Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ANALISIS KASUS PENGENDALIAN VEKTOR

“Malaria Hilang DBD Datang”

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Dasar Kesehatan Lingkungan
Dosen Pengampu : Nissa Noor Annashr, SKM., MKM

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Albadri Ramadhan CMR0160032
Ana Nurjanah CMR0160033

Lia Oktavia CMR0160045

Risa Fatilah CMR0160055

Siti Nurlaela CMR0160056

Tika Indriyani CMR0160060

S1 Kesehatan Masyarakat ( III/B )


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN 2017

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun
makalah dengan judul Analisis Kasus Pengendalian Vektor “Malaria
Hilang DBD Datang”.

Tujuan kami menganalisis studi kasus ini adalah untuk


mengetahu vektor penyakit malaria dan DBD dan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan. Dengan terwujudnya
makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Nissa Noor Annashr, SKM., MKM selaku dosen pengampu mata
kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan .
2. Seluruh rekan-rekan yang telah banyak bekerjasama dalam
penyusunan da mengerjakan makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan masih banyak kesalahan


dan kekurangannya serta jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami
mengharapkan saran dan kritikannya dari pembaca dan semua pihak.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi pembaca serta semua pihak lainnya.

Kuningan, 23 Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................1

1.3. Tujuan .............................................................................................................. 2

1.4. Manfaat ............................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Timbulnya Masalah Gizi ..........................................................3

2.2. Analisis Jurnal Kekurangan Vitamin A (KVA) Dan Infeksi ..........................3

2.2.1. Penjelasan Masalah Gizi KVA ...................................................................3

2.2.2. Penyebab Terjadinya Masalah KVA ............................................................6

2.2.3. Cara Penanggulangan KVA .........................................................................8

2.3. Analisis Jurnal Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian GAKY pada
anak sekolah dasar di pinggir pantai Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah i .....10

2.3.1. Penjelasan Masalah Gizi GAKY ...............................................................10

2.3.2. Penyebab Terjadinya Maslah GAKY .......................................................11

2.3.3. Cara Penanggulangan GAKY ...................................................................12

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .................................................................................................... 14

3.2. Saran ...............................................................................................................15

ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya


masih di dominasi oleh Kurang Energi Protein, masalah Anemia Besi,
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vit.A (KVA),
dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar.
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah :


a. Bagaimana konsep dasar timbulnya masalah gizi?
b. Bagaimana penjelasan mengenai masalah gizi KVA dan GAKY ?
c. Apa penyebab timbulnya permasalahan gizi khususnya KVA dan GAKY?
d. Bagaimana cara penanggulangan KVA dan GAKY?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan maslah diatas, maka makalah ini memiliki tujuan :


a. Menjelaskan konsep dasar timbulnya masalah gizi
b. Mendeskripsikan mengenai masalah gizi KVA dan GAKY
c. Menjelaskan penyebab timbulnya permasalahan gizi khususnya KVA dan
GAKY
d. Merumuskan solusi penanggulangan KVA dan GAKY

1.4. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah:


Mahasiswa dapat menganalisis studi kasus pengendalian vektor terkait
malaria dan DBD.

1
2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Malaria

2.1.1. Definisi Malaria

Malaria adalah

2.1.2. Morfologi Malaria

Morfologi nyamuk dapat dibedakan menjadi 2 stadium yaitu

stadium dewasa dan pradewasa. Morfologi bentuk dewasa mempunyai

sepasang sayap, badan, beruas-beruas, tiga pasang kaki, tubuh nyamuk

terdiri dari kepala, dada, dan badan. Probosis sama panjangnya dengan

palpi.nyamuk dewasa Anopbeles berukuran 0,4-1,3 cm dengan tubuh

tampak rapuh namun mempunyai struktur dan fungsi tubuh yag diperkuat

oleh rangka exo dan endoskeleton yang kokoh untuk melindungi alt-alat

dalam yang lembut. Organ dan sistem yang lengkap untuk kehidupannya

seperti pada manusia yaitu ada otot, respirasi, sirkulasi, ekskresi, syaraf,

pencernaan, indra dan alat reproduksi (ovary) alat-alat dalam sangat

lembut.

Nyamuk Anopbeles meletakan telur di permukaan air, satu-satu

atau saling berletakan pada ujungnya. Telur berukuran dengan panjang 6

mm dan lebar 1,25 mm memanjang dan simetris dan simetris bilateral,

warna telur coklat atau gelap, dengan sisi ada pelampung. Bentuk larva

nyamuk vermiform yaitu badan memanjang menyerupai cacing. Larva

memiliki khitin (Quadrilateral plate) dengan dua spirakel yang masing-

3
masing dikeliling oleh lima sirip menyerupai daun untuk respirasi. Bulu-

bulu kecil yang terdapat di dekat spirakel membentuk sepasang pectin.

