Dosen Pengampu:
Dr. Tien Zubaidah, S.KM, M.KL
Oleh :
Kelompok 4
1. Akhmad Naufal P07133221004
2. Dinda Puspita Sari P07133221008
3. Hilyatun Nisa P07133221013
4. Izza Mauliatul Awaliyah P07133221019
5. Khalisa Amalia P07133221021
6. Muhammad Ridho Anshori P07133221024
7. Nur Hidayah P07133221031
8. Rizki Effendi P07133221037
9. Thesalonika Indah Gloria Malau P07133221041
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya jualah sehingga laporan yang
berjudul, “IDENTIFIKASI VEKTOR (NYAMUK STADIUM DEWASA)” dapat
kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap laporan ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pengambilan dan
pemeriksaan sampel air sungai secara kimia. Begitu pula atas limpahan kesehatan
dan kesempatan yang Tuhan karuniai kepada kami sehingga laporan ini dapat
kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah “PENGENDALIAN VEKTOR
DAN BINATANG PENGGANGGU – A”
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
laporan ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami Ibu Dr. Tien Zubaidah, S.KM,
M.KL dan juga kepada teman-teman kelompok 4 yang membantu dalam berbagai
hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan laporan kami selanjutnya.
Banjarbaru, 30 Maret
2023
ii
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1-2
B. Tujuan ....................................................................................................2
C. Manfaat .................................................................................................2
BAB V PENUTUP....................................................................................14
A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................IV
LAMPIRAN ..............................................................................................V
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu
hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan
anggota garak yang berbuku-buku. Menurut Pakar, Nyamuk betina lebih
berbahaya dari pada nyamuk jantan, hal ini karena nyamuk betina lebih suka
menghisap darah manusia dan mammalia.Sedangkan nyamuk jantan lebih
suka memakan cairan tumbuhan. Selain menghisap darah, nyamuk betina juga
berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria.
Nyamuk merupakan serangga yang sering mengganggu kehidupan
manusia. Selain itu nyamuk juga dapat menyebarkan Malaria, Demam
Berdarah Dengue (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada
tahun 2001, wabah demam berdarah dengue masih menyerang hampir seluruh
daerah di Indonesia, baik perkotaan maupun pedesaan. Masalah kesehatan
adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. “Secara garis besar faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat”, menurut Hendrik L (2003).
Nyamuk merupakan vektor penting dan utama untuk penyakit parah dan
sangat menular ke manusia. Vektor utama penyakit malaria di daerah Jawa
adalah Anopheles aconitus dan pembawa utama virus yang menyebabkan
penyakit demam berdarah pada daerah tropis adalah Aedes aegypti. Penyakit
malaria dan demam berdarah merupakan penyakit endemik di Indonesia.
Menurut catatan WHO sejak tahun 1968 sampai tahun 2009 negara Indonesia
mendapat peringkat tertinggi di Asia Tenggara dalam kasus demam berdarah
iv
(Depkes, 2010). Sedangkan dalam kasus malaria angka kematian dari tahun
2006 sampai 2009 meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 1,5% sampai 3,6%
(Depkes, 2011).
Sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran nyamuk tersebut adalah
dengan cara pengendalian vektor nyamuk stadium pra dewasa menggunakan
larvasida sintetis. Salah satu larvasida sintetis adalah bubuk abate, namun
dinilai kurang efektif karena hanya bertahan beberapa minggu. Selain itu
penggunaan larvasida sintetis yang terus-menerus dapat mengakibatkan
dampak buruk, diantaranya mengakibatkan keracunan pada manusia,
keracunan pada hewan ternak, polusi lingkungan, dan serangga menjadi
resisten. Sehingga diperlukan pengembangan larvasida baru yang tidak
menimbulkan bahaya serta ramah lingkungan, hal ini dapat diperoleh melalui
penggunaan larvasida hayati.
Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia sebagai contohnya seperti, kemangi,
kangkung, sawo kecik dan kenikir merupakan salah satu tanaman yang telah
digunakan sebagian orang untuk sayuran, tumbuahan ini mengandung
senyawa bioaktif seperti alkaloid, saponin, steroid, fenol, terpenoid, dan
flavonoid yang dapat berfungsi sebagai bioinsektisida. Untuk itulah perlu
suatu penelian dan pengembangan untuk mencari insektisida alami yang dapat
menghentikan atau menghambat perkembangan serangga yang ramah
lingkungan.
B. Tujuan
1. Mengetahui cara penggunaan aspirator.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi dan mengamati jenis genus nyamuk
dewasa.
C. Manfaat
1. Mampu melakukan sampling/penangkapan nyamuk dewasa.
v
2. Mampu mengidentifikasi jenis nyamuk yang diperoleh dari
penangkapan di lokasi tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
vi
berbeda-beda tetapi jarang sekali panjangnya melebihi 15 mm. Nyamuk
mengalami empat tahap dalam siklus hidup yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa. Pada dasarnya nyamuk jantan dan betina memakan cairan nektar
bunga sebagai sumber makanan, akan tetapi nyamuk betina juga
menghisap darah manusia atau hewan demi kelangsungan spesiesnya.
Nyamuk betina menghisap darah bukan untuk mendapatkan makanan
melainkan untuk mendapatkan protein yang terdapat dalam darah sebagai
nutrisi untuk pematangan telurnya (Silva, 2003).
vii
Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe,
yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2010). Siklus
Penularan DBD Nyamuk Aedes aegypti betina biasanya akan terinfeksi
virus dengue saat menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase
demam (viremik) akut penyakit. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8
sampai 10 hari, kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus
disebarkan ketika nyamuk yang infektif menggigit dan menginjeksikan air
liur ke dalam luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada
tubuh manusia selama 3 - 14 hari (ratarata 4 - 6 hari) sering kali terjadi
rangkaian mendadak penyakit ini, yang ditandai dengan demam, sakit
kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala non-
spesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit. Kemunculan virus di
dalam darah manusia (viraemia) biasanya ada pada saat atau tepat sebelum
gejala awal penyakit dan akan berlangsung selama rata-rata lima hari
setelah timbulnya penyakit. Ini merupakan masa yang sangat kritis karena
pasien berada pada tahap yang paling infektif untuk nyamuk vektor dan
akan berkontribusi dalam mempertahankan siklus penularan virus jika
pasien tidak dilindungi dari gigitan nyamuk. Nyamuk yang berhasil
menghisap darah akan kembali membawa virus (WHO, 2004).
viii
diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak
memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih
kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk
jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.
Terdapat pula satu jenis nyamuk aedes yang juga sering dijumpai
yaitu Aedes albopictus. Secara morfologi, nyamuk Aedes albopictus
diketahui memiliki ciri fisik yang lebih kecil jika dibandingkan Aedes
aegypti. Berdasarkan ukuran tubuhnya, nyamuk Aedes albopictus
memiliki kemampuan terbang lebih jauh. Ketika sudah dewasa, nyamuk
jenis ini akan mudah dikenali dari sisik hitam mengkilap, dan sisik putih
keperakan yang jelas pada palpus (organ di antara antena yang merasakan
bau), dan tarsusnya (ujung kaki). Sementara itu, skutum (punggung)
nyamuk tersebut akan berwarna hitam dengan garis putih mulai dari
permukaan punggung kepala dan berlanjut di sepanjang toraks. Di sisi
lain, perbedaan morfologi antara jantan dan betina, yaitu antena jantan
berbulu, dan bagian mulutnya berfungsi untuk mengisap nektar, sementara
perutnya ditutupi sisik gelap. Nyamuk ini memiliki kaki berwarna hitam
dengan sisik basal putih pada setiap ruasnya. Selayaknya nyamuk yang
berasal dari genus Aedes lainnya, nyamuk Aedes albopictus juga memiliki
perut yang menyempit.
ix
sebagai agen penyakit, manusia sebagai inang dan nyamuk dewasa sebagai
vektor serta faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial (faktor sosial
ekonomi dan perilaku penduduk setempat) (DepkesRI, 2002). Lingkungan
fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor, sehingga berpengaruh
terhadap munculnya sumbersumber penularan filariasis. Lingkungan fisik
mencakup antaralain keadaan iklim, keadaan geografis, suhu, kelembaban
dan sebagainya. Lingkungan fisik dapat menciptakan tempattempat
perindukan dan beristirahatnya nyamuk.Selain lingkungan fisik,
lingkungan biologis juga menjadi faktor pendukung terjadinya penularan
filariasis seperti vegetasi pada perkembangbiakan vektor (DepkesRI,
2006b).
x
dan tungkainya. Pada bagian punggung tubuhnya juga seringkali terdapat
garis melengkung vertikal di sisi kiri dan kanannya (Hadu, 2016). Larva
Culex dan larva Anopheles dapat ditemukan di segala jenis air kotor,
termasuk perairan sawah dan kolam yang dangkal. Sedangkan, larva
Aedes dapat ditemukan pada genangan-genangan air bersih dan tidak
mengalir (Aryani, 2008). Telur Culex sp. berwarna coklat, panjang dan
silinder, vertikal pada permukaan air, tersementasi pada susunan 300 telur.
Panjang susunan biasanya 3 – 4mm dan lebarnya 2 – 3mm. Telur Culex
diletakkan secara berderet- deret rapi seperti kait dan tanpa pelampung
yang berbentuk menyerupai peluru senapan (Yunita, 2014). Untuk
membedakan nyamuk jantan dan betina perlu diperhatikan palpus dan
proboscis. Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, sedangkan
pada nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang (Putu, 2014).
xi
adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria
(contoh. Plasmodium falciparum) dalam kawasan endemik di Afrika,
sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.
Anopheles juga merupakan vektor bagi cacing jantung anjing Dirofilaria
immitis. Nyamuk Anopheles memiliki ciri-ciri bentuk tubuh kecil dan
pendek serta antara palpi dan proboscis sama panjang.
xii
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
B. Jenis Kegiatan
Identifikasi Vektor Nyamuk Stadium Dewasa Secara Berkelompok.
xiii
b. Identifikasi Nyamuk
Alat :
1. Pinset
2. Petridish
3. Kaca Pembesar
4. Senter
5. Mikroskop
Bahan :
1. Chloroform
D. Prosedur Kerja
Prosedur Kerja:
xiv
1. Penangkapan nyamuk dilakukan oleh 2 orang, terdiri dari 1 orang
sebagai umpan dan 1 orang sebagai penangkap (kolektor)
2. Penangkapan nyamuk dilakukan setiap jam selama 40 menit
(dilanjutkan dengan penangkapan nyamuk yang hinggap)
3. Penangkapan nyamuk dilakukan di ruang tamu yang penerangannya
tidak terlalu terang
4. Kolektor menangkap nyamuk yang menggigit kaki dan tangan dengan
menggunakan aspirator dan diterangi dengan senter
5. Nyamuk yang tertangkap pada setiap jam jam penangkapan di dalam
gelas kertas yang terpisah untuk setiap jam-jam penangkapan.
6. Gelas Kertas diberi label yang berisi : tanggal penangkapan; metode
penangkapan; jam penangkapan; dan nama kolektor
7. Pada setiap jam-jam penangkapan, Ukur dan catat suhu & kelembapan
udara (Formulir Pengamatan berdasarkan metode)
xv
5. Gelas Kertas diberi label yang berisi : tanggal penangkapan, metode
penangkapan, jam penangkapan dan nama kolektor
6. Pada setiap jam-jam penangkapan, Ukur dan catat suhu & kelembapan
udara (Formulir Pengamatan berdasarkan metode)
6. Pada setiap jam-jam penangkapan, Ukur dan catat suhu & kelembapan
udara (Formulir Pengamatan berdasarkan metode)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
xvi
A. Hasil
Hasil dari praktikum penangkapan nyamuk dan juga identifikasi nyamuk
yang telah kami lakukan yaitu pada praktik penangkapan nyamuk, nyamuk
yang berhasil kami tangkap adalah sebanyak 24 nyamuk dan untuk hasil
praktik identifikasi nyamuk yang telah kami lakukan berhasil
mengindentifikasi 3 jenis nyamuk yaitu Aedes, Culex dan
Mansonia.
B. Pembahasan
Praktikum penangkapan nyamuk ini terbagi menjadi 6 sesi, yaitu:
Suhu : 27 °C
Kelembaban : 84%
a) Human Bait :
Indoor :-
Outdoor :1
(Culex)
b) Resting Collection :
Outdoor :-
Suhu : 27 °C
Kelembaban : 86%
a) Human Bait :
Indoor :-
xvii
Outdoor :-
b) Resting Collection :
Outdoor : 1 Jantan
Suhu : 28°C
Kelembaban : 87%
a) Human Bait :
Indoor :-
Outdoor :-
b) Resting Collection :
Mansonia)
Suhu : 27°C
Kelembaban : 85%
a) Hum
an
Bait :
Indoo
Outdoor :-
xviii
b) Resting Collection :
Indoor :-
Outdoor :-
Suhu : 26°C
Kelembaban : 84%
a) Human Bait :
Indoor : 2 Jantan
Outdoor :-
b) Resting Collection :
Outdoor :-
Suhu : 25°C
Kelembaban : 83%
a) Human Bait :
Indoor : 2 Betina(Culex)
Outdoor :-
b) Resting Collection :
Indoor : 2 Betina
(Culex)
Outdoor :-
BAB V
xix
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktik yang telah kami lakukan pada praktik penangkapan
nyamuk, nyamuk yang berhasil kami tangkap adalah sebanyak 24 ekor
nyamuk dan untuk hasil praktik identifikasi nyamuk, jenis nyamuk yang
berhasil kami identifikasi adalah jenis Aedes, Culex dan Mansonia.
B. Saran
1. Memperhatikan dan mempelajari hal-hal yang mempengaruhi datang
nya nyamuk, dengan kita mengetahui dan mempelajari lebih dulu
maka kita dapat menanggulangi segala hal yang menjadi penghalang
dan penghambat kelancaran proses praktikum.
2. Penggunaan alat pada saat praktikum juga harus sangat diperhatikan
agar menghindari terjadi nya kecelakaan kerja.
xx
DAFTAR PUSTAKA
Silva I.G, Silva H.H.G., Lima C.G. 2003 Ovipositional Behavior of Aedes aegypti
LAMPIRAN
iv
v