HERPES ZOSTER
OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
limpahannya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan dengan kasus Herpes
Zoster ini berjalan dengan baik.
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan Keperawatan pada pasien
Herpes Zoster dengan benar. Ucapan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk belajar makalah ini. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh
pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran
dan kritik sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain
dan waktu mendatang.
Penulis
2
Daftar Isi
3
A. Definisi
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-zoster yang
bersifat terlokalisir, terutama menyerang orang dewasa dengan ciri berupa nyeri radikuler,
unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi 1,2 oleh satu
ganglion saraf sensoris (Staf, Fungsional, Kesehatan, Ayuningati, & Indramaya, 2013)
Herpes zoster adalah manifestasi klinis karena reaktivasi virus varisela zoster (VZV).
Karakteristik penyakit ini ditandai dengan adanya ruam vesikular unilateral yang berkelompok
dengan nyeri yang radikular sekitar dermatom (Agus, Suputra, Darmada, Made, & Rusyati,
n.d.).
B. Etiologi
Herpes zoster optalmika disebabkan oleh reaktivasi dari virus cacar air (varisela zoster)
pada orang yang pernah terserang virus ini sebelumnya, (Jarratt, 1996:131- 133)
C. Faktor resiko
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya
melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang
nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan
leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari
immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang
D. Manifestasi Klinis
Sebelum timbul gejala kulit, diawali dengan gejala prodormal. Tanda awal dari herpes
zoster adalah nyeri dan parestesia. Biasanya gejala ini berlangsung dalam beberapa hari, dan
bervariasi dari gatal, kesemutan atau rasa terbakar, sampai yang berat, nyeri yang sangat
dalam. Biasanya diikuti juga dengan gejala konstitusional seperti nyerila, malaise, dan demam,
dan berkembang menjadi ruam dalam 5 hari. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu
singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang eritematosa dan edema.
Vesikel ini berisi cairan jernih, kemudian menjadi keruh, dapat menjadi pustul dan krusta.
Kadang – kadang vesikel mengandung darah dan disebut dengan herpes zoster hemoragik.
Dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan penyembuhan berupa
4
sikatriks.(Oxman, 2008:192). Masa tunasnya 7 – 12 hari. Masa aktif penyakit ini berupa lesi –
lesi baru yang tetap timbul berlangsung kira – kira seminggu, sedangkan masa resolusi
berlangsung kira – kira 1 – 2 minggu. Di samping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran
kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat
dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan
motorik, tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion
kranialis memungkinkan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala
yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus
trigeminus atau nervus fasialis dan otikus.(Handoko, 2009:111).
E. Patofisiologi
Patogenesis dari herpes zoster belum diketahui secara pasti. Ketika terinfeksi varisella,
VZV menyebar dari lesi di kulit dan mukosa ke saraf sensoris akhir dan dibawa secara
sentripetal dari serabut sensorik ke ganglion sensorik. Di dalam ganglion infeksi laten terjadi di
neuron sensorik dan virus bertahan dengan tenang dan tidak merusak (tidak infeksius dan
bermultiplikasi). Herpes zoster optlamika disebabkan oleh reaktivasi virus varisela zoster, dari
infeksi yang biasa terjadi pada anak – anak. Sebagian besar anak (dan dewasa) yang pernah
mengalami cacar air tidak sembuh sempurna dari infeksi virus ini. Virus menjadi dorman,
berdiam di satu atau lebih ganglion saraf dalam tubuh. Pada banyak orang, virus tetap dorman
selamanya tanpa pernah menimbulkan masalah. Pada beberapa orang, virus mengalami
reaktivasi. Pada poin ini, virus berjalan menuju bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf
tersebut. Setelah mencapai kulit, virus menyebabkan nyeri, dan vesikel. Ciri khas penampakkan
dari lesi ini adalah batas pada area yang tegas pada kulit, berbeda dengan cacar air, yang
menyebar ke seluruh kulit. Bila proses ini terjadi pada saraf yang mengurus kulit daerah kelopak
mata atas, kepala depan, dan kulit kepala, maka kondisi ini dinamakan herpes zoster optalmika.
Kadang – kadang reaktivitas virus zoster tanpa sebab yang jelas, sementara dapat juga karena
akibat dari kondisi yang lain. Kondisi yang dapat mengakibatkan reaktivasi dari virus herpes ini
termasuk, bertambahnya usia, AIDS, atau imunosupresi karena sebab yang lain.
