Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

HERPES ZOSTER

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pengampu : Ahmad Hasyim Wibisono, M. Kep

OLEH :

ANIS MAHRUNIYA( 195070209111027)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
limpahannya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan dengan kasus Herpes
Zoster ini berjalan dengan baik.

Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan Keperawatan pada pasien
Herpes Zoster dengan benar. Ucapan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk belajar makalah ini. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran
dan kritik sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain
dan waktu mendatang.

Penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. iii
DEFINISI ...................................................................................................................................................1
ETIOLOGI .................................................................................................................................................4
FAKTOR RESIKO .......................................................................................................................................4
MANIFESTASI KLINIS ...............................................................................................................................4
PATOFISIOLOGI ........................................................................................................................................5
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ....................................................................................................................5
PENATALAKSANAAN MEDIS ....................................................................................................................7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................................7
KASUS HERPES ZOSTER ..........................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................................27

3
A. Definisi
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-zoster yang
bersifat terlokalisir, terutama menyerang orang dewasa dengan ciri berupa nyeri radikuler,
unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi 1,2 oleh satu
ganglion saraf sensoris (Staf, Fungsional, Kesehatan, Ayuningati, & Indramaya, 2013)
Herpes zoster adalah manifestasi klinis karena reaktivasi virus varisela zoster (VZV).
Karakteristik penyakit ini ditandai dengan adanya ruam vesikular unilateral yang berkelompok
dengan nyeri yang radikular sekitar dermatom (Agus, Suputra, Darmada, Made, & Rusyati,
n.d.).
B. Etiologi
Herpes zoster optalmika disebabkan oleh reaktivasi dari virus cacar air (varisela zoster)
pada orang yang pernah terserang virus ini sebelumnya, (Jarratt, 1996:131- 133)
C. Faktor resiko
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang
nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang
D. Manifestasi Klinis
Sebelum timbul gejala kulit, diawali dengan gejala prodormal. Tanda awal dari herpes
zoster adalah nyeri dan parestesia. Biasanya gejala ini berlangsung dalam beberapa hari, dan
bervariasi dari gatal, kesemutan atau rasa terbakar, sampai yang berat, nyeri yang sangat
dalam. Biasanya diikuti juga dengan gejala konstitusional seperti nyerila, malaise, dan demam,
dan berkembang menjadi ruam dalam 5 hari. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu
singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema.
Vesikel ini berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta.
Kadang – kadang vesikel mengandung darah dan disebut dengan herpes zoster hemoragik.
Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa

4
sikatriks.(Oxman, 2008:192). Masa tunasnya 7 – 12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi –
lesi baru yang tetap timbul berlangsung kira – kira seminggu, sedangkan masa resolusi
berlangsung kira – kira 1 – 2 minggu. Di samping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran
kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat
dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan
motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion
kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala
yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus
trigeminus atau nervus fasialis dan otikus.(Handoko, 2009:111).
E. Patofisiologi
Patogenesis dari herpes zoster belum diketahui secara pasti. Ketika terinfeksi varisella,
VZV menyebar dari lesi di kulit dan mukosa ke saraf sensoris akhir dan dibawa secara
sentripetal dari serabut sensorik ke ganglion sensorik. Di dalam ganglion infeksi laten terjadi di
neuron sensorik dan virus bertahan dengan tenang dan tidak merusak (tidak infeksius dan
bermultiplikasi). Herpes zoster optlamika disebabkan oleh reaktivasi virus varisela zoster, dari
infeksi yang biasa terjadi pada anak – anak. Sebagian besar anak (dan dewasa) yang pernah
mengalami cacar air tidak sembuh sempurna dari infeksi virus ini. Virus menjadi dorman,
berdiam di satu atau lebih ganglion saraf dalam tubuh. Pada banyak orang, virus tetap dorman
selamanya tanpa pernah menimbulkan masalah. Pada beberapa orang, virus mengalami
reaktivasi. Pada poin ini, virus berjalan menuju bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf
tersebut. Setelah mencapai kulit, virus menyebabkan nyeri, dan vesikel. Ciri khas penampakkan
dari lesi ini adalah batas pada area yang tegas pada kulit, berbeda dengan cacar air, yang
menyebar ke seluruh kulit. Bila proses ini terjadi pada saraf yang mengurus kulit daerah kelopak
mata atas, kepala depan, dan kulit kepala, maka kondisi ini dinamakan herpes zoster optalmika.
Kadang – kadang reaktivitas virus zoster tanpa sebab yang jelas, sementara dapat juga karena
akibat dari kondisi yang lain. Kondisi yang dapat mengakibatkan reaktivasi dari virus herpes ini
termasuk, bertambahnya usia, AIDS, atau imunosupresi karena sebab yang lain.
(Oxman,2008:191).
F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosa herpes zoster berdasarkan munculnya ruam yang khusus dengan disertai
adanya nyeri. Tes lainnya biasanya tidak diperlukan. Bila diperlukan, biasanya diagnosis dapat

5
dilakukan dengan identifikasi virus dari cairan dalam ruam. Bila dari anamnesis didapatkan
kemungkinan gangguan daya tahan tubuh, maka tes darah dapat dilakukan, termasuk darah
lengkap dan adanya virus HIV. Dapat dilakukan juga, tetapi jarang, tes adanya Jurnal Ilmiah
WIDYA 25 Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014 Dameria Sinaga, 23 - 29 virus penyebab
dari cairan yang diambil dari mata. Tes ini dapat dilakukan baik dengan kultur virus atau dengan
PCR. Diagnosa banding 1. Herpes simpleks 2. Penyakit reumatik maupun angina pektoris, jika
terdapat setinggi jantung

Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan dari
impetigo, kontak dermatitis dan herps Zooster :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster
dan herpes simplex.

b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes
virus

c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit

d. Pemeriksaan histopatologik

e. Pemerikasaan mikroskop electron

f. Kultur virus

g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)

h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:

1) Virologi:

a) Mikroskop cahaya.
b) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).

c) PCR,

d) Kultur Virus,

2) Serologi

6
a) ELISA,

b) Western Blot Test,

c) Biokit HSV-II.

G. Penatalaksanaan
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatis, untuk nyeri diberi analgetik. Jika disertai
infeksi sekunder diberikan antibiotik. Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan
pasien dengan defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan ialah
asiklovir dengan diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul.(Handoko, 2009:112).
Dosis asiklovir yang dianjurkan adalah 5 X 800 mg sehari dan biasanya diberikan 7 hari.
Jika lesi baru masih muncul obat tersebut dapat dilanjutkan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak
lesi baru tidak timbul lagi. Indikasi pemberian kortikosteroid adalah untuk sindrom ramsay
hunt. Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadi nya paralisis. Biasanya 3 x 20
mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap.(Handoko, 2009:113).
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak
dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder
H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien

Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.

2) Keluhan Utama

Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan


adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang terkena pada
fase-fase awal.

7
3) Riwayat Penyakit Sekarang

Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami demam.

4) Riwayat Kesehatan Lalu

Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang
terinfeksi virus ini.

6) Riwayat Psikososial

Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau
yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu
meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan
peran, atau identitas diri.

Reaksi yang mungkin timbul adalah:

a) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.


b) Menarik diri dari kontak social.
c) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.

b. Pemeriksaan Fisik Pada Klien dengan Varicella, herpes simplek, herpes zoster

Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan
tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu
tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit,
ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat
pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang
perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor,

8
klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,
warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.

Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri akut
secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah;
pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran
nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih
skala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk
mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubugan dengan penyakit

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit (timbul bula,
kemerahan)
d. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


f. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit

g. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan dengan takut infeksi menular seksual

9
3. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kritera hasil Intervensi


1 Hipertermia selama dilakukan tindakan a. Monitor suhu pasien
berhubugan dengan keperawatan, pasien mampu b. Monitor nadi, RR
penyakit mempertahankan kondisi pasien
normotermi dengan kriteria c. Monitor intake
hasil: output pasien
1. Suhu tubuh dalam rentang d. Berikan penjelasan
normal tentang penyebab
2. Nadi dan RR dalam rentang demam atau
normal peningkatan suhu
tubuh
e. Beri kompres hangat di
daerah ketiak dan dahi
f. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antiviral,
antipiretik
2 Nyeri akut Selama dilakukan tindakan a. Lakukan pengkajian
berhubungan cidera keperawatan, nyeri pasien nyeri secara
dengan agen hilang dengan kriteria hasil: b. komprehensif
biologis 1. Pasien mampu Observasi reaksi
mengontrol nyeri nonverbal dari
c.
2. Melaporkan nyeri ketidaknyamanan

berkurang menggunakan Kontrol lingkungan

managemen nyeri yang dapat


mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,

10
3. Mampu mengenali nyeri pencahayaan,
(skala, intensitas, kebisingan
frekuensi)

d. Ajarkan tentang
teknik pernafasan /
relaksasi
e. Kolaborasi pemberian
analgetik
f. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
g. Anjurkan klien
untuk beristirahat
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tidakan a. Observasi keadaan
kulit b.d perubahan keperawatan, pasien mampu bula pasien
b.
pigmentasi kulit mencapai kesembuhan pada Anjurkan pasien untuk
kulit dengan kriteria hasil: tidak menggaruk bula
c Jaga kebersihan
1. Integritas kulit yang baik kulit
bisa dipertahankan d. Kolaborasi dengan

(pigmentasinya) dokter dalam


2. Luka atau lesi pda kulit e. pemberian obat
menunjukan proses topikal

11
penyembuhan dengan
adanya regenerasi
jaringan

4 Gangguan citra diri Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien


berhubungan keperawatan pasien tidak mengungkapkan
dengan penyakit mengalami gangguan citra perasaannya Jelaskan
b.
tubuh, dengan kriteria hasil : tentang pengobatan,
1. body image positif perawatan
c.
2. Mempertahankan Fasilitasi kontak
interaksi sosial individu dengan
kelompok kecil
d. Beri reinforcement
yang positif
5 Ketidakseimbangan Selama dilakukan tindakan a. Monitor
nutrisi kurang dari keperawatan, kebutuhan mual/muntah
b.
kebutuhan tubuh nutrisi pasien terpenuhi Observasi dan kaji
berhubungan dengan kriteria hasil : c. intake pasien
dengan intake tidak 1. Tidak ada tanda-tanda Anjurkan makan
adekuat malnutrisi sedikit-sedikit tapi
d.
2. Tidak ada sering
mual/muntah Hidangkan makanan
selagi
hangat
e. Kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberian dan
penyusunan menu
favorite klien

12
6 Resiko infeksi Selama dilakukan tindakan a. Tekankan pentingnya
berhubungan keperawatan, pasien terhindar teknik cuci tangan
dengan gangguan dari infeksi sekunder dengan yang baik untuk
integritas kulit kriteria hasil : semua individu yang
1. Klien mampu datang kontak
mendeskripsikan proses b. dengan pasien.
penularan penyakit, Gunakan skort,
faktor yang sarung tangan,
mempengaruhi penularan masker dan teknik
serta penatalaksanaannya c. aseptic, selama

2. Menunjukan kemampuan perawatan kulit.


untuk mencegah Cukur atau ikat
timbulnya infeksi baru d. rambut di sekitar

3. Menunjukan perilaku daerah yang terdapat


hidup sehat erupsi.
Bersihkan jaringan
nekrotik / yang lepas
(termasuk pecahnya
lepuh)
e. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian antiviral

13
7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat
seksual berhubungan keperawatan, pola seksual kecemasan klien
dengan takut infeksi pasien kembali efektif dengan yang berhubungan
menular seksual kriteria hasil : - Pola dengan pola
b.
seksualitas klien normal seksual
1. Klien terlihat tidak cemas Jelaskan pada klien
terhadap aktifitas waktu untuk
seksualnya melakukan hubungan
2. Klien mampu seksual sesuai
c.
menggunakan mekanisme kondisinya
koping yang efektif Beri edukasi
tentang keadaan klien
apabila
berhubungan seksual

14
KASUS HERPES ZOSTER

Nama pasien : Tn. D

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Laki- laki

Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : PNS

Alamat : Malang

a. Riwayat Keperawatan
- Keluhan utama
Nyeri pada daerah bibir

- Riwayat Perawatan Sekarang

Tuan K. 55 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan adanya rasa tidak nyaman
dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung
cair pada daerah bibir. Keluhan ini disertai dengan rasa gatal, perih, serta semakin banyak.

- Riwayat keperawatan yang lalu

Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengeluh sakit seperti ini, hanya
pernah sakit flu dan demam ringan.

- Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini dan
keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, DM maupun hipertensi.

15
b. Pola Konsep Diri
- Gambaran Diri
Pasien mengatakan senang dengan anggota tubuhnya saat ini
- Identitas Diri
Pasien dapat menyebutkan identitas diri seperti nama, tanggal lahir
- Peran Diri
Pasien mengatakan di rumah berperan sebagai seorang ayah, kepala rumah tangga, dan
pencari nafkah
- Ideal Diri
Pasien mengatakan mempunyai harapan sebagai seorang ayah yang baik buat anak dan
istrinya
- harga diri
Pasien tidak mengalami gangguan harga diri
c. Perubahan Pola Kesehatan
- Pola Nutrisi
Di rumah : Pasien makan 2-3x/ hari ,minum dalam sehari : 500-
1000cc/hari minum air putih, susu dan teh
Di RS : pasien mengatakan kesulitan untuk makan karena susah untuk membuka
mulut akibat rasa perih dari penyakit yang diderita
- Pola Kebersihan Diri
Di Rumah : Pasien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas
2-3 kali per-minggu, gunting kuku 1 kali per-minggu
Di RS : pasien mengatakan mandi sendiri tetapi sedikit susah dan
harus menghindari bagian mata terkena air sehingga sering dibantu serta
pandangan pasien kabur sehingga harus diawas dan dibantu
- Pola Eliminasi
Di Rumah : BAB: 1-2 kali/sehari, konsistensi lembek, berwarna
kecoklatan, BAK: 4-5 kali / hari dengan warna kuning jernih
Di RS : pola eliminasi diakukan secara mandiri
- Pola Aktivitas
Di Rumah : Pasien mengatakan sebelum sakit, Pasien melakukan

16
aktivitas sehari-harinya secara mandiri
Di RS : Dilakukan secara mandiri
d. Pola Istirahat tidur
Di Rumah : Pasien mengatakan tidur dalam sehari biasanya sekitar 10
jam
Di RS : Pasien mengatakan di RS sulit untuk tidur bila nyeri dan perih timbul
e. Pengkajian Fisik
Kesadaran : Composmetis

Tekanan Darah : 130/ 90 mmHg

Nadi : 112 x/ menit

Pernafasan : 22 x/ menit

Suhu tubuh : 37,5 C

Kulit :

Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang,
tidak ada hiperpigmentasi.

Kepala :

Bentuk kepala normosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut hitam lurus.

Mata :

Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil ± 4 mm, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikteric, tidak ada ptosis, koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan
benda secara terbatas dalam 6 titik sudut pandang yang berbeda.

Hidung :

Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.

Telinga :

17
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada, reflek
suara baik dan telinga sedikit berdenging.

Mulut :

Bibir tidak cyanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada
stomatitis dan gigi masih genap. Sekitar bibir terdapat bintik bintik kemerahan yang
membentuk gelembung yang berisi cairan.

Leher :

Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.

Dada :

- Jantung

▪ Inspeksi : Simetris, statis, dinamis

▪ Palpasi : teraba normal

▪ Perkusi : Konfigurasi jantung dalam batas normal

▪ Auskultasi : normal

- Paru – paru

▪ Inspeksi : Simetris, statis, dinamis

▪ Palpasi : Sterm fremitus kanan = kiri

▪ Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

▪ Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )

- Perut :

▪ Inspeksi : Datar

▪ Palpasi : Supel, tidak ada massa

▪ Perkusi : timpani

18
▪ Auskultasi : bising usus ( + )

- Ekstrimitas :

Tidak ditemukan lesi maupun udem pada ektrimitas atas maupun bawah.

A. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Varicela Zoster Virus
 Pasien daerah mulut terasa
nyeri dan berat jika Inflamasi dan neuralgia berat
digerakkan.
 Pasien juga merasakankan Virus aktif ikut serabut saraf
nyeri dikulit daerah muncul sensorik Nyeri
gelembung
DO : Neuritis
 ada Vesikel bergerombol di
sekitar mulut, berwarna Pelepasan mediator nyeri
merah, suhu : 37° C
 Pasien tampak meringis Nyeri

DS : Varicela Zoster Virus


 Pasien mengatakan Sejak 2
hari yang lalu, muncul
gelembung daerah bibir. Meninggalkan lesi di kulit dan
permukaan mukosa Kerusakan integritas
DO : ke ujung serabut saraf kulit
 ada Vesikel bergerombol di
sekitar mulut, berwarna
merah karusakan integritas kulit

19
Varicela Zoster Virus

DS : Inflamasi dan neuralgia berat


 pasien mengatakan susah
untuk membuka mulutnya Virus aktif ikut serabut saraf Gangguan Menelan
sensorik
DO :
 pasien hanya mampu Neuritis
menghabiskan 5 sendok
makan tiap kali makan Pelepasan mediator nyeri

Nyeri

Gangguan menelan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d agen cedera biologis (kerusakan jaringan tubuh)

2. Kerusakan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah

3. Gangguan menelan b.d vesikel pada daerah mulut

20
C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera (kerusakan jaringan tubuh)


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien

NOC: Tingkat Nyeri 2 dan 3 NIC


Kontrol Nyeri 1 dan 4
Skala outcome 1 2 3 4 5 Pain Management (4092)
1. Lakukan pengkajian komprehensif mengenai nyeri klien (nyeri pasien
Penggunaan analgesik
tersebut terjadi pada saat pasien menelan makanan)
Ekspresi wajah
2. Minimalkan faktor yang menimbulkan nyeri padaklien
3. Ajarkan mengenai managemen nyeri (teknikdistraksi misalnya, napas
Nyeri yang dilaporkan
dalam)
Menggunakan tindakan 4. Ajarkan klien untuk memonitor nyeri (respon yang dilami oleh pasien
pengurangan nyeri tanpa sendiri dapat diidentifikasi)
analgesik/non farmakologi 5. Anjurkan untuk istirahat agar meminimalkan nyeri

Keterangan penilaian 6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan professional untuk pemberian

1: sangatberat/tidak pernah menunjukkan analgesic efektif untuk Pereda nyeri

2: berat/jarang menunjukkan
3: cukup/ kadang menunjukkan
4: Ringan/sering menunjukkan
5: Tidakada/konsisten

21
2. Kerusakan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam kerusakan integritas kulit pasien teratasi
NOC NIC
1. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Skala outcome 1 2 3 4 5 2. Anjurkan pasien mengenakan pakaian yang longgar
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan tetap kering
Suhu kulit
4. Kaji tingkat kerusakan kulit
Lesi pada kulit
5. Mobilisasi pasien (ubah posisi ) setiap 2 jam sekali
sensasi 6. Monitor status nutrisi pasien

Integritas kulit
Keteranganpenilaian
1: sangatberat
2: berat
3: cukup
4: Ringan
5: Tidakada

22
3. Gangguan menelan b.d vesikel pada daerah mulut

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam jumlah porsi makan pasien meningkat

NOC : NIC
1. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada
Skala Outcome 1 2 3 4 5 catatan asupan
(Sangat (banyak (cukup (sedikit (Tidak 2. Ketahui makanan kesukaan pasien
terganggu) terganggu) terganggu) terganggu) terganggu) 3. Timbang pasien pada interval yang tepat
Penerimaan 4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan
makananan yang bergizi dan tidak mahal

mempertahankan 5. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan

makanan di kebutuhan nutrisi untuk pasien dengan

mulut ketidakadekuatan asupan nutrisi atau kehilangan


nutrisi

23
D. Implementasi
Nama Pasien : Tn. D
No. Registrasi :
Tanda Tangan
Hari / No. Diagnosis
Jam Implementasi dan Nama
tanggal Keperawatan
Perawat
1 1. melakukan pengkajian
komprehensif mengenai nyeri klien
(nyeri pasien tersebut terjadi pada
saat menggerakkan mata)
2. Meminimalkan faktor yang
menimbulkan nyeri pada klien
3. Mengajarkan mengenai
managemen nyeri (teknikdistraksi
misalnya, napas dalam)
4. Mengajarkan klien untuk
memonitor nyeri (respon yang
dilami oleh pasien sendiri dapat
diidentifikasi)
5. Menganjurkan untuk istirahat agar
meminimalkan nyeri
6. MelakukanKolaborasi dengan
tenaga kesehatan professional
untuk pemberian analgesic efektif
untuk Pereda nyeri
2 1. Mandikan pasien dengan sabun dan
air hangat
2. Anjurkan pada pasien untuk
mengenakan pakaian yang longgar

24
3. Anjurkan pada pasien dan keluarga
untuk menjaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan tetap kering
4. Kaji tingkat kerusakan kulit
5. Mobilisasi pasien (ubah posisi )
setiap 2 jam sekali
6. Monitor status nutrisi pasien
3 1. Memantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan

2. Mengetahui makanan kesukaan


pasien

3. Menimbang pasien pada interval yang


tepat

4. Mendiskusikan dengan ahli gizi dalam


menentukan kebutuhan nutrisi

E. Evaluasi Keperawatan
Dx
Evaluasi Ttd
Kep
S : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O:
No Tingkat Nyeri: Indikator S.A S.T S.Ak
1 Ekspresi wajah 2 5 3
1.
2 Nyeri yang dilaporkan 2 5 3
No Kontrol Nyeri: Indikator S.A S.T S.Ak
1 Menggunakananalgesik yang 1 5 4
direkomendasikan

25
2 Menggunakan tindakan non 1 5 3
farmakologi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan rencana tindakan sesuai program
S: Pasien mengatakan masih gatal, tapi tidak menggaruk. Pasien dan
2 keluarga juga sudah mempraktekkan kebersihan diri dan lingkungan sekitar
O:
No Indikator S.A S.T S.Ak

1 suhu kulit 3 5 3
2 Lesi pada kulit 2 5 3
3 sensasi 2 5 3
4 Integritas kulit 2 5 3
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan rencana tindakan sesuai program

3 S : pasien bisa sedikit menambah porsi makannya


O:
No indikator S.A S.T S.Ak

1 Deteksi gangguan 3 5 4
2 Kontrol gangguan 1 5 3
3. Pengetahuan : kontrol gangguan 1 5 4

A : masalah teratasi sebagian


P : pertahankan kondisi

26
Daftar Pustaka

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/9810

Agus, I. G., Suputra, B., Darmada, I. G. K., Made, L., & Rusyati, M. (n.d.). HERPES ZOSTER CRURIS
DEXTRA : A CASE REPORT.

Staf, D., Fungsional, M., Kesehatan, I., Ayuningati, L. K., & Indramaya, D. M. (2013). Studi Retrospektif :
Karakteristik Pasien Herpes Zoster ( Retrospective Study : Characteristic of Herpes Zoster Patients
). 211–217.

NANDA.2018 . Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020,editor , T. Heather Herdman,


Shigemi Kamitsuru, Edisi 11, Jakarta : EGC

Wasitaatmadja,S,M. 2010 Anatomi Kulit dan Faal Kulit. ed. 6 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. jakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai