Disusun Oleh :
Kelompok 5
Albadri Ramadhan CMR0160032
Ana Nurjanah CMR0160033
1. Ibu Nissa Noor Annashr, SKM., MKM selaku dosen pengampu mata
kuliah Dasar Kesehatan Lingkungan .
2. Seluruh rekan-rekan yang telah banyak bekerjasama dalam
penyusunan da mengerjakan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
2.3. Analisis Jurnal Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian GAKY pada
anak sekolah dasar di pinggir pantai Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah i .....10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pada tahun 2009 menurun menjadi 0,89% tetapi jumlahnya meningkat dari 24
pada tahun 1968 menjadi 1420 pada tahun 2009. (Soedarto, 2012)
Permasalahan malaria dan DBD sejauh ini masih berfokus pada pengobatan
orang yang sakit malaria atau pemberantasan nyamuk vektor bagi penyebaran
parasit plasmodium dan virus dengue yang menyebabkan tubuh menjadi sakit, hal
tersebut dikatakan berhasil namun dalam waktu yang akan datang semua orang
akan melupakannya dan timbulah ancaman dengan ancaman yang lebih besar.
WHO melaporkan, “Dari semua penyakit yang ditularkan serangga, nyamuk
adalah ancaman yang terbesar, menyebabkan malaria, demam berdarah dan
demam kuning yang semuanya bertanggung jawab atas beberapa juta kematian
dan ratusan kasus (penyakit menular) setiap tahun.” Sekurang-kurangnya, 40%
penduduk dunia beresiko tertular malaria, dan sekitar 40% beresiko tertular
demam berdarah. Dibanyak tempat seseorang dapat tertular kedua-duanya
(Widodo,2013).
Berdasarkan hal tersebut, penting bagi masyarakat Indonesia untuk dapat
mengidentifikasi permasalahan penyakit menular yang dibawa oleh nyamuk
sebagai vektor khususnya untuk penularan penyakit Malaria dan DBD di
Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalahnya adalah :
a. Apa itu penyakit malaria dan DBD ?
b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi banyaknya kasus malaria dan
DBD di daerah Pangandaran pada tahun 2016 ?
c. Bagaimana mekanisme perjalanan masuknya agent penyakit malaria dan
DBD ?
d. Bagaimana patofisiologi malaria dan DBD ?
e. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan malaria dan DBD?
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan maslah diatas, maka makalah ini memiliki tujuan :
a. Mengetahui penyakit malaria dan DBD
2
b. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi banyaknya kasus malaria
dan DBD di daerah Pangandaran pada tahun 2016
c. Mengetahui mekanisme perjalanan masuknya agent penyakit malaria dan
DBD
d. Mengetahui patofisiologi penyakit malaria dan DBD
e. Mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan malaria dan DBD?
1.4. Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah:
Mahasiswa dapat menganalisis studi kasus pengendalian vektor terkai penyakit
malaria dan DBD.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
sepasang pectin. Larva memiliki rambut-rambut kaku yang membentuk sepasang
berkas pada setiap segmen toraks (Palmate bristles) terutama pada segmen
abdomen, terdiri dari terangkai pendek tempat rambut-rambut berdiri menyebar,
pada segmen abdomen ke delapan, tabung respirasi mereduksi membentuk
Quadrilateral plate yang berspirakel. Stadium pupa berwarna gelap hitam, karena
adanya sisik pada bagian integermen dan pupa bernafas dengan trompet
pernafasan. Morfologi pupa terdiri dari terompet pernafasan, calon mata, calon
rungkai, calon sayap abdomen dan pendayung (Munif dan Imron, 2010).
2.1.2. Penyebab Malaria
Malaria penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang
ditularakan pada manusia melalui gigitan nyamuk. Malaria disebabkan oleh
parasit Plasmodium. Parasit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
yang merupakan vektor malaria, yang terutama mengigit manusia malam hari
magrib (dusk) sampai fajar (dawn).
Terdapat empat parasit penyebab malaria pada manusia yaitu :
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax merupakan penyebab malaria
terbanyak, plasmodium falciparum adalah penyebab kamatian paling utama
(Soedarto, 2009).
Nyamuk merupakan serangga ordo Diptera, yang mempunyai sepasang
sayap berbentuk membran. Nyamuk jantan tidak menghisap darah ,sedangkan
nyamuk betina menghisap darah untuk mendapatkan protein untuk pembentukan
telur. Ia menggigit dengan posisi badan, mulut dan jarum yang dibenamkan ke
kulit manusia dalam satu garis (Widodo,2013).
Penyebaran nyamuk Anopheles dapat dibedakan menurut lingkungan ekologi
anatara lain:
1. Daerah pantai terutama muara sungai,tambak-tambak di tepi pantai, rawa-
rawa, hutan bakau yang mengandung air payau, lagon. Ditempat ini biasanya
5
senang berkembang biaknya nyamuk An.sundaicus, An.subpictus dan
An.minumus.
2. Daerah pesawahan, ladang dan hutan di dekat pantai biasanya yang
berkembang biak dari nyamuk An.niggerimus, An.campestris dan An.letifer.
3. Daerah hutan bersemak, hutan di kaki bukit dan hutan karet yang
mengandung air tawar, akan ditemukan tempat perkembangbiakan nyamuk
An.umbrosus dan An.balabacensis.
4. Daerah bukit, ditempat ini ada persawahan bertingkat, hutan karet dan kolam-
kolam yang mengandung air tawar biasanya berkembang biak nyamuk
An.aconitus dan An.maculatus.
5. Daerah pegunungan, terdapat hutan karet dan hutan buah-buahan yang
mengandung banyak air tawar biasanya berkembang biak nyamuk
An.maculatus. (Munif dan Imron, 2010)
2.1.3. Penularan Malaria
6
dari satu tahun pasca infeksi. Gejala klinis yang sering teramati kejadiannya pada
manusia. Gejala utama dari penyakit malaria adalah demam mengigil secara
berkala dan sakit kepala. Gejala klinis lain yang timbul yaitu:
1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat
2. Nafsu makan menurun
3. Mual-mual kadang-kadang diikuti dengan muntah
4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan
p.falchiparum.
5. Dalam keadaan menahan, disertai dengan pembesaran limfa
Pada malaria berat gejala umum timbul disertai kejang-kejang . gejala
klinis pada anak sulit diamati, makin muda usianya makin tidak jelas gejala
klinisnya tetapi yang menonjol adalah diare dan anemia. Gejala klasik malaria
terdiri atas 3 stadium yang berurutan, yaitu stadium dingin (coold storeage),
stadium demam (hot stage), dan stadium berkeringat (sweating stage). Gejala
klinis tersebut ditemukan pada penderita berasal dari daerah nonendemis yang
mendapat penularan didaerah endemis atau yang pertama kali memderita
penyakit malaria (Soedarto,2009).
Didaerah endemis malaria, ketiga stadium diatas tidak berurutan dan
bahkan tidak semua stadium ditemukan pada penderita sehingga definisi malaria
klinis seperti dijelaskan sebelumnya dipakai untuk pedemon penemuan penderita
didaerah endemisitas. Khususnya didaerah yang tidak mempunyai fasilitas
labolatorium serangan demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi
(Soedarto,2009)
2.2. Demam Berdarah Dengue
7
2.2.2. Etiologi dan Penularan Demam Berdarah Dengue
8
2.2.4. Gejala Klinis DBD
Pasien penyakit DBD umumnya akan merasakan gejala dan tanda sebagai
berikut :
1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.
2. Manifestasi perdarahan dengan tes Rumpel Leede (+), mulai dari petekie
(+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah darah, atau berak
darah hitam.
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal 150.000-300.000 µL).
4. Akral dingin, gelisah, nyeri punggung, nyeri tulang dan sendi, tidak sadar
(DSS, Dengue Shock Syndrome) (Widoyono, 2011).
2.2.5. Pengendalian Vektor DBD
9
mengeringkan secara teratur dan membersihkan wadah yang menjadi sarang-
sarang nyamuk sehingga telur, larva dan pupa (kepongpong) nyamuk dapat
terbuang, menggunakan insektisida yang sesuai atau memberantas larva secara
biologis dan memberantas nyamuk dewasa menggunakan insektisida atau
menggunakan berbagai cara/ metode pemberantasan secara terpadu. Berhasilnya
pemberantasan nyamuk Aedes aegypti di sekitar tahun 1970 di kawasan tropis
benua Amerika ternyata kemudian di ikuti oleh berkembangnya populasi baru
nyamuk Aedes yang berasal dari luar benua Amerika. Karena itu tujuan utama
program pengendalian vektor dengue adalah mengurangi kepadatan vektor dengan
selalu menjaganya sedapat mungkin pada tingkatan populasi yang rendah. Jika
memungkinkan di upayakan untuk memperpendek umur nyamuk betina
menggunakan insektisida untuk mengurangi frekuensi penularan virus dengue.
Pada prinsipnya pengendalian vektor dilakukan dengan:
1. Memusnahkan wadah atau habitat terutama yang paling potensial sebagai
tempat nyamuk berkembang biak
2. Memberantas larva Aedes dengan larvisida
3. Pengendalian biologik (biological control)
4. Memberantas nyamuk dewasa dengan imagosida
Untuk memilih program pengendalian vektor yang sesuai harus
dipertimbangkan :
1. Ekologi daerah setempat
2. Sifat biologi nyamuk yang menjadi vektor dengue
3. Cara hidup dan kebiasaan penduduk dalam menyimpan cadangan air
4. Waktu pelaksanaan pengendalian vektor
5. Luasnya daerah yang diprogramkan (Soedarto, 2012).
10
BAB III
Berdasarkan studi kasus yang telah kami analisis didapatkan hasil sebagai
berikut :
a. Pangandaran merupakan daerah endemis malaria karena lokasinya berada di
pesisir selatan Jawa Barat yang berbatasan dengan Samudera Hindia sehingga
memiliki suhu hangat sebagai tempat yang nyaman bagi perindukan nyamuk.
Terutama rawa-rawa tempat pemukiman nelayan tinggal, rawa adalah lahan
genangan air secara ilmiah yang menjadi terus-menerus atau musiman akibat
drainase yang terhambat.
b. Kebanyakan masyarakat Pangandaran memiliki kesadaran hidup bersih dan
sehat yang kurang, hal ini dikarenakan masih kurangnya pendidikan
kesehatan.
c. Banyak pemukiman nelayan yang dekat dengan rawa-rawa, sehingga
memungkinkan menjadi tempat perkembang-biakan nyamuk.
d. Dengan banyaknya tempat wisata serta kebersihan yang kurang sangat
beresiko meningkatkan kasus malaria.
3.2. Mekanisme Perjalanan Masuknya Agent Penyakit Malaria Dan DBD
11
Mekanisme penularan malaria berkaitan dengan siklus hidup parasit itu
sendiri. Siklus hidup plasmodium primata sama seperti pada plasmodium yang
menginfeksi manusia yang melibatkan hospes malaria dan vektor insekta.
Nyamuk yang terinfeksi dari genus anopheles mengeluarkan sporozoit ke hospes
ketika nyamuk tersebut menghisap darah, kurang dari satu jam sporozit
menghilang dari darah dan masuk ke sel parenkim hati. Ditempat tersebut
sporozoit mulai multipikasi melalui pembelahan berganda ,menjadi ribuan
filamen parasit atau merozoit. Merozoit meninggalkan sel hospes setelah 5 hari
atau lebih. Dibeberapa spesies hepatik, merozoit dengan bentuk dorman
dihasilkan hipnozoit. Selang beberapa bulan atau tahun, hipnozoit kembali
menjadi reaktif lagi dan menimbulkan reinfeksi. Replikasi di dalam hati disebut
siklus eksoeritrositik. Pertumbuhan dan pembelahan aseksual sporozoit menjadi
merozoit disebut merogoni (lebih sering disebut schizogoni) (Yuliani, 2012).
Merozoit yang dihasilkan secara merogoni keluar dari sel hati, masuk
kedalam kira-kira satu minggu, dan berubah menjadi tropozoit dan berubah
menjadi tropozoit didalam vakuola. Tropozoit berbentuk ovoid, dibagian tengah
vakuola terdapat bentrukan sebuah lingkaran atau cincin stempel. Ditempat ini
tropozoit mulai memakan bagian-bagian sitoplasma dari eritrosit, terbentuk
butiran pigmen hemozoin, kemudian dikumpulkan didalam vakuola makanan.
Pada tropozoit dewasa, vakuola tenagh menghilang dan nukleus mulai terbelah
melalui mitosis menjadi sel multinukleat yang disebut meront (schizont). Proses
selanjutnya sitoplasma eritrosit terbagi menjadi beberapa bagian, masing-masing
nukleus membentuki sejumlah merozoit. Merozoit dewasa pecah dan masuk ke
aliran pembuluh darah dan menyerang eritrosit lainnya, dengan demikian siklus
berulang kembali. Multipikasi didalam eritrosit dikenal sebagai siklus sritrositik
(Yuliani, 2012).
Setelah infeksi berlangsung beberapa waktu dan terdapat sejumlah generasi
aseksual, maka beberapa merozoit yang memasuki sel-sel darah merah akan
berkembang menjadi makrogamet (betina) dan mikrogamet (jantan). Didalam
perut nyamuk dihasilkan mikrogamet, dalam waktu 10-15 menit inti membagi dan
6-8 mikrogamet panjang mirip flagelum ditonjolkan keluar dalam suatu proses
12
yang disebut eksflagelasi. Jika mikrogamet tersebut menemukan suatu
makrogamet, maka terjadi pembuahan dan akhirnya membentuk ookinet. Ookinet
menembus kedalam dinding lambung dan tumbuh menjadi ookista. Kemudian
ookista membagi diri berulang-ulang dan akhirnya setiap ookista berisi 10.000
atau lebih sporozoit langsing (Levine,1985). Sporozoit keluar dari ookista tersebar
ke seluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada kelenjar ini
sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit manusia
atau hewan (Yuliani, 2012).
3.2.2. Mekanisme Perjalanan Masuknya Agent Penyakit DBD
Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
sumber penularan penyakit DBD, yang bisa menunjukan gejala sakit tetapi bisa
juga sakit, yaitu jika mempunyai kekebalan tubuh yang cukup terhadap virus
dengue. Jika seseorang digigit oleh nyamuk Aedes aegypti maka verus dengue
masuk bersama darah yang dihisapnya. Di dalam tubuh nyamuk itu, virus dengue
akan berkembang biak dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh
bagian tubuh nyamuk. Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur
nyamuk. Dalam tempo 1 minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau ratusan
ribu sehingga siap untuk ditularkan kepada orang lain. Selanjutnya pada waktu
nyamuk itu menggigit orang lain, maka setelah alat tusuk nyamuk (probosis)
menemukan kapiler darah, sebelum darah orang itu dihisap, terlebih dulu
dikeluarkan air liur dari kelenjar liurnya agar darah yang dihisap tidak membeku.
Maka bersama dengan liur nyamuk inilah, virus dengue dipindahkan kepada
orang lain (Soehardiono, 2005).
3.3. Patofisiologi Penyakit Malaria dan DBD
13
menjadi skizon hati yang mengandung 10.000-30.000 merozoit. Siklus ini disebut
sebagai siklus eksoeritrositik. Pada Plasmodium falciparum dan plasmodium
malariae berlangsung siklus skizogoni cepat (immediate schizogony), sedangkan
pada Plasmodium vivax dan plasmodium ovale dapat berlangsung siklus skizogoni
cepat maupun skizogoni lambat (delayed schizogony), dimana sebagian tropozoit
hati menjadi bentuk dorman (istirahat) yang pasif yang disebut bentuk hipnozoit
(dormant bypnozoite). Bentuk hipnozoit dapat berada di dalam sel hati selama
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Jika daya tahan tubuh penderita menurun,
parasit akan menjadi bentuj aktif sehingga menimbulkan kekambuhan (relaps).
Merozoit yang keluar dari skizon hati yang pecah akan meninggalkan sel
hepatosit , memasuki aliran darah dan menginfeksi sel darah merah penderita.
Perkembangan eseksual proses (skizogoni eritorisik), plasmodium dimulai sejak
masuknya merozoit kedalam eritrosit. Di dalam sel eritrosit tahap skizogoni
berlangsung dengan pembentukan merozoit yang lebih banyak (membutuhkan
waktu skitar 22 jam). Setelah proses skizogoni darah berlangsung 2-3 siklus
sebagian merozoit yang menginfeksi eritrosit akan membentuk stadium seksual
mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina), yang membutuhkan waktu 26 jam.
Pada plasmodium falciparum, skizogoni eritrositik berlasung selama 48 jam, dan
gametositosis 10-12 hari. Siklus skizogoni eritrositik pada umumnya berlangsung
selama beberapa siklus sebeleum terbentuknya gametosis untuk pertama kalinya
(Soedarto, 2011).
3.3.2. Patofisiologi Penyakit DBD
14
disemenita (KID) sehingga terjadi peningkatan FDP (fibrinogendegradation
products) yang berakibat turunya faktor pembekuan.
Agregasi trombosit menimbulkan gangguan fungsi trombosit. Meskipun
jumlah trombosit normal tetapi tidak baik cara kerjanya. Aktivasi koagulasi
mengaktifkan faktor Hageman yang mengaktifkan sistem kinin yang meningkat
permeabilitas kapiler sehingga syok cepat terjadi. jadi penyebab pendarahan masif
pada DBD adalah :
1. Trombositopeni
2. KID yang menyebabkan penurunan faktor pembekuan
3. Kelainan fungsi trombosit
4. Kerusakan dinding endotel kapiler
Pendarahan masif akan memperberat syok yang terjadi (Soedarto, 2012).
3.4. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Malaria dan DBD
15
Pencegahan Malaria menurut Widoyono (2011) :
a) Berbasis masyarkat :
1. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarkat harus selalu
ditingkatkan malului pendidkan kesehatan, diskusi kelompok maupun
melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk
(Pemberantasan Sarang Nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi
menghilangkan genangan air kotor, diantaranya meliputi: menghilangkan
genangan air kotor, diantarnya dengan mengalirkan air atau menimbun
atau mengeringkan barang atau wadah yang memungkinkan sebagi air
menggenang.
2. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat
membatu mencegah penularan.
3. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomik
anopheles seperti waktu kebiasaan mengigit, jarak terbang dan resistensi
terhadap insektisida.
b) Berbasis pribadi :
1. Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain: tidak keluar rumah atara senja
dan malam hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya menggunakan kemeja dan
celana panjang berwarna terang karena nyamuk lebih menyukai warna
gelap, menggunakan repelan yang mengandung dimetilftlat atau zat anti
nyamuk lainnya, membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan
memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi pintu dan jendela,
menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (Insecticide-Treated
mosquito net, ITN), menyemprot kamar dengan menggunakan obat
nyamuk atau menggunakan obat nyamuk bakar.
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemik, meliputi:
a. Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitif terhadap
klorokuin, diberikan klorokuin 300 Mg basa atau 500 Mg klorokuin
fosfat untuk orang dewasa, seminggu satu tablet, dimulai satu minggu
sebelum masuk daerah sampai empat minggu setelah meninggalkan
tempat tersebut.
16
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan
pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin 5 Mg/KgBB/Minggu
atau doksisiklin 100 Mg/hari atau sulfadoksin 500 Mg/pirimetemin 25
Mg (Suldox), tiga tablet sekali minum.
3. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil, meliputi:
a. Klorokuin, bukan kontraindikasi
b. Profilaksis dengan klorokuin 5 Mg/KgBB/ minggu dan proguanil 3
Mg/Kg/BB/minggu untuk daerah yang masih sensitif klorokuin
c. Meflokuin 5 mg/Kg/BB/minggu diberikan pada bulan keempat
kehamilan untuk daerah dimana plasmodiumnya resisten terhadap
klorokuin.
d. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperolehkan.
4. Informasi tentang donor darah. Calon donor yang datang ke daerah
endemik dan berasal dari daerah nonendemik serta tidak menunjukan
keluhan dan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6
bulan sejak dia datang. Calon donor tersebut, apabila telah diberi
pengobatan profilaksis malaria dan telah menetap di daerah itu 6 bulan
atau lebih serta tidak menunjukan gejala klinis, maka diperbolehkan
menjadi donor selama 3 tahun. Banyak penelitian melaporkan bahwa
donor dari daerah endemik merupakan sumber infeksi (Widoyono, 2011).
3.4.2. Pencegahan dan Penanggulangan DBD
17
4. Penyemprotan
Penanggulangan demam berdarah yang paling umum dilakukan adalah dengan
menjaga kebersihan lingkungan melalui gerakan 3M ( menguras, menutup dan
mengubur sarang nyamuk ) dan pengasapan. Tujuannya adalah untuk memutus
mata rantai perkembangbiakan jentik nyamuk (Widoyono,2011).
18
BAB IV
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Munif,Amrul dan TA,Moch Imron. 2010. Panduan Pengamatan Nyamuk Vektor
Sukohar. 2014. Demam Berdarah Dengue (DBD). Medula, Vol.2, No.2, hlm.1-15.
Widodo Hendra. 2013. Parasitologi Kedokteran. Yogyakarta: D-Medika.
20