(Oxman,2008:191).
F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosa herpes zoster berdasarkan munculnya ruam yang khusus dengan disertai
adanya nyeri. Tes lainnya biasanya tidak diperlukan. Bila diperlukan, biasanya diagnosis dapat
5
dilakukan dengan identifikasi virus dari cairan dalam ruam. Bila dari anamnesis didapatkan
kemungkinan gangguan daya tahan tubuh, maka tes darah dapat dilakukan, termasuk darah
lengkap dan adanya virus HIV. Dapat dilakukan juga, tetapi jarang, tes adanya Jurnal Ilmiah
WIDYA 25 Volume 2 Nomor 3 Agustus-Oktober 2014 Dameria Sinaga, 23 - 29 virus penyebab
dari cairan yang diambil dari mata. Tes ini dapat dilakukan baik dengan kultur virus atau dengan
PCR. Diagnosa banding 1. Herpes simpleks 2. Penyakit reumatik maupun angina pektoris, jika
terdapat setinggi jantung
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan dari
impetigo, kontak dermatitis dan herps Zooster :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster
dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes
virus
d. Pemeriksaan histopatologik
f. Kultur virus
1) Virologi:
a) Mikroskop cahaya.
b) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
c) PCR,
d) Kultur Virus,
2) Serologi
6
a) ELISA,
c) Biokit HSV-II.
G. Penatalaksanaan
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatis, untuk nyeri diberi analgetik. Jika disertai
infeksi sekunder diberikan antibiotik. Indikasi obat antiviral ialah herpes zoster oftalmikus dan
pasien dengan defisiensi imunitas mengingat komplikasinya. Obat yang biasa digunakan ialah
asiklovir dengan diberikan dalam 3 hari pertama sejak lesi muncul.(Handoko, 2009:112).
Dosis asiklovir yang dianjurkan adalah 5 X 800 mg sehari dan biasanya diberikan 7 hari.
Jika lesi baru masih muncul obat tersebut dapat dilanjutkan dan dihentikan sesudah 2 hari sejak
lesi baru tidak timbul lagi. Indikasi pemberian kortikosteroid adalah untuk sindrom ramsay
hunt. Pemberian harus sedini mungkin untuk mencegah terjadi nya paralisis. Biasanya 3 x 20
mg sehari, setelah seminggu dosis diturunkan secara bertahap.(Handoko, 2009:113).
Pengobatan topikal bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak
dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.
2) Keluhan Utama
7
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat yang
terinfeksi virus ini.
6) Riwayat Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau
yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal itu
meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan
peran, atau identitas diri.
b. Pemeriksaan Fisik Pada Klien dengan Varicella, herpes simplek, herpes zoster
Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan
tubuh klien. Pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu
tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit,
ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi, dan dapat
pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria, daerah yang
perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan daerah anus.
Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor,
8
klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas,
warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran; pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu terhadap nyeri akut
secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis,terjadi diaphoresis,
peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah;
pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran
nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih
skala yang sesuai dengan usia perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk
mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubugan dengan penyakit
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit (timbul bula,
kemerahan)
d. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit
9
3. Intervensi
10
3. Mampu mengenali nyeri pencahayaan,
(skala, intensitas, kebisingan
frekuensi)
d. Ajarkan tentang
teknik pernafasan /
relaksasi
e. Kolaborasi pemberian
analgetik
f. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
g. Anjurkan klien
untuk beristirahat
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tidakan a. Observasi keadaan
kulit b.d perubahan keperawatan, pasien mampu bula pasien
b.
pigmentasi kulit mencapai kesembuhan pada Anjurkan pasien untuk
kulit dengan kriteria hasil: tidak menggaruk bula
c Jaga kebersihan
1. Integritas kulit yang baik kulit
bisa dipertahankan d. Kolaborasi dengan
11
penyembuhan dengan
adanya regenerasi
jaringan
12
6 Resiko infeksi Selama dilakukan tindakan a. Tekankan pentingnya
berhubungan keperawatan, pasien terhindar teknik cuci tangan
dengan gangguan dari infeksi sekunder dengan yang baik untuk
integritas kulit kriteria hasil : semua individu yang
1. Klien mampu datang kontak
mendeskripsikan proses b. dengan pasien.
penularan penyakit, Gunakan skort,
faktor yang sarung tangan,
mempengaruhi penularan masker dan teknik
serta penatalaksanaannya c. aseptic, selama
13
7 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat
seksual berhubungan keperawatan, pola seksual kecemasan klien
dengan takut infeksi pasien kembali efektif dengan yang berhubungan
menular seksual kriteria hasil : - Pola dengan pola
b.
seksualitas klien normal seksual
1. Klien terlihat tidak cemas Jelaskan pada klien
terhadap aktifitas waktu untuk
seksualnya melakukan hubungan
2. Klien mampu seksual sesuai
c.
menggunakan mekanisme kondisinya
koping yang efektif Beri edukasi
tentang keadaan klien
apabila
berhubungan seksual
14
KASUS HERPES ZOSTER
Umur : 55 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Malang
a. Riwayat Keperawatan
- Keluhan utama
Nyeri pada daerah bibir
Tuan K. 55 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan adanya rasa tidak nyaman
dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan membentuk sebuah gelembung
cair pada daerah bibir. Keluhan ini disertai dengan rasa gatal, perih, serta semakin banyak.
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengeluh sakit seperti ini, hanya
pernah sakit flu dan demam ringan.
Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini dan
keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, DM maupun hipertensi.
15
b. Pola Konsep Diri
- Gambaran Diri
Pasien mengatakan senang dengan anggota tubuhnya saat ini
- Identitas Diri
Pasien dapat menyebutkan identitas diri seperti nama, tanggal lahir
- Peran Diri
Pasien mengatakan di rumah berperan sebagai seorang ayah, kepala rumah tangga, dan
pencari nafkah
- Ideal Diri
Pasien mengatakan mempunyai harapan sebagai seorang ayah yang baik buat anak dan
istrinya
- harga diri
Pasien tidak mengalami gangguan harga diri
c. Perubahan Pola Kesehatan
- Pola Nutrisi
Di rumah : Pasien makan 2-3x/ hari ,minum dalam sehari : 500-
1000cc/hari minum air putih, susu dan teh
Di RS : pasien mengatakan kesulitan untuk makan karena susah untuk membuka
mulut akibat rasa perih dari penyakit yang diderita
- Pola Kebersihan Diri
Di Rumah : Pasien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas
2-3 kali per-minggu, gunting kuku 1 kali per-minggu
Di RS : pasien mengatakan mandi sendiri tetapi sedikit susah dan
harus menghindari bagian mata terkena air sehingga sering dibantu serta
pandangan pasien kabur sehingga harus diawas dan dibantu
- Pola Eliminasi
Di Rumah : BAB: 1-2 kali/sehari, konsistensi lembek, berwarna
kecoklatan, BAK: 4-5 kali / hari dengan warna kuning jernih
Di RS : pola eliminasi diakukan secara mandiri
- Pola Aktivitas
Di Rumah : Pasien mengatakan sebelum sakit, Pasien melakukan
16
aktivitas sehari-harinya secara mandiri
Di RS : Dilakukan secara mandiri
d. Pola Istirahat tidur
Di Rumah : Pasien mengatakan tidur dalam sehari biasanya sekitar 10
jam
Di RS : Pasien mengatakan di RS sulit untuk tidur bila nyeri dan perih timbul
e. Pengkajian Fisik
Kesadaran : Composmetis
Pernafasan : 22 x/ menit
Kulit :
Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo matang,
tidak ada hiperpigmentasi.
Kepala :
Bentuk kepala normosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut hitam lurus.
Mata :
Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil ± 4 mm, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak
ikteric, tidak ada ptosis, koordinasi gerak mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan
benda secara terbatas dalam 6 titik sudut pandang yang berbeda.
Hidung :
Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.
Telinga :
17
Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada, reflek
suara baik dan telinga sedikit berdenging.
Mulut :
Bibir tidak cyanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada
stomatitis dan gigi masih genap. Sekitar bibir terdapat bintik bintik kemerahan yang
membentuk gelembung yang berisi cairan.
Leher :
Dada :
- Jantung
▪ Auskultasi : normal
- Paru – paru
- Perut :
▪ Inspeksi : Datar
▪ Perkusi : timpani
18
▪ Auskultasi : bising usus ( + )
- Ekstrimitas :
Tidak ditemukan lesi maupun udem pada ektrimitas atas maupun bawah.
A. Analisa Data
19
Varicela Zoster Virus
Nyeri
Gangguan menelan
B. Diagnosa Keperawatan
20
C. Intervensi Keperawatan
2: berat/jarang menunjukkan
3: cukup/ kadang menunjukkan
4: Ringan/sering menunjukkan
5: Tidakada/konsisten
21
2. Kerusakan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam kerusakan integritas kulit pasien teratasi
NOC NIC
1. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Skala outcome 1 2 3 4 5 2. Anjurkan pasien mengenakan pakaian yang longgar
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan tetap kering
Suhu kulit
4. Kaji tingkat kerusakan kulit
Lesi pada kulit
5. Mobilisasi pasien (ubah posisi ) setiap 2 jam sekali
sensasi 6. Monitor status nutrisi pasien
Integritas kulit
Keteranganpenilaian
1: sangatberat
2: berat
3: cukup
4: Ringan
5: Tidakada
22
3. Gangguan menelan b.d vesikel pada daerah mulut
Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam jumlah porsi makan pasien meningkat
NOC : NIC
1. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada
Skala Outcome 1 2 3 4 5 catatan asupan
(Sangat (banyak (cukup (sedikit (Tidak 2. Ketahui makanan kesukaan pasien
terganggu) terganggu) terganggu) terganggu) terganggu) 3. Timbang pasien pada interval yang tepat
Penerimaan 4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan
makananan yang bergizi dan tidak mahal
23
D. Implementasi
Nama Pasien : Tn. D
No. Registrasi :
Tanda Tangan
Hari / No. Diagnosis
Jam Implementasi dan Nama
tanggal Keperawatan
Perawat
1 1. melakukan pengkajian
komprehensif mengenai nyeri klien
(nyeri pasien tersebut terjadi pada
saat menggerakkan mata)
2. Meminimalkan faktor yang
menimbulkan nyeri pada klien
3. Mengajarkan mengenai
managemen nyeri (teknikdistraksi
misalnya, napas dalam)
4. Mengajarkan klien untuk
memonitor nyeri (respon yang
dilami oleh pasien sendiri dapat
diidentifikasi)
5. Menganjurkan untuk istirahat agar
meminimalkan nyeri
6. MelakukanKolaborasi dengan
tenaga kesehatan professional
untuk pemberian analgesic efektif
untuk Pereda nyeri
2 1. Mandikan pasien dengan sabun dan
air hangat
2. Anjurkan pada pasien untuk
mengenakan pakaian yang longgar
24
3. Anjurkan pada pasien dan keluarga
untuk menjaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan tetap kering
4. Kaji tingkat kerusakan kulit
5. Mobilisasi pasien (ubah posisi )
setiap 2 jam sekali
6. Monitor status nutrisi pasien
3 1. Memantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan
E. Evaluasi Keperawatan
Dx
Evaluasi Ttd
Kep
S : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O:
No Tingkat Nyeri: Indikator S.A S.T S.Ak
1 Ekspresi wajah 2 5 3
1.
2 Nyeri yang dilaporkan 2 5 3
No Kontrol Nyeri: Indikator S.A S.T S.Ak
1 Menggunakananalgesik yang 1 5 4
direkomendasikan
25
2 Menggunakan tindakan non 1 5 3
farmakologi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan rencana tindakan sesuai program
S: Pasien mengatakan masih gatal, tapi tidak menggaruk. Pasien dan
2 keluarga juga sudah mempraktekkan kebersihan diri dan lingkungan sekitar
O:
No Indikator S.A S.T S.Ak
1 suhu kulit 3 5 3
2 Lesi pada kulit 2 5 3
3 sensasi 2 5 3
4 Integritas kulit 2 5 3
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan rencana tindakan sesuai program
1 Deteksi gangguan 3 5 4
2 Kontrol gangguan 1 5 3
3. Pengetahuan : kontrol gangguan 1 5 4
26
Daftar Pustaka
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/9810
Agus, I. G., Suputra, B., Darmada, I. G. K., Made, L., & Rusyati, M. (n.d.). HERPES ZOSTER CRURIS
DEXTRA : A CASE REPORT.
Staf, D., Fungsional, M., Kesehatan, I., Ayuningati, L. K., & Indramaya, D. M. (2013). Studi Retrospektif :
Karakteristik Pasien Herpes Zoster ( Retrospective Study : Characteristic of Herpes Zoster Patients
). 211–217.
Wasitaatmadja,S,M. 2010 Anatomi Kulit dan Faal Kulit. ed. 6 Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. jakarta.
27