Larva memiliki rambut-rambut kaku yang membentuk sepasang

berkas pada setiap segmen toraks (Palmate bristles) terutama pada segmen

abdomen, terdiri dari terangkai pendek tempat rambut-rambut berdiri

menyebar, pada segmen abdomen ke delapan, tabung respirasi mereduksi

membentuk Quadrilateral plate yang berspirakel. Stadium pupa berwarna

gelap hitam, karena adanya sisik pada bagian integermen dan pupa

bernafas dengan trompet pernafasan. Morfologi pupa terdiri dari terompet

pernafasan, calon mata, calon rungkai, calon sayap abdomen dan

pendayung.

2.1.2. Penyebab Malaria

Malaria penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh

parasit yang ditularakan pada manusia melalui gigitan nyamuk. Malaria

disebabkan oleh parasit Plasmodium. Parasit ini ditularkan melalui gigitan

nyamuk Anopheles yang merupakan vektor malaria, yang terutama

mengigit manusia malam hari magrib (dusk) sampai fajar (dawn).

Terdapat empat parasit penyebab malaria pada manusia yaitu :

1. Plasmodium falciparum

2. Plasmodium vivax

3. Plasmodium malariae

4. Plasmodium ovale

4
Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax merupakan penyebab

malaria terbanyak, plasmodium falciparum adalah penyebab kamatian

paling utama.

2.1.3. Penularan Malaria

Malaria ditularkan melalui nyamuk Anopheles. Intensitas

penularan malaria dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan

parasit Plasmodiu,, nyamuk Anopheles yang menjadi paktor penularannya,

manusia yang menjadi induk semang atau hospesnya, dan lingkungan

hidupnya yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut.

Penularan sporozit malaria terjadi melalui gigitan nyamuk

Anopheles betina, yang berbeda spesiesnya sesuai dengan daerah

geografisnya. Penularan dalam bentuk aseksual (trofozoit) menimbulkan

trophozoite-induced malaria, yang dapat ditularkan melalui transfusi darah

(transfusion malaria), melalui jarum suntik atau menular dari ibu ke bayi

yang dikandungnya melalui proses (congenital malariae).

2.1.4. Gejala Klinis

Masa inkubasi setiap jenis malaria berbeda-beda. Pada malaria

vivax dan malaria ovale inkubasi berlangsung antara 10 sampai 17 hari,

pada malaria falciparum antara 8 sampai 12 hari dan pada malaria

malariae, masa inkubasi berlangsung antara 21 dan 40 hari.

Malaria menunjukan gejala-gejala yang khas, yaitu :

5
1. Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium : kedinginan (rigor) yang

berlangsung antara 20 meit sampai 1 jam, stadium panas badan (1-4 jam)

dan stadium berkeringat banyak (2-3 jam).

2. Splenomegali.

3. Anemia yang disertai malaise.

2.2. Demam Berdarah Dengue

2.2.1. Definisi Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue (DBD) adalah bentuk yang lebih berat,

disertai perdarahan dan kadang-kadang syok yang dapat menyebabkan

kematian penderita, terutama pada penderita anak. Gejala perdarahan

umumnya terjadi pada hari ke-3 sampai ke-5 waktu demam.

Dengue menyebar dengan cepat, menyerang banyak orang selama

epidemi, sehingga menurunkan produktivitas kerja dan banyak

menimbulkan kematian.

2.2.2. Etiologi dan Penularan Demam Berdarah Dengue

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok

Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabkan oleh

artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae.

Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di

daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk

yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi

6
terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (tedapat

virus dalam darahnya). Menurut laporan terakhir, virus dapat pula

ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur-telurnya.

Penularan

Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama

dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka

virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh

manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut

akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue

memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama

satu minggu.

Orang yang didalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak

semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang mengalami

demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama

sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus

dengue selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain

di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya. Sekali terinfeksi,

nyamuk menjadi infektif seumur hidupnya.

7
2.2.3. Morfologi Nyamuk Aedes aegypty (Demam Berdarah

Dengue)

1. Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis

putih.

2. Jarak terbang kurang lebih 100 meter.

3. Nyamku betina bersifat “multiple biters” (menggigit

beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut

kenyang sudah berpindah tempat).

4. Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.

2.2.4. Gejala Klinis

Pasien penyakit DBD umumnya akan merasakan gejala dan

tanda sebagai berikut :

1. Demam elama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.

2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari

petekie (+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah

darah, atau berak darah hitam.

3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal 150.000-300.000

µL).

4. Akral dingin, gelisah, nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi,

tidak sadar (DSS, dengue shock syndrome),

8
BAB III

ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Banyaknya Kasus Malaria dan DBD

Berdasarkan studi kasus yang telah kami analisis didapatkan hasil sebagai

berikut :

a. Pangandaran merupakan daerah endemis malaria karena lokasinya

berada di pesisir selatan Jawa Barat yang berbatasan dengan

Samudera Hindia sehingga memiliki suhu hangat sebagai tempat yang

nyaman bagi perindukan nyamuk.

b. Kebanyakan masyarakat Pangandaran memiliki kesadaran hidup

bersih dan sehat yang kurang.

c. Banyak pemukiman nelayan yang dekat dengan rawa-rawa, sehingga

memungkinkan menjadi tempat perkembang-biakan nyamuk.

d. Dengan banyaknya tempat wisata serta kebersihan yang kurang sangat

beresiko meningkatkan kasus malaria.

3.2. Mekanisme Perjalanan Masuknya Agent Penyakit Malaria Dan DBD

3.3. Patofisiologi Penyakit Malaria dan DBD

3.4. Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Malaria dan DBD

3.4.1. Pencegahan Malaria

Pencegahan malaria dilakukan terhadap perorangan maupun masyaraka, yaitu:

1. Mengobati penderita dan penduduk yang peka, yang berdiam didaerah

endemik.

9
2. Mengobati karier malaria menggunakan primakulin karena mampu

memberantas bentuk gametosit. Namun pengguanan obat ini tidak boleh

dilakukan secara masal karena mempunyai efek samping.

3. Pengobatan pencegahan pada orang yang akan masuk kedaerah endemis

malaria.

4. Memberantas nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penularannya

dngan menggunakan insektisida yang sesuai dan memusnahkan sarang-

sarang nyamuk Anopheles.

5. Menghindarkan diri dan gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu

jika tidur, atau menggunakan repellen yang diusapkan malam hari pada

kulit badan jika berada diluar rumah pada siang hari. (Soedarto, 2009).

Pencegahan Malaria menurut Widoyono (2011) :

a) Berbasis masyarkat :

1. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarkat harus

selalu ditingkatkan malului pendidkan kesehatan, diskusi

kelompok maupun melalui kampanye masal untuk mengurangi

tempat sarang nyamuk (Pemberantasan Sarang Nyamuk, PSN).

Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor,

diantaranya meliputi: menghilangkan genangan air kotor,

diantarnya dengan mengalirkan air atau menimbun atau

mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagi air

menggenang.

10
2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat

membatu mencegah penularan.

3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang

bionomik anopheles seperti waktu kebiasaan mengigit, jarak

terbang dan resistensi terhadap insektisida.

b) Berbasis pribadi :

1. Pencegahan gigitan nyamuk , antara lain: tidak keluar rumah atara

senja dan malam hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya

menggunakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena

nyamuk lebih menyukai warna gelap, menggunakan repelan yang

mengandung dimetilftlat atau zat anti nyamuk lainnya, membuat

konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa anti

nyamuk pada ventilasi pintu dan jendela, menggunakan kelambu

yang mengandung insektisida (Insecticide-Treated mosquito

net,ITN), menyemprot kamar dengan menggunakan obat nyamuk

atau menggunakan obat nyamuk bakar.

2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemik,

meliputi:

a. Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitif terhadap

klorokuin, diberikan klorokuin 300 Mg basa atau 500 Mg

klorokuin fosfat untuk orang dewasa, seminggu satu tablet, dimulai

satu minggu sebelum masuk daerah sampai empat minggu setelah

meninggalkan tempat tersebut.

11
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan

pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin 5 Mg/KgBB/Minggu

atau doksisiklin 100 Mg/hari atau sulfadoksin 500 Mg/pirimetemin

25 Mg (Suldox), tiga tablet sekali minum.

3. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil, meliputi:

a. Klorokuin, bukan kontraindikasi

b. Profilaksis dengan klorokuin 5 Mg/KgBB/ minggu dan

proguanil 3 Mg/Kg/BB/minggu untuk daerah yang masih

sensitif klorokuin

c. Meflokuin 5 mg/Kg/BB/minggu diberikan pada bulan keempat

kehamilan untuk daerah dimana plasmodiumnya resisten

terhadap klorokuin.

d. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperolehkan.

4. Informasi tentang donor darah. Calon donor yang datang ke daerah

endemik dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak

menunjukan keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan

darahnya selama 6 bulan sejak dia datang. Calon donor tersebut,

apabila telah diberi pengobatan profilaksis malaria dan telah

menetap di daerah itu 6 bulan atau lebih serta tidak menunjukan

gejala klinis, maka diperbolehkan menjadi donor selama 3 tahun.

Banyak penelitian melaporkan bahwa donor dari daerah endemik

merupakan sumber infeksi.

12
3.4.2. Pencegahan DBD

Kegiatan ini meliputi:

a) Pembersihan jentik

1) Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

2) Larvasidasi

3) Mengunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)

b) Pencegahan gigitan nyamuk

1. Mengguanakn kelambu

2. Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)

3. Tidak melakukan kebiasaan beresiko (tidur siang,

menggantung baju)

4. Penyemprotan

13
BAB IV

PENUTUP

1.1. Kesimpulan

1.2. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Sagung Seto

Soedarto. 2009. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Munif,Amrul dan TA,Moch Imron. 2010. Panduan Pengamatan Nyamuk Vektor

Malaria. Jakarta: Sagung Seto

Soedarto. 2011. Malaria. Jakarta: Sagung Seto

Widoyono. 2011. Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, &

Pemberantasannya Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga

15

Anda mungkin juga menyukai