Anda di halaman 1dari 47

PENGENDALIAN VEKTOR PENYAKIT MALARIA DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS CINEAM KABUPATEN TASIKMALAYA


TAHUN 2020

LAPORAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Kompetensi Dalam Mata Kuliah
Pengendalian Vektor dan Penyakit
Dosen Pengampu: Nur Lina, S.K.M., M.Kes

Oleh:
Kelompok 1
Agus Nurjaman 174101024
Imelda Fachriah 174101054
Canra Mulia 174101059
Syafira Nuralifa Firdauza 174101070
Dian Kardina 174101146
Fina Krismayanti 174101149

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan akan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala
atas berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan dengan
judul “Pengendalian Vektor Penyakit Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas
Cineam Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2020” sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi kompetensi dalam Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Penyakit.
Pada kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan dukungan serta bimbingan yang
turut serta membantu dalam penyusunan laporan kali ini, terutama kepada :

1. Ibu Nur Lina, S.K.M., M.Kes, selaku Dosen Mata Kuliah Pengendalian
Vektor dan Penyakit
2. Bapak Asep Ahmad Hidayat, AMKL., S.K.M, selaku Kepala Seksi P2PM
3. Ibu Maria Ulfa, S.K.M, selaku Staff Seksi P2PM pemegang program malaria
Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya
4. Bapak Wawan Rudiawan, S.Sos, selaku Kepala Puskesmas Cineam
Kabupaten Tasikmalaya
5. Bapak Tatang Iskandar, selaku pemegang program malaria Puskesmas
Cineam Kabupaten Tasikmalaya
6. Seluruh anggota kelompok 1
7. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut serta
membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan baik dari
segi manapun. Namun demikian, kami berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan bisa digunakan dengan sebagaimana mestinya.

Tasikmalaya, 20 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBARv
LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
D. Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Malaria2
B. Vektor Nyamuk Anopheles 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB IV PEMBAHASAN
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 2
B. Saran 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBARv
LAMPIRAN vi
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBARv
LAMPIRAN vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyamuk adalah organisme yang terdapat di alam dan bisa hidup di semua
tempat, dianggap merugikan karena gigtannya dapat mengganggu kehidupan
manusia, dan dapat juga menjadi vektor penyebaran suatu penyakit. Spesies
nyamuk yang dapat menjadi penular penyakit di antaranya, genus Anopheles,
Culex, Aedes, dan Mansonia yang dapat menularkan penyakit malaria,
filariasis, demam berdarah, japanese encephalitis, dan lainnya (Munif, 2009).
Malaria merupakan salah satu penyakit yang penyebarannya disebabkan
oleh nyamuk Anopheles dan merupakan penyakit menular yang masih menjadi
masalah bagi masyarakat dunia termasuk Indonesia. Malaria merupakan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko
tinggi, selain itu malaria juga dapat menyebabkan anemia dan dapat
mengganggu produktivitas (Kemenkes, 2011). Penyakit ini masih endemis di
sebagian besar wikayah Indonesia.
Selama tahun 2005-2013, kejadian malaria di seluruh Indonesia cenderung
menurun, yaitu 4,10% pada tahun 2005 menjadi 1,38% pada thaun 2013 dan
jumlah pemeriksaan sediaan darah (SD) untuk uji diagnosis malaria
meningkat, dari 47% (982.828 pemeriksaan SD dari 2.113.265 kasus klinis
pada tahun 2005 menjadi 63% (1.164.405 pemeriksaan SD dari 1.849.062
kasusu klinis) pada tahun 2011. Pada tahun 2010 pemeriksaan SD sebanyak
1.164.406 (63%) terhadap penderita klinis yang berjumlah 1.848.999 (Lestari,
2012). Walaupun demikian selama tahun 2011 masih sering terjadi KLB
malaris di 9 kabupaten atau kota dari 7 provinsi dengan kasus mencapai 1.139
kasus.
Upaya penanggulangan malaria telah dilakukan sejak tahun 1952-1959,
pada akhir periode ini yaitu pada tanggal 12 November 1959 di Yogyakarta,
Presiden pertama Indonesia, yaitu Presiden Soekarno telah mencanangkan
dimulainya program pembasmian malaria yang dikenal dengan sebitan
“Komandi Operasi Pembasmian Malarai” atau yang disebut KOPEM dan pada
tanggal 12 November juga telah ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Nasional
(HKN). Pada masa KOPEM upaya penanggulangan malaria hanya dilakukan
di Jawa, Bali, dan Lampung dengan intervensi utama menggunakan IRS dan
pengobatan malaria presumtif dengan menggunakan klorokuin (Pedoman
Manajemen Malaria, 2014).
Penyakit malaria merupakan salah satu tujuan dari 6 MDGs (Millenium
Development Goals) dan RPJMN 2010-2014 dengan target penurunan angka
kesakitan malaria untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan
Instruksi Presiden RI No.3 Tahun 2010 tentang percepatan pencapaian MDGs
(Millenium Development Goals) salah satunya program pengendalian malaria
angka API (Annual Parasite Incidence) tahun 2015 adalah 1%. (Pedoman
Manajemen Malaria, 2014). Penggunaan API (Annual Parasite Incidence)
dalam upaya penanggulangan penyakit malaria sudah dilakukan sejak tahun
2007.
Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian
malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap sampai seluruh pulau
tercakup untuk mewujudkan masyarakat hidup sehat yang terbebas dari
penularan malaria sampai tahun 2030 (Lestari, 2012).
Ekologi kantong malaria di Jawa Barat terdiri dari wilayah pantai (paling
dominan), pegunungan, hitann, dan sedikit persawahan karena itu spesies dan
kepadatan vektornya sangat beragam (Hakim, 2010). Spesies nyamuk yang
ditemukan di Jawa Barat tidak hanya Anopheles spp, tetapi ada Anopheles
sundaicus, Anopheles maculatus, Anopheles aconitus, dan Anopheles
subpuctus.
Di Jawa Barat terdapat 5 kabupaten yang memiliki daerah endemis
malaria, yaitu Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut,
Kabupaten Cinjur, dan Kabupaten Sukabumi (Daman, 2005). Perkembangan
angka kesakitan penyakit malaria di Kabupaten Tasikmalaya pada periode
tahun 2000-an adalah naik-turun dan tertinggi ada di Kecamatan Cipatujah
yang berkologi pantai dan Cineam yang berekologi pegunungan dan
perkebunan, dimana kedua kecamatan tersebut merupakan tempat endemis
malaria di Kabupaten Tasimalaya. API (Annual paracite incidence) di
Kecamatan Cineam tahun 2000 adalah 1,710‰, naik menjadi 4,130‰ tahun
2001, naik lagi menjadi 6,584‰ tahun 2002 serta turun menjadi 6,603‰ pada
tahun 2003 (Hakim, 2010) dan API (Annual paracite incidence) pada tahun
2009 adalah 0,44‰, tahun 2010 adalah 0,18‰, tahun 2011 adalah 1,02‰,
tahun 2012 adalah 0,99‰, dan tahun 2013 adalah 0,81‰ (Susanna dkk,
2015).
Angka kejadian malaria disebabkan oleh tingginya mobilisasi penduduk ke
dan dari daerah endemis malaria luar Pulau Jawa seperti Papua, Nusa Tengga
Barat (NTB), Maluku, dan Kalimantan, keberadaan vektor, dan ekosistem
yang kondusif bagi tempat perkembang biakkannya. Tempat perkembang-
biakkan (breeding places) nyamuk Anopheles spp di wilayah Cineam terdiri
dari mata air, sungai, sawah dan kolam. Berdasarkan survei longitudinal
entomologi di Cineam pada bulan Januari sampai dengan Desember 2003,
ditemukan 6 spesies nyamuk yaitu An. aconitus, An. barbirostris, An.
maculatus, An. vagus, An. kochi, dan An. Anularis. Nyamuk paling dominan
adalah An. aconitus dengan kepadatan tertinggi pada Bulan Oktober 2003
(tertangkap 145 ekor) dan terendah pada Bulan Februari 2003 (tertangkap 8
ekor), pada Bulan Januari, Maret, April, Mei, dan Juni tidak ada nyamuk yang
tertangkap. Selain itu, hasil spot survey pada tahun 2013 di Desa Pasirmukti
dan Desa Cikondang diketahui terdapat jenis nyamuk vektor malaria, yaitu
Anopheles aconitus, An. barbirostris, An. vagus, An. anularis, dan An. ochi
(Susanna dkk, 2015).
Tingkat prevalensi malaria yang sangat rendah di Cineam (Low Case
Incidence) yaitu pada tahun 2009 dan 2010 (sebesar 0,44‰ dan 0,18‰ secara
berurutan) setelah dilakukan penanggulangan penyebaran malaria dalam
bentuk penyuluhan pada warga sejak KLB pada tahun 1998 (wicaksono,
2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit malaria dan vektor penularannya?
2. Apa faktor yang menyebabkan penyakit malaria di Kecamatan Cineam
Kabupaten Tasimalaya?
3. Bagaimana cara pengendalian vektor dan penyakit malaria di Puskesmas
Cineam Kabupaten Tasikmalaya?
4. Bagiamana cara pencegahan penyakit malaria di Puskesmas Cineam
Kabupaten Tasikmalaya?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang penyakit malaria dan vektor penularannya.
2. Untuk mengetahaui faktor penyebab dari penyakit malaria di Kecamatan
Cineam Kabupaten Tasikmalaya.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian vektor dan penyakit malaria di
Puskesmas Cineam Kabupaten Tasimalaya.
4. Untuk mengetahui pencegahan penyakit malaria yang dilakukan di
Puskesmas Cineam Kabupaten Tasikmalaya.

D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di bangku
perkuliahan ke dalam masyarakt dan juga menambah informasi dan
edukasi mengenai pengendalian vektor dan penyakit malaria di daerah
endemis yaitu lingkup kerja Puskesmas Cineam.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai gambaran terkait dengan penyelenggaran program
pengendalian vekor dan penyakit malaria di lingkungan masyarakat
Cineam dan sebagai salah satu dasar penentuan kebijakan yang akan
dibuat terkait dengan pelaporan kasus atau masyarakat yang akan pergi
ke daerah endemis setiap tahunnya.
3. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit malaria
dan bagaimana pencegannya serta dapat meningkatkan kesadaran mereka
terhadap potensi bahaya penularan malaria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyakit Malaria
1. Penyebab Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang bernama
Plasmodium yang ditularkan melalui perantara hisapan nyamuk Anopheles
sp. betina. Terdapat 5 macam spesies Plasmodium, yaitu P. falciparum, P.
vivax, P. ovale, P. malariae, dan P. knowlesi.
Pada saat nyamuk Anopheles sp. betina menghisap darah orang
yang sakit maka akan terbawa Plasmodium yang ada dalam darah.
Nyamuk yang telah menghisap darah orang yang sakit akan terinfeksi oleh
Plasmodium tersebut sehingga dalam tubuh nyamuk akan terjadi siklus
hidup parasit dan virus. Nyamuk yang telah terinfeksi bila menghisap
orang sehat maka parasit malaria akan masuk ke dalam darah manusia
sehingga menyebabkan manusia sehat menjadi sakit. Dalam tubuh
manusia terinfeksi akan terjadi siklus hidup parasit malaria untuk
memperbanyak diri (Munif, Amrul. 2009).

Gambar 1. Nyamuk Anopheles sp


2. Jenis Malaria
Berdasarkan parasit yang dapat menyebabkan malaria maka
penyakit malaria debedakan menjadi 5 jenis, yaitu (Kemenkes, 2014):
a. Malaria falsiparum
Disebabkan oleh P. falciparum. Gejala demam timbul intermiten
dan dapat kontinue. Jenis malaria ini paling sering menjadi malaria
berat yang menyebabkan kematian.
b. Malaria vivaks
Disebabkan oleh P. vivax. Gejala demam berulang dengan interval
bebas demam 2 hari. Telah ditemukan juga kasus malaria berat
yang disebabkan oleh P. vivax.
c. Malaria ovale
Disebabkan oleh P. ovale. Manifestasi klinis biasanya bersifat
ringan. Pola demam seperti pada malaria vivaks.
d. Malaria malariae
Disebabkan oleh P. malariae. Gejala demam berulang dengan
interval bebas demam 3 hari.
e. Malaria knowlesi
Disebabkan oleh P. knowlesi. Gejala demam menyerupai malaria
falciparum.
3. Determinan Epidemiologi Malaria
Menurut Widoyono (2011), malaria masih menjadi persolalan
kesehatan besar di daerah topis dan subtropis seperti Brazil, Asia
Tenggara dan sub –Sahara Afrika. Di Indonesia malaria hampir di
seluruh wilayah, dimana sebagian besar disebabakan oleh Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax. Sementara Plasmodium malariae
banyak ditemukan di Indonesia timur, dan Plasmodium ovale
ditemukan di Papua dan NTT. Resistensi obat menebabkan semakin
komplek pengobatakn dan penanggulangan malaria. Seorang
profesional harus mengetahuitahu dari mana seseorang penderita
berasal.
4. Faktor Risiko Penularan Malaria
Menurut Babba (2007) cara penularan penyakit malaria diabgi
menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
a. Secara alami
Malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. Nyamuk ini
jumlahnya kurang lebih dari 80 jenis dan 24 jenis yang menjadi
vektor penyebaran malaria di Indonesia

Menggigit
Anopheles sp Penderita
Malaria

Orang menjadi
Sakit malaria

Anopheles sp Anopheles sp
Mengigit Orang Mengandung
Sehat parasit

Gambar 2. Alur Penularan Malaria Secara Alamiah

b. Penularan yang tidak Alamiah

Malaria Bawaan (Congenital Malaria), terjadi pada bayi


yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria. Penularan
terjadi karena adanya kelainan sawar plasenta sehingga tidak ada
penghalang infeksi dari ibu kepada bayi melalui tali pusar.

Secara Mekanik, penularan terjadi melalui transfusi darah


atau jarum suntik. Penularana melalui jarum suntik banyak terjadi
pada para morfinis yang menggunakan jarum suntik yang tidak
steril lagi.

Secara oral (melalui mulut), cara penularan ini pernah


dibuktikan pada burung dara, ayam dan monyet. Namun pada
umumnya sumber infeksi malaria pada manusia yaitu manusia lain
yang sakit malaria dengan gejala maupun tanpa gejala kliniks.
5. Gejala Malaria
Gejala demam tergantung jenis malaria yang diidap oleh penderita.
Sifat demam akut (paroksismal) yang didahului oleh stadium dingin
(menggigil) diikuti demam tinggi kemudian berkeringat banyak.
Gejala klasik ini biasanya ditemukan pada penderita non imun (berasal
dari daerah non endemis). Selain gejala klasik diatas, dapat ditemukan
gejala lain seperti nyeri kepala, mual, muntah, diare, pegal-pegal, dan
nyeri otot. Gejala tersebut biasanya terdapat pada orang-orang yang
tinggal di daerah endemis (imun) (Kemenkes, 2104).
Masa inkubasi malaria adalah rentang waktu antara saat sporozoit
masuk tubuh manusia sampai menimbulkan gejala klinis yang ditandai
dengan demam. P. falciparum memiliki masa inkubasi rata-rata 12 hari
(9-14 hari), P. vivax memiliki masa inkubasi rata-rata 15 hari (12-17
hari), P. ovale masa inkubasi rata-rata 17 hari (16-18 hari), P.
malariae masa inkubasi rata-rata 28 hari (18-40 hari), dan P. knowlesi
masa inkubasi rata-rata 11 hari (10-12 hari) (Susanna dkk, 2015).
6. Bahaya Malaria
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018),
Bahaya yang bisa timbul akibat dari penyakit malaria, yaitu antara lain:
a. Jika tidak ditangani segera dapat menjadi malaria berat yang
menyebabkan kematian.
b. Malaria dapat menyebabkan anemia yang mengakibatkan
penurunan kualitas sumber daya manusia.
c. Malaria pada wanita hamil jika tidak diobati dapat menyebabkan
keguguran, lahir kurang bulan (prematur) dan berat badan lahir
rendah (BBLR) serta lahir mati.
7. Pengobatan dan Pencegahan Malaria
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2018), Upaya
pencegahan malaria adalah dengan meningkatkan kewaspadaan
terhadap risiko malaria, mencegah gigitan nyamuk, pengendalian
vektor dan kemoprofilaksis. Pencegahan gigitan nyamuk dapat
dilakukan dengan menggunakan kelambu berinsektisida, repelen,
kawat kasa nyamuk dan lain-lain. Obat yang digunakan untuk
kemoprofilaksis adalah doksisiklin dengan dosis 100mg/hari. Obat ini
diberikan 1-2 hari sebelum bepergian, selama berada di daerah tersebut
sampai 4 minggu setelah kembali. Tidak boleh diberikan pada ibu
hamil dan anak dibawah umur 8 tahun dan tidak boleh diberikan lebih
dari 6 bulan.
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian
ACT (Artemisinin Based Combination Therapy). Pemberian kombinasi
ini untuk meningkatkan efektifitas dan mencegah resistensi. Malaria
tanpa komplikasi diobati dengan pemberian ACT (Artemisinin Based
Combination Therapy) secara oral. Malaria berat diobati dengan
injeksi Artesunat dilanjutkan dengan ACT (Artemisinin Based
Combination Therapy) oral. Disamping itu diberikan primakuin
sebagai gametosidal dan hipnozoidal. ACT (Artemisinin Based
Combination Therapy) yang dipakai adalah Dihidroartemisinin-
Piperakuin (DHP).

B. Vektor Nyamuk Anopheles sp.


1. Klasifikasi Nyamuk Anopheles sp.
Klasifikasi nyamuk Anopheles sp. adalah sebagai berikut (Borror,
1992):
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Subfamili : Anophelini
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles sp.
2. Siklus Hidup Nyamuk dan Plasmodium
Kelangsungan hidup parasit malaria memerlukan dua macam
siklus kehidupan yaitu siklus dalam tubuh manusia dan siklus dalam
tubuh nyamuk.
a. Siklus aseksual dalam tubuh manusia
Siklus dalam tubuh manusia juga disebut siklus aseksual, dan
siklus ini terdiri dari :
1) Siklus di luar sel darah merah
Siklus di luar sel darah merah berlangsung dalam hati. Pada P.
vivax dan P. ovale ada yang ditemukan dalam bentuk laten di dalam
sel hati yang disebut hipnosoit. Hipnosoit merupakan suatu fase dari
siklus hidup parasit yang nantinya dapat menyebabkan kambuh atau
rekurensi (long term relapse). P. vivax dapat kambuh berkali-kali
bahkan sampai jangka waktu 3–4 tahun. Sedangkan untuk P. ovale
dapat kambuh sampai bertahun-tahun apabila pengobatannya tidak
dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit
yang masuk ke eritrosit (fase eritrositer).

Gambar 3. Siklus di luar Sel Darah Merah


2) Fase dalam sel darah merah

Fase hidup dalam sel darah merah/eritrositer terbagi dalam :


a) Fase sisogoni yang menimbulkan demam
Fase gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber
penularan penyakit bagi nyamuk vektor malaria. Kambuh pada
Plasmodium falciparum disebut rekrudensi (short term relapse),
karena siklus didalam sel darah merah masih berlangsung
sebagai akibat pengobatan yang tidak teratur. Merozoit sebagian
besar masuk ke eritrosit dan sebagian kecil siap untuk diisap
oleh nyamuk vektor malaria. Setelah masuk tubuh nyamuk
vektor malaria, mengalami siklus sporogoni karena
menghasilkan sporozoit yaitu bentuk parasit yang sudah siap
untuk ditularkan kepada manusia (Depkes RI, 2003 Dalam
Arsin, 2012)
b) Siklus seksual dalam tubuh nyamuk
Fase seksual ini biasa juga disebut fase sporogoni karena
menghasilkan sporozoit, yaitu bentuk parasit yang sudah siap
untuk ditularkan oleh nyamuk kepada manusia.
Lama dan masa berlangsungnya fase ini disebut masa
inkubasi ekstrinsik, yang sangat dipengaruhi oleh suhu dan
kelembaban udara. Prinsip pengendalian malaria, antara lain
didasarkan pada fase ini yaitu dengan mengusahakan umur
nyamuk agar lebih pendek dari masa inkubasi ekstrinsik,
sehingga fase sporogoni tidak dapat berlangsung.
Dengan demikian rantai penularan akan terputus
(Achmad, 2005 Dalam Arsin 2012). Fase-fase yang
berlangsung dalam siklus hidup nyamuk dalam badan manusia
dan dalam tubuh nyamuk adalah sebagai berikut:

(1) Fase 1: Fase Sporozoit

Pada saat nyamuk menggigit manusia, bersamaan dengan


air liur nyamuk, masuk sporozoit yaitu bentuk infektif
Plasmodium ke dalam darah manusia. Jumlah sporozoit
dalam kelenjar liur nyamuk ratusan sampai ribuan. Sporozoit
berada dalam darah hanya 30 menit kemudian masuk ke
dalam hati dan menjalani fase eksoerirositer.

(2) Fase II: Fase Eksoeritrosite

Sporozoit menjalani fase sisogoni yang mrnghasilkan


merozoit eksoeritrositer. Sebagian dari merozoit masuk ke
dalam sel darah merah dan sebagian lagi tetap dalam sel hati
dan disebut hipnosoit untuk Plasmodium vivax dan
Plasmodium ovale.

(3) Fase III: Terjadinya Hipnosoit

WHO pada tahun 1981 meragukan adanya siklus


eritrositer sekunder dalam jaringan hati, dikatakan bahawa
relapse pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale
disebabkan oleh bentuk jaringan yang dapat bertahan lama
dalam sel hati.

(4) Fase IV: Fase Eritrositer

Fase Eritrositer ini terbagi menjadi tiga yaitu tropozoit


darah, sizon dan merozoit yang meliputi:

(a) Tropozoit darah

Merozoit yang berasal dari sel hati yang telah pecah


dan masuk ke dalam sel darah merah, tropozoit ini
lambat laun membesar dan gerakannya banyak. Jika
besarnya sudah mencapai separuh sel darah merah
gerakannya akan berkurang. Selanjutnya intinya
membelah menjadi dua, empat dan seterusnya. Setelah
terjadi pembentukan itu tropozoit berubah menjadi sizon.
(b) Sizon

Sizon bertambah besar, demikian juga intinya


hingga sebagian mengisi sel darah merah dan disebut
sizon dewasa. Bagian-bagian dari inti bertambah jelas
dan dikelilingi oleh plasma. Akhirnya sel darah merah
pecah dan bagian-bagian dari sizon tadi berada dalam
plasma darah. Tiap bagian ini disebut merozoit.

(c) Merozoit

Merozoit akan menyerang lagi sel darah merah lain


dan mengulangi fase sisogoni. Setelah beberapa generasi,
maka sebagian dari merozoit tidak masuk ke dalam fase
sisogoni tetapi mengalami fase gametogoni yaitu fase
untuk pembentukan sel kelamin jantan dan betina.

(5) Fase V: Fase Gametogoni

Hasil dari fase gametogoni adalah mikrogametozit dan


makrogametozit. Gametozit pada infeksi Plasmodium vivax
timbul pada hari ke 2-3 sesudah parasitemia.

Gambar 4. Nyamuk Siklus dalam Tubuh Nyamuk


Pada Plasmodium falciparum setelah delapan hari dan
pada Plasmodium malariae beberapa bulan kemudian. Pada
relapse, gametozit timbul lebih cepat bila tidak disertai
demam. Apabila darah manusia dihisap oleh nyamuk, semua
bentuk parasit malaria seperti tropozoit, sizon dan gametozit
akan masuk ke dalam lambung nyamuk. Tropozoit dan sizon
akan hancur sedangkan gametosit akan meneruskan siklus
sporogoni.
c) Fase Siklus Sporogoni

Mikrogametosit dan makrogametosit berubah menjadi


mikrogamet dan makrogamet sebelum terjadi siklus sporogoni.
Makrogamet terbentuk setelah makrogametosit melepaskan
sebutir kromatin. Mikrogamet akan memasuki badan
makrogamet untuk menjadi satu dalam proses yang disebut
pembuahan. Makrogamet yang telah dibuahi ini disebut zigot.

(1) Zigot

Dalam beberapa jam zigot bertambah bentuk menjadi


lonjong dan bergerak yang disebut ookinet.

(2) Ookinet

Ookinet berenang kian kemari dan akhirnya menuju


dinding lambung nyamuk dan masuk diantara sel-sel epitel.

(3) Ookista

Dalam ookista terlihat titik yang banyak sekali


jumlahnya yang merupakan hasil dari pembelahan. Apabila
sudah tua ookista pecah dan keluarlah sporozoit yang masuk
ke dalam cairan rongga tubuh nyamuk sambil berenang kian
kemari. Akhirnya sporozoit ini masuk ke dalam kelenjar liur
nyamuk siap untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia.
3. Perilaku Nyamuk Anopheles sp.
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, dkk (2016), ada 7
tempat perindukan nyamuk ahopheles yaitu kolam bekas ikan, lagoon,
rawa-rawa, kabungan kerbau, tambak, sawah dan sungai. Siklus yang
dilakukan nyamuk anopheles berawal dari terus yang keluarakan dari
nyamuk betina, dimana nyamuk betina dewasa meletakan telur sebanyak
50-200 butir telur sekali bertelur.
Telur ini diletakan didalam air dan mengapung di tepi air. Telur
tersebut akan menetas dalam 2-3 hari kemudian akan menjadi larva. Pada
masa larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk
mencari makan. Sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum
mempunyai kaki. Larva tidak mepunyai saluran pernafasan dan untuk
bernafas posisibadan mereka sendiri sejajar dipermukaan air.
Larva bernafa dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu
harus berada dipermukaan. Kebanyakan larva memerlukan makan berupa
alga, bakteri dan mikroorganisme lainnnya di permukaan . mereka hanya
menyelam dibawah permukaan saja saat mereka tergangu. Larva berenang
tiap tersentak pada seluruh badan atau bergerak terus dengan mulut.
Larva berkembang melalui 4 tahap atau stadium, setelah larva
mengalami metamorfosisi menjadi kepompong. Disetiap akhir stadium
larva berganti kulit, larva mengeluarakan exokelelton atau kulit
keprmukaan lebih lanjut. Selanjutnya yaitu pada masa kepompong ,
terdapat diair dan tidam memerlukan makanan tetapi memerlukan udara.
Pada kepompong belum ada perbedaan antara jantan dan betina.
Kepompong menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada
umumnya jantan lebih dahulu menetas daripada nyamuk betina. Lamanya
dari telur berubah menjadi nyamuk dewasa bervariasi tergantung
spesiesnya dan di pengaruhi oleh panasnya suhu. Naymuk bisa
berkemabng biaskdari telur ke nyamuk dewasa paling sedikit
membutuhkan waktu 10-14 hari.
Pada tahap akhir adalah nyamuk dewasa, semua nyamuk
anopheles dewasa memiliki tubuh yang kecil dengan bagian kepala, torak
dan abdomen. Kepala nyamuk berfungsi untuk meperoleh informasidan
untuk makan. Pada kepala terdapat mata dan sepasang antena. Antena
nyamuk sangat penting untuk mendeteksi bau host daritempat perindukan
dimana nyamuk betina meletkana telurnya (Arsin, 2012).
C. Pengendalian Vektor dan Penyakit Malaria
Menurut Babba (2007) Program-progrma yang pernah dilakukan oleh
pemrintahan indonesia untuk penagulangan penyakit malaria :
a. Priode sampai tahun 1952
Pada tahun 1919 dimulai kegiatan anti larva dan penyehatan lingkungan.
Pada tahun 2924 didirkikan Biro Malaria Pusat yang merupakan bagian
dari teknik penyehatan dengan kegiatan utama dibidang irigasi dan
drainage untuk menghilankgna tempat perindukan nyamuk. Pada priode
ini insektisida belum dipergunakan, mesikupna pada tahun 1946 telah
diadakan suatu percobaan penyemprotan DT dari udara yang ketika
dinilai pada tahun 1947 hailnya memuaskan. Oabt yang digunakan hanya
KINA untuk menekan wabah.
b. Priode 1952-1958
Pada tahun 1952 pemerintah indonesia telah mulai melakukan
pembrantasan malaria dengan menggunqkan DDT dan Dieldri di jawa dan
beberapa daerah luar jawa secara terbatas di daerah limpangnya melebihi
50%. Tindkaan ini diikuti dengan pendirian institut malaria. Pada tahun
1955 Intitusi malaria diperkuat dan penyemprotan DDT diperluas
sehingga pada tahun 1958 sudah 18 juta penduduk yang dilindungi.
Terguguah dengan turunya parasist Rate di Yogyakarta dari 24,4%
menjadi 6.2% antara tahun 1954 dan 1958 dimulailah suatu progrma
pembasian pada tanggal 12 November 1959, tanggali ini kemudian
ditetapkan sebagai hari kesehtan nasional.
c. Periode 1959-1968
Mulai tahun 1059 dengan bantuan WHO dan USAID diselengarakan
program pembasmian/ eradikasi yang disebut KOPEM (komando Operasi
Pembasmi Malaria) yang bersifat vertikal. Pada tahun ini juga dibentuk
Dinas pembasmi malaria dimana institusi malaria diintegrasikan
kedalamnya. Bersamaan dengan pusat latihan malaria didirikan di Cciloto
dan pusat latihan lapangan luar jawa. Muali pada tahun 1966 progrma
mengalami kemunduran oleh karena beberpa hal yaitu pristiwa G30
S/PKI, bantuan USAID dihentikan, biaya yang disediakan pemerintah
kurang. Pada tahun 1968 KOPEM tidak lagi melaksanakan program
pembasmian melainkan pemberantasan.
d. Priode 1969 smapai sekarang
Kejaksaan Departemen Kesehtan adalah mengintegrasikan secara bertahap
kegiatan-kegiatan pemebrantasan malaria ke dalam sistem pelayanan
kesehtan. Sampai tahun 1983 banyak kegiatan yang telah dilaksanakan
melalui puskesmas atau puskesmas pembantu dnegan upaya rujikan seperti
rumah sakit, balai laboratorium kesehatan dan lain-lain. Beberpa kegiatan
yang memerlukan tindkaan khusus antara lain penyemprotan rumah,
pengobatan massal dan penaggulangan wabah masih dilaksankan oleh tim
khusus diabwag koordinasi kabupaten/ provinsi atau pusat dengan
mengikutsertkana puskesmas yang bersangkutan sejak dariperencanaan.
BAB III
GAMBARAN UMUM

A. Geografi
Puskesmas Cineam berada di wilayah Kecamatan Cineam yang
termasuk ke Kabupaten Tasikmalaya, dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : sungai Cilembang yang membatasi dengan
wilayah Kecamatan Manonjaya dan Sungai Citanduy yang membatasi
dengan wilayah Kabupaten Ciamis.
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis.
3. Sebelah Timur : Kecamatan Cimaragas dan Kecamatan Karangjaya.
4. Sebelah Barat : Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya.
Jarak ke ibu kota kabupaten : +- 45 kilometer sedangkan jarak desa
terjauh: +- 14 kilometer. Luas wilayah: 7770,2 Ha, terdiri dari:
Tanah Darat: 7068,912 Ha
Pesawahan: 701,288 Ha
Terdapat jumlah desa yakni 10 desa terbagi pada 60 kedusunan dengan
310 RT serta sejumlah RW/RK: 77 RW/RK.

B. Demografi
1. Jumlah penduduk
a. Proyeksi : 35.835 orang
1) Laki-laki : 17.175 orang
2) Perempuan: 18.660 orang
b. Riil : 33.655 orang
1) Laki-laki: 16.856 orang
2) Perempuan: 16.799 orang
c. Jumlah KK : 12.220 orang
d. Jumlah KK Miskin : 7.995 KK (terdaftar)
e. Jumlah Jiwa Miskin: 13.455 orang (terdaftar per Desember 2017)
2. Pendidikan Masyarakat
Masyarakat Kecamatan Cineam rata-rata berpendidikan terakhir
hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).
3. Pekerjaan Masyarakat
Masyarakat Kecamatan Cineam rata-rata bekerja sebagai petani
dan juga buruh tambang di luar kota.

C. Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Yankesmas) Tahun 2012

1. Perkesmas
Kegiatan program perawatan kesehatan masyarakat meliputi
pembinaan keluarga rawan, tindak lanjut perawatan ,pembinaan bumil risti
dan balita risti.
2. Kesehatan Gigi dan Mulut
Terdiri dari Pelayanan rawat jalan, tindakan pencabutan dan
penambalan, kegiatan UKGS, UKGMD, penyuluhan dll.
3. Laboratorium
Labolatorium puskesmas Cineam masih tergolong kepada
labolatorium sederhana mengingat sarana prasarana yang tersedia masih
terbatas, termasuk sumber daya manusia yang ada masih berstatus suka
relawan.
4. Program akesehatan Mata
Lebih focus terhadap pencarian dan penemuan kasus katarak tetapi
bukan berarti mengesampingkan penyakit mata yang lain nya.
5. Promosi Kesehatan
Bertujuan untuk meningkankan derajat kesehatan warga di wilayah
kerja puskesmas seperti penyuluhan pada msayarakat di posyandu dan
pobindu.
6. Balai Pengobatan (BP)
Selama tahun 2012 keadaan pasien yang dilayani di puskesmas
Cineam sebanyak 11.206 kasus.
7. Kesehatan Lingkungan
Meliputi pengawasan kualitas air dan lingkungan, penyehatan
lingkungan pemukiman, penyehatan makanan dan minuman dan
penyehatan tempat-tempat umum dan indistri.
8. Program Penunjang
Pengembangan tentang managemen terpadu balita sakit (MTBS)
seperti imunisasi, pemberian vit A, ASI eklusif dll. Pengambangan melalui
pendekatan management terpadu bayi muda (MTBM) yaitu pencegahan
kematian balita karena pneumonia, diare, malaria, campak, dll.
9. Program Jamkesmas

D. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Tahun 2012

1. Surveilans Epidemiologi (SE)


2. P2 Diare
Kegiatan perbaikan lingkungan , perubahan perilaku masyarakat
dan peningkatan pelayan kesehatan dapat menurunkan angka kejadian atau
kasus diare dan selanjutnya dapat menekan angka kematian akibat diare.
3. TB Paru
Jumlah suspek TB paru di puskesmas Cineam sebanyak 88 orang.
4. P2 ISPA
Tujuan utamanya untuk menurunkan angka kematian akibat
pneumonia pada bayi dan anak balita.
5. P2 Malaria
Kecamatan Cineam merupakan salah satu daerah reseptif penyebaran
penyakit malaria yang mempunyai angka kesakitan cukup tinggi, pada
tahun 2012 sebanyak 33 kasus.
6. DBD
Wilayah kecamatan Cineam tidak termasuk daerah endemis
demam berdarah dengue namun setiap tahun masih ditemukan kasus
walaupun merupakan kasus import , pada tahun 2012 ditemukan 22 kasus.
7. Imunisasi
Pada tahun 2012 departemen kesehatan RI bekerja sama dengan
Millennium Challeng Corporation Indonesia / Imunization Project
(MCCI/IP). Artinya imunisasi merupakan salah satu program yang dalam
pelaksanaan nya didukung dengan dana stimulant dari luar negeri.
Berikut merupakan data dasar program malaria di Puskesmas
Cineam pada tahun 2019:

Daerah Endemis/ Jumlah Jumlah


No %
Nama Desa Penduduk Kasus
1 Cineam 4.624
2 Rajadatu 4.682
3 Cijulang 4.276 1 0,23
4 Cikondang 3.422
5 Cisarua 2.732
6 Ciampanan 4.356
7 Ancol 2.295
8 Pasirmukti 2.588 1 0,39
9 Nagaratengah 1.440
10 Madiasari 3.671 1 0,27
Jumlah 34.086 2 0,09

Tabel 1. Data Dasar Program Malaria Di Puskesmas Cineam 2019

Dari tabel di atas, terdapat 3 kasus malaria di wilayah kerja


Puskesmas Cineam dari jumlah penduduk sebanyak 34.086 orang.

Pekerjaa Kasus Asal kasus Pengo


No Nama Umur Spesies
n import import batan
Desa
Lantung;
Buruh Kec.Langan
1 Epul 33 Pv Import OAM
tambang ; Kan/Kota.
Sumbawa;
Prov.NTB
Buruh
2 Irwan 32 Pv Import Jambi OAM
tambang
3 Iwan 43 Pf Buruh Import Desa OAM
Andri tambang Benete;
Kec. Maluk;
Kab/Kota
Sumbawa;
Prov. NTB
Tabel 2. Laporan Kasus Malaria Di Puskesmas Cineam Tahun 2019

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengendalian Peyakit dan Vektor Malaria di Cineam


1. Penemuan Penderita
Melalui pengumpulan Sediaan Darah dengan metode pengumpulan
aktif maupun pasif.
Melalui formulir Penyelidikan Kasus Malaria, lalu dengan
Formulir Survei Kontak, Formulir Pengamatan Faktor Risiko Lingkungan,
dan Formulir Penyelidikan Faktor Risiko Perilaku dengan mendatangi
rumah penderita satu persatu.
Upaya deteksi dini dan pengobatan tepat waktu danefektif dapat
mengendalikan parasit Plasmodiumsedemikian rupa sehingga parasit tidak
sempatmelakukan siklus infektif untuk penularan malariadanpenderita
tidak lagi menjadi sumber penularan.

Jumlah Sediaan Darah Dikumpulkan TOT


Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des
No Desa

1 Cineam 9 17 0 0 1 0 0 0 0 2 29 2 60
2 Rajadatu 5 19 0 0 0 0 0 0 0 0 28 0 52
3 Cijulang 6 19 0 0 27 0 1 2 1 0 29 0 79
4 Cikondang 2 11 0 1 1 0 1 0 1 0 30 0 47
5 Cisarua 2 17 0 3 0 0 1 1 0 1 34 1 60
6 Campanan 2 14 0 0 20 0 1 0 0 0 34 0 69
7 Ancol 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 25
8 Pasirmukti 1 14 29 4 2 2 0 38 18 2 24 4 138
9 Nagaratengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
10 Madiasari 3 19 1 1 0 0 0 1 1 0 26 1 53
11 Luar Wilayah 1 2 1 0 0 0 0 1 4 2 3 0 14
Jumlah 25 145 31 9 49 0 4 43 25 7 255 8 603
Tabel 4. Hasil Pengumpulan Sediaan Darah Pada Tahun 2018

2. Pengobatan
Diberikan kepada penderita yang postif malaria (Radikal
Treatment) dan diberikan kepada masyarakat yang akan berangkat atau
pulang dari atau ke daerah endemis malaria (Profilaksis). Obat Anti
Malaria (OAM) kombinasi yang terdirii dari di-hydroartemisinindan
piperakuin serta primakuin untuk penderita positif malaria, sedangkan
untuk para pekerja yang migrasi tinggi ke daerah endemis diberikan
Profilaksis (Doxycycline).
Profilaksis diberikan ketika 1 minggu sebelum keberangkatan ke
daerah endemis dengan 1 butir perhari selama 30 hari.
Untuk penderita positif malaria dosis diberikan sesuai dengan jenis
malaria apakah P.falciparum atau P.vivaxatau campuran (falci-
parum+vivax)

Jenis Pengobatan Jumlah Obat


Klinis Radikal Propila Obat Prima Doxycyc
No Desa ksis Anti kuin line Ket
Malaria
(OAM)
1 Cineam 0 2 3 18 16
2 Rajadatu 0 0 0 0 0
3 Cijulang 0 0 0 0 0
Cikondang 0 0 21 0 0
4 Cisarua 0 1 28 9 14
5 Ciampanan 0 0 0 0 0
6 Ancol 0 0 0 0 0
7 Pasirmukti 0 3 127 27 42
8 Nagaratengah 0 0 0 0 0
9 Madiasari 0 0 12 0 0
10 Luar Wilayah 0 3 23 27 42
Jumlah 0 9 217 72 114 63100
Tabel 5. Data Pemberian Obat Per Desa Tahun 2018
3. Survey Longitudinal
Terkahir dilaksanakan pada tahun 2006 selama 12 bulan di Desa
Pasirmukti ditemukan spesies nyamuk yang tertangkap adalah An.
Aconitus, An. barbirostris, An. fagus, An. anularis, An. maculatus, dan An.
kochi.
Nyamuk yang paling banyak kontak dengan manusia adalah An.
barbirostris, tetapi berdasarkan informasi dari Litbangkes Jawa Barat
bahwa belum ada perubahan genesis nyamuk An. barbirostris di Jawa
Barat menjadi vektor penular malaria.
4. Mass Fever Survey (MFS)
Berdasarkan Laporan Tahunan Program P2 Malaria Puskesmas
Cineam Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016-2018. Survey ini
dilaksanakan 3 tahun berturut-turut yang beralokasi di Desa Pasirmukti,
kegiatan ini ditujukan ke seluruh penduduk yang mempunyai gejala
demam atau pasien yang datang ke Puskesmas dan mempunyai gejala
demam, kegiatan ini bertujuan untuk menemukan dan mengobati dini
orang yang terjangkit malaria, baik dengan gejala klinis maupun tanpa
gejala klinis, sehingga diharapkan penularan akan berhenti. Hasil survey
MFS menunjukkan tidak ditemukan kasus yang positif malaria.
Sementara dari hasil wawancara dengan pemegang program
malaria, pihaknya menyebutkan bahwa Puskesmas Cineam lebih terfokus
melakukan passive case finding yang mana petugas akan melakukan
pemeriksaan rapid diagnostic test (RDT) pada pasien yang datang ke
Puskesmas dan menujukkan gejala malaria seperti demam, alasan
dilakukannya pemeriksaan menggunakan RDT karena hasil pemeriksaan
malaria menggunakan RDT hanya membutuhkan waktu kurang lebih 15
menit untuk mengetahui hasil akhirnya. Hal ini merupakan cara efektif
yang dapat dilakukan ketika terdapat pasien yang menujukkan gejala
malaria, baru kemudian jika terdapat hasil yang positif dari pasien
tersebut, selanjutnya dilakukan tes mikroskopik dengan menggunakan
slide kaca agar dapat mengetahui informasi tentang ada tidaknya parasit
malaria, menentukan spesiesnya, stadium plasmodium, dan kepadatan
parasitemia. Densitas parasit dapat membantu dalam menentukan
prognosis, dan pemeriksaan berkelanjutan dapat membantu dalam
menentukan respon parasit terhadap terapi.
Jumlah kasus positif malaria tahun 2016 berdasarkan spesies kasus
dan origin kasus di Desa yang ada di Kecamatan Cineam

No. Desa Jumla Jumlah Kasus Positif Ket


h Spesies Kasus Origin Kasus
Kasus
F V MIX IND IMP R
Positif

1. Cineam 2 - 2 - - 1 1

2. Rajadatu 1 - 1 - - - 1

3. Cijulang 1 - 1 - - - 1

4. Cikondang 2 - 2 - - 1 1

5. Cisarua 1 - 1 - - 1 -

6. Ciampanan 0 - 0 - - - -

7. Ancol 0 - 0 - - - -

8. Pasirmukti 6 - 6 - - 4 2

9. Nagaratengah 1 - 1 - - 1 -

10. Madiasari 1 - 1 - - 1 -

11. Luar Wilayah 5 - 5 - - 4 1

Jumlah 20 0 20 - - 13 7

Tabel 6. Data kasus positif malaria tahun 2016

Jumlah kasus positif malaria tahun 2017 berdasarkan spesies kasus


dan origin kasus di Desa yang ada di Kecamatan Cineam

No. Desa Jumlah Jumlah Kasus Positif Ket


Kasus
Positif Spesies Kasus Origin Kasus

F V MIX IND IMP R

1. Cineam - - - - - 1 -

2. Rajadatu - - - - - - -

3. Cijulang 2 - 2 - - - 2

4. Cikondang - - - - - - -

5. Cisarua 1 - 1 - - - 1

6. Ciampanan - - - - - - -

7. Ancol - - - - - - -

8. Pasirmukti 1 - 1 - - - 1

9. Nagaratengah - - - - - - -

10. Madiasari 1 - 1 - - - 1

11. Luar Wilayah 5 - 4 1 - 5 -

Jumlah 10 0 9 1 0 5 5

Tabel 6. Data kasus positif malaria tahun 2017

5. Spot Survey
Tempat perindukan yang potensial untuk berkembangbiak nyamuk
Anopheles sp, ditemukan di persawahan, kolam-kolam yang kurang
terurus, mata air yang airnya mengalir lambat yang hampir ditemukan di
seluruh desa, semak, kebun, hutan, dan tegalan.
Dalam kurun waktu 2016-2018 spot survey hanya dilakukan pada
tahun 2017 dan 2018, menurut keterangan dari pemegang program
malaria, menyebutkan bahwa alasan di tahun 2016 tidak dilakukan spot
survey karena tidak terealisasinya dana / biaya. Oleh karena itu, untuk
menentukan jenis dan spesies nyamuk hanya dilihat dari jenis / spesies
nyamuk yang di tangkap dari kegiatan spot survey tahun sebelumnya yaitu
An. Aconitus, An. Barbirostris, An. Fagus, An. Anularis, An. Maculatus
dan An. Kochi.
Adapun spot survey yang dilaksanakan pada tahun 2017 dan 2018
yakni beralokasi di Desa Pasirmukti, karena lokasi antar rumah warga
yang berdekatan dan saling tumpuk, serta jarak dekat dengan potensial
keberadaan vektor malaria. Berdasarkan hasil survey tersebut jenis /
spesies nyamuk yang tertangkap sama seperti tahun 2015 yaitu An.
Aconitus, An. Barbirostris, An. Fagus, An. Anularis, An. Maculatus dan
An. Kochi. Keberadaan breeding place vektor malaria di Kecamatan
Cineam tidak paten, mengingat kondisi geografis Cineam yang berada di
daerah pegunungan.
Sementara hasil pengamatan terhadap tempat-tempat perindukan
yang potensial untuk berkembangbiak nyamuk anopheles (Breeding
Place), beberapa ditemukan di daerah persawahan. Hal ini dibuktikan
dengan keberadaan persawahan yang cukup banyak di Kecamatan Cineam
khususnya di Desa Pasirmukti. Selain itu, mata pencaharian masyarakat di
Cineam yang mayoritas adalah petani dan penambang emas juga semakin
memperkuat risiko penyebaran vektor penyebab malaria di desa ini.
Perilaku dari nyamuk anopheles yang berpotensi menjadi vektor
penyebab penyakit malaria adalah berkembangbiak di air yang kotor,
sawah merupakan tempat yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk
anopheles. Selain itu bentuk tubuh kecil dan pendek, dengan sayap
panjang dan simetris, serta kaki yang panjang membuat jarak terbang
nyamuk ini cukup jauh dibandingkan dengan jenis nyamuk lainnya,
anopheles dapat terbang hingga 1 KM jauhnya. Maka dari itu meskipun
tempat perkembangbiakan nyamuk ini di daerah sawah, akan tetapi
nyamuk anopheles betina akan terbang ke pemukiman warga untuk
menghisap darah guna mematangkan telurnya. Upaya pengendalian
breeding place yang telah dilakukan yaitu dengan cara penanaman padi
secara serentak, agar meminimalisir adanya genangan air di area
persawahan yang dapat dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk
anopheles.
Hasil analisis spasial terhadap titik TPN menunjukkan gambaran
bahwa TPN tersebar di seluruh wilayah dan memiliki kedekatan terhadap
kasus kasus malaria di Kecamatan Cineam. Akan tetapi, meski TPN
berada disekitar kasus yang memiliki potensi sebagai sumberpenularan,
tidak terjadi penularan secara horizontalkepada penduduk sekelilingnya.

