Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU-A


“IDENTIFIKASI VEKTOR (NYAMUK STADIUM DEWASA)”

Dosen Pengampu:
Dr. Tien Zubaidah, S.KM, M.KL

Oleh :
Kelompok 4
1. Akhmad Naufal P07133221004
2. Dinda Puspita Sari P07133221008
3. Hilyatun Nisa P07133221013
4. Izza Mauliatul Awaliyah P07133221019
5. Khalisa Amalia P07133221021
6. Muhammad Ridho Anshori P07133221024
7. Nur Hidayah P07133221031
8. Rizki Effendi P07133221037
9. Thesalonika Indah Gloria Malau P07133221041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2023
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya jualah sehingga laporan yang
berjudul, “IDENTIFIKASI VEKTOR (NYAMUK STADIUM DEWASA)” dapat
kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap laporan ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pengambilan dan
pemeriksaan sampel air sungai secara kimia. Begitu pula atas limpahan kesehatan
dan kesempatan yang Tuhan karuniai kepada kami sehingga laporan ini dapat
kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah “PENGENDALIAN VEKTOR
DAN BINATANG PENGGANGGU – A”

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
laporan ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami Ibu Dr. Tien Zubaidah, S.KM,
M.KL dan juga kepada teman-teman kelompok 4 yang membantu dalam berbagai
hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Tuhan Yang
Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun
bagi perbaikan laporan kami selanjutnya.

Demikian laporan ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada laporan
ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari
pembaca agar bisa membuat karya laporan yang lebih baik pada kesempatan
berikutnya.

Banjarbaru, 30 Maret
2023

ii
Kelompok 4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................1-2
B. Tujuan ....................................................................................................2
C. Manfaat .................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................3


A. Nyamuk Sebagai Vektor Penyakit ....................................................3-4
B. Morfologi Nyamuk Aedes .................................................................4-5
C. Morfologi Nyamuk Mansonia ............................................................5-6
D. Morfologi Nyamuk Culex .....................................................................7

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN..................................................8


A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................................8
B. Jenis Kegiatan ........................................................................................8
C. Alat dan Bahan ......................................................................................8
D. Prosedur Kerja ..................................................................................8-10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................11


A. Hasil ......................................................................................................11
B. Pembahasan .....................................................................................11-13

BAB V PENUTUP....................................................................................14
A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................IV

LAMPIRAN ..............................................................................................V

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu
hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan
anggota garak yang berbuku-buku. Menurut Pakar, Nyamuk betina lebih
berbahaya dari pada nyamuk jantan, hal ini karena nyamuk betina lebih suka
menghisap darah manusia dan mammalia.Sedangkan nyamuk jantan lebih
suka memakan cairan tumbuhan. Selain menghisap darah, nyamuk betina juga
berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria.
Nyamuk merupakan serangga yang sering mengganggu kehidupan
manusia. Selain itu nyamuk juga dapat menyebarkan Malaria, Demam
Berdarah Dengue (DBD) Filariasis. Didaerah tropis seperti Indonesia, Pada
tahun 2001, wabah demam berdarah dengue masih menyerang hampir seluruh
daerah di Indonesia, baik perkotaan maupun pedesaan. Masalah kesehatan
adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. “Secara garis besar faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat”, menurut Hendrik L (2003).
Nyamuk merupakan vektor penting dan utama untuk penyakit parah dan
sangat menular ke manusia. Vektor utama penyakit malaria di daerah Jawa
adalah Anopheles aconitus dan pembawa utama virus yang menyebabkan
penyakit demam berdarah pada daerah tropis adalah Aedes aegypti. Penyakit
malaria dan demam berdarah merupakan penyakit endemik di Indonesia.
Menurut catatan WHO sejak tahun 1968 sampai tahun 2009 negara Indonesia
mendapat peringkat tertinggi di Asia Tenggara dalam kasus demam berdarah

iv
(Depkes, 2010). Sedangkan dalam kasus malaria angka kematian dari tahun
2006 sampai 2009 meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 1,5% sampai 3,6%
(Depkes, 2011).
Sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran nyamuk tersebut adalah
dengan cara pengendalian vektor nyamuk stadium pra dewasa menggunakan
larvasida sintetis. Salah satu larvasida sintetis adalah bubuk abate, namun
dinilai kurang efektif karena hanya bertahan beberapa minggu. Selain itu
penggunaan larvasida sintetis yang terus-menerus dapat mengakibatkan
dampak buruk, diantaranya mengakibatkan keracunan pada manusia,
keracunan pada hewan ternak, polusi lingkungan, dan serangga menjadi
resisten. Sehingga diperlukan pengembangan larvasida baru yang tidak
menimbulkan bahaya serta ramah lingkungan, hal ini dapat diperoleh melalui
penggunaan larvasida hayati.
Berbagai jenis tumbuhan di Indonesia sebagai contohnya seperti, kemangi,
kangkung, sawo kecik dan kenikir merupakan salah satu tanaman yang telah
digunakan sebagian orang untuk sayuran, tumbuahan ini mengandung
senyawa bioaktif seperti alkaloid, saponin, steroid, fenol, terpenoid, dan
flavonoid yang dapat berfungsi sebagai bioinsektisida. Untuk itulah perlu
suatu penelian dan pengembangan untuk mencari insektisida alami yang dapat
menghentikan atau menghambat perkembangan serangga yang ramah
lingkungan.

B. Tujuan
1. Mengetahui cara penggunaan aspirator.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi dan mengamati jenis genus nyamuk
dewasa.

C. Manfaat
1. Mampu melakukan sampling/penangkapan nyamuk dewasa.

v
2. Mampu mengidentifikasi jenis nyamuk yang diperoleh dari
penangkapan di lokasi tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk sebagai Vektor Penyakit

Nyamuk sebagai Vektor Penyakit Nyamuk termasuk jenis serangga


dalam ordo diptera, dari kelas insecta. Nyamuk mempunyai dua sayap
bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Antar spesies

vi
berbeda-beda tetapi jarang sekali panjangnya melebihi 15 mm. Nyamuk
mengalami empat tahap dalam siklus hidup yaitu telur, larva, pupa dan
dewasa. Pada dasarnya nyamuk jantan dan betina memakan cairan nektar
bunga sebagai sumber makanan, akan tetapi nyamuk betina juga
menghisap darah manusia atau hewan demi kelangsungan spesiesnya.
Nyamuk betina menghisap darah bukan untuk mendapatkan makanan
melainkan untuk mendapatkan protein yang terdapat dalam darah sebagai
nutrisi untuk pematangan telurnya (Silva, 2003).

Nyamuk tersebar luas di seluruh dunia mulai dPari daerah kutub


sampai ke daerah tropika, dapat dijumpai 5.000 meter di atas permukaan
laut sampai kedalaman 1.500 meter di bawah permukaan tanah di daerah
pertambangan (WHO, 1999). Nyamuk merupakan salah satu jenis
serangga pengisap darah yang paling penting diantara banyak jenis
serangga pengisap darah lainnya. Banyak penyakit khususnya penyakit
menular seperti demam berdarah, Japanese encephalitis, malaria, filariasis
ditularkan melalui perantara nyamuk (Achmadi, 2013).

Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut WHO (2004), definisi


Demam Berdarah Dengue adalah penyakit demam akut selama 2-7 hari
dengan dua atau lebih manifestasi seperti sakit kepala, nyeri retro-orbital,
mialgia, atralgia, ruam kulit, manifestasi perdarahan, leukopenia, dan
trombositopenia (100.000 sel per mm3 atau kurang). DBD adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui nyamuk.
Nyamuk yang dapat menularkan penyakit DBD adalah Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul di negara-
negara tropis, termasuk di Indonesia (Depkes RI, 2010). a.
Etiologi/Penyebab Penyakit DBD Penyakit DBD disebabkan oleh virus
dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke
manusia melalui gigitan Aedes sp. yang terinfeksi virus dengue. Virus
dengue penyebab Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue
(DBD) dan Dengue Shock Syndrome (DSS) termasuk dalam kelompok B

vii
Arthropod Virus (Arbovirosis) yang sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe,
yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2010). Siklus
Penularan DBD Nyamuk Aedes aegypti betina biasanya akan terinfeksi
virus dengue saat menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase
demam (viremik) akut penyakit. Setelah masa inkubasi ekstrinsik selama 8
sampai 10 hari, kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus
disebarkan ketika nyamuk yang infektif menggigit dan menginjeksikan air
liur ke dalam luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada
tubuh manusia selama 3 - 14 hari (ratarata 4 - 6 hari) sering kali terjadi
rangkaian mendadak penyakit ini, yang ditandai dengan demam, sakit
kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala non-
spesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit. Kemunculan virus di
dalam darah manusia (viraemia) biasanya ada pada saat atau tepat sebelum
gejala awal penyakit dan akan berlangsung selama rata-rata lima hari
setelah timbulnya penyakit. Ini merupakan masa yang sangat kritis karena
pasien berada pada tahap yang paling infektif untuk nyamuk vektor dan
akan berkontribusi dalam mempertahankan siklus penularan virus jika
pasien tidak dilindungi dari gigitan nyamuk. Nyamuk yang berhasil
menghisap darah akan kembali membawa virus (WHO, 2004).

B. Morfologi Nyamuk Aedes

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan


tubuh berwarna hitam kecokelatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik
dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian punggung (dorsal) tubuhnya
tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang
menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada
umumnya mudah rontok atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi
pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna nyamuk jenis ini kerap
berbeda antarpopulasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi yang

viii
diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak
memiliki perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih
kecil dari betina dan terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk
jantan. Kedua ciri ini dapat diamati dengan mata telanjang.

Terdapat pula satu jenis nyamuk aedes yang juga sering dijumpai
yaitu Aedes albopictus. Secara morfologi, nyamuk Aedes albopictus
diketahui memiliki ciri fisik yang lebih kecil jika dibandingkan Aedes
aegypti. Berdasarkan ukuran tubuhnya, nyamuk Aedes albopictus
memiliki kemampuan terbang lebih jauh. Ketika sudah dewasa, nyamuk
jenis ini akan mudah dikenali dari sisik hitam mengkilap, dan sisik putih
keperakan yang jelas pada palpus (organ di antara antena yang merasakan
bau), dan tarsusnya (ujung kaki). Sementara itu, skutum (punggung)
nyamuk tersebut akan berwarna hitam dengan garis putih mulai dari
permukaan punggung kepala dan berlanjut di sepanjang toraks. Di sisi
lain, perbedaan morfologi antara jantan dan betina, yaitu antena jantan
berbulu, dan bagian mulutnya berfungsi untuk mengisap nektar, sementara
perutnya ditutupi sisik gelap. Nyamuk ini memiliki kaki berwarna hitam
dengan sisik basal putih pada setiap ruasnya. Selayaknya nyamuk yang
berasal dari genus Aedes lainnya, nyamuk Aedes albopictus juga memiliki
perut yang menyempit.

C. Morfologi Nyamuk Mansonia

Mansonia merupakan satu di antara genus nyamuk yang berperan


dalam penularan filariasis di Indonesia. Nyamuk Mansonia berada di
daerah endemik hutan dan rawa, lingkungan kotor & areal budidaya ikan
yang tidak dimanfaatkan, Nyamuk Mansonia agresif dan menghisap darah
saat manusia berada di luar rumah, pada malam hari.

Secara epidemiologis dapat dikatakan bahwa penularan filariasis


melibatkan banyak faktor yang sangat kompleks yaitu cacing filaria

ix
sebagai agen penyakit, manusia sebagai inang dan nyamuk dewasa sebagai
vektor serta faktor lingkungan fisik, biologis dan sosial (faktor sosial
ekonomi dan perilaku penduduk setempat) (DepkesRI, 2002). Lingkungan
fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor, sehingga berpengaruh
terhadap munculnya sumbersumber penularan filariasis. Lingkungan fisik
mencakup antaralain keadaan iklim, keadaan geografis, suhu, kelembaban
dan sebagainya. Lingkungan fisik dapat menciptakan tempattempat
perindukan dan beristirahatnya nyamuk.Selain lingkungan fisik,
lingkungan biologis juga menjadi faktor pendukung terjadinya penularan
filariasis seperti vegetasi pada perkembangbiakan vektor (DepkesRI,
2006b).

Ciri-ciri nyamuk Mansonia :

1. Pada saat hinggap tidak membentuk sudut 90º

2. Bentuk tubuh besar dan panjang

3. Bentuk sayap asimetris

4. Menyebabkan penyakit filariasis.

D. Morfologi Nyamuk Culex

Nyamuk Culex mempunyai tubuh berwarna kecokelat-cokelatan,


proboscis berwarna gelap dengan sisik yang pucat, scutum berwarna
cokelat, dan sisik yang berwarna emas keperakan. Sayap nyamuk Culex
berwarna gelap, kaki belakangnya dilengkapi femur yang berwarna pucat,
serta seluruh permukaan kakinya berwarna gelap kecuali pada bagian
persendian. Sementara itu, nyamuk Anopheles mempunyai warna yang
beragam mulai dari kehitam-hitaman sampai hitam dengan bercak-bercak
putih. Kekhasan dari nyamuk ini yaitu selalu hinggap dalam posisi
menukik membentuk sudut. Sedangkan nyamuk Aedes memiliki warna
hitam kecokelatan bercampur garis-garis putih keperakan disekujur tubuh

x
dan tungkainya. Pada bagian punggung tubuhnya juga seringkali terdapat
garis melengkung vertikal di sisi kiri dan kanannya (Hadu, 2016). Larva
Culex dan larva Anopheles dapat ditemukan di segala jenis air kotor,
termasuk perairan sawah dan kolam yang dangkal. Sedangkan, larva
Aedes dapat ditemukan pada genangan-genangan air bersih dan tidak
mengalir (Aryani, 2008). Telur Culex sp. berwarna coklat, panjang dan
silinder, vertikal pada permukaan air, tersementasi pada susunan 300 telur.
Panjang susunan biasanya 3 – 4mm dan lebarnya 2 – 3mm. Telur Culex
diletakkan secara berderet- deret rapi seperti kait dan tanpa pelampung
yang berbentuk menyerupai peluru senapan (Yunita, 2014). Untuk
membedakan nyamuk jantan dan betina perlu diperhatikan palpus dan
proboscis. Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, sedangkan
pada nyamuk jantan palpus dan proboscis sama panjang (Putu, 2014).

Nyamuk yang termasuk dalam genus Culex dikenal sebagai vektor


penular arbovirus, demam kaki gajah dan malaria pada unggas. Nyamuk
genus ini merupakan nyamuk yang banyak terdapat disekitar kita. Selain
itu, nyamuk ini termasuk serangga yang beberapa spesiesnya sudah
dibuktikan sebagai vektor penyakit, disamping dapat mengganggu
kehidupan manusia karena gigitannya (Ahdiyah, 2015).

E. Morfologi Nyamuk Anopheles

Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk.


Terdapat 400 spesies nyamuk Anopheles, tetapi hanya 30-40 menyebarkan
malaria (contoh, merupakan "vektor") secara alami. Anopheles gambiae

xi
adalah paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria
(contoh. Plasmodium falciparum) dalam kawasan endemik di Afrika,
sedangkan Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.
Anopheles juga merupakan vektor bagi cacing jantung anjing Dirofilaria
immitis. Nyamuk Anopheles memiliki ciri-ciri bentuk tubuh kecil dan
pendek serta antara palpi dan proboscis sama panjang.

Anopheles sp mengalami empat siklus selama perkembangannya,


yaitu telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa (Rueda, 2008). Larva nyamuk
Anopheles di Desa Sungai Nyamuk tersebar pada empat tipe habitat yaitu
lagun, tambak, parit dan rawa- rawa. Malaria adalah jenis penyakit yang
disebabkan oleh parasit dari gigitan nyamuk Anopheles, dan bahayanya
pun cukup serius seperti penyakit infeksi lainnya. Jika Anda digigit
nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi, parasit Plasmodium penyebab
malaria dapat dilepaskan ke dalam aliran darah. Sebagian besar nyamuk
Anopheles aktif saat senja dan fajar, dan ada pula yang aktif di malam
hari. Mereka adalah serangga terbang yang lemah dan menjadi tidak aktif
dalam kondisi berangin. Hanya nyamuk betina yang menghisap darah
untuk pengembangan telur.

xii
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


 Hari/Tanggal :
Senin - Selasa, 27 - 28 Maret 2023
 Waktu :
- Senin, 27 Maret 2023 (22.00 WITA – 04.00 WITA)
- Selasa, 28 Maret 2023 (08.00 WITA – Selesai)
 Tempat Pelaksanaan :
- Kos Putra Ibu Rossa
- Laboratorium Entomologi Jurusan Kesehatan Lingkungan

B. Jenis Kegiatan
Identifikasi Vektor Nyamuk Stadium Dewasa Secara Berkelompok.

C. Alat dan Bahan


a. Penangkapan Nyamuk
Alat :
1. Aspirator
2. Gelas Plastik
3. Hygrometer
4. Karet
5. Kapas
6. Kain Kasa
7. Senter
8. Kertas Label
Bahan :
-

xiii
b. Identifikasi Nyamuk
Alat :
1. Pinset
2. Petridish
3. Kaca Pembesar
4. Senter
5. Mikroskop
Bahan :
1. Chloroform

D. Prosedur Kerja

a. Human Bite Indoor (Umpan Orang Dalam)


Prosedur Kerja:
1. Penangkapan nyamuk dilakukan oleh 2 orang, terdiri dari 1 orang
sebagai umpan dan 1 orang sebagai penangkap (kolektor)
2. Penangkapan nyamuk dilakukan setiap jam selama 40 menit
(dilanjutkan dengan penangkapan nyamuk yang hinggap)
3. Penangkapan nyamuk dilakukan di ruang tamu yang penerangannya
tidak terlalu terang
4. Kolektor menangkap nyamuk yang menggigit kaki dan tangan dengan
menggunakan aspirator dan diterangi dengan senter
5. Nyamuk yang tertangkap pada setiap jam jam penangkapan di dalam
gelas kertas yang terpisah untuk setiap jam-jam penangkapan.
6. Gelas Kertas diberi label yang berisi : tanggal penangkapan; metode
penangkapan; jam penangkapan; dan nama kolektor
7. Pada setiap jam-jam penangkapan, Ukur dan catat suhu & kelembapan
udara (Formulir Pengamatan berdasarkan metode)

b. Human Bite Outdoor (Umpan Orang Diluar)

Prosedur Kerja:

xiv
1. Penangkapan nyamuk dilakukan oleh 2 orang, terdiri dari 1 orang
sebagai umpan dan 1 orang sebagai penangkap (kolektor)
2. Penangkapan nyamuk dilakukan setiap jam selama 40 menit
(dilanjutkan dengan penangkapan nyamuk yang hinggap)
3. Penangkapan nyamuk dilakukan di ruang tamu yang penerangannya
tidak terlalu terang
4. Kolektor menangkap nyamuk yang menggigit kaki dan tangan dengan
menggunakan aspirator dan diterangi dengan senter
5. Nyamuk yang tertangkap pada setiap jam jam penangkapan di dalam
gelas kertas yang terpisah untuk setiap jam-jam penangkapan.
6. Gelas Kertas diberi label yang berisi : tanggal penangkapan; metode
penangkapan; jam penangkapan; dan nama kolektor
7. Pada setiap jam-jam penangkapan, Ukur dan catat suhu & kelembapan
udara (Formulir Pengamatan berdasarkan metode)

c. Resting Collection Indoor (Hinggap didalam ruangan)


Prosedur Kerja
1. Penangkapan nyamuk yang hinggap dilakukan oleh 2 orang (Sebaiknya
dilakukan oleh petugas yang bertugas dengan metode HBI, yaitu setelah
melakukan penangkapan selama 40 menit, kemudian melanjutkan
penangkapan nyamuk yang hinggap/RCI selama 10 menit

2. Penangkapan dilakukan setiap jam selama 10 menit

3. Penangkapan nyamuk yang hinggap dilakukan di ruang tamu, dimana


nyamuk sedang hinggap didinding, gantungan pakaian, permukaan benda
dan lain-lainnya (usahakan penerangan jangan terlalu terang dan
penangkapan menggunakan aspirator)

4. Nyamuk yang tertangkap pada setiap jam-jam penangkapan dimasukkan


kedalam gelas kertas yang terpisah setiap jam-jam penangkapan.

xv
5. Gelas Kertas diberi label yang berisi : tanggal penangkapan, metode
penangkapan, jam penangkapan dan nama kolektor

6. Pada setiap jam-jam penangkapan, Ukur dan catat suhu & kelembapan
udara (Formulir Pengamatan berdasarkan metode)

d. Resting Collection Outdoor (Hinggap diluar ruangan)


Prosedur Kerja:

1. Penangkapan nyamuk yang hinggap dilakukan oleh 2 orang (Sebaiknya


dilakukan oleh petugas yang bertugas dengan metode HBO, yaitu setelah
melakukan penangkapan selama 40 menit, kemudian melanjutkan
penangkapan nyamuk yang hinggap/RCO selama 10 menit

2. Penangkapan dilakukan setiap jam selama 10 menit

3. Penangkapan nyamuk yang hinggap dilakukan di halaman rumah, yaitu di


semak-semak, rerumputan, dinding bangunan diluar rumah, dan lain-lainnya
(usahakan penerangan jangan terlalu terang dan penangkapan menggunakan
aspirator)

4. Nyamuk yang tertangkap pada setiap jam-jam penangkapan dimasukkan


kedalam gelas kertas yang terpisah setiap jam-jam penangkapan.

5. Gelas Kertas diberi label yang berisi : tanggal penangkapan; metode


penangkapan; jam penangkapan; dan nama kolektor

6. Pada setiap jam-jam penangkapan, Ukur dan catat suhu & kelembapan
udara (Formulir Pengamatan berdasarkan metode)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

xvi
A. Hasil
Hasil dari praktikum penangkapan nyamuk dan juga identifikasi nyamuk
yang telah kami lakukan yaitu pada praktik penangkapan nyamuk, nyamuk
yang berhasil kami tangkap adalah sebanyak 24 nyamuk dan untuk hasil
praktik identifikasi nyamuk yang telah kami lakukan berhasil
mengindentifikasi 3 jenis nyamuk yaitu Aedes, Culex dan
Mansonia.

B. Pembahasan
Praktikum penangkapan nyamuk ini terbagi menjadi 6 sesi, yaitu:

a. Sesi 1 (22.00 – 23.00)

Suhu : 27 °C

Kelembaban : 84%

a) Human Bait :

Indoor :-

Outdoor :1

(Culex)

b) Resting Collection :

Indoor : 2 Jantan, 2 Betina (Aedes aegypti)

Outdoor :-

b. Sesi 2 (23.00 – 00.00)

Suhu : 27 °C

Kelembaban : 86%

a) Human Bait :

Indoor :-

xvii
Outdoor :-

b) Resting Collection :

Indoor : 2 Jantan, 1 Betina (Aedes aegypti)

Outdoor : 1 Jantan

c. Sesi 3 (00.00 – 01.00)

Suhu : 28°C

Kelembaban : 87%

a) Human Bait :

Indoor :-

Outdoor :-

b) Resting Collection :

Indoor : 2 Jantan, 2 Betina (Aedes albopictus dan

Mansonia)

Outdoor : 1 Betina (Culex)

d. Sesi 4 (01.00 – 02.00)

Suhu : 27°C

Kelembaban : 85%

a) Hum

an

Bait :

Indoo

Outdoor :-

xviii
b) Resting Collection :

Indoor :-

Outdoor :-

e. Sesi 5 (02.00 – 03.00)

Suhu : 26°C

Kelembaban : 84%

a) Human Bait :

Indoor : 2 Jantan

Outdoor :-

b) Resting Collection :

Indoor : 1 Jantan, 1 Betina (Culex)

Outdoor :-

f. Sesi 6 (03.00 – 04.00)

Suhu : 25°C

Kelembaban : 83%

a) Human Bait :

Indoor : 2 Betina(Culex)

Outdoor :-

b) Resting Collection :

Indoor : 2 Betina

(Culex)

Outdoor :-

BAB V

xix
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktik yang telah kami lakukan pada praktik penangkapan
nyamuk, nyamuk yang berhasil kami tangkap adalah sebanyak 24 ekor
nyamuk dan untuk hasil praktik identifikasi nyamuk, jenis nyamuk yang
berhasil kami identifikasi adalah jenis Aedes, Culex dan Mansonia.

B. Saran
1. Memperhatikan dan mempelajari hal-hal yang mempengaruhi datang
nya nyamuk, dengan kita mengetahui dan mempelajari lebih dulu
maka kita dapat menanggulangi segala hal yang menjadi penghalang
dan penghambat kelancaran proses praktikum.
2. Penggunaan alat pada saat praktikum juga harus sangat diperhatikan
agar menghindari terjadi nya kecelakaan kerja.

xx
DAFTAR PUSTAKA

DepkesRI. (2006) Epidemiologi Filariasis. Dirjen PPM &PL. Jakarta.

DepkesR.I. (2002) Pedoman Pemberantasan Filariasis. Direktorat JendralPPM PL


Direktorat P2B2 Subdit Filariasis dan Schistosomiasis. Jakarta.

Depkes,R.I. (2006b) PedomanProgram Eliminasi Filariasisdi Indonesia. Jakarta.

Afra, Dhia, Nora Harminarti, and Abdiana Abdiana. "Faktor-faktor yang


berhubungan dengan kejadian filariasis di Kabupaten Padang Pariaman
tahun 2010-2013." Jurnal Kesehatan Andalas 5.1 (2016).

Entjang Indah (2000) Ilmu Kesehatan Masyarakat,Cetakan Ketiga Belas, PT.


Citra Aditya Bakti ; Bandung.

Silva I.G, Silva H.H.G., Lima C.G. 2003 Ovipositional Behavior of Aedes aegypti

(Diptera, Culicidae) in Different Strata and Biological Cycle. Acta Biol


Par.Curitiba 2003.

LAMPIRAN

iv
v

Anda mungkin juga menyukai