Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 4

AsKep pada pasien dengan Gangguan Telinga


OTALGIA

Disususn oleh :
1. Ajeng Alfi S (1611012)
2. Desi Setya N (1611014)
3. Fina Ayu (1611016)
4. Khusnul Arifianti (1611023)
5. Krista Maisari (1611024)
6. Mufarikhatul Binti L (1611026)
7. Reka Dwi I. (1611027)
8. Zulfa Alkarimah (1611033)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


PATRIA HUSADA BLITAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Blitar, 25 Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I ................................................................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH .................................................................................. 1

1.3 TUJUAN ........................................................................................................... 1

BAB II............................................................................................................................... 2

2.1 Definisi .............................................................................................................. 2

2.2 Etiologi .............................................................................................................. 2

2.3 Klasifikasi ......................................................................................................... 6

2.4 Patofisiologi ...................................................................................................... 6

2.5 Tanda dan Gejala .............................................................................................. 8

2.6 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................... 8

2.7 Penatalaksaan .................................................................................................. 12

2.8 Komplikasi ...................................................................................................... 12

BAB III ........................................................................................................................... 13

3.1 Pengkajian ....................................................................................................... 13

3.2 Diagnosa Keperawatan ......................................................................................... 14

3.3 Intervensi......................................................................................................... 14

BAB IV ........................................................................................................................... 18

4.1 Pengkajian ....................................................................................................... 18

4.2 Analisa data..................................................................................................... 19

4.3 Diagnosa keperawatan & Intervensi ............................................................... 20

BAB V ............................................................................................................................ 23

5.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 23

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Otalgia sangat umum terutama pada anak-anak pada sebagian besar
kasus.Lebih banyak dialami oleh pria dari pada wanita.Beberapa koisioner
diisi oleh beberapa sampel secara acak dari 2.500 orang berusia 25-65
tahun. Keseluruhan 1.720 penerima mengisi koisioner tersebut dan Kriteria
inklusi rasa sakit di dalam atau di sekitar telinga tanpa infeksi, tumor, atau
trauma, dari waktu 6 bulan atau lebih, dan frekuensi sakit setidaknya
sebulan sekali. Secara keseluruhan 152 responden yang memenuhi kriteria,
dan 100 berpartisipasi dalam pemeriksaan klinis dan
wawancaratersebut(kuttilas,dkk,2004).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep dasar penyakit Otalgia ?
2. Bagaimana konsep askep pada pasien yang menderita Otalgia ?
3. Bagaimana aplikasi kasus semu pada pasien Otalgia ?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui konsep dasar penyakit Otalgia
2. Memahami konsep askep pada pasien yang menderita Otalgia
3. Memahami melalui aplikasi kasus semu pasien Otalgia

1
2 BAB II
Konsep Dasar Penyakit

2.1 Definisi
Otalgia adalah sensasi rasa sakit di telinga.Otalgia adalah suatu nyeri
telinga, setiap penyakit yang mengenai daerah telinga hampir semuanya
terdapat gejala otalgia.Penyebab nyeri dalam telinga itu sendiri dapat
berasal dari telinga maupun diluar telinga (Arnolds, 1984).
Otalgia adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa dilukiskan sebagai
rasa terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa bersifat ringan atau sangat
hebat, atau konsisten dan intermittent atau sementara. Pada keadaan
terakhir, biasanya sesuai ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang
masuk(Petrus,1986).

2.2 Etiologi
Penyebab Otalgia dapat dibedakan menjadi dua , yaitu :
1. Otalgia Primer
a. Otalgia Eksterna
Otalgia eksterna adalah proses inflamasi dari meatus akustikus
eksterna yang dapat disebabkan oleh kelembaban ataupun trauma.
Biasanya penyakit ini sering muncul saat musim panas karena
meningkatnya intensitas orang untuk pergi berenang, karena itulah
penyakit ini biasa disebut sebagai “telinga perenang”( Bluest D,
1996 ).
Otalgia eksterna lazim terjadi dan selalu terasa nyeri, sering nyeri
yang sangat hebat.Tanda utama otalgia eksterna bahwa tarikan pada
aurikula atau penekanan pada tragus dapat memperhebat nyeri ini,
yang tidak terjadi pada otitis media supuratif akut. Bila otalgia
eksterna karena jamur, sering nyeri terlihat tidak sesuai dengan
gambaran fisik kulit liang telinga berwarna merah, tetapi biasanya
edema lebih ringan dibandingkan dengan yang terjadi pada infeksi
bakteri dan mungkin terdapat eksudat jernih yang minimum (Petrus,

2
1986).Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan debris atau eksudat
yang biasa ditemukan pada liang telinga dan tidak jarang juga
menutupi membran timpani (Arnolds, 1984) (Petrus, 1986).
b. Polikondritis
Polikondritis ditandai oleh reaksi radang yang menonjol pada
struktur-struktur kartilago.Tersering mengenai kartilago telinga dan
aurikula menjadi merah, bengkak, nyeri dan nyeri tekan.Biasanya
mengenai aurikula bilateral disertai reaksi akut pada aurikula yang
terjadi bersamaan atau berganti-gantian.Relaps lazim dan dapat
terjadi dari beberapa kali dalam sebulan sempai sekali dalam
beberapa tahun, dan dapat berlangsung dari beberapa hari sampai
beberapa bulan (Petrus, 1986).
c. Otalgia Media
Otalgia media akut dapat mengembangkan otalgia berat dan
biasanya didahului oleh demam, iritabilitas dan hilangnya
pendengaran.Nyeri telinga sinonim dengan otalgia media supuratif
akut akibat infeksi bakteri dicelah telinga tengah.Organisme yang
sering bertanggung jawab meliputi Streptococcus, Haemoliticus,
Pneumococcus dan Haemophillas influenzae.Nyeri telinga dan
demam yang menandai mulanya otitis media supuratif akut dan
biasanya didahului oleh gejala-gejala berbagai infeksi traktus respi
ratorius atas.Pada anak dan orang dewasa gejala utamanya adalah
nyeri telinga.Mungkin juga terdapat sensasi penuh ditelinga dan
gangguan pendengaran, dapat juga timbul tinnitus dan demam
(Petrus, 1986).
d. Barotrauma
Pada anak kecil yang mempunyai disfungsi tuba eustachius dapat
terjadi trauma pada telinga tengah dan membran timpani saat terjadi
perubahan tekanan secara tiba-tiba (Arnolds, 1984).Bila tuba
Eustachius tidak dapat terbuka, maka nyeri cepat menghambat di
dalam telinga serta gangguan pendengaran. Kadang-kadang

3
membran timpani akan ruptur, biasanya dengan pendarahan
mendadak dari telinga dapat meredakan nyeri (Petrus, 1986).
e. Mastoiditis Supuratif akut
Mastoiditis Supuratif akut timbul sebagai akibat terapi otitis media
supuratif akut yang tidak adekuat dan biasanya pada anak-
anak.Kadang-kadang pasien otitis media supuratif akut tidak
mencari pertolongan medis karena nyeri terhenti dengan mulainya
otore.Tetapi, setelah beberapa hari otore, dapat terjadi kekambuhan
demam dan nyeri yang menunjukkan mulainya mastoiditis
akut.Biasanya pada pemeriksaan telinga menunjukkan banyak sekret
purulen dari performasi membrana timpani dan “sagging” dinding
posterior superior bagian dalam meatus akustikus eksternus (Petrus,
1986).
f. Miringitis bulosa
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung
hemoragik dikulit meatus akustikus eksterna dan pada membrana
timpani.Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta
gelembung mengering dan menghilang setelah beberapa hari.Tidak
terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri
sekunder (Petrus, 1986).
2. Otalgia sekunder
a. Nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V)
1) Penyakit Gigi
Nyeri mungkin dialihkan ke telinga dari karies gigi,
penyakit gigi, infeksi periapikal dari gigi belakang dan infeksi
subperiosteal rahang atas dan bawah.
2) Iritasi Sinus Paranasal
Inflamasi dan iritasi dari cabang nervus trigeminus pada
sinus paranasal terutama sinus maksilla dapat menimbulkan
nyeri alih pada telinga.
3) Lesi di rongga mulut

4
4) Glandula salivatori
Inflamasi, obstruksi dan penyakit neoplasma dari submandibula,
sublingual dan terutama kelenjar parotis dapat menimbulkan
otalgia
5) Iritasi Durameter
Iritasi oleh infeksi atau tumor dari durameter bagian tengah
atau posterior fossa cramial dapat menimbulkan nyeri telinga.
b. Nyeri alih (Referred atalgia) oleh nervus fasialis
Nervus fasialis adalah saraf motorik dari otot mimik tetapi ada
serat sensoris dari saraf fasialis yang mempersarafi kulit yang
terletak pada bagian lateral dari konka dan antiheliks dan juga pada
lobus posterior dan kulit yang terletak pada daerah mastoid.
Penyebab paling sering nyeri alih oleh saraf fasialis adalah bell’s
palsy sebelum terjadinya paralysis pada wajah. Pasien dengan herpes
zoster otikus (Ramsay Hunt syndrome) juga dapat mengalami
otalgia. Pada penyakit ini dapat ditemukan vesikel sepanjang konka
dan liang posterior.
c. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus glossopharyngeal (N. IX)
Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar adalah penyakit
yang sering menyebabkan nyeri alih pada telinga.Pasien biasanya
mengeluh otalgia setelah melakukan tonsilektomi.
d. Nyeri alih (Referred otalgia) oleh nervus vagus (N. X)
Cabang utama dari saraf vagus mempersarafi mukosa laring,
hipofaring, fraken, esofagus dan kelenjar tiroid.Nyeri pada setiap
bagian ini dialihkan ke telinga.
1) Laringitis
Semua bentuk laringitis dapat menyebabkan nyeri alih otalgia.
Luka pada laring atau adanya benda asing pada laring dapat
menyebabkan adanya nyeri yang menjalar ke telinga.
e. Nervus cervical

5
Penyebab otalgia dari pleksus servikal adalah limfadenopati
servikal yang biasanya terdapat pada jaringan limfe di oksipital dan
mastoid.

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi otalgia dapat dibedakan menjadi 2 berdasarkan atas
penyebabnya adalah sebagai berikut :
1. Otalgia primer adalah nyeri yang berasal dari penyakit yang ada di
telinga.
Seperti : Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma,
Mastoiditis Supuratif akut, Miringitis bulos, dll.
2. Otalgia sekunder adalah penjalaran rasa nyeri dari tempat lain.
Seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Lesi di rongga mulut,
Glandula salivatori, Iritasi Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt
syndrome, Tonsilitis akut, peritonsilitis atau abes peritonsilar,
limfadenopati servikal, laringitis, dll.

2.4 Patofisiologi
a. Penyumbatan
Kadang-kadang pada kanalis dapat terjadi impaksi, yang dapat
menyebabkan otalgia, rasa penuh dalam telinga dan atau kehilangan
pendengaran. Penumpukan serumen terutama bermakma pada populasi
geriatrik sebagai penyebab defisit pendengaran . usaha membersihkan
kanalis auditorius dengan batang korek api, jepit rambut, atau alat lain
bisa berbahaya karena trauma terhadap kulit bisa menyebabkan infeksi.
Anak-anak sering memasukkan benda-benda kecil ke dalam saluran
telinganya, terutama manik-manik, penghapus karet atau kacang-
kacangan.
b. Infeksi
Penyebab umum dari otitis eksterna adalah infeksi bakteri meskipun
jamur adalah penyebab yang terpenting dari 10% kasus; dapat pula
dihasilkan dari non ineksi dermatologi. Bacterial Otalgia Externa

6
Menyukai semua kulit. Saluran telinga luar mempunyai flora normal.
Ketika terjadi gangguan, flora pathogen berkembang didominasi oleh
Pseudomonas aeruginosa dan Stapilococcus aureus. Tanda dan gejala
dari otalgia eksterna dengan penyebab bakteri dirawat lebih giat dari
penyakit lain. Otalgia mungkin cukup berat, untuk itu diberikan anlgetik
seperti Codein dan obat anti inflamasi non steroid. Jamur Otitis Externa.
Jamur dikenal kira-kira 10% dari kasus otalgia externa. Pathogen yg
terbesar dan umum adalah Aspergillus dan Candida. Infeksi jamur
terjadi sebagai hasil dari pengobatan yang lama dari bakteri otitis
eksterna yang menggantikan flora dari saluran telinga. Jamur kadang-
kadang pathogen utama pada otitis externa, khususnya dgn adanya
lembab yg berlebihan atau panas. Ineksi biasanya tidak bergejala dan
diagnosa dibuat dengan mengamati perubahan dalam saluran telinga
luar. Jamur dpt menyebabkan pruritis dan rasa penuh pada telinga.
Pruritis mungkin hebat, menyebabkan kerusakan pada epidermis akibat
garukan. Tinnitus juga umum terjadi.
c. Trauma
Biasa karena benda-benda tumpul maupunbenda tajam. Karena benda
tumpul menyebabkan memar diantara kartilago dan perikondrium. Jika
terjadi penimbunan darah di daerah tersebut, maka akan terjadi
perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa berwarna ungu
kemerahan.
Darah yang tertimbun ini (hematoma) bisa menyebabkan terputusnya
aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk telinga. Pada
trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat adanya energi
suara yang sangat besar. Efek ini terjadi akibat dilampauinya
kemampuan fisiologis telinga dalam sehingga terjadi gangguan
kemampuan meneruskan getaran ke organ Corti. Kerusakan dapat
berupa pecahnya gendang telinga, kerusakan tulang-tulang pendengaran,
atau kerusakan langsung organ Corti. Penderita biasanya tidak sulit
untuk menentukan saat terjadinya trauma yang menyebabkan kehilangan
pendengaran.

7
d. Tumor
Seruminoma (kanker pada sel-sel yang menghasilkan serumen) bisa
tumbuh pada sepertia saluran telinga luar dan bisa menyebar. Kanker sel
basal dan kanker sel skuamosa seringkali tumbuh di pada telinga luar
setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang-ulang.

2.5 Tanda dan Gejala


Gejala klinis yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
a. Adanya perasaan penuh atau tekanan pada telinga
b. Gangguan pendengaran
c. Pusing dan pada infeksi terdapat cairan yang keluar dari telinga
atau demam
Sakit telinga itu sendiri merupakan suatu gejala atau
keluhan, biasanya disertai dengan gejala-gejala lain dan bisa dari
berbagai penyebab.Bayi dan anak-anak biasanya menjadi rewel,
sering menggaruk-garuk telinga atau menarik-narik telinga, bila
penyakitnya di telinga biasanya disertai gangguan
pendengaran.Pada keadaan infeksi dapat disertai demam dan
keluar cairan dari telinga.Sakit telinga yang sering timbul pada
anak-anak adalah akibat infeksi telinga tengah akut, yang timbul
secara tiba-tiba.Biasanya disertai dengan demam tinggi, kadang-
kadang sampai kejang dan muntah.Biasanya sebelumnya
didahului oleh batuk dan pilek.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan diagnostik biasanya dilakukan dengan menanyakan beberapa
hal sehubungan dengan keluhan sakit telinga yang timbul.Seperti adanya
riwayat sakit batuk, pilek dan demam, riwayat mengorek telinga
sebelumnya, riwayat naik pesawat. Sangat penting untuk mengidentifikasi
penyebab telinga nyeriuntuk mengetahui cara mengatasi rasa sakit tersebut.
Telinga akan diperiksa dengan seksama baik menggunakan otoskop atau
endoskopi jika perlu. Organ sekitarnya juga akan diperiksa untuk

8
memastikan asal rasa sakit tersebut. Juga dilakukan Tes Toynbee/Valsava
yaitu tes untuk menentukan masih tidaknya fungsi Eustachius, Tes
pendengaran, Tes keseimbangan, bila perlu dilakukan pemeriksaan
Radiologi.
Dapat juga dilakukan tes fungsi dan tes keseimbangan seperti :
a. Tes fungsi
Tes Toynbee/Valsava adalah untuk mengetahui masih tidaknya fungsi
eusthacius.
b. Tes pendengaran
Tujuan dari tes pendengaran adalah :
1. Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak.
2.Menentukan derajat kekurangan pendengaran.
3. Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran
c. Tes Suara
Tes Bisik : Normalnya tes bisik dapat didengar 10 – 15 meter. Tetapi
biasa dipakai patokan 6 meter. Syarat melakukan tes Bisik :
1. Pemeriksa berdiri di belakang pasien supaya pasien tidak dapat
membaca gerakan bibir pemeriksa.
2. Perintahkan pasien untuk meletakkan satu jari pada tragus telinga
yang tidak diperiksa untuk mencegah agar pasien tidap dapat
mendengar suara dari telinga itu.
3. Bisikkan kata pada telinga pasien yang akan diperiksa. Kata harus
dimengerti oleh pasien, kata dibagi atas : yang mengandung huruf
lunak ( m, n, l, d, h, g ) dan yang mengandung huruf desis ( s, c, f,
j, v, z).
4. Suruh pasien untuk mengulang kata – kata tersebut.
5. Sebut 10 kata ( normal 80 % ), yaitu 8 dari 10 kata atau 4 dari 5
kata.
6. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf desis → tuli
persepsi.
7. Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak → tuli
konduksi

9
d. Tes Konversasi : Caranya sama dengan tes bisik, tetapi tes ini
menggunakan percakapan biasa.
e. Tes Garpu Tala
penderita dan pemeriksa. Syarat melakukan tes Schwabach :
1) Gunakan garpu tala 256 atau 512 Hz
2) Getarkan garpu tala.
3) Letakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
4) Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garpu tala
diletakkan pada planum mastoid penderita.
5) Lakukan hal ini sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke
telinga penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini
untuk telinga kiri dan kanan.
6) Normal jika pemeriksa sudah tak dapat mendengar suara dari
garpu tala, maka penderita juga tidak dapat mendengar suara
dari garpu tala tersebut.
7) Tuli Konduksi apabila pemeriksa sudah tidak dapat mendengar
suara dari garpu tala tetapi penderita masih dapat mendengarnya
( Schwabach memanjang ).
8) Tuli persepsi apabila pemeriksa masih dapat mendengar suara
dari garpu tala tetapi penderita sudah tidak dapat mendengar
lagi.
f. Tes Rinne : Tes ini digunakan untuk membandingkan
penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada penderita.
Syarat melakukan tes Rinne :
1) Garpu tala digetarkan.
2) Letakkan tegak lurus pada planum mastoid penderita, ini disebut
posisi 1 ( satu ).
3) Setelah bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan garpu tala
tegak lurus di depan meatus akustikus eksterna, ini disebut
posisi 2 (dua ).
4) Kalau pada posisi 2 masih terdengar bunyi → Tes Rinne (+).
5) Kalau pada posisi 2 tidak terdengar bunyi → Tes Rinne (–).

10
6) Kalau pada posisi 1 terdengar berlawanan → Tes Rinne ragu –
ragu.
g. Tes Weber : Tes ini digunakan untuk membandingkan
penghantaran bunyi melalui sebelah kanan / kiri penderita. Syarat
melakukan tes Weber :
1) Garpu tala digetarkan.
2) Letakkan tegak lurus pada garis tengah kepala penderita, mis :
dahi, ubun – ubun, rahang, kemudian suara yamg paling keras di
kiri dan kanan.
3) Pada tes ini terdapat beberapa kemungkinan.
4) Bisa didapat hasil telinga kiri dan kanan sama keras
terdengarnya, hal ini bisa berarati : normal atau ada gangguan
pendengaran yang jenisnya sama.
5) Bisa juga didapatkan hasil telinga kiri > telinga kanan atau kiri <
telinga kanan
6) Lateralisasi ke kanan dapat berarti : adanya tuli konduksi
sebelah kanan, telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi, tetapi
yang kanan lebih berat dari yang kiri, terdapat tuli persepsi
disebelah kiri, keduanya tuli persepsi, keduanya tuli persepsi
tetapi lebih berat yang kiri, kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi,
kanan tuli konduksi.
Berbagai macam tes diatas merupakan sebagian dari berbagai
macam cara untuk mengetahui fungsi pendengaran seseorang.
Sehingga untuk mengetahui dan mendiagnosa seseorang
mengalami ketulian diperlukan tes – tes yang lain selain yang
dipaparkan diatas.
h. Pemeriksaan Keseimbangan:
1) Berdiri normal
2) Berdiri kaki rapat
3) Berdiri tandem
4) Berdiri satu kaki
5) Berbagai posisi lengan pada tes di atas

11
6) Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas
7) Berdiri fleksi – neutral – ekstensi trunk
8) Berdiri side fleksi
9) Berjalan memposisikan kaki tandem
10)Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu
11) Berjalan ke samping, berjalan mundur
12) Berjalan di tempat
13) Berjalan dgn berbagai kecepatan
14) Berjalan dan berhenti dengan mendadak
15) Berjalan membentuk lingkaran
16) Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki
17) Berdiri mata terbuka – mata tertutup (Romberg test)

2.7 Penatalaksaan
Terapi
Terapi yang dapat diberikan pada penderita otalgia sesuai dengan penyakit
primer yang menyebabkan otalgia tersebut. Terapi yang diberikan dapat
berupa : Jika terdapat kotoran yang keras atau benda asing akan dibersihkan
dengan alkohol, asam salisilat. Pada kasus infeksi akan diterapi dengan
pemberian antibiotika atau anti jamur. Pada kasus tertentu bahkan dilakukan
tindakan pembedahan.Dapat juga diberikan kompres hangat, analgesik.

2.8 Komplikasi
Komplikasi dari otalgia antara lain adalah:
1. Mastoiditis. Supuratif. Terjadi karena otalgia yang tidak terobati secara
adekuat. Terjadi nyeri postauricular + eritem + demam Perlu
mastoidectomy.
2. Petrous Apicitis
3. Osteomielitisa
4. Paralisis nervus facialis
5. Sigmoid Sinus thrombosis
6. Infeksi CN

12
3 BAB III
KONSEP ASKEP

3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama :
2. Pemeriksaan primer
1) Airway
Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit
respirasi penyerta kemungkinan kondisi klien tidak mengalami :
a. Suara nafas abnormal : stridor, wheezing, mengi, rhonci,
gargling, dll
b. Retensi lendir/sputum di tenggorokan
c. Suara serak
d. Tidak Batuk berdahak atau kering
e. Breathing
Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit
respirasi penyerta kemungkinan kondisi klien mengalami :
a. Batuk
b. Sesak napas
c. Adanya penggunaan otot bantu napas
d. Frekuensi tidak berada pada batas normal yaitu 16 –
24 x/mnt.
2) Circulation
Bila etiologinya berasal dari eksternal atau adanya penyakit
respirasi penyerta kemungkinan kondisi klien :
a. TD meningkat
b. capillary refill normal
c. Demam
3) Disability / Neurological

13
a. Terdapat nyeri pada daerah telinga.
b. Kemampuan pendengaran menurun.
c. Pengkajian Sekunder (Secundary Survey)
3. Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah klien pernah menderita :
Otitis Externa, Polikondritis, Otitis Media, Barotrauma, Mastoiditis
Supuratif akut, Miringitis bulos dan penyakit telinga lainnya. Juga
beberapa penyakit diluar telinga seperti : Penyakit Gigi, Iritasi Sinus
Paranasal, Lesi di rongga mulut, Glandula salivatori, Iritasi
Durameter, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrome, Tonsilitis akut,
peritonsilitis atau abes peritonsilar, limfadenopati servikal, laringitis,
dll.
4. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas dan istirahat
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Makan/minum
e. Sensori neural
f. Nyeri / kenyamanan
g. Respirasi
h. Keamanan
i. Interaksi sosial

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut
2. Ansietas

3.3 Intervensi
No. Masalah NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri Akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Dipertahankan paa skala 3 Aktivitas- aktivitas :
ditingkatkan pada skala 1 1. Lakukan pengkajian nyeri

14
Indikator : komprehensif yang meliputi
1. Mengenali kapan nyeri lokasi, karakteristik,
terjadi onset/durasi, frekuensi,
2. Menggambarkan faktor kualitas, intensitas atau
penyebab beratnya nyeri dan faktor
3. Menggunakan tindakan pencetus
pencegahan 2. Pastikan perawatan analgesik
4. Menggunakan tindakan bagi pasien dilakukan dengan
pengurangan (nyeri) pemantauan yang ketat
tanpa analgesik 3. Gali pengetahuan dan
5. Menggunakan kepercayaan pasien mengenai
sumberdayayang nyeri
tersedia 4. Pertimbangkan pengaruh
6. Mengenali apa yang budaya terhadap respon nyeri
terkait dengan nyeri 5. Tentuksn akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian, perasaan,
hubungan, performa kerja dan
tanggung jawab peran)
6. Gali bersama pasien faktor-
faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
7. Berikan informasi mengenai
nyeri, seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
dirasakan, dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
8. Pertimbangkan tipe dan

15
sumber nyeri ketika memilih
strategi penurunan nyeri
9. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya dengan
tepat
10. Ajarkan penggunaan teknik
non farmakologi (seperti,
biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi,
bimbingan antisipatif, terapi
music, terapi bermain, terapi
aktivitas, acupressure,
aplikasi panas/dingin dan
pijatan, sebelum, sesudah dan
jika memungkinkan, ketika
melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri: sebelum
nyeri terjadi atau meningkat:
dan bersamaan dengan
tindakan penurun rasa nyeri
lainnya)
11. Monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri
dalam interval yang spesifik
2. Ansietas Tingkat Kecemasan Pengurangan Kecemasan
Dipertahankan pada skala 3 Aktivitas-aktivitas :
ditingkatkan pada skala 5 1. Gunakan pendekatan
Indikator : yang tenang dan
1. Tidak dapat beristirahat meyakinkan
2. Meremas-remas tangan 2. Jelaskan semua
3. Distres prosedur termasuk

16
4. Perasaan gelisah sensasi yang akan
5. Wajah tegang dirasakan yang
6. Tidak bisa mengambil mungkin akan dialami
keputusan klien selama prosedur
7. Mengeluarkan rasa (dilakukan)
marah secara berlebihan 3. Berikan informasi
8. Serangan panik faktual terkait
9. Rasa takut yang di diagnosis, perawatan
sampaikan secara lisan dan prognosis
10. Rasa cemas yang 4. Berada disisi klien
disampaikan secara untuk meningkatkan
lisan rasa aman dan
11. Peningkatan tekanan mengurangi ketakutan
darah 5. Dorong keluarga
12. Peningkatan frekuensi untuk mendampingi
nadi klien dengan cara
13. Peningkatan frekuensi yang tepat
pernafasan 6. Lakukan usapan pada
14. Gangguan tidur punggung / leher
dengan cara yang
tepat
7. Dengarkan klien
8. Dorong verbalisasi
perasaan, persepsi dan
ketakutan
9. Dukung penggunaan
mekanisme koping
yang sesuai
10. Intruksikan klien
untuk menggunakan
teknik relaksasi .

17
4 BAB IV
APLIKASI KASUS SEMU

4.1 Pengkajian
1. Anamnese
a. Identitas Klien Nama : Tn. X
b. Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 5 September 1990
c. Umur : 23 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki-Laki
e. Status : Sudah menikah
f. Suku : Buton
g. Pekerjaan : Swasta
h. Alamat : Jl. W. Monginsidi No. 54
i. Diagnosa medis : Otalgia
j. Tanggal masuk RS : 2 juni 2013
k. Ruangan : Adelweis 1
l. Keluhan Utama : Nyeri pada telinga bagian tengah
m. Riwayat Penyakit Saat Ini :
Klien datang ke rumah sakit bersama istrinya dengan
keluhan nyeri pada telinga bagian tengah. merasa nyeri terutama
pada malam hari sehingga klien merasa tidak nyaman dan tidak
dapat tidur dengan nyenyak.Nyeri yang dirasakan klien hilang
timbul dan klien mengeluh sakit tenggorokan.Klien kadang tidak
nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang rendah karena
gangguan pendengaran.
n. Rwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit yang pernah dialami Saat kecil/anak-anak : Klien pernah
mengalami penyakit tidak terlalu serius seperti diare dan influenza
2. Pemeriksaan Fisik
Vital sign
1. TD : 120/90 mmHg
2. N : 80 x/menit S : 37ºC

18
3. RR : 25 x/menit.

Pengkajian Head to toe.


a. Kepala dan rambut : Simetris kanan dan kiri, rambut pendek dan
ikal.Wajah : Simetris, tidak ada ikterik.
b. Hidung : Simetris, fungsi penciuman baik, perdarahan (tidak ada),
peradangan (tidak ada), polip (tidak ada).
c. Telinga : Pendengaran terganggu,terdapat nyeri,dan fungsi
pendengaran kurang baik.
d. Kuku : Tampak tampak bersih.
e. Mulut dan gigi : Bentuknya simetris, warna tidak ikterik, gigi
dalam susunan normal dan rapi.
f. Leher : Tidak ada distensi pada vena jugularis, leher dapat
digerakan dengan bebas dan tidak ada pembesaran kelenjar limfe
dan kelenjar tiroid.
g. Dada : Gerakan dada simetris.
h. Abdomen : Simetris dan tidak ada nyeri tekan.
i. Kulit : Tidak terdapat ekimosis.

4.2 Analisa data

NO Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. Ds: Klien mengatakan nyeri Nyeri Akut


pada bagian telinga bagian
tengah

Do :
TTV :
1. TD : 120/90 mmHg
2. N : 80 x/menit S : 37ºC
3. RR : 25 x/menit.
Klien mengalami gangguan
pendengaran

19
P : Pada saat klien mengeluh
sakit tenggorokannya.
Q : Hilang timbul
R : Telinga kanan bagian tengah
S : Tingkat nyeri 5-6
T : Lama keluhannya tidak
menentu.

4.3 Diagnosa keperawatan & Intervensi


No. Masalah NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri Akut Kontrol Nyeri Manajemen Nyeri
Dipertahankan paa skala 3 Aktivitas- aktivitas :
ditingkatkan pada skala 1 12. Lakukan pengkajian nyeri
Indikator : komprehensif yang
7. Mengenali kapan nyeri meliputi lokasi,
terjadi karakteristik, onset/durasi,
8. Menggambarkan faktor frekuensi, kualitas,
penyebab intensitas atau beratnya
9. Menggunakan tindakan nyeri dan faktor pencetus
pencegahan 13. Pastikan perawatan
10. Menggunakan tindakan analgesik bagi pasien
pengurangan (nyeri) dilakukan dengan
tanpa analgesik pemantauan yang ketat
11. Menggunakan 14. Gali pengetahuan dan
sumberdayayang tersedia kepercayaan pasien
12. Mengenali apa yang mengenai nyeri
terkait dengan nyeri 15. Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon

20
nyeri
16. Tentuksn akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu
makan, pengertian,
perasaan, hubungan,
performa kerja dan
tanggung jawab peran)
17. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau
memperberat nyeri
18. Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan dirasakan,
dan antisipasi dari
ketidaknyamanan akibat
prosedur
19. Pertimbangkan tipe dan
sumber nyeri ketika
memilih strategi
penurunan nyeri
20. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya
dengan tepat
21. Ajarkan penggunaan
teknik non farmakologi
(seperti, biofeedback,
TENS, hypnosis, relaksasi,

21
bimbingan antisipatif,
terapi music, terapi
bermain, terapi aktivitas,
acupressure, aplikasi
panas/dingin dan pijatan,
sebelum, sesudah dan jika
memungkinkan, ketika
melakukan aktivitas yang
menimbulkan nyeri:
sebelum nyeri terjadi atau
meningkat: dan bersamaan
dengan tindakan penurun
rasa nyeri lainnya)
22. Monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri
dalam interval yang
spesifik

22
BAB V

5.1 Kesimpulan
Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga karena telinga dipesarafi oleh saraf
yang kaya (nervus cranialis V, VII, IX, dan X selain cabang saraf cervikalis ke
dua dan ketiga), maka kulit ditempat ini menjadi sangat sensitive. (Brunner
dan Suddarth, 1997).
Jadi otalgia adalah suatu keluhan yang timbul berupa rasa sakit ditelinga
oleh karena penyakit yang ada ditelinga atau penjalaran rasa sakit akibat suatu
penyakit di daerah lain diluar telinga dengan karakteristik yang sesuai dengan
berat penyakit yang dialami seseorang.

23
Daftar Pustaka

Rothrock,C.J, (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Peroperatif. ECG l


Jakarta
Soepardi,Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (1998). Buku Ajar Ilmu Penyakit
THT.
Davey, Pactrick.2005. At Glance Medicine. Jakarta : Erlangga

24

Anda mungkin juga menyukai