No Desa Jml Jml SD Spesies (+) Jml SD Spesies (+)


Penduduk MFS Bumil
F V Mix F V Mix
1 Cineam 4.464 0 0 0 0 41 0 0 0
2 Rajadatu 4.808 0 0 0 0 47 0 0 0
3 Cijulang 4.098 0 0 0 0 47 0 0 0
4 Cikondang 3.645 0 0 0 0 35 0 0 0
5 Cisarua 2.630 0 0 0 0 41 0 0 0
6 Ciampanan 4.333 0 0 0 0 41 0 0 0
7 Ancol 2.160 0 0 0 0 25 0 0 0
8 Pasirmukti 2.513 37 0 0 0 24 0 0 0
9 Nagaratengah 1.486 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Madiasari 3.517 0 0 0 0 39 0 0 0
11 Luar Wilayah - - - - - - - - -
Jumlah 33.655 37 0 0 0 146 0 0 0
Tabel 6. Hasil Kegiatan MFS dan Bumil Tahun 2018

6. Pemeriksaan Sediaan Darah Untuk Ibu Hamil dan Anak Usia < 1 tahun
Pemeriksaan Sediaan Darah pada tahun 2018 melalui metode ACD
dan PCD sebanyak 603 slide dan slide yang positif sebanyak 9 slide (rata-
rata SPR 1,49%).

No Desa Jumlah Sediaan Darah


ACD PCD Lain- TOT
Bumil MFS JML Lain
1 Cineam 41 - 41 19 - 60
2 Rajadatu 47 - 47 5 - 52
3 Cijulang 47 - 47 32 - 79
4 Cikondang 35 - 35 12 - 47
5 Cisarua 41 - 41 19 - 60
6 Ciampanan 41 - 41 28 - 69
7 Ancol 25 - 25 0 - 25
8 Pasirmukti 24 37 61 77 - 138
9 Nagaratengah 6 -- 6 0 - 6
10 Madiasari 39 - 39 14 - 53
11 Luar Wilayah 0 - 0 14 - 14
Jumlah 346 37 383 220 - 603
Tabel 7. Hasil Pengumpulan Sediaan Darah Dilihat Dari Asal
Pengambilannya Tahun 2018
7. Larvacidice
Upaya ini tidak dilakukan karena breeding place nyamuk yang
tidak menentu di satu tempat, dan kondisi geografis cineam sebagai daerah
pegunungan juga menjadi salah satu faktor kurang efektifnya dilakukan
upaya larvacidice.
8. Metode Indoor Residual Spraying Penyemprotan Rumah
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemegang program malaria
Puskesmas Cineam, pihaknya menyebutkan bahwa upaya untuk
mengendalikan vektor penyebab malaria juga dilakukan pada rumah-
rumah warga khususnya daerah yang memiliki risiko tinggi keberadaan
vektor malaria. Penyemprotan dilakukan pada tiga jenis permukaan yang
disemprot diantaranya adalah kayu, tembok dan bambu. Hal ini
dilakukan karena memang masih banyak rumah warga di Kecamatan
Cineam yang masih menggunakan kayu dan tembok sebagai tiang atau
penyangga. Penyemprotan ini dilakukan ketika terdapat kasus malaria di
daerah cineam, terutama di daerah endemis.
Stratifikasi endemisitas wilayah Kecamatan Cineam pada tahun
2016 termasuk Low Case Insiden (LCI) dengan Annual Paracite Insiden
(API) 0,586 %o, sedangkan endemisitas masing-masing desa bervariasi
(HCI 0 desa, MCI 1 desa, LCI 7 desa, dan non kasus 2 desa).

Untuk lebih jelasnya stratifikasi desa dapat dilihat pada tabel


berikut:
No. Desa Jumlah Jumlah API Stratifikasi
Penduduk Kasus (%o)
(+)

1. Cineam 4.518 2 0,4443 LCI

2. Rajadatu 4.838 1 0,207 LCI

3. Cijulang 4.210 1 0,238 LCI

4. Cikondang 3.590 2 0,557 LCI

5. Cisarua 2.636 1 0,379 LCI

6. Ciampanan 4.470 0 0. Non Kasus

7. Ancol 2.136 0 0. Non Kasus

8. Pasirmukti 2.654 6 2,268 MCI

9. Nagaratengah 1.528 1 0,654 LCI

10. Madiasari 3.565 1 0,281 LCI

11. Luar Wilayah - 5 - -

Jumlah 34.145 20 0,586 LCI

Stratifikasi endemisitas wilayah Kecamatan Cineam pada tahun


2017 termasuk Low Case Insiden (LCI) dengan Annual Paracite Insiden
(API) 0,147 %o, sedangkan endemisitas masing-masing desa bervariasi
(HCI 0 desa, MCI 0 desa, LCI 4 desa, dan non kasus 6 desa).

Untuk lebih jelasnya stratifikasi desa dapat dilihat pada tabel


berikut:

No. Desa Jumlah Jumlah API Stratifikasi


Penduduk Kasus (%o)
(+)

1. Cineam 4.475 0 0 Non Kasus


2. Rajadatu 4.876 0 0 Non Kasus

3. Cijulang 4.224 2 0,473 LCI

4. Cikondang 3.558 0 0 Non Kasus

5. Cisarua 2.633 1 0,379 LCI

6. Ciampanan 4.323 0 0 Non Kasus

7. Ancol 2.135 0 0 Non Kasus

8. Pasirmukti 2.681 1 0,372 LCI

9. Nagaratengah 1.511 0 0 Non Kasus

10. Madiasari 3.525 1 0,283 LCI

11. Luar Wilayah - 5 - -

Jumlah 33.891 10 0,147 LCI

Stratifikasi endemisitas wilayah Kecamatan Cineam pada tahun


2018 termasuk Low Case Insiden (LCI) dengan Annual Paracite Insiden
(API) 0,178 %o, sedangkan endemisitas masing-masing desa bervariasi
(HCI 0 desa, MCI 1 desa, LCI 2 desa, dan non kasus 7 desa).

Untuk lebih jelasnya stratifikasi desa dapat dilihat pada tabel


berikut:

No. Desa Jumlah Jumlah API Stratifikasi


Penduduk Kasus (%o)
(+)

1. Cineam 4.464 2 0,448 LCI

2. Rajadatu 4.808 0 0 Non Kasus

3. Cijulang 4.098 0 0 Non Kasus

4. Cikondang 3.645 0 0 Non Kasus


5. Cisarua 2.630 1 0,380 LCI

6. Ciampanan 4.333 0 0 Non Kasus

7. Ancol 2.160 0 0 Non Kasus

8. Pasirmukti 2.513 3 1,194 MCI

9. Nagaratengah 1.486 0 0 Non Kasus

10. Madiasari 3.517 0 0 Non Kasus

11. Luar Wilayah - 3 - -

Jumlah 33.655 9 0,178 LCI

9. Cattle Barier (penempatan kandang ternak besar)


Pengendalian nyamuk dari antropofilik menjadi zoofilik yang
dikandangkan di luar rumah. Dengan demikian, keberadaan kandang
ternak secara spasial tidak memiliki kontribusi terhadap ada tidaknya
penu-laran horizontal.
Kandang ternak yang memiliki jarak 20 meