php/JKPBK 103
Artikel Penelitian
Abstrak
Latar Belakang: Gadget adalah suatu perangkat elektronik yang memiliki fungsi khusus pada setiap perangkatnya.
Gadget pada jaman seperti sekarang sudah sangat modern dan mudah untuk digunakan, salah satunya penggunanya
ialah anak-anak, Gadget juga mempunyai dampak positif dan dampak negatif yang dapat memunculkan kecemasan
terhadap orangtua. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan orangtua
terhadap dampak negatif gadget pada anak usia 6-12 tahun berdasarkan karakteristik meliputi usia, pekerjaan,
pendidikan, dan perannya sebagai orangtua. Metode: Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan teknik
pengambilan sampel secara Accendetal. Penelitian dilakukan dari bulan April-Mei 2019 dengan melibatkan 37
responden. Hasil: Hasil penelitian didapatkan Pada tingkat kecemasan responden berdasarkan usia didapatkan
kecemasan sedang usia 36-45 tahun yaitu 6 responden (16%). Berdasarkan pendidikan responden kecemasan
sedang pada responden bekerja swasta yaitu 5 responden (14%). Tingkat kecemasan responden menurut jenis
pendidikan terakhirnya kecemasan sedang pendidikan SLTA sebanyak 6 responden (16%). Berdasarkan peran
sebagai orangtua tingkat kecemasan ringan pada ibu sebanyak 10 responden (27%). Simpulan dan Saran :
kecemasan orangtua yang banyak terjadi pada kategori sedang terhadap dampak negatif gadget pada anak.
Puskesmas dapat melakukan edukasi terhadap orangtua untuk mengatasi masalah dampak negatif gadget ini.
Kata Kunci : Dampak Negatif Gadget, Tingkat Kecemasan, Usia 6-12 Tahun
Abstract
Background: A gadget is an electronic device that has a particular function on each device. Gadgets in the era like
now are very modern and easy to use, one of which is the users are children, Gadgets also have a positive impact and
adverse effects that can raise anxiety about parents. Objective: This study aims to describe the parents' anxiety level
towards the negative impact of gadgets on children aged 6-12 years based on characteristics including age, work,
education, and their role as parents. Method: The design of this study is descriptive quantitative, with Accidental
sampling techniques. The study conducted from April to May 2019, involving 37 respondents. Results: The results of
the study obtained at the level of anxiety of respondents based on age found moderate anxiety aged 36-45 years,
namely six respondents (16%). Based on the respondent's education, the anxiety was on the respondents working
privately, namely five respondents (14%). The level of anxiety of respondents according to the type of education that
was the last anxiety was high school education as many as six respondents (16%). Based on the role of a parent, the
level of mild anxiety in the mother was ten respondents (27%). Conclusions and Suggestions: Parental anxiety that
occurs in many categories in the negative impact of gadgets on children. Puskesmas can educate parents to overcome
the problem of the negative impact of this gadget.
memiliki fungsi khusus pada setiap internet dalam gadget yang menampilkan
perangkatnya. Contohnya: Komputer, segala hal yang semestinya belum waktunya
Handphone, tablet (Puji, 2017). Gadget saat dilihat oleh anak-anak. Banyak anak yang
ini merupakan salah satu teknologi yang mulai kecanduan gadget dan lupa
pesat perkembangannya serta dilengkapi bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya
dengan berbagai fungsi khusus diantaranya yang berdampak psikologis terutama krisis
seperti komputer dan smartphone. Gadget percaya diri juga pada perkembangan fisik
pada jaman seperti sekarang sudah sangat anak. Lebih mengakhawatirkan lagi, jika
modern dan mudah untuk digunakan, salah mereka sudah tidak tengok kanan kiri atau
satunya penggunanya ialah anak-anak, tidak mempedulikan orang disekitarnya,bahkan
heran jika banyak ditemukan anak- anak menyapa kepada orang yang lebih tuapun
yang sudah pandai dalam menggunakan enggan (Chusna, 2017). Berdasarkan data
gadget. Gadget juga mempunyai dampak penelitian baru menurut Parent Indonesia
positif dan dampak negatif yang dapat tahun 2013 yang dikeluarkan American
memunculkan kecemasan terhadap orang Association of Pediatrics (AAP). Penelitian
tua (Arfianto, 2017). Kecemasan orang tua ini mengambil tajuk “penggunaan media
dikarenakan penggunaan gadget dikalangan menjadi dominan dalam kehidupan
anakanak semakin memprihatinkan dan anakanak zaman sekarang”. Media yang
tentu memiliki dampak negatif terhadap paling umum digunakan anak adalah
tumbuh kembang. Terlihat jelas anak-anak gadget, jumlah anak-anak yang
lebih cepat beradaptasi dengan teknologi menggunakan gadget meningkat hampir dua
yang ada. Sehingga anak-anak sering kali lipat dari 38% menjadi 72% (Warisyah,
terlena dengan kecanggihan gadget dengan 2015). Dahulu, handphone dan tablet hanya
fitur-fitur yang tersedia di dalamnya. Anak- digunakan untuk berkomunikasi dikalangan
anak yang sering menggunakan gadget, usia dewasa dan untuk mengurus urusan
seringkali lupa dengan lingkungan pekerjaan saja dan karena harga gadget
sekitarnya. Mereka lebih memilih bermain yang mahal orang-orang yang memiliki
menggunakan gadget dari pada bermain pendapatan tinggi saja yang dapat
bersama dengan teman-teman dilingkungan memilikinya. Namun pada keadaan saat ini,
sekitar tempat tinggalnya. Sehingga interaksi bukan hanya dikalangan dewasa, tetapi usia
sosial antara anak dengan masyarakat, remaja dan usia dini seperti anak usia
lingkungan sekitar berkurang, bahkan prasekolah atau anak Taman kanak-kanak
semakin luntur (Warisyah, 2015). pun sudah menggunakan gadget karena
Penggunaan gadget yang berlebihan akan faktor orang tua yang sibuk bekerja dan
berdampak buruk bagi anak. Anak yang karena persaingan dipasar yang semakin
menghabiskan waktunya dengan gadget tinggi harga gadget pun menjadi semakin
akan menjadi lebih pemarah, pemberontak murah. Sedangkan, aplikasi-aplikasi yang
karena merasa sedang diganggu saat asyik terdapat pada tablet atau smartphone
bermain game. Malas mengerjakan rutinitas tersebut bukan hanya aplikasi tentang
sehari-hari. Bahkan untuk makanpun harus pembelajaran mengenal huruf atau gambar,
disuapi, karena sedang asyik menggunakan tetapi terdapat aplikasi hiburan, seperti
gadgetnya. Penggunaan gadget yang sosial media, video, gambar bahkan game.
berlebihan pada anak akan berdampak Pada kenyataannya, anak-anak akan
negatif karena dapat menurunkan daya menjadi lebih sering menggunakan
konsentrasi dan meningkatkan gadgetnya untuk bermain game daripada
ketergantungan anak untuk dapat untuk belajar ataupun bemain di luar rumah
mengerjakan berbagai hal yang semestinya dengan teman-teman seusianya, karena
dapat mereka lakukan sendiri. Dampak ketika sudah menggunakan gadget anak-
lainnya adalah semakin terbukanya akses anak bisa sampai lupa waktu (Trinika, 2015).
Dari beberapa faktor dan dampak gadget malam. Berdasarkan uraian yang ada di
terhadap anak, maka orangtua pasti akan atas, peneliti tertarik untuk melakukan
merasa cemas dengan perilaku yang dapat penelitian pada anak usia 6-12 tahun
terjadi pada anaknya. Namun adapula dikarena kan menurut teori Erikson tentang
beberapa orang tua yang masih tidak perkembangan psikososial manusianya,
mengetahui apa saja bahaya gadget anak usia 6-12 tahun prilakunya sudah mulai
terhadap anak ataupun memang dengan terintegrasi. Anak yang sudah terlibat aktif
sengaja membiarkan anaknya untuk dalam interaksi sosial akan mulai
menggunakan gadget, sehingga adapula menggembangkan suatu perasaan bangga,
orangtua yang tidak memiliki kecemasan kemampuan akademik anak yang berusia 6-
dengan dampak dari gadget itu sendiri. 12 tahun akan mulai berkembang dan juga
Berdasarkan hasil penelitian di Bandar kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi
Lampung tahun 2016, menunjukan orang dengan orang lain ataupun keluarga juga
tua memiliki persepsi yang berbeda-beda akan berkembang diusia ini. Tetapi
tentang penggunaan gadget secara dikarenakan sekarang banyak ditemukan
berlebihan memiliki dampak negatif bagi anak yang menggunakan gadget pada usia
anak dan prilakunya mendatang. Presentase ini, maka dikhawatirkan akan menggangu
kategori setuju 50%, kategori kurang setuju pertumbuhan serta sikap pada anak. Maka
30,8% dan kategori tidak setuju 19,2%. peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Terdapat pula orang tua yang setuju bhwa mengenai “Gambaran tingkat kecemasan
kemampuan psikomotorik anak berkurang Orangtua terhadap dampak negatif gadget
karena menggunakan gadget, anak menjadi pada anak usia 6-12 tahun Di Kelurahan
sulit berkomunikasi dan bersosialisasi Harapan Baru Samarinda”
dengan orang lain karena dampak negatif
dari gadget. Anak menjadi lebih asik dengan METODE
dunianya sendiri tanpa menghiraukan orang Desain penelitian adalah kerangka kerja
ataupun lingkungan disekitarnya (Simamora, yang digunakan untuk melaksanakan
2016). Pada penelitian yang dilakukan di penelitian. Desain penelitian memberikan
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan gambaran tentang prosedur untuk
Malang tahun 2017 berjudul Gambaran mendapatkan informasi atau data yang
Kecemasan Terhadap Pengaruh Gadget diperlukan untuk menjawab seluruh
Bagi Usia Remaja Awal pada Orang Tua pertanyaan penelitian. Oleh karena itu,
yang Bekerja Di Luar Rumah, dengan sebuah penelitian yang baik akan
metode penelitian kualitatif didapatkan menghasilkan sebuat proses penelitian yang
bahwa subjek mengalami kecemasan ringan efektif dan efisien (Hadi, 2009) Adapun
(Arfianto, 2017). Berdasarkan dari hasil studi desain dalam penelitian ini menggunakan
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada metode penelitian deskriptif kuantitatif, yang
hari jum’at, tanggal 22 Februari 2019, menurut Sugiyono (2012) dikatakan metode
kepada orangtua anak usia 6-12 tahun yang kuantitatif karena data penelitian berupa
menggunakan gadget di Kelurahan Harapan angka-angka dan analisis menggunakan
Baru Samarinda dan berdasarkan hasil statik. sedangkan deskriptif yaitu, penelitian
wawancara dengan 8 dari 10 orangtua anak yang dilakukan untuk mengetahui nilai
mengatakan sering merasa takut jika variabel mandiri, baik satu variabel atau
anaknya terlalu sering bermain gadget lebih (independen) tanpa membuat
sampai lupa waktu. Orangtua anak perbandingan, atau menghubungkan
merasakan nafsu makan berkurang, sulit dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2012).
untuk tidur, khawatir dengan kondisi anak Tujuan digunakannya rancangan deskriptif
kedepannya, takut akan terjadi hal buruk dalam penelitian ini adalah untuk
pada anaknya, dan terbangun di tengah mendapatkan gambaran tingkat kecemasan
orang tua pada dampak negatif gadget pada
anak usia 6-12 tahun di Kelurahan Harapan pendidikan dan peran sebagai orang tua
Baru , Samarinda yang datanya akan dijabarkan sebagai
berikut :
HASIL a. Karakteristik responden
Pada bagian ini akan dipaparkan secara berdasarkan usia
lengkap hasil penelitian Gambaran Tingkat Usia 17-25 tahun sebanyak 2
Kecemasan Orangtua Terhadap Dampak responden (5%), usia 26-35 tahun
Negatif Gadget pada Anak Usia 6-12 Tahun sebanyak 11 responden (30%), usia
di Kelurahan Harapan Baru Samarinda 36-45 tahun sebanyak 14 responden
Tahun 2019. Penelitian ini dilakukan pada (38%), usia 46-55 tahun sebanyak 7
bulan April hingga Mei 2019 dengan responden (19%), dan usia 56-65
melibatkan 37 orang orangtua di Kelurahan tahun sebanyak 3 responden (8%).
Harapan Baru yang anaknya berusia 6-12 b. Karakteristik Responden
Tahun dan memiliki gadget. Penelitian Berdasarkan Pekerjaan
dilakukan dengan cara orangtua responden karakteristik responden berdasarkan
mengisi langsung dengan menggunakan pekerjaan yaitu PNS sebanyak 6
lembar kuesioner terhadap tingkat responden (16%), swasta sebanyak
kecemasan yang dialami orangtua terhadap 13 responden (35%), wiraswasta
dampak negatif gadget. sebanyak 8 responden (22%), dan
1. Gambaran Kelurahan Harapan Baru tidak bekerja sebanyak 10
Samarinda responden (27%).
Kelurahan Harapan Baru Samarinda c. Karakteristik Responden
terletak di Jalan Cipto Mangunkusumo, berdasarkan pendidikan
Kelurahan Harapan Baru, Kecamatan Karakteristik responden
Loa Janan Ilir, Kota Samarinda berdasarkan pendidikan yaitu SD
Kalimantan Timur, Indonesia. Luas sebanyak 5 responden (13%), SLTP
wilayah Kelurahan Harapan baru sebanyak 10 responden (28%),
6,33Km², dengan jumlah penduduk SLTA sebanyak 15 responden
12.102 jiwa pada tahun 2012, dan (40%), dan PT sebanyak 7
kepadatan 1.912 jiwa/Km². Kelurahan responden (19%).
Harapan Baru merupakan Kelurahan d. Karakteristik Responden
yang berada di 3 jalan utama yang Berdasarkan Peran Sebagai
menjadi perlintasan Samarinda- Orangtua
Balikpapan, yakni Jalan Cipto Karakteristik Responden
Mangunkusumo, Jalan HAMM Rifadin, berdasarkan peran sebagai
dan Jalan Kurnia Makmur sehingga orangtua yaitu Ayah sebanyak 10
Harapan Baru menjadi salah satu responden (28%), dan Ibu sebanyak
daerah yang berkembang pesat di Kota 27 responden (72%).
Samarinda. Fasilitas juga lengkap 3. Gambaran Tingkat Kecemasan
seperti sekolah, masjid, fasilitas Responden Tingkat kecemasan
kesehatan, tempat rekreasi, dan responden meliputi tidak ada
sebagainya. Serta penduduk di kecemasan, kecemasan ringan,
Kelurahan Harapan baru terdiri dari kecemasan sedang, kecemasan berat,
berbagai usia, salah satunya anak usia dan kecemasan berat sekali. Yang
sekolah 6-12 tahun yaitu sebanyak 240 perhitungannya menggunakan kuisioner
anak pada tahun 2019. HRS-A yang terdiri dari 56 pertanyaan
2. Gambaran Karakteristik Responden yang meliputi 14 kelompok gejala
Responden dalam penelitian ini kecemasan yang masingmasing
berjumlah 37 orang, Karakteristik dijabarkan secara lebih spesifik. Hasil
responden meliputi usia, pekerjaan,
ukurnya jika skor < 14 artinya tidak ada oleh responden yang berpendidikan
kecemasan, skor 14-20 artinya SMA yaitu 12 responden.
kecemasan ringan, skor 21-27 artinya Sedangkan lulusan perguruan tinggi
kecemasan sedang, skor 28-41 artinya hanya 6 responden, SMP 7
kecemasan berat, skor 42-56 artinya responden dan SD 1 orang. Sisanya
kecemasan berat sekali/panik. Tingkat 11 responden tidak mengalami
kecemasan diidentifikasi berdasarkan kecemasan
usia, pekerjaan, pendidikan dan peran d. Tingkat kecemasan berdasarkan
sebagai orangtua. peran sebagai orangtua.
a. Tingkat kecemasan berdasarkan Hasil penelitian didapatkan bahwa
usia kecemasan lebih banyak dialami
Hasil penelitian menunjukkan usia oleh responden yang berperan
yang rentan mengalami kecemasan sebagai Ibu, yaitu sebanyak 19
adalah usia 36-45 tahun. Dari 31 responden. Sedangkan kecemasan
orang responden yang mengalami yang dialami responden yang
kecemasan, terdapat 11 responden berperan sebagai ayah hanya 7
yang mengalami kecemasan di responden.
rentang usia 36-45 tahun, dengan
rincian cemas ringan 2 orang,
cemas sedang 6 orang, dan cemas PEMBAHASAN
berat 3 orang. Sementara pada Gadget adalah suatu perangkat elektronik
rentang usia 26-35 tahun, yang memiliki fungsi khusus pada setiap
kecemasan dialami sebanyak 9 perangkatnya. Gadget saat ini merupakan
responden (cemas ringan 2 orang, salah satu teknologi yang pesat
cemas sedang 4 orang, dan cemas perkembangannya serta dilengkapi dengan
berat 2 orang). Pada rentang usia berbagai fungsi khusus diantaranya seperti
46-55 tahun, kecemasan dialami komputer dan smartphone. Gadget pada
sebanyak 6 responden, yaitu cemas jaman seperti sekarang sudah sangat
ringan 4 orang dan cemas sedang 2 modern dan mudah untuk digunakan, salah
orang) satunya penggunanya ialah anak-anak, tidak
b. Tingkat kecemasan berdasarkan heran jika banyak ditemukan anak-anak
pekerjaan yang sudah pandai dalam menggunakan
Hasil penelitian didapatkan jenis gadget. Gadget juga mempunyai dampak
pekerjaan responden yang paling positif dan dampak negatif yang dapat
banyak mengalami kecemasan memunculkan kecemasan terhadap
adalah swasta yaitu sebanyak 16 orangtua (Arfianto, 2017). Kecemasan
responden (cemas ringan 6 orang, merupakan perasaan yang paling umum
cemas sedang 7 orang, dan cemas dialami oleh seseorang termasuk orangtua.
berat 3 orang). Sedangkan Kecemasan diakibatkan oleh kepedulian
responden yang tidak bekerja yang berlebihan akan suatu masalah yang
mengalami kecemasan hanya sedang dihadapi (nyata) ataupun yang
sebanyak 6 orang, Pegawai Negeri dibayangkan mungkin terjadi. Terlebih pada
Sipil sebanyak 4 orang. Sisanya 11 jaman sekarang anak-anak akan menjadi
responden tidak mengalami lebih sering menggunakan gadgetnya untuk
kecemasan. bermain game daripada untuk belajar
c. Tingkat kecemasan berdasarkan ataupun bemain di luar rumah dengan
pendidikan teman-teman seusianya, karena ketika
Hasil penelitian didapatkan sudah menggunakan gadget anak-anak bisa
kecemasan lebih banyak dialami sampai lupa waktu. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan di Kelurahan Harapan Baru
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan, JKPBK. 2019; 2(2)
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/JKPBK 108
Kota Samarinda, tingkat kecemasan dengan teori yang dikemukaan oleh Na’im
responden berdasarkan usia, pekerjaan, (2010) bahwa seorang individu yang
pendidikan, dan peran sebagai orangtua memiliki kematangan pribadi akan lebih
berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan susah mengalami kecemasan, sebab
peneliti bahwa kecemasan yang dirasakan individu mempunyai adaptasi yang besr
oleh responden berbeda-beda menurut usia, terhadap suatu stressor, sedangkan individu
pekerjaan, pendidikan, dan peran responden yang kepribadiannya belum cukup matang
itu sendiri. Tetapi yang tertinggi untuk usia lebih peka terhadap rangsang sehingga
yaitu responden mengalami kecemasaan akan sangat mudah mengalami kecemasan.
sedang sebanyak 6 responden (16%) b. Gambaran tingkat kecemasan dilihat dari
berusia 36-45 tahun, untuk tingkat pekerjaan responden Berdasarkan penelitian
kecemasan berdasarkan pekerjaan yang tentang tingkat kecemasan yang dilakukan
tertinggi ialah kecemasan sedang sebanyak di Kelurahan Harapan Baru Kota Samarinda
5 responden (14%) pekerja swasta, Tingkat yang ditinjau dari pekerjaan responden
kecemasan tertinggi berdasarkan pendidikan bahwa frekuensi terbanyak ialah responden
ialah kecemasan sedang sebanyak 6 yang bekerja swasta dengan kecemasan
responden(16%) pendidikan SLTA, dan sedang sebanyak 5 responden (14%).
tingkat kecemasan tertinggi berdasarkan Setelah dilakukan pendekatan pada
peran sebagai orangtua ialah kecemasan responden yang bekerja swasta, responden
ringan sebanyak 10 responden (27%) yaitu merasa cemas dengan keadaan anaknya
peran sebagai ibu. Hasil pembagian saat dia bekerja, karena tidak dapat
kuisioner dengan menggunakan HRS-A memantau secara langsung apa yang
yang berisi 56 pertanyaan yang meliputi 14 dikerjakan oleh anaknya. Terlebih sekarang
kelompok gejala kecemasan, yang banyak anaknya sudah mengenal gadget, membuat
dirasakan oleh responden adalah responden semakin khawatir. Keadaan ini
pertanyaan tentang gejala perasaan yang mempengaruhi kecemasan responden
ansietas yaitu sering merasa cemas dan karena tidak mampu selalu mengawasi
memiliki firasat buruk. Responden anaknya. Sejalan dengan apa yang
merasakan cemas dan memiliki firasat buruk dikatakan oleh Narbuko (2002) bahwa
karena takut jika anaknya akan mengalami pekerjaan merupakan kegiatan utama atau
gangguan pada kesehatan matanya karena penghasil utama dalam kehidupan manusia.
keseringan menggunakan gadget, menonton Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
hal-hal yang tidak pas dengan usianya dan Arfianto (2017) bahwa pada penelitian ini
malas untuk belajar dan juga malas responden yang bekerja swasta dilakukan
bersosialisasi dengan orang lain. a. pengambilan data menggunakan metode
Gambaran tingkat kecemasan dilihat dari wawancara (studi kasus). Hasil penelitian
umur responden Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa responden yang dijadikan
tentang tingkat kecemasan yang dilakukan subjek mengalami kecemasan ringan. c.
di Kelurahan Harapan Baru Kota Samarinda Gambaran tingkat kecemasan dilihat dari
yang ditinjau dari umur responden pendidikan responden Berdasarkan
didapatkan presentase tingkat kecemasan penelitian tentang tingkat kecemasan yang
yang banyak dialami oleh responden ialah dilakukan di Kelurahan Harapan Baru Kota
kecemasan sedang sebanyak 6 responden Samarinda yang ditinjau dari pendidikan
(16%) pada golongan usia 36-45 tahun. terakhir responden didapatkan tingkat
Berdasarkan asumsi peneliti bahwa tingkat kecemasan responden yang tertinggi ialah
kecemasan responden dipengaruhi oleh kecemasan sedang sebanyak 6 reponden
usia, karena semakin cukup usiatingkat (16%) pada pendidikan responden SLTA.
kematangn dan kekuatan berpikir seseorang Menurut asumsi peneliti, kecemasan
akan menjdi lebih matang. Hal ini sejalan seseorang itu dapat dipengaruhi oleh tingkat