Anda di halaman 1dari 22

Tugas Kelompok 2

ASUHAN KEPERAWATAN ‘’ FRAMBUSIA’’


Dosen Pembimbing: Mince S. Wally.,S.Kep., Ns

Disusun Oleh:

NO. NAMA NIM


1. NORMALASARAI RELIUBN 20160811024002
2. TIA WAHYUNINGSIH 20160811024035
3. ANDI TIYO WIJAYA 20160811024095
4. RIMBA KRISTIAN 20160811024101
5. AKHMAD KHADAFI SHIDIK 20160811024097
6. DIANA HUBUSA 20160811024109

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan
penyertaannya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul ‘’ Asuhan
Keperawatan Pada Frambusia ‘’ ini selesai pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari bahwa selesainya makalah ini
tidak lepas dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak khususnya kepada Ibu Mince S.Wally., S.Kep., Ns selaku Dosen Mata kuliah Promosi
Kesehatan.

Selain itu, penulis juga menyadari bahwa tiada gading yang tak retak. Begitupun
dengan penulis sebagai manusia tentunya dalam menyusun makalah ini penulis tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharap adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca, dengan harapan agar suatu saat nanti penuli dapat menyusun
makalah dengan lebih baik lagi.

Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah


pengetahuan bagi para pembaca semuanya. Amin.

Jayapura, 5 Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................1

Kata Pengantar..............................................................................................2

Daftar isi........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................4

1.1............................................................................................................ Latar Belakang


...........................................................................................................4
1.2............................................................................................................ Rumusan Masalah
...........................................................................................................5
1.3............................................................................................................ Tujuan Penulisan
...........................................................................................................5
1.4............................................................................................................Manfaat Penulisan
...........................................................................................................5

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................6

2.1............................................................................................................Pengertian
Frambosia..........................................................................................6
2.2............................................................................................................ Etiologi
Frambosia..........................................................................................6
2.3............................................................................................................ Patofisiologi
Frambosia..........................................................................................7
2.4............................................................................................................ Cara Penularan
Frambosia..........................................................................................8
2.5............................................................................................................Klasifikasi
Frambusia..........................................................................................8
2.6............................................................................................................ Manifestasi
Frambosia .........................................................................................9
2.7............................................................................................................ Pencegahan
Farmbosia..........................................................................................11
2.8............................................................................................................ Pengobatan
Frambosia..........................................................................................12

3
2.9............................................................................................................ Askep Frambosia
...........................................................................................................13

BAB III PENUTU.........................................................................................20

3.1. Kesimpulan.......................................................................................20
3.2. Saran.................................................................................................20

Daftar Pustaka...............................................................................................21

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penyakit frambusia ini merupakan penyakit yang berkaitan dengan kemiskinan
dan hampir bisa dikatakan hanya menyerang mereka yang berasal dari kaum termiskin
serta masyarakat kesukuan yang terdapat di daerah-daerah terpencil yang sulit
dijangkau.
Pada awalnya, koreng yang penuh dengan organisme penyebab ditularkan melalui
kontak dari kulit ke kulit, atau melalui luka di kulit yang didapat melalui benturan,
gigitan, maupun pengelupasan. Pada mayoritas pasien, penyakit frambusia terbatas
hanya pada kulit saja, namun dapat juga mempengaruhi tulang bagian atas dan sendi.
Walaupun hampir seluruh lesi frambusia hilang dengan sendirinya, infeksi bakteri
sekunder dan bekas luka merupakan komplikasi yang umum.
Setelah 5 -10 tahun, 10% dari pasien yang tidak menerima pengobatan akan
mengalami lesi yang merusak yang mampu mempengaruhi tulang rawan, kulit, serta
jaringan halus yang akan mengakibatkan disabilitas yang melumpuhkan serta stigma
sosial. Beban penyakit Selama periode 1990an, frambusia merupakan permasalahan
kesehatan masyarakat yang terdapat hanya di tiga negara di Asia Tenggara, yaitu
India, Indonesia dan Timor Leste.
Di Indonesia, sebanyak 4.000 kasus tiap tahunnya dilaporkan 8 dari 30
provinsi 95% dari keseluruhan jumlah kasus yang dilaporkan tiap tahunnya
dilaporkan dari empat provinsi, yaitu :Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara,
Papua dan Maluku. Pelaksanaan program pemberantasan penyakit ini sempat
tersendat pada tahun-tahun terakhir, terutama disebabkan oleh keterbatasan sumber
daya. Upaya-upaya harus diarahkan pada dukungan kebijakan dan perhatian yang
lebih besar sangat dibutuhkan demi pelaksanaan yang lebih efektif dan memperkuat
program ini.

5
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1        Apa Pengertian Frambusia ?
1.2.2        Apa Etiologi Frambusia ?
1.2.3        Bagaimana Patofisiologi Frambusia ?
1.2.4        Bagaimana Cara Penularan Frambusia ?
1.2.5        Apa saja Klasifikasi Frambusia ?
1.2.6        Bagaimana Manifestasi Klinis Frambusia ?
1.2.7        Bagaimana Cara Pencegahan Frambusia ?
1.2.8        Bagaimana Pengobatan Frambusia.
1.2.9     Bagaimana Asuhan Keperawatan Frambusia ?

1.3. Tujuan
1.3.1        Mengetahui Pengertian Frambusia.
1.3.2        Mengetahui Etiologi Frambusia.
1.3.3        Mengetahui Patofisiologi Frambusia.
1.3.4        Mengetahui Cara Penularan Frambusia.
1.3.5        Mengetahui Klasifikasi Frambusia.
1.3.6        Mengetahui Manifestasi Klinis Frambusia.
1.3.7        Mengetahui Cara Pencegahan pada Frambusia.
1.3.8        Mengetahui Pengobatan pada Frambusia.
1.3.9        Mengetahui Asuhan Keperawatan Frambusia.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Frambusia
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema
pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus
seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan
destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini
adalah penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia
kepada orang sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma.
Frambusia adalah penyakit menular, kumat-kumatan, bukan termasuk penyakit
menular venerik, yang disebabkan oleh Treponema  palidum subs. pertinue dengan
gejala utama pada kulit dan tulang.
Penyakit frambusia atau patek adalah suatu penyakit kronis, relaps (berulang).
Dalam bahasa Inggris disebut Yaws, ada juga yang disebut Frambesia tropica dan
dalam bahasa Jawa disebut Pathek. Di zaman dulu penyakit ini amat populer karena
penderitanya sangat mudah ditemukan di kalangan penduduk. Di Jawa saking
populernya telah masuk dalam khasanah bahasa Jawa dengan istilah “ora Patheken”.
Frambusia termasuk penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan
masyarakat karena penyakit ini terkait dengan, sanitasi lingkungan yang buruk,
kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan diri, kurangnya fasilitas air bersih,
lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang
memadai, apalagi di beberapa daerah, pengetahuan masyarakat tentang penyakit ini
masih kurang karena ada anggapan salah bahwa penyakit ini merupakan hal biasa
dan alami karena sifatnya yang tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita..

2.2. Etiologi Frambusia


Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema
pallidum sub spesies pertenue (merupakan saudara dari Treponema penyebab
penyakit sifilis), penyebarannya tidak melalui hubungan seksual, tetapi dapat
mudah tersebar melalui kontak langsung antara kulit penderita dengan kulit sehat.
Penyakit ini tumbuh subur terutama didaerah beriklim tropis dengan karakteristik

7
cuaca panas, dan banyak hujan, yang dikombinasikan dengan banyaknya jumlah
penduduk miskin, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya fasilitas air bersih,
lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan umum yang
memadai.

2.3. Patofisiologi Frambusia


Frambusia di sebabkan oleh Treponemaa Pallidum, yang disebabkan karena
kontak langsung dengan penderita ataupun kontak tidak langsung. Treponema
palidum ini biasanya menyerang kulit dan tulang.
Pada awal terjadinya infeksi, agen akan berkembang biak didalam jaringan
penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang berbentuk
seperti buah arbei, yang memiliki permukaan yang basah,  lembab, tidak bernanah
dan tidak sakit, kadang disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri
tulang  dan persendian. Apabila tidak segera diobati agen akan menyerang dan
merusak kulit, otot, serta persendian.
Terjadinya kelainan tulang dan sendi sering mengenai jari-jari dan tulang
ektermitas yang menyebabkan atrofi kuku dan deformasi ganggosa yaitu suatu
kelainan berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang
hidung dan septum nasi dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung.
Kelainan pada kulit adanya ulkus-ulkus yang meninggalkan jaringan parut dapat
membentuk keloid dan kontraktur. Klasifikasi Frambusia terdiri dari 4 (empat)
tahap meliputi:
a)     Pertama (primary stage) berbentuk bekas untuk berkembangnya bakteri
frambusia;
b)   Secondary stage terjadi lesi infeksi bakteri treponema pada kulit;
c)    Latent stage bakteri relaps atau gejala hampir tidak ada;
d)    Tertiary stage luka dijaringan kulit sampai tulang kelihatan, (Smith, 2006 ;
Greenwood, et al, 1994 ; Bahmer, et al 1990 ; Jawetz, et al., 2005).

2.4. Cara Penularan Frambusia


Penularan  penyakit  frambusia  dapat  terjadi  secara langsung maupun tidak
langsung (Depkes,2005), yaitu :
a) Penularan secara langsung (direct contact) .
Penularan penyakit frambusia banyak terjadi secara langsung dari penderita ke
orang lain. Hal ini dapat terjadi jika jejas dengan gejala menular
(mengandungTreponema pertenue) yang terdapat pada kulit seorang penderita

8
bersentuhan dengan kulit orang lain yang ada lukanya. Penularan mungkin juga
terjadi  dalam persentuhan antara jejas dengan gejala menular dengan selaput
lendir.
b) Penularan secara tidak langsung (indirect contact) .
Penularan secara tidak langsung mungkin dapat terjadi dengan perantaraan
benda atau serangga, tetapi hal ini sangat jarang. Dalam persentuhan antara jejas
dengan gejala menular dengan kulit (selaput lendir) yang luka,Treponema
pertenue yang terdapat pada jejas itu masuk ke dalam kulit melalui luka
tersebut. 

Terjadinya infeksi yang diakibatkan oleh masuknyaTreponema


partenue dapat mengalami 2 kemungkinan, antara lain :
1.       Infeksi effective.
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit
berkembang biak, menyebar di dalam tubuh dan menimbulkan gejala-gejala
penyakit. Infeksi efektif dapat terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke
dalam kulit cukup virulen dan cukup banyaknya dan orang yang mendapat infeksi
tidak kebal terhadap penyakit frambusia.
2.       Infeksi ineffective.
Infeksi ini terjadi jika Treponema pertenue yang masuk ke dalam kulit tidak
dapat berkembang biak dan kemudian mati tanpa dapat menimbulkan gejala-
gejala penyakit. Infeksi effective dapat terjadi jikaTreponema pertenue yang
masuk ke dalam kulit tidak cukup virulen dan tidak cukup banyaknya dan orang
yang mendapat infeksi mempunyai kekebalan terhadap penyakit frambusia
(Depkes, 2005).

2.5. Klasifikasi Frambusia


Frambusia dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain berdasarkan karakteristik
Agen :
a)      Infektivitas dibuktikan dengan kemampuan sang Agen untuk berkembang
biak di dalam jaringan penjamu.
b)      Patogenesitas dibuktikan dengan perubahan fisik tubuh yaitu terbentuknya
benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan permukaan basah
tanpa nanah.

9
c)      Virulensi penyakit ini bisa bersifat kronik apabila tidak diobati, dan akan
menyerang dan merusak kulit, otot serta persendian sehingga menjadi cacat
seumur hidup. Pada 10% kasus frambusia, tanda-tanda stadium lanjut ditandai
dengan lesi yang merusak susunan kulit yang juga mengenai otot dan
persendian.
d)     Toksisitas yaitu dibuktikan dengan kemampuan Agen untuk merusak jaringan
kulit dalam tubuh penjamu.
e)      Invasitas dibuktikan dengan dapat menularnya penyakit antara penjamu yang
satu dengan yang lainnya.
f)       Antigenisitas yaitu sebelum menimbulkan gejala awal Agen mampu merusak
antibody yang ada di dalam sang penjamu.

2.6. Manifestasi Klinis Frambusia


Gejala klinis terdiri atas 3 Stadium yaitu :
a) Stadium I :
Stadium ini dikenal juga stadium menular. Masa inkubasi rata-rata 3
minggu atau dalam kisaran 3-90 hari. Lesi initial berupa papiloma pada port d’
entre yang berbentuk seperti buah arbei, permukaan basah, lembab , tidak
bernanah, sembuh spontan tanpa meninggalkan bekas, kadang-kadang disertai
peningkatan suhu tubuh, sakit kepala, nyeri tulang dan persendian kemudian,
papula-papula menyebar yang sembuh setelah 1-3 bulan. Lesi intinial
berlangsung beberapa minggu dan beberapa bulan kemudian sembuh. Lesi ini
sering ditemukan disekitar rongga mulut, di dubur dan vagina, dan  mirip 
kandilomatalata pada sipilis. Gejala ini pun sembuh tanpa meninggalkan parut,
walaupun terkadang dengan pigmentasi. selain itu terdapat semacam papiloma
pada tapak tangan atau kaki, dan biasanya lembab. Gejala pada kulit dapat
berupa macula, macula papulosa, papula, mikropapula, nodula, tanpa
menunjukan kerusakan struktur pada lapisan epidermis serta tidak bereksudasi.
Bentuk lesi primer ini adalah bentuk yang menular.
b) Stadium II atau masa peralihan :
Pada stadium ini, di tempat lesi ditemukan treponema palidum pertinue.
Treponema positif ini terjadi setelah beberapa minggu sampai beberapa bulan
setelah stadium I. Pada stadium ini frambusia tidak menular dengan bermacam-
macam bentuk gambaran klinis, berupa hyperkeratosis. Kelainan pada tulang

10
dan sendi sering  mengenai jari-jari dan tulang ekstermitas, yang dapat
mengakibatkan terjadi atrofi kuku dan deformasi ganggosa, yaitu suatu kelainan
berbentuk nekrosis serta dapat menyebabkan kerusakan pada tulang hidung dan
septum nasi  dengan gambaran-gambaran hilangnya bentuk hidung, gondou
( suatu bentuk ostitis hipertofi ), meskipun jarang dijumpai. Kelainan sendi,
hidrartosis, serta junksta artikular nodular ( nodula subkutan, mudah bergerak,
kenyal, multiple), biasanya ditemukan di pergelangan kaki dekat kaput fibulae,
daerah akral atau plantar dan palmar.
c) Stadium III :
Pada stadium ini , terjadi guma atau ulkus-ulkus indolen dengan tepi
yang curam atau bergaung, bila sembuh, lesi ini meninggalkan jaringan parut,
dapat membentuk keloid dan kontraktur. Bila terjadi infeksi pada tulang dapat
mengakibatkan kecacatan dan kerusakan pada tulang. Kerusakan sering terjadi
pada palatum, tulang hidung, tibia.

Manifestasi klinis frambusia juga dibagi dalam beberapa tahap, antara lain :
a) Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini penederita belum menunjukan gejala penyakit. Namun, tidak
menutup kemungkinan si penyakit telah ada dalam tubuh si penderita.
b) Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi Frambusia adalah dari 2 sampai 3 minggu
c) Tahap Dini
Terbentuknya benjolan-benjolan kecil di kulit yang tidak sakit dengan
permukaan basah tanpa nanah.
d) Tahap Lanjut
Pada gejala lanjut dapat mengenai telapak tangan, telapak kaki, sendi dan
tulang, sehingga mengalami kecacatan. Kelainan pada kulit ini biasanya
kering, kecuali jika disertai infeksi (borok).
e) Tahap Pasca Patogenesis
Pada tahap ini perjalanan akhir penyakit hanya mempunyai tiga
kemungkinan, yaitu :
1) Sembuh dengan cacat penyakit ini berakhir dengan kerusakan kulit dan
tulang di daerah yang terkena dan dapat menimbulkan kecacatan 10-20 %
dari penderita.

11
2)   Karier tubuh penderita pulih kembali, namun bibit penyakit masih tetap
ada dalam tubuh.
3)  Penyakit tetap berlangsung secara kronik yang jika tidak diobati akan
menimbulkan cacat kepada si penderita.

2.7. Pencegahan Frambusia


Frambusia bila tidak segera ditangani akan menjadi penyakit kronik, yang bisa
kambuh dan menimbulkan gejala pada kulit, tulang dan persendian. Pada 10% kasus
pasien stadium tersier, terjadi lesi kulit yang destruktif dan memburuk menjadi lesi
pada tulang dan persendian. Kemungkinan kambuh dapat terjadi lebih dari 5 tahun
setelah terkena infeksi pertama. Strategi pemberantasan frambusia terdiri dari 4 hal
pokok yaitu:
o Skrining terhadap anak sekolah dan masyarakat usia di bawah 15 tahun untuk
menemukan  penderita.
o Memberikan pengobatan yang akurat kepada penderita di unit pelayanan
kesehatan (UPK) dan  dilakukan pencarian kontak.
o Penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
o Perbaikan kebersihan perorangan melalui penyediaan sarana dan prasarana air
bersih serta penyediaan sabun untuk mandi.

2.8. Pengobatan Frambusia


Benzatin penisilin diberikan dalam dosis 2, 4 juta unit untuk orang dewasa dan
untuk 1,2 juta unit untuk anak-anak. Hingga saat ini, penisilin merupakan obat
pilihian, tetapi bagi mereka yang peka dapat diberikan tetrasiklin atau eritromisin 2
gr/hari selama 5-10 hari.
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2004) dan (2007) bahwa pilihan
pengobatan utama adalah benzatin penisilin, danpengobatan alternatif dapat
dilakukan dengan pemberian tetrasiklin, doxicicline dan eritromisin.
Anjuran pengobatan secara epidemiologi untuk frambusia adalah sebagai berikut :
a)      Bila sero positif  >50%  atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun >5%
maka seluruh penduduk diberikan pengobatan.
b)      Bila sero positif 10%-50% atau prevalensi penderita di suatu desa 2%-5%
maka penderita, kontak, dan seluruh usia 15 tahun atau kurang diberikan
pengobatan.

12
c)      Bila sero positif kurang 10% atau prevalensi penderita di suatu desa/ dusun <
2% maka penderita, kontak serumah dan kontak erat diberikan pengobatan.

Pada anak sekolah untuk setiap penemuan kasus dilakukan pengobatan  seluruh murid


dalam kelas yang sama. Dosis dan cara pengobatan sbb:
Umur Nama obat Dosis PemberianMelalui  LamaPemberia
n
< 10 thn Benz.penisili 600.000 IU IM Dosis Tunggal
n
≥ 10 tahun Benz.penisili 1.200.000 IU IM Dosis Tunggal
n
Alternatif
< 8 tahun Eritromisin 30mg/kgBB bagi 4 Oral 15 hari
dosis
8-15 tahun Tetra atau 250mg,4×1 hri Oral 15 hari
erit.
>8 tahun Doxiciclin 2-5mg/kgBB bagi Oral 15 hari
4 dosis
Dewasa 100mg 2×1 hari Oral 15 hari

2.9. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang
akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan
klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa
keperawatan.
Pengkajian pada pasien frambusia meliputi :
1. Identitas klien :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku bangsa, tanggal dan jam masuk ke rumah sakit, nomor register, diagnosa
medis.
2. Keluhan utama :
13
a.   Gatal-gatal.
b.   Demam.
c.   Sakit Kepala.
d.   Nyeri tulang dan sendi.
e.    Terdapat benjolan-benjolan pada kulit.
3. Riwayat Penyakit
Pasien sebelumnya pernah menderita penyakit frambusia, dan kambuh kembali.
4.  Pemeriksaan Fisik :
a)  Pola aktivitas dan istirahat :
1)      Kelemahan.
2)      Gelisah.
3)      Susah bergerak.
4)      Susah tidur.
5)      Pusing.
b)  Pola sirkulasi :
1)      Turgor kulit menurun.
2)      Kerusakan integritas kulit.
c)  Pola sensorik  :
1)      Sensitifitas kulit terhadap rangsang menurun.
2)      Pertahanan tubuh menurun
d) Pola Nutrisi dan cairan :
1)      Anoreksia.
2)      Berat badan menurun.
3)      Dehidrasi.
e)  Pola kepercayaan diri :
1)      Perubahan postur tubuh.
2)      Menyendiri (malu).
f) Pola tempat tinggal pasien :
1)      Sanitasi lingkungan yang buruk.
2)      Kurangnya fasilitas air bersih.
3)      Lingkungan yang padat penduduk dan kurangnya fasilitas kesehatan
umum yang memadai.

B. Diagnosa Keperawatan

14
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi.
b)   Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan pada kulit, dan pertahanan
tubuh menurun.
c)   Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kecacatan.
d)   Gangguan citra tubuh  berhubungan dengan perubahan postur tubuh.
e)    Ansietas berhubungan dengan perubahan kesehatan.
f)    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terhadap perawatan
kulit.

C. Intervensi dan Rasional

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


No. Tujuan
Keperawatan Intervensi Rasional
1 Kerusakan Untuk - Kaji kulit setiap hari.  - Menentukan garis
Integritas Kulit memelihara Catat warna, turgor, dasar dimana terjadi
b/d Adanya Lesi integritas sirkulasi, dan sensasi. perubahan pada
kulit/mencap Amati perubahan lesi status
ai - -Pertahankan hygiene - Masase
penyembuha kulit. Misalnya meningkatkan
n tepat waktu dengan membasuh sirkulasi kulit dan
dan mengeringkannya menambah
dengan hati-hati dan kenyamanank kuku
melakukan masase yang panjang / kasar
dengan menggunakan menimbulkan resiko
lotion atau krim kerusakan kulit
  Gunting kuku secara  Digunakan pada
teratur perawatan lesi kulit

- Kolaborasi pemberian - Melindungi area


obat topical atau dari kontaminasi
sistemik bakteri dan
- Kolaborasi pemberian meningkatkan
salep antibiotik untuk penyembuhan
melindungi lesi
2 Gangguan Mobilisasi   - Kaji  - Dengan mengetahui
Mobilisasi b/d fisik ketidakmampuan derajat
Kecacatan terpenuhi, bergerak klien yang ketidakmampuan
diakibatkan oleh bergerak klien dan
prosedur pengobatan persepsi klien
dan catat persepsi terhadap
klien terhadap immobilisasi akan
immobilisasi. dapat menemukan
aktivitas mana saja

15
yang perlu
dilakukan.
  - Tingkatkan ambulasi  - Dengan ambulasi
klien seperti demikian klien dapat
mengajarkan mengenal dan
menggunakan tongkat menggunakan alat-
dan kursi roda. alat yang perlu
digunakan oleh klien
dan juga untuk
   memenuhi aktivitas
klien
- Ganti posisi klien  - Pergantian posisi
setiap 3 – 4 jam setiap 3 – 4 jam
secara periodic. dapat mencegah
terjadinya
   kontraktur.
- Bantu klien  - Membantu klien
mengganti posisi dari untuk meningkatkan
tidur ke duduk dan kemampuan dalam
turun dari tempat duduk dan turun dari
tidur. tempat tidur.

3 Gangguan Citra Pasien dapat  - Kaji adanya  - Gangguan citra diri
Tubuh b/d mengembang gangguan pada citra akan menyertai
Perubahan kan diri pasien setiap penyakit atau
Postur Tubuh peningkatan (menghindari kontak keadaan byata bagi
penerimaan mata, ucapan yang pasien. Kesan
diri merendahkan diri seseorang terhadap
sendiri, ekspresi dirinya sendiri akan
perasaan muak pada berpengaruh pada
kondisi kulit. dirinya sendiri
  - Berikan kesempatan  - Pasien
untuk pasien membutuhkan
mengungkapkan. pengalaman
Dengarkan dengan didengarkan dan
cara yang terbuka dan dipahami.
tidak menghakimi Mendukung upaya
untuk pasien untuk
mengekspresikan memperbaiki citra
berduka atau ansietas diri
tentang perubahan - Meningkatkan
citra tubuh kepercayaan dan
 -  Bersikap realistis mengadakan
selama pengobatan, hubungan antara
pada penyuluhan pasien dengan
kesehatan perawat
 - Meningkatkan

16
 -  Jangan memberikan perilaku positif dan
keyakinan yang salah memberikan
kesempatan untuk
menyusun tujuan
dan rencana untuk
masa depan
berdasarkan realita
  - Dorong interaksi -  Mempertahankan
keluarga dan dengan pola komunikasi dan
rehabilitasi memberikan
dukungan terus-
menerus pada pasien
dan keluarga
4  Resiko Terjadi ·  Mencapai  Ukur tanda-tanda  Memberikan
Infeksi b/d penyembuha vital termasuk suhu informasi data
Kerusakan n tepat dasar. Peningkatan
Pada Kulit, waktu, tanpa suhu secara
Pertahanan komplikasi berulang-ulang
Tubuh dari demam yang
Menurun terjadi untuk
menunjukkan pada
tubuh bereaksi
pada proses infeksi
   yang baru.
 Tekankan  Mencegah
pentingnya tekhnik kontaminasi silang,
mencuci tangan menurunkan
yang baik untuk resikoinfeksi
semua individu yang
kontak dengan
pasien
 Gunakan sapu  Mencegah
tangan, masker dan terpajan pada
tekhnik aseptic organism
selama perawatan infeksius
dan berikan pakaian
yang steril atau baru
Observasi lesi secara
periodic
 Berikan  Untuk
lingkungan yang mengetahui
bersih dan perubahan respon
berventilasi baik. terhadap terapi
 Periksa  Mengurangi
pengunjung atau pathogen pada
staf terhadap tanda system integument
infeksi dan dan mengurangi

17
pertahankan  kemungkinan
kewaspadaan pasien mengalami
sesuai indikasi infeksi nosocomial
 Kolaborasi  Membunuh atau
pemberian preparat mencegah
antibiotic dengan pertumbuhan
dokter mikroorganisme
penyebab infeksi
5 ·     Ansietas b/d Pasien dapat  Berikan penjelasan  Pengetahuan
Perubahan menunjukkan yang sering dan diharapkan
Kesehatan penurunan informasi tentang menurunkan
ansietas prosedur perawatan ketakutan dan
sehingga ansietas, dan
dapat memperjelas
menerima kesalahan konsep
perubahan dan meningkatkan
status    kerja sama
kesehatannny  Libatkan pasien atau  Meningkatkan rasa
a dengan cara orang yang terdekat control dan kerja
sehat dalam proses sama, menurunkan
pengambilan perasaan tak
keputusan berdaya atau putus
asa
 Kaji status mental  Pada awalnya
terhadap penyakit pasien dapat
menggunakan
penyangkalan
untuk meurunkan
dan menyaring
   informasi secara
keseluruhan
 Berikan orientasi  Membantu pasien
konstan dan tetap berhubungan
konsisten dengan lingkungan
dan realitas
 Dorong pasien  Pasien perlu
untuk bicara membicarakan apa
tentang yang terjadi terus-
penyakitnya menerus untuk
membantu
beberapa rasa
terhadap situasi
apa yang
   menakutkan

 Jelaskan pada  Pernyataan


pasien apa yang kompensasi

18
terjadi.Berikan menujukkan
kesempatan untuk realitas situasi
bertanya dan yang dapat
berikan jawaban membantu pasien
terbuka atau jujur atau orang yang
terdekat menerima
realita dan mulai
menerima apa
yang terjadi
 Identifikasi  Perilaku masa lalu
metode koping yang berhasil dapat
atau penangan digunakan untuk
siuasi stress membantu situasi
sebelumnya saat ini
 Dorong keluarga  Mempertahankan
dan orang yang kontak dengan
terdekat untuk realitas keluarga,
mengunjungi dan membuat rasa
mendiskusikan kedekatan dan
yang terjadi pada kesinambunga
keluarga. hidup
Mengingatkan
pasien kejadian
masa lalu dan akan
dating
 Kolaborasi  Obat ansietas
sedative ringan diperlukan untuk
sesuai indikasi periode singkat
sampai pasien
lebih stabil secara
psikis
6 · Kurang Pasien  Tentukan apakah  Memberikan data
Pengetahuan mendapatkan pasien mengetahui dasar untuk
b/d Kurang informasi tentang kondisi mengembangkan
Informasi yang adekuat dirinya rencana
Terhadap tentang    penyuluhan
Perawatan Kulit perawatan  Pantau agar pasien  Pasien harus
kulit mendapatkan memiliki perasaan
informasi yang bahwa ada sesuatu
benar, memperbaiki yang dapat
kesalahan persepsi diperbuat
informasi
 Berikan informasi  Informasi tertulis
yang spesifik dalam dapat membantu
bentuk tulisan mengingatkan
pasien
 Jelaskan  Meningkatkan

19
penatalaksanaan partisipasi pasien,
minum obat: dosis, memahami aturan
frekuensi, tindakan, terapi dan
dan perlunya terapi mencegah putus
dalam jangka waktu obat
lama
 Dorong pasien agar  Penampakkan kulit
mendapat status mencerminkan
nutrisi yang sehat kesehatan umum
seseorang.
Perubahan kulit
dapat menandakan 
status nutrisi yang
abnormal. Nutrisi
yang optimal
meningkatkan
regenerasi jaringan
dan penyembuhan
 Tekankan perlunya umum kesehatan
atau pentingnya  Dukungan jangka
mengevaluasi panjang dengan
perawatan atau evaluasi ulang
rehabilitasi continue dan
perubahan terapi
dibutuhkan untuk
penyembuhan
optimal

20
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Frambusia merupakan penyakit infeksi kulit yang disebabkan oleh Treponema
pallidum ssp.pertenue yang memiliki 3 stadium dalam proses manifestasi ulkus
seperti ulkus atau granuloma (mother yaw), lesi non-destruktif yang dini dan
destruktif atau adanya infeksi lanjut pada kulit, tulang dan perios. Penyakit ini adalah
penyakit kulit menular yang dapat berpindah dari orang sakit frambusia kepada orang
sehat dengan luka terbuka atau cedera/ trauma.
Pada awal terjadinya infeksi frambusia, agen akan berkembang biak didalam
jaringan penjamu, setelah itu akan muncul lesi intinal berupa papiloma yang
berbentuk seperti buah arbei, yang memiliki permukaan yang basah,  lembab, tidak
bernanah dan tidak sakit, kadang disertai dengan peningkatan suhu tubuh, sakit
kepala, nyeri tulang  dan persendian. Apabila tidak segera diobati agen akan
menyerang dan merusak kulit, otot, serta persendian. Proses penyebaran frambusia
ada 2, yaitupenularan secara langsung (direct contact), dan penularan secara tidak
langsung (indirect contact).
Gejala klinis frambusia terdiri atas 3 stadium yaitu : Stadium I, Stadium II atau masa
peralihan, dan Stadium III, selain itu juga dibagi lagi dalam beberapa tahapan, antara
lain : tahapprepatogenesis, tahap inkubasi, tahap dini, tahap lanjut, dan
tahap pasca patogenesis.

4.2  Saran
Frambusia merupakan penyakit kulit yang dapat menular, banyak hal yang
tinggal yang kotor dan tidak sehat. Oleh karena itu, di harapkan bagi semua
masyarakat untuk selalu memperhatikan kondisi lingkungannya, dan menjaga
kesehatan baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan tempat tinggal

21
DAFTAR PUSTAKA

Solution,Heroes.2010.Penyakit Frambusia/Ptek/Yaws
Syahreza,Lissa.2011.Frambosia
James,2009.Manual Pemberantasan Penyakit Menular.Edisi ke-
17.Jakarta:CV.Infomedika
Wicaksono,Nur Enmirza. Frambusia.Online.
http://emirzanurwicaksono.blog.unissuala.ac.id/2013/03/17/frambusia/. Di akses 25
Agutus 2013
Widoyono.2008. Penyakit Tropis Epidemolohi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga

22

Anda mungkin juga menyukai