di malam hari sekalipun. Hal ini dikarenakan,
bunyi masking dari lingkungan dengan berintensitas bunyi sekitar 25 – 30 dB.
Tinitus baru menjadi gejala jika suara organ tubuh intensitasnya melebihi bunyi
masking lingkungan tadi (Agustini. 2016).
Tinitus kerap diderita terutama orang pada kelompok usia pertengahan dan
usia tua. Menurut data statistic dari pusat kesehatan di Amerika, sekitar 32%
orang dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya,
dan 6 % nya sangat menganggu dan cukup sulit disembuhkan. Di Inggris, 17%
populasi juga memiliki masalah tinitus. Sayangnya di Indonesia belum ada data
statistic yang memadai, namun berdasarkan pengalaman empiris, penderita tinitus
cukup banyak dan sering ditemui di tempat praktek, klinik, maupun rumah sakit.
Meski tinitus bukanlah keadaan yang membahayakan, munculnya gejala ini pada
hampir kebanyakan orang sangat mengganggu dan sering mempengaruhi kualitas
hidup dan pekerjaannya (Agustini. 2016).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis Tinnitus?
2. Bagaimana konsep keperawatan Tinnitus?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis Tinnitus.
2. Untuk mengetahuikonsep keperawatan Tinnitus.

2
BAB II
Konsep Medis

2.1 Definisi
Tinitus berasal dari bahasa Latin “tinnere” yang artinya dering. Tinitus
adalah persepsi bunyi yang diterima pasien tanpa adanya stimulus suara dari luar
telinga. Tinitus dapat bersifat objektif dan subjektif. Tinitus subjektif adalah
tinitus yang hanya dapat didengar pasien sendiri tanpa dapat didengar oleh
pemeriksa atau orang lain. Tinitus subjektif lebih banyak dijumpai dalam praktek
sehari-hari (Nugroho, dkk. 2015).
Tinitus ada 2 macam yang terbagi atas tinitus obyektif dan tinitus
subjektif. Tinitus obyektif terjadi apabila bunyi tersebut dapat juga didengar oleh
pemeriksa atau dapat juga dengan auskultasi di sekitar telinga. Sifatnya adalah
vibritorik yang berasal dari vibrasi atau getaran sistem muskuler atau
kardiovaskuler di sekitar telinga. Sedangkan tinitus subjektif terjadi apabila suara
hanya terdengar oleh pasien sendiri, dan jenis tinitus ini yang paling sering terjadi.
Sifat dari tinitus subjektif adalah nonvibratorik karena adanya proses iritatif
ataupun perubahan degenaratif pada traktus auditorius yang dimulai dari sel-sel
rambut getar koklea sampai pada pusat saraf dari pendengar (Agustini. 2016).

2.2 Etiologi
Menurut Agustini (2016) Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya
tinitus. Beberapa diantaranya adalah:
1. Kelainan vaskular baik pada arteri atau vena.
2. Kelainan muskular: klonus otot palatum atau tensor timpani.
3. Lesi pada saluran telinga dalam: Tumor saraf kedelapan.
4. Gangguan kokhlea: trauma akibat bising, trauma tulang temporal, penyakit
Meniere’s, presbikusis, tuli saraf mendadak, emisi otoakustik.
5. Ototoksisitas: aspirin, kuinin, dan antibiotika tertentu (aminoglikosida).
6. Kelainan telinga tengah: infeksi, sklerosis, gangguan tuba eustachi.
7. Lain-lain: serumen, benda asing pada saluran telinga luar dan penyakit
sistemik seperti anemia.

3
Menurut Willy (2019)Pada kasus yang jarang terjadi, telinga berdengung
dapat disebabkan oleh gangguan pada pembuluh darah, misalnya:
1. Tumor yang menekan pembuluh darah dikepala atau leher.
2. Gangguan aliran darah akibat penyempitan pembuluh darah di leher.
3. Pembuluh darah abnormal yang terhubung satu dengan yang lain.
4. Penumpukan kolesterol di dalam pembuluh darah dekat telinga bagian
tengan dan dalam.
5. Tekanan darah tinggi.

2.3 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya tinitus karena aktivitas elektrik di sekitar auditorius
yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, tetapi impuls yang terjadi bukan
berasal dari bunyi eksternal atau dari luar yang ditransformasikan, melainkan
berasal dari sumber impuls yang abnormal di dalam tubuh penderita sendiri.
Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus
dapat terjadi dalam berbagai intensitas. Tinitus dengan nada rendah seperti
bergemuruh atau nada tinggi seperti berdengung. Tinitus dapat terus menerus atau
hilang timbul terdengar (Agustini. 2016).
Tinitus biasanya dihubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga
terjadi karena gangguan konduksi. Tinitus yang disebabkan oleh gangguan
konduksi, biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika disertai dengan
inflamasi, bunyi dengung ini terasa berdenyut atau pulsasi tinitus. Tinitus dengan
nada rendah dan terdapat gangguan konduksi, biasanya terjadi pada sumbatan
liang telinga karena serumen atau tumor, tuba katar, otitis media, otosklerosis, dan
lain-lain. Tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa gangguan
pendengaran merupakan gejala dini yang penting pada tumor glomus
jugulare(Agustini. 2016).
Tinitus objektif sering ditimbulkan oleh gangguan vaskuler. Bunyinya
seirama dengan denyut nadi, misalnya pada aneurisma dan aterosklerosis.
Gangguan mekanis dapat juga mengakibatkan tinitus objektif, seperti tuba
Eustachius terbuka, sehingga ketika bernapas membran timpani bergerak dan
terjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani dan muskulus stapedius,
serta otot-otot palatum dapat menimbulkan tinitus objektif. Bila ada gangguan

4
vaskuler di telinga tengah, seperti tumor karotis, maka suara aliran darah akan
mengakibatkan tinitus juga (Agustini. 2016).
Pada hipertensi endolimfatik seperti penyakit Meniere dapat terjadi tinitus
pada nada rendah dan tinggi, sehingga terdengar bergemuruh atau berdengung.
Gangguan ini disertai dengan tuli sensorineural dan vertigo.Gangguan vaskuler
koklea terminalis yang terjadi pada pasien yang stres akibat gangguan
keseimbangan endokrin, seperti menjelang menstruasi, hipometabolisme atau saat
hamil dapat juga timbul tinitus atau gangguan tersebut akan hilang bila
keadaannya sudah kembali normal(Agustini. 2016).

5
PATHWAY Aktivitas elektrik disekitar nervus Auditorius

Impuls abnormal

Ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga

Penumpukan serumen Meinere’s syndrome Keracunan obat/ototoksisitas

Penyumbatan telinga Dipicu oleh ketidaknormalan Kerusakan saraf


kadar cairan (endolymph) vestibulokoklea

Penurunan pendengaran
Tuli sensorineural

Tuli konduksi

Tinnitus

Paparan suara bising yang terlalu kuat

Stereocilia pada organo corti terdefleksi


secara lebih kuat

Direspon oleh sistem saraf pusat

Pendengaran terganggu Suara yang didengar


Berupa suara berdengung
berulang/terlalu tinggi

Gangguan persepsi sensori Merasa tidak Sulit untuk tidur Kerusakan sel rambut dan
nyaman
stereocilia

Gangguan rasa Gangguan pola Adanya hiperpolaritas dan


nyaman tidur hiperaktivitas sel rambut

Adanya impuls terus menerus


pada ganglion saraf pendengaran

Gangguan Ketulian (hearing loss)


komunikasi verbal
6
2.4 Manifestasi Klinis
Tinnitus ditandai dengan sensasi mendengar bunyi, padahal tidak ada
suara disekitarnya. Penderit tinnitus bisa mengalami sensai bunyi pada salah satu
telinga atau pada kedua telinga. Sensai bunyi tersebut berupa :
1. Dengung
2. Desis
3. Detak
4. Gemuruh, dan
5. Raung (Willy. 2019).

2.5 Komplikasi
Menurut dr. Tjin Willy tahun 2019 Telinga berdenging yang terjadi secara
terus menrus dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Beberapa kondisi
yang bisa terjadi akibat telinga berdenging adalah:
1. Depresi
2. Sulit tidur
3. Sulit berkonsentrasi
4. Mudah marah

2.6 Penatalaksanaan
Perlu diketahinya penyebab tinitus agar dapat diobati sesuai dengan
penyebabnya. Kadang-kadang penyebabnya itu sukar diketahui.
Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara yaitu :
1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan
intensitas suara yang lebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu
dengar atau tinitus masker.
2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan
pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan
relaksasi setiap hari.
3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas.
Berbagai penelitian untuk menemukan jenis obat masih terus dilakukan.
Adapun jenis obat yang dapat secara konsisten efektif pada pengobatan
jangka panjang belum juga ditemukan. Meski demikian pemakaian beberapa

7
jenis obat sedikit banyak dapat memberikan perbaikan pada pasien tinitus,
seperti:
a. Vitamin B dan derivatnya: nicotinamide (vasodilator) yang secara
empiris telah digunakan secara luas untuk kelainan kokhlea (contoh:
penyakit Meniere’s)
b. Trimetazidine: obat anti iskemia dengan antioksidan.
c. Vitamin A: pada dosis tinggi dilaporkan memperbaiki ambang persepsi
dan mencegah tinnitus. Namun perhatian terhadap toksisitasnya dapat
membatasi vitamin A dalam penggunaan praktis.
d. Lidokain intravena: suatu golongan anestetik local amide dengan
aktivitas system saraf pusat, dilaporkan berguna dalam mengontrol
tinnitus.
e. Tocainine: merupakan lidokain oral dengan waktu paruh yang panjang.
f. Trisiklik trimipramine: suatu anti depresan.
4. Pembedahan juga berperan dalam penanganan tinnitus jika diaplikasikan
untuk mengoreksi sumber penyebab. Misalnya: stapedektomi untuk kelainan
otosklerotik, lainnya adalah koklear implant. Pertimbangan juga dapat
diberikan untuk melakukan terhadap pengikatan saraf ke-8 divisi koklearis,
walaupun hasilnya tidak dapat diprediksikan.. dan tentu saja hanya bisa
dilakukan terhadap pasien yang memang fungsi pendengarannya sudah rusak
berat alias tuli berat yang tidak mungkin lagi dikoreksi (Agustini. 2016).

Menurut dr. Tjin Willy tahun 2019 tidak semua tinnitus dapat dicegah.
Namun dalam beberapa kasus, telinga berdenging dapat dicegah dengan
melakukan sejumlah langkah berikut :

1. Menyetel musik dengan suara yang tidak terlalu kersa, terutama bila
mendengar melalui headphone.
2. Mengenakan pelimdung telinga, terutama bila anda berprofesi sebagai
tentara, musisi atau pekerja pabrik.
3. Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah, yaitu dengan pola makan
sehat dan rutin berolahraga.

8
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu mulai dari melihat keadaan rongga
mulutnya, telinga luar, membran timpani, cranial nerve V, VII dan VII,
temporalnya, dll. Kemudian dilakukan otoskopi untuk melihat ada atau tidaknya
penyakit di telinga luar dan tengah, mengetahui ada tidaknya infeksi cerumen,
serta melihat kondisinya normal atau abnormal. Selain itu pemeriksaan audiologi
yang wajib dilakukan, diantaranya PTA (Pure Tone Audiometry), BERA, Speech
Test, Tone Decay Audiometry, dan Tone Decay Refleks. Pemeriksaan vestibuler
juga dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan sistem vestibulernya. Saat ini,
sudah diciptakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengatasi tinitus, yang
diistilahkan dengan tinnitus treatment, dan nama alat tersebut adalah neuromonic
(Agustini. 2016).

9
BAB III
Konsep Keperawatan

3.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Agama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin :Tidak terkaji
Status Perkawinan : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Suku Bangsa : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
Tanggal Masuk : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
No. Register : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Tinnitus
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Umur :Tidak terkaji
Hub. Dengan Pasien : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Alamat : Tidak terkaji
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1) Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Tidak terkaji
2) Riwayat kesehatan sekarang
Tinnitus
P (Provokating) : Tidak terkaji
Q (Quality) : Tidak terkaji

10
R (Region) : Tidak terkaji
S (Severity/Skala) : Tidak terkaji
T (Time) : Tidak terkaji
3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : tidak terkaji
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1)      Penyakit yang pernah dialami : Tidak terkaji
2)      Pernah dirawat : Tidak terkaji
3)      Alergi : Tidak terkaji
4)      Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): Tidak terkaji
c. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak terkaji
d. Diagnosa Medis dan therapy : Tinnitus
3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Tidak terkaji
b. Pola Nutrisi-Metabolik
1) Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) Saat sakit : Tidak terkaji
c.   Pola Eliminasi
1) BAB
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
2) BAK
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Aktivitas : Tidak terkaji
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan
minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah

11
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total
2) Latihan
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
e. Pola kognitif dan Persepsi : Tidak terkaji
f. Pola Persepsi-Konsep diri : Tidak terkaji
g. Pola Tidur dan Istirahat
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
- Sebelum sakit : Tidak terkaji
h. Pola Peran-Hubungan : Tidak terkaji
i. Pola Seksual-Reproduksi
1. Sebelum sakit : Tidak terkaji
2. Sebelum sakit : Tidak terkaji
j. Pola Toleransi Stress-Koping : Tidak terkaji
k. Pola Nilai-Kepercayaan : Tidak terkaji
4. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital :
TB/BB : tidak terkaji
HR : tidak terkaji
RR : Tidak terkaji
Suhu : Tidak terkaji
N : Tidak terkaji
TD : Tidak terkaji
b. Keadaan fisik
1) Kepala
a) Lingkar kepala : Tidak terkaji
b) Rambut : Tidak terkaji
c) Warna : Tidak terkaji
d) Tekstur : Tidak terkaji
e) Distribusi Rambut : Tidak terkaji
f) Kuat/mudah rontok : Tidak terkaji

12
2) Mata
a) Sklera : Tidak terkaji
b) Konjungtiva : Tidak terkaji
c) Pupil : Tidak terkaji
3) Telinga : Tidak terkaji
4) Hidung : Tidak terkaji
5) Mulut : Tidak terkaji
a) Kebersihan : Tidak terkaji
b) Warna : Tidak terkaji
c) Kelembapan : Tidak terkaji
d) Lidah : Tidak terkaji
e) Gigi : Tidak terkaji
6) Leher :
7) Dada/pernapasan
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
8) Jantung
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
9) Paru-paru
a) Inspeksi : Tidak terkaji
b) Palpasi : Tidak terkaji
c) Perkusi : Tidak terkaji
d) Auskultasi : Tidak terkaji
10) Abdomen : Tidak terkaji
11) Punggung : Tidak terkaji
12) Ekstermitas : Tidak terkaji
13) Genitalia : Tidak terkaji

13
14) Integumen : Tidak terkaji
a) Warna : Tidak terkaji
b) Turgor : Tidak terkaji
c) Integrasi : Tidak terkaji
d) Elastisitas : Tidak terkaji
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan otoskopi. PTA (Pure Tone Audiometry), BERA, Speech
Test, Tone Decay Audiometry, dan Tone Decay Refleks
6. Penatalaksanaan
- Elektrofisiologik
- Psikologik
- Terapi medikamentosa
- Pembedahan

3.2 Diagnosis Keperawatan


1. Gangguan persepsi sensori D.0085
2. Gangguan rasa nyaman D.0074
3. Gangguan pola tidur D.0055
4. Gangguan komunikasi verbal D. 0119

14
3.3 Intevensi Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI Rasional
1. Gangguan persepsi sensori Fungsi sensori (L.06048) Manajemen halusinasi (I. 09288) Manajemen halusinasi (I. 09288)
(Pendengaran) D.0085 Setelah melakukan pengkajian Definisi : mengidentifikasi dan Observasi :
Kategori: Psikologi selama 3 × 24 jam tingkat mengelola peningkatan keamanan, 1. Halusinasi adalah gangguan
Subkategori: integritas Ego Fungsi sensosi membaik, kenyamanan dan orientasi realita persepsi yang menyebabkan
Tindakan : seseorang melihat, mendengar,
Definisi dengan criteria hasil :
Observasi : atau mencium sesuatu yang
Perubahan persepsi terhadap stimulasi Keluhan Ketajaman pendengaran
sebenarnya tidak ada. Halusinasi
1. Monitor perilaku yang
baik internal maupun eksternal yang meningkat dari skala 1 bisa disebabkan oleh gangguan
mengindikasikan halusinasi
disertai dengan respon yang (menurun) menjadi skala 5 2. Monitor isi halusinansi (mis. mental, penyakit tertentu, atau efek
berkurang, berlebihan atau distorsi. (meningkat ) Kekerasan atau membahayakan samping obat-obatan.
Penyebab (PPNI, 2019). 2. Halusinasi juga bisa disertai
diri’
oleh delusi, yaitu keyakinan
1. Gangguan penglihatan Terapeutik terhadap sesuatu yang tidak ada atau
2. Gangguan pendengaran 1. Pertahankan lingkungan yang tidak sesuai dengan keadaan
3. Gangguan penghidu aman sebenarnya. Misalnya, seseorang
4. Gangguan perabaan 2. Diskusikan perasaan dan respon merasa memiliki kekuasaan dan
5. Hipoksia serebral terhadap halusinasi sangat dekat dengan orang-orang
6. Penyalahgunaan zat Edukasi terkenal, padahal pada kenyataannya
7. Usia lanjut tidak
1. Anjurkan memonitor sendiri
8. Pemajanan toksin lingkungan Terapeutik :
situasi terjadi halusinasi 1. Lingkungan yang nyaman bagi
Gejala dan Tanda Mayor 2. Anjurkan melakukan distraksi penderita halusinasi sangatlah
Subjektif (mis. Mendengarkan musik, penting, umumnya penderitan
1. Mendengar suara bisikan atau melakukan aktivitas, dan teknik halusinasi tidak di rekomendasikan
melihat bayangan relaksasi) untuk berada di lingkungan yang
2. Merasakan sesuatu melalui 3. Ajarkan pasien dan keluarga ramai karena akan memunculkan
indera perabaan, penciuman atau fikiran fikiran lain yang bisa
cara mengontrol halusinasi
pengecapan. membuat penderita tidak nyaman
Kolaborasi 2. Halusinasi adalah sensasi yang
Objektif
1. Kolaborasi pemberian obat diciptakan oleh pikiran seseorang
1. Distorsi sensori antipsikotik dan antiansietas,jika tanpa adanya sumber yang nyata.
2. Respons tidak sesuai perlu Gangguan ini dapat memengaruhi
3. Bersikap seolah melihat, kelima panca indera. Seseorang
(PPNI, 2018).
mendengar, mengecap, meraba disebut berhalusinasi ketika dia
atau mencium sesuatu
15
Gejala dan Tanda Minor melihat, mendengar, merasa, atau
Subjektif mencium suatu aroma yang
sebenarnya tidak ada. Hal-hal ini
1. Menyatakan kesal hanya ada di dalam pikiran mereka.
Objektif Edukasi :
1. Menyendiri 1. Pasien diajarkan memonitor diri
2. Melamun sendiri saat terjadi halusinasi
3. Konsentrasi buruk tujuannya yaitu agar klien bisa
4. Distorsi waktu, tempat,orang mengontrol dirinya pada saat terjadi
atau situasi halusinasi dan juga agar pasien bisa
5. Curiga mengetahui apa yang harus
6. Melihat ke satu arah diperbuat. Tujuan lainnya juga
untuk memendirikan pasien
7. Mondar mandir
2. Tehnik distraksi terdiri dari 3, yaitu:
8. Bicara sendiri distraksi melawan dengan suara
Kondisi klinis terkait keras, distraksi menghindar melalui
1. Glaukoma bercakap-cakap dengan orang lain
2. Katarak dan distraksi mengalihkan dengan
3. Gangguan refraksi (miopia, melakukan aktifitas terjadwal.
hiperopia, astigmatisma, Fokus penelitian ini pada tehnik
presbiopia) distraksi menghardik yang
4. Trauma okuler dikombinasikan dengan terapi
spiritual.
5. Trauma pada saraf kranialis II,
3. Cara mengontrol halusinasi klien
III, IV akibat stroke aneurima bisa dengan cara menghardik,
intrakranial, trauma/tumor otak. mengontrol halusinasi dengan cara
6. Infeksi okuler bercakap-cakap dengan orang lain,
7. Presbikusis mengontrol halusinasi dengan cara
8. Malfungsi alat bantu dengar melakukan kegiatan terjadwal.
9. Delirium Kolaborasi :
10. Demensia 1. Apabila halusinasi yang di rasakan
11. Gangguan amnestik klien tidak membaik dan sudah
12. Penyakit terminal diupayakan, klien bisa diberikan
13. Gangguan psikotik obat antiasietas atau antipsikotik.
(PPNI, 2017).
2. Gangguan Rasa Nyaman (D.0074) Status Kenyamanan Terapi relaksasi (I.09326) Terapi relaksasi (I.09326)
Kategori: Psikologi (L.08064) Observasi
Definisi
Subkategori: Nyeri Dan Kenyamanan Setelah dilakukan tindakan - Dalam fisika, energi adalah properti
16
Definisi keperawatan 3x24 jam, Menggunakan teknik peregangan fisika dari suatu objek, dapat berpindah
Perasaan kurang senang, lega dan masalah resiko infeksi melalui interaksi fundamental, yang
untuk mengurangi tanda dan gejala
sempurna dalam dimensi fisik, diharapkan dapat teratasi dapat diubah bentuknya namun tak dapat
dengan indicator : ketidaknyamanan seperti nyeri,
psikospiritual, lingkungan dan social. diciptakan maupun dimusnahkan.
Keluhan tidak nyaman
Penyebab ketegangan otot, atau kecemasan Konsentrasi adalah pemusatan
menurun dari skala 1
1. Gejala penyakit Tindakan perhatian, pikiran, jiwa dan fisik pada
(meningkat) menjadi skala 5
2. Kurang pengendalian sebuah objek. Menurut kamus Bahasa
(menurun) Observasi
situasional/lingkungan Indonesia pengertian konsentrasi adalah
(PPNI, 2019). - Identifikasi penurunan tingkat Pemusatan perhatian atau pikiran pada
3. Ketidakadekuatan sumber daya
(mis. dukungan financial, energy, ketidakmampuan suatu hal
sosial,dan pengetahuan) - Relaksasi dalam psikologi, adalah
berkonsentrasi ataugejala lain
4. Kurangnya privasi keadaan emosional makhluk hidup,
5. Gangguan stimulus lingkungan yang mengganggu ketegangan rendah, di mana tidak ada
6. Efek samping terapi kemampuan kognitif gairah yang bisa berasal dari sumber-
7. Gangguan adaptasi kehamilan - Identifikasi teknik relaksasi sumber seperti kemarahan, kecemasan,
Gejala dan Tanda Mayor atau ketakutan. Menurut kamus Oxford,
Subjektif yang pernah efektif relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran
1. Mengeluh tidak nyaman digunakan bebas dari ketegangan dan kecemasan
Objektif - Identifikasi kesediaan, - Kesediaan adalah kesanggupan
1. Gelisah (kerelaan) untuk berbuat sesuatu. Arti
kemampuan, dan penggunaan
Gejala dan Tanda Minor lainnya dari kesediaan adalah kesudian.
Subjektif teknik sebelumnya - Otot tegang merupakan kondisi
1. Mengeluh sulit tidur - Periksa ketegangan otot, cedera otot yang terjadi
2. Tidak mampu rileks karena otot mengalami peregangan yang
frekuensi nadi, tekanan darah,
3. Mengeluh berlebihan akibat aktivitas fisik. Selain
kedinginan/kepanasan dan suhu sebelum dan peregangan yang berlebihan, otot tegang
4. Merasa gatal sesudah latihan. juga dapat disebabkan adanya kerusakan
5. Mengeluh mual pada tendon. Secara umum, hal ini
- Monitor respon terhadap
6. Mengeluh lelah terjadi akibat tekanan dan aktivitas berat
Objektif terapi relaksasi yang lebih dari biasanya
1. Menunjukkan gejala distress - Relaksasi dalam psikologi, adalah
17
2. Tampak merintih/menangis Terapeutik keadaan emosional makhluk hidup,
3. Pola eliminasi berubah - Ciptakan lingkungan tenang ketegangan rendah, di mana tidak ada
4. Postur tubuh berubah gairah yang bisa berasal dari sumber-
dan tanpa gangguan dengan
5. Iritabilitas sumber seperti kemarahan, kecemasan,
Kondisi klinis terkait pencahayaan dan suhu ruang atau ketakutan. Menurut kamus Oxford,
1. Penyakit Kronis nyaman , jika relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran
2. Keganasan bebas dari ketegangan dan kecemasan.
memungkinkan.
3. Distres psikologis Terapeutik
4. Kehamilan - Berikan informasi tertulis - Kenyamanan adalah suatu kondisi
(PPNI, 2017). tentang persiapan dan perasaan seseorang yang
merasa nyaman berdasarkan persepsi
prosedur teknik relaksasi
masing-masing individu.
- Gunakan pakaian longgar Sedangkan nyaman merupakan suatu
- Gunakan nada suara lembut keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dengan irama lambat dan dasar manusia yang bersifat individual
akibat beberapa faktor kondisi
berirama lingkungan
- Gunakan relaksasi sebagai - Relaksasi dalam psikologi, adalah
strategi penunjang dengan keadaan emosional makhluk hidup,
ketegangan rendah, di mana tidak ada
analgetik atau tindakan medis
gairah yang bisa berasal dari sumber-
lain, jika sesuai sumber seperti kemarahan, kecemasan,
atau ketakutan. Menurut kamus Oxford,
Edukasi relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran
- Jelaskan tujuan, manfaat, bebas dari ketegangan dan kecemasan
batasan , dan jenis relaksasi - Pakaian adalah bahan tekstil dan serat
yang digunakan sebagai penutup tubuh.
yang tersedia(mis. Music , Pakaian adalah kebutuhan pokok
meditasi, napas dalam, manusia selain makanan dan tempat
relaksasi otot progresif) berteduh/tempat tinggal. Manusia
membutuhkan pakaian untuk melindungi
18
- Jelaskan secara rinci dan menutup dirinya.
intervensi relaksasi yang - Agar pasien merasa nyamand dengan
nada suara lembut dengan irama lambat
dipilih
dan berirama
- Anjurkan mengambil posisi - Relaksasi dalam psikologi, adalah
nyaman keadaan emosional makhluk hidup,
ketegangan rendah, di mana tidak ada
- Anjurkan rileks dan
gairah yang bisa berasal dari sumber-
merasakan sensasi relaksasi sumber seperti kemarahan, kecemasan,
- Anjurkan sering mengulangi atau ketakutan. Menurut kamus Oxford,
relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran
atau melatih teknik yang
bebas dari ketegangan dan kecemasan
dipilih Edukasi
- Demonstrasikan dan latih - Penjelasan adalah seperangkat
teknik relaksassi (mis. Napas pernyataan yang biasanya dibangun
untuk menggambarkan serangkaian fakta
dalam, peregangan atau yang menjelaskan penyebab, konteks,
imajinasi terbimbing) dan konsekuensi dari fakta-fakta tersebut
- Intervensi keperawatan adalah tindakan
(PPNI,2018). yang dirancang untuk membantu klien
dalam beralih dari tingkat kesehatan saat
ini ke tingkat yang diinginkan dalam
hasil yang diharapkan. Terdapat tiga
kategori intervensi
keperawatan yaitu, intervensi yang
diprakarsai oleh perawat, dokter,
dan intervensi kolaboratif
- Kenyamanan adalah suatu kondisi
perasaan seseorang yang
merasa nyaman berdasarkan persepsi
masing-masing individu.
19
Sedangkan nyaman merupakan suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yang bersifat individual
akibat beberapa faktor kondisi
lingkungan
- Relaksasi dalam psikologi, adalah
keadaan emosional makhluk hidup,
ketegangan rendah, di mana tidak ada
gairah yang bisa berasal dari sumber-
sumber seperti kemarahan, kecemasan,
atau ketakutan. Menurut kamus Oxford,
relaksasi adalah saat tubuh dan pikiran
bebas dari ketegangan dan kecemasan.
- Praktek adalah tindakan melatih
perilaku berulang-ulang, atau terlibat
dalam suatu kegiatan berulang-ulang,
untuk tujuan meningkatkan atau
menguasainya, seperti dalam frasa
'latihan membuat sempurna'. Penting
untuk dicatat bahwa latihan adalah kata
kerja dan tidak harus bingung dengan
praktik kata benda
- Imajinasi terbimbing (guided imagery)
adalah sebuah teknik relaksasi yang
bertujuan untuk mengurangi stres dan
meningkatkan perasaan tenang dan
damai serta merupakan obat penenang
untuk situasi yang sulit dalam
kehidupan.

3. Gangguan pola tidur (D.0055) Pola tidur ( L.05045) Dukungan Tidur ( I.05174) Dukungan Tidur ( I.05174)
20
Gangguan pola tidur ( D. 0055) Setelah melakukan pengkajian Definisi :Memfaslitasi siklus tidur Observasi :
Kategori: Fisiologis selama 3 × 24 jam tingkat dan terjaga yang teratur. 1. Tidur adalah aktivitas utama otak
Subkategori : Aktivitas/istirahat gangguan pola tidur menurun, Observasi : sepanjang awal perkembangan.
Definisi : Gangguan kualitas dan dengan criteria hasil : 1. Identifikasi pola aktivitas dan Tidur memegang peranan penting
kuantitas waktu tidur akibat faktor 1. Keluhan sulit tidur tidur dalam maturasi otak in utero dan
eksternal membaik 2. Identifikasi faktor penggangu ekstra uterin. Fungsi otak manusia
Penyebab : 2. keluhan sering terjaga tidur (fisik dan/atau
pada masa anak, dewasa, dan masa
1. Hambatan lingkungan (mis. cukup membaik psikologis)
Kelembapan lingkungan 3. keluhan tidak puas tidur Terapeutik : tua dipertahankan oleh interaksi
sekitar, suhu lingkungan, cukup membaik 1. Modifikasi lingkungan (mis. kompleks dengan lingkungan
pencahayaan, kebisingan, bau 4. keluhan pola tidur Pencahayaan, kebisingan, selama periode terjaga. Tidur
tidak sedap, jadwal berubah sedang suhu, matras dan tempat berperan dalam konsolidasi
pemantauan/pemeriksaan/tind 5. keluhan istiraht tidak tidur) interaksi tersebut dan dalam
akan cukup cukup membaik 2. Batasi waktu tidur siang,jika pembuangan pengalaman yang
2. Kurangnya control tidur (PPNI, 2019). perlu tidak diinginkan.
3. Kurangnya privasi 3. Fasilitasi menghilangkan 2. faktor-faktor yang mempengaruhi
4. Restraint fisik stress sebelum tidur kebutuhan tidur meliputi aspek fisik,
5. Ketiadaan teman tidur 4. Tetapkan jadwal tidur rutin psikologis, lingkungan, dan gaya
6. Mengeluh istirahat tidak 5. Lakukan prosedur untuk
hidup pada pasien yang mengalami
cukup meningkatkan kenyamanan
perubahan fungsi pernafasan.
Gejala dan tanda mayor ( mis, pijat, mengatur
Desain penelitian adalah deskriptif
DS: posisi,terapi akupresur)
1. Mengeluh sulit tidur 6. Sesuaikan jadwal pemberian korelasi
2. Mengeluh sering terjaga obat dan/atau tindakan untuk Terapeutik :
3. Mengeluh tidak puas tidur menunjang siklus tidur- 1. Tidur dalam kondisi gelap atau
4. Mengeluh pola tidur berubah terjaga. mematikan lampu kamar akan
5. Mengeluh istirahat tidak Edukasi : membuat kualitas tidur menjadi
cukup 1. Jelaskan pentingnya tidur lebih baik. Paparan cahaya adalah
DO : ( tidak tersedia) cukup selama sakit. faktor kunci yang mengatur tidur
Gejala dan tanda minor 2. anjurkan menepati kebiasaan dan jam biologis tubuh. Cahaya
DS: waktu tidur menjadi acuan jam biologis tubuh,
1. Mengeluh kemampuan 3. anjurkan mengurangi karena cahaya yang diterima tubuh
beraktivitas menurun makanan/minuman yang saat tidur dapat memberikan sinyal
DO: ( tidak tersedia ) mengganggu tidur yang menunjukkan waktu-waktu
Kondisi klinis terkait 4. anjurkan penggunaan obat tertentu bagi tubuh.

21
1. Nyeri/kolik tidur yang tidak mengandung
2. Hipertiroidisme supresor terhadap tidur REM. 2. Tidur di ruangan yang terang lebih
3. Kecemasan 5. ajarkan faktor-faktor yang berisiko mengalami depresi
4. Penyakit paru obstruktsi kronik berkontribusi terhadap dibandingkan tidur di ruangan yang
5. Kehamilan gangguan pola tidur gelap. Selain itu, gangguan tidur
6. Periode pasca partum ( mis,psikologis, gaya hidup, juga berkaitan erat dengan risiko
7. Kondisi pasca operasi sering berubah shift bekerja) depresi.Pencahayaan redup di
(PPNI, 2017). 6. ajarkan relaksasi otot malam hari meningkatkan
autogenic atau cara perubahan fisiologis yang
nonfarmakologi lainnya. menyebabkan depresi pada manusia.
(PPNI, 2018). Hal ini dapat terjadi melalui ritme
sirkadian yang terganggu atau
penekanan melatonin. 

Edukasi :
1. Tidur yang berkualitas dilakukan
minimal 7-8 jam setiap malam.
Rentang ini akan memberikan waktu
bagi tubuh untuk merawat dan
menjaga kesehatan Anda. Tidur 7-8
jam setiap hari juga dapat
memberikan Anda berbagai manfaat
2. Mengurangi makan atau minum
yang bisa menggangu waktu tidur
sangatlah baik, tujuannya yakni
untuk memberikan waktu tidur yang
optimal dan juga baik untuk
kesehatan tubuh.
3. Obat tidur tidak hanya bisa memicu
rasa kantuk, tapi juga membuat
Anda tidur lebih lama. Jika
digunakan dalam jangka pendek dan
sesuai aturan pakai, obat ini
memang bisa berguna. Namun

22
apabila digunakan berlebihan,
beberapa jenis obat tidur bisa
menyebabkan ketergantungan
4. latihan relaksasi otot progresif
bermanfaat menimbulkan respon
tenang, nyaman, dan rileks.
4. Gangguan komunikasi verbal (D.0119) Komunikasi Verbal Perawatan Telinga (I.06206) Perawatan Telinga (I.06206)
Kategori: Relasional ( L.13118) Definisi : mengidentifikasi, merawat Observasi :
Subkategori : Interaksi Sosial Setelah melakukan pengkajian dan mencegah gangguan pada teliga
Definisi : Penurunan, pelambatan, 1. Tes pendengaran adalah prosedur
selama 3 × 24 jam tingkat dan pendegaran
atau ketiadaan kemampuan untuk pemeriksaan untuk mengetahui
komunikasi verbal membaik, Tindakan
menerima, memproses, mengirim, dengan criteria hasil : Observasi kemampuan mendengar seseorang.
dan/atau menggunakan sistem 1. Kemampuan berbicara 1. Pemeriksaan fungsi Pemeriksaan dilakukan dengan
simbol. meningkat pendengaran mengukur seberapa baik suara
Penyebab : 2. Kemampuan mendengar 2. Monitor tanda dan gejala terhantar ke otak.
1. Penurunn sirkulasi serebral meningkat infeksi telinga (mis. Inflamasi
3. Kesesuaian ekspresi 2. Suara yang didengar berasal dari
2. Gangguan neuromuskuler dan pengeluaran cairan)
wajah/tubuh meningkat getaran pada udara di sekeliling kita,
3. Gangguan pendengaran 3. Monitor tanda dan gejala
4. Kontak mata meningkat yang kemudian membentuk
4. Gangguan muskuloskeletal disfungsi telinga (mis. Nyeri,
5. Respon perilaku gelombang suara yang merambat
5. Kelainan palatum membaik nyeri tekan, gatal, perubahan
6. Hambatan fisik (mis. dalam frekuensi tertentu. Proses
6. Pemahaman komunikasi pendegaran, tinitus, vertigo)
Terpasang trakheostomi, Terapeutik mendengar terjadi saat gelombang
membaik
intubasi, krikotiroidektomi) (PPNI, 2019). 1. Bersihkan telinga luar suara masuk melalui telinga dan
7. Hambatan individu (mis. 2. Bersihkan seruman telinga dihantarkan oleh saraf ke otak.
Ketakutan, kecemasan, merasa dengan kapas yang lembut Proses mendengar ini akan
malu, emosional, kurang 3. Lakukan irigasi telinga,jika terganggu jika ada bagian telinga
privasi) perlu yang rusak, sehingga
8. Hambatan psikologis (mis. 4. Hindari paparan suara keras terjadi gangguan pendengaran.
Gangguan psikotik, gangguan Edukasi
3. Paparan suara kencang bisa merusak
konsep diri, harga diri rendah, 1. Jelaskan tanda dan gejala
gangguan emosi) sel-sel di telinga bagian dalam
disfungsi pendengaran
9. Hambatan limngkungan (mis. 2. Anjurkan menggunakan Anda. Kerusakan bisa terjadi dengan
Ketidakcukupan informasi, sumbat telinga saat berenang paparan jangka panjang dari suara
ketiadaan orang terdekat, atau dalam pesawat, jika kencang, atau dari suara ledakan
ketidaksesuaian budaya, perlu singkat, seperti suara tembakan. 

23
bahasa asing) 3. Ajarkan membersihkan
Gejala dan tanda mayor telinga luar Terapeutik :
DS: ( tidak tersedia ) (PPNI,2018). 1. Kotoran telinga berlebih dapat
DO : menghambat saluran telinga dan
pergerakan gelombang suara.
1. Tidak mampu berbicara atau
Membersihkan kotoran telinga dapat
mendengar memperbaiki pendengaran
2. Menunjukan respon tidak 2. Kotoran telinga atau serumen
sesuai umumnya berupa gumpalan lunak,
Gejala dan tanda minor yang merupakan produksi alami dari
DS: ( tidak tersedia ) kelenjar minyak di liang telinga.
DO: Gumpalan ini justru berfungsi untuk
1. Afasia melindungi telinga, berperan
2. Disfasia memerangkap debu, menghambat
3. Apraksia pertumbuhan kuman, dan menjaga
4. Disleksia agar air tidak masuk ke dalam
telinga. Kotoran telinga sebenarnya
5. Disartria
tidak akan menyebabkan gangguan,
6. Afonia jika jumlahnya tidak berlebihan.
7. Dislalia 3. Gelombang suara lewat melalui
8. Pelo telinga bagian luar dan
9. Gagap menyebabkan getaran pada gendang
10. Tidak ada kontak mata telinga. Gendang telinga dan tiga
11. Sulit memahami komunikasi tulang kecil dari telinga bagian
12. Sulit mempertahankan tengah memperkuat getaran saat
komunikasi gelombang tersebut berjalan ke
13. Sulit menggunakan ekspresi telinga bagian dalam. Getaran
wajah atau tubuh melewati cairan di rumah siput di
14. Tidak mampu menggunakan bagian dalam telinga (koklea). 
ekspresi wajah atau tubuh Edukasi :
15. Sulit menyusun kalimat 1. Ada 3 tipe gangguan pendengaran
16. Verbalisasi tidak tepat yang dapat terjadi, yaitu gangguan
17. Sulit menggungkapkan kata pendengaran konduktif, gangguan
kata pendengaran sensorineural, dan
18. Disorientasi orang, ruang, gangguan pendengaran campuran.
waktu 2. Menggunakan sumbat telinga saat
19. Defisit penglihatan berenang dapat mencegah terjadinya
infeksi pada telinga, karena
24
20. Delusi
masuknya air seperti otitis externa.
(PPNI, 2017).
Otitis externa adalah infeksi yang
terjadi pada saluran yang
menyalurkan suara dari luar menuju
gendang telinga (saluran telinga).
Infeksi ini bisa disebabkan banyak
hal, telinga yang lembap seusai
bermain air sehingga kulit saluran
telinga rentan mengalami iritasi
serta membentuk media yang sesuai
untuk bakteri dan jamur hidup, bisa
jadi penyebabnya
3. Kotoran atau serumen yang
dihasilkan oleh kelenjar dalam
saluran telinga umumnya dapat
keluar dengan sendirinya. Akan
tetapi, untuk jenis kotoran yang
sudah membandel atau membeku,
perlu proses pengeluaran yang harus
dilakukan secara manual. Namun,
yang perlu diperhatikan,
membersihkan telinga dari kotoran
harus dilakukan dengan aman agar
tidak menimbulkan gangguan lain.
Kesalahan dalam membersihkan
telinga bisa menimbulkan dampak
serius terhadap kesehatan telinga

25
BAB IV
Penutup

4.1 Kesimpulan

Tinitus bukanlah penyakit atau sindroma, tapi hanya merupakan gejala


yang mungkin berasal dari satu atau sejumlah kelainan dan belum tentu bersifat
kelainan atau patologis. Tinitus baru menjadi gejala jika suara organ tubuh
intensitasnya melebihi bunyi masking lingkungan tadi. Tinitus kerap diderita
terutama orang pada kelompok usia pertengahan dan usia tua. Munculnya gejala
pada hampir kebanyakan orang sangat mengganggu dan sering mempengaruhi
kualitas hidup dan pekerjaannya.
Mekanisme terjadinya tinitus karena aktivitas elektrik di sekitar auditorius yang
menimbulkan perasaan adanya bunyi, tetapi impuls yang terjadi bukan berasal
dari bunyi eksternal atau dari luar yang ditransformasikan, melainkan berasal dari
sumber impuls yang abnormal di dalam tubuh penderita sendiri. Impuls abnormal
itu dapat ditimbulkan oleh berbagai kelainan telinga. Tinitus dapat terjadi dalam
berbagai intensitas (Agustini. 2016).

4.2 Saran
Menurut data statistic dari pusat kesehatan di Amerika, sekitar 32% orang
dewasa pernah mengalami tinitus pada suatu saat tertentu dalam hidupnya, dan 6
% nya sangat menganggu dan cukup sulit disembuhkan. Di Inggris, 17% populasi
juga memiliki masalah tinitus. Sayangnya di Indonesia belum ada data statistic
yang memadai, sehingga diperlukan suatu penelitian untuk menghitung
banyaknya penderita tinituss ddi Indonesia.

26
DAFTAR PUSTAKA

Agustini P. Dewi. 2016. MENGENALI GEJALA TINITUS DAN


PENATALAKSANAANNYA. ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS,
HAL 34-40

Nugroho A. Dimas, Muyassaroh, Naftali Zulfikar. 2015. HUBUNGAN


FREKUENSI DAN INTENSITAS TINITUS SUBJEKTIF DENGAN
KUALITAS HIDUP PASIEN. ORLI. Vol. 45 No. 1 hal. 20

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan indikator diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan tindakan keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luarani Keperawatan Indonesia Definisi dan
kriteria hasil keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Willy Tjin. 2019. TINNITUS – GEJALA, PENYEBAB DAN


PENANGANANNYA. Alodokter. (https://www.alodokter.com/tinnitus
diakses pada hari Senin, 14 September 2020 pukul 00.09 WITA).

27

Anda mungkin juga menyukai