Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK HERPES ZOSTER

Kelompok 5

1. ANDI TIYO WIJAYA


2. ALVEONITA G S WERNUSSA
3. BELBINA SUBUR
4. ASPRILIYA Y PATTIHEUWEAN
5. AKHMAD K SHIDIIK
6. AMINA GOMBO
7. ANTOMINA MAAY
8. ARNUS WENDA
9. CARLIN LENORA
10. AGNES M D

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah yang berjudul
‘ASKEP HERPES ZOSTER’ ini dapat tersusun hingga selesai dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca untuk kedepannya. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Jayapura,

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………….ii

Daftar isi…………………………………………………………………………………………………………iii

Bab I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………….

A. Latar Belakang……………………………………………………………………….….
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………..
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………………….

Bab II PEMBAHASAN……………………………………………………………………….

A. Definisi Herpes Zoster………………………………………………………………………………

B. Etiologi Herpes Zoster……………………………………………………………………………..

C. Patofisiologi Herpes Zoster………………………………………………………………………

D. Klasifikasi………………………………………………………………………………………………..

E. Manifestasi Klinik………………………………………………………………………………….

F. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………………………………

G. Komplikasi………………………………………………………………………………………………

H. Penatalaksanaan Medis…………………………………………………………………………..

I. Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………………………………………

Bab III PENUTUP…………………………………………………………………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………

B. Saran……………………………………………………………………………………………………………

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang
sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster.1,2 Herpes zoster ditandai dengan adanya
nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang
dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis.3,4
Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan
antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan
terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun
dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun.
Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui.Selama terjadi varisela, virus varisela
zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan
ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada
ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi
tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya
terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela
zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan
imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi
endogen.
Komplikasi herpes zoster dapat terjadi pada 10-15% kasus, komplikasi yang terbanyak adalah
neuralgia paska herpetik yaitu berupa rasa nyeri yang persisten setelah krusta terlepas.
Komplikasi jarang terjadi pada usia di bawah 40 tahun, tetapi hampir 1/3 kasus terjadi pada
usia di atas 60 tahun. Penyebaran dari ganglion yang terkena secara langsung atau lewat aliran
darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata.Hal ini dapat terjadi oleh karena defek
imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi.
Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi inveksi
virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan mencegah
timbulnya neuralgia paska herpetik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Herpes zoster
2. Apa etiologi dan patofisiologi herpes zoster
3. Apa saja klasifikasi herpes zoster
4. Apa manifestasi klinik pada herpes zoster
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic herpes zoster
6. Apa komplikasi herpes zoster
7. Bagaimana penatalaksanaan medis herpes zoster
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan herpes zoster

C. Tujuan Masalah
1. Agar pembaca mengetahui tentang herpes zoster
2. Agar pembaca mengetahui tentang etiologi dan patofisiologi herpes zoster
3. Agar pembaca mengetahui tentang klasifikasi herpes zoster
4. Agar pembaca mengetahui tentang manifestasi klinik herpes zoster
5. Agar pembaca mengetahui tentang pemeriksaan diagnostic herpes zoster
6. Agar pembaca mengetahui tentang komplikasi herpes zoster
7. Agar pembaca mengetahui tentang penatalaksanaan medis herpes sozter
8. Agar pembaca mengetahui tentang konsep asuhan keperawatan herpes zoster
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan
reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk
laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2000).
Sedangkan menurut Sjaiful (2002), merupakan penyakit neurodermal ditandai dengan
nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso
pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf kranialis atau spinalis.
Menurut Mansjoer A (2007) Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah penyakit yang
disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi
ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Dari tiga pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, herpes zooster adalah
radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus variselo-zaster
yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta
erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso.

B. Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster. Infeksiositas virus
ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik,
panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
a. Faktor Resiko Herpes zoster.

1) Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula
resiko terserang nyeri.

2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)


seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi
pertama dari immunocompromised.

3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

4) Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.


C. Patofisiologi

Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini pertama
kali terjadi di daerah nasofaring.Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah
sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan
ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian
mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dansimptomatik
dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar
melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau
laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi,
reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu
dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus
sehingga terjadi herpes zoster.

D. Klasifikasi
Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:

a. Herpes zoster oftalmikus

Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang


mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah disertai
gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal berlangsug 1
sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul.Fotofobia, banyak kelar air mata,
kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra.


(http://eyewiki.aao.org/Herpes_Zoster_Ophthalmicus
).
b. Herpes zoster fasialis

Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi
herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 2.Herpes zoster fasialis dekstra.


(http://www.medeco.de/kieferchirurgie-dentalatlas/viruserkrankungen-der-

mundschleimhaut/)

c. Herpes zoster brakialis

Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 3.Herpes zoster brakialis sinistra.


(http://www.medicinenet.com/image-collection/herpes_zoster_picture/picture.htm)
d. Herpes zoster torakalis

Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4.Herpes zoster torakalis sinistra.


(http://www.medicinenet.com/image-collection/herpes_zoster_picture/picture.htm)

e. Herpes zoster lumbalis

Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
lumbalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

f. Herpes zoster sakralis

Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
sakralis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5.Herpes zoster sakralis dekstra.

(http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2014/03/penyakit-herpes-
zoster.html)
E. Manifestasi Klinik
a. Gejala prodomal
1) Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 – 4
hari.
2) Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise,
nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar
atau tertusuk), gatal dan kesemutan. Nyeri bersifat segmental dan dapat
berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi
kulit.
3) Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–papul dan
dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7–10 hari. Krusta dapat
bertahan sampai 2–3 minggu kemudian mengelupas.Pada saat ini nyeri segmental juga
menghilang.
4) Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke-4 dan kadang–kadang sampai hari ke-7.
5) Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan
parut (pitted scar).
6) Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive
terhadap nyeri yang dialami.

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan dari
impetigo, kontak dermatitis dan herps Zooster :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus.
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit.
d. Pemeriksaan histopatologik.
e. Pemerikasaan mikroskop electron.
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus:

1) Virologi:
a) Mikroskop cahaya
b) Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi).
c) PCR.
d) Kultur Virus.
2) Serologi
a) ELISA.
b) Western Blot Test.
c) Biokit HSV-II.

G. Komplikasi
Herpes zoster tidak menimbulkan komplikasi pada kebanyakan orang. Bila timbul
komplikasi, hal-hal berikut dapat terjadi:
a. Neuralgia pasca herpes. Ini adalah komplikasi yang paling umum. Nyeri saraf
(neuralgia) akibat herpes zoster ini tetap bertahan setelah lepuhan kulit menghilang.
b. Infeksi kulit. Kadang-kadang lepuhan terinfeksi oleh bakteri sehingga kulit
sekitarnya menjadi merah meradang.Jika hal ini terjadi maka Anda mungkin perlu
antibiotik.
c. Masalah mata. Herpes zoster pada mata dapat menyebabkan peradangan
sebagian atau seluruh bagian mata yang mengancam penglihatan.
d. Kelemahan/layuh otot. Kadang-kadang, saraf yang terkena dampak adalah saraf
motorik dan saraf sensorik yang sensitif. Hal ini dapat menimbulkan kelemahan
(palsy) pada otot-otot yang dikontrol oleh saraf.
e. Komplikasi lain. Misalnya, infeksi otak oleh virus varisela-zoster, atau penyebaran
virus ke seluruh tubuh.Ini adalah komplikasi yang sangat serius tapi jarang terjadi.

H. Penatalaksanaan Medis
Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu.Biasanya
pengobatan hanya diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan inflamasi.
a. Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk
mencegah vesikel pecah.
b. Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik
atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit.
c. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa nyeri.Nyeri ini
kadang-kadang sangat keras.Parasetamol dapat digunakan untuk meredakan sakit.Jika
tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada dokter Anda untuk
meresepkan analgesik yang lebih kuat.
d. Antivirus. Penggunaan obat antivirus diberikan 72 jam setelah terbentuk ruam
akan mempersingkat durasi terbentuknya ruam dan meringankan rasa sakit.
Apabila gelembung telah pecah, maka penggunaan antivirus tidak efektif lagi.
e. Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat
penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster masih
kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.
I. Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita.
b. Keluhan Utama
Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan
kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul dan gatal-gatal pada daerah yang
terkena pada fase-fase awal.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita merasakan nyeri yang hebat, terutama pada area kulit yang mengalami
peradangan berat dan vesikulasi yang hebat, selain itu juga terdapat lesi/vesikel
perkelompok dan penderita juga mengalami demam.
d. Riwayat Kesehatan Lalu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan kepada penderita ada atau tidak anggota keluarga atau teman dekat
yang terinfeksi virus ini.
f. Riwayat Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka
atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri.hal
itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal diri, harga diri,
penampilan peran, atau identitas diri.
Reaksi yang mungkin timbul adalah:
1) Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh.
2) Menarik diri dari kontak social.
3) Kemampuan untuk mengurus diri berkurang.

2. Pemeriksaan Fisik Pada Klien dengan Varicella, herpes simplek, herpes zoster

Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh
klien.pada kondisi awal/saat proses peradangan , dapat terjadi peningkatan suhu tubuh
atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit,
ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri ,edema di sekitar lesi,
dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Pada pemeriksaan genitalia pria,
daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans penis, batang penis, uretra, dan
daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia
mayor dan minor, klitoris, introitus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis,
bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional,
periksa adanya pembesaran; pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar
limfe regional. Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon individu
terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara
fisiologis,terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan,
dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis,
merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10
untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia
perkembangannya kita bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai
usia; libatkan anak dalam pemilihan.

Diagnosa

1. Hipertermia berhubugan dengan penyakit

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit


(timbul bula, kemerahan)

4. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan anoreksia.

6. Resiko infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit

7. Ketidakefektifan pola seksual berhubungan dengan takut infeksi menular seksual

Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kritria hasil intervensi


1. selama dilakukan tindakan a. Monitor suhu pasien
Hipertermia berhubugan dengan keperawatan, pasien mampu b. Monitor nadi, RR pasien
penyakit mempertahankan kondisi c. Monitor intake output pasien
normotermi dengan kriteria d. Berikan penjelasan tentang
hasil: penyebab demam atau
- Suhu tubuh dalam rentang peningkatan suhu tubuh
normal e. Beri kompres hangat di
- Nadi dan RR dalam rentang daerah ketiak dan dahi
normal f. Kolaborasi dengan
dokterdalam pemberian antiviral,
antipiretik
2 Nyeri akut berhubungan Selam dilakukan tindakan a.
dengan agen cidera biologis keperawatan, nyeri pasien Lakukanpengkajian
hilang dengan kriteria hasil: nyeri
- PasieN mampu secarakomprehensif
mengontrol nyeri b. Observasi reaksi nonverbal
- Melaporkan nyeri dari ketidaknyamanan
berkurang
c. Kontrol lingkungan yang
Menggunakan dapat mempengaruhi
managemen nyeri nyeri seperti suhu
- Mampu mengenali nyeri ruangan, pencahayaan,
(skala, intensitas, kebisingan
frekuensi) d. Ajarkan tentang teknik
pernafasan / relaksasi
e. Kolaborasi
pemberian
analgetik
f.
Evaluasikeefektifan
kontrol nyeri
g. Anjurkan klien untuk
beristirahat

3 Kerusakan integritas kulit Selama dilakukan tindakan a. Observasi keadaan bula


berhubungan dengan keperawatan, pasien pasien
perubahan pigmentasi kulit mampumencapai b. Anjurkan pada pasien
(timbul bula, kemerahan) penyembuhan pada kulit untuk tidak menggaruk
dengan kriteria hasil: bula
- Integritas kulit yang baik c. Jaga kebersihan kulit
bisa dipertahankan d. Kolaborasi dengan
(pigmentasinya) dokterdalam pemberian
- Luka atau lesi pda kulit obat topikal
menunjukan proses
penyembuhan dengan
adanya regenerasi
jaringan

4 Gangguan citra diri Setelah dilakukan tindakan a. Dorong klien


berhubungan keperawatan pasien tidak mengungkapkan
dengan penyakit mengalami gangguan citra perasaannya
tubuh, dengan kriteria hasil : b. Jelaskan tentang
- body image positif pengobatan, perawatan
- Mempertahankan interaksi c. Fasilitasi kontak individu
sosial dengan kelompok kecil
d. Beri reinforcement yang
positif
5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang Selama dilakukan tindakan a. Monitor mual/muntah
dari kebutuhan tubuh keperawatan, kebutuhan b. Observasi dan kaji intake
berhubungan nutrisi pasien terpenuhi pasien
dengan intake tidak adekuat dengan kriteria hasil : c. Anjurkan makan sedikit-
- Tidak ada tanda-tanda sedikit tapi sering
malnutrisi d. Hidangkan makanan
- Tidak ada mual/muntah selagi hangat
e. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian dan
penyusunan menu favorite
klien
f. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian anti emetik
dan penambah nafsu makan
6 Resiko infeksi berhubungan Selama dilakukan tindakan a. Tekankan pentingnya teknik
Dengan gangguan integritas kulit keperawatan, pasien terhindar cuci tangan yang baik
dari infeksi sekunder dengan untuk semua individu
kriteria hasil : yang datang kontak dengan
Klien mampu pasien.
mendeskripsikan b. Gunakan skort, sarung
proses penularan tangan, masker dan teknik
penyakit, faktor yang aseptic, selama perawatan
mempengaruhi kulit.
penularan serta c. Cukur atau ikat rambut di
penatalaksanaannya sekitar daerah yang terdapat
- Menunjukan erupsi.
kemampuan untuk d. Bersihkan jaringan nekrotik/
mencegah timbulnya yang lepas (termasuk
infeksi baru pecahnya lepuh)
- Menunjukan perilaku e. Kolaborasi dengan dokter
hidup sehat dalam pemberian antiviral

7 Ketidakefektifan pola seksual Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat kecemasan


berhubungan dengan takut keperawatan, pola seksual klien yang berhubungan
infeksi menular seksual pasien kembali efektif dengan dengan pola seksual
kriteria hasil : b. Jelaskan pada klien waktu
- Pola seksualitas klien untuk melakukan hubungan
normal seksual sesuai kondisinya
- Klien terlihat tidak cemas c. Beri edukasi tentang
terhadap aktifitas seksualnya keadaan klien apabila
- Klien mampu menggunakan berhubungan seksual
mekanisme koping yang efektif d. Anjurkan pada
pasien untuk mengikuti program
pengobatan dan perawatan
sampai tuntas
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster
yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang
terjadi setelah infeksi primer.
Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus, fasialis,
brakialis, torakalis, lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat
berupa kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang
eritematosa.Lesi yang khas bersifat unilateral pada dermatom yang sesuai dengan
letak syaraf yang terinfeksi virus.
Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik.Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium
sederhana, yaitu tes Tzanck dengan menemukan sel datia berinti banyak.
Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self limiting disease),
tetapi pada beberapa kasus dapat timbul komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin
tinggi frekuensi timbulnya komplikasi.

B. SARAN

1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk


mencegah penularan dan mempercepat penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil
yang maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention. 2008. Vaksinasi Cacar Air.
http://www.immunize.org/vis/in_var.pdf

Djuanda, Adhi (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas
Indonesia, Jakarta, 1993.

Dumasari, Ramona.2008. Varicella Dan Herpes Zozter. Departemen Ilmu Kesehatan


Kulit Dan Kelamin. Universitas Sumatra Utara.

Finn, Adam 2005. Hot Topics In Infection And Immunity In Children II. New York: Spinger

Hadinegoro , dkk. 2010. Terapi Asiklovir Pada Anak Dengan Varisela Tanpa Penyulit .

Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia, Jakarta. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 6, April 2010

Joanne M.McCloskey Dochterman. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).

Elsevier. Mosby

Katsambas, Andreas. 2015. European Handbook of Dermatological Treatments. New York:


Spinger

Kurniawan, dkk.2009. Varicela Zoster Pada Anak. Medicinus · Vol. 3 No. 1 Februari 2009 –
Mei 2009

Mansjoer Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aescula plus. Jakarta.
Mehta. 2006. Pyoderma gangrenosum on varicella lesions. Clinical and
Experimental Dermatology.Volume 32, pages 215–217, 27 November 2006

NANDA.2014. Nursing Diagnoses definitions and clasification 2015-2017 10th edition.

Wiley Blackwell

Prabhu, Smitha. 2009. Chilhood Herpes Zoster : A Clustering Of Ten Cases. Indian Journal

Of Dermatology.Vol : 54 Page 62-64

Rampengan, T.H. 2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, Edisi 2, jakarta: EGC.

Richard,E.Berhman,dkk.2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Jakarta:EGC.

Siregar., 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit.Jakarta ; EGC. Sue Moorhead.

2013. NOC. Elsevier. Mosby


Thomson ,June M., et. al. 1986. Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company,
Toronto

Wasitaatmadja,S,M. 2010 Anatomi Kulit dan Faal Kulit. ed. 6 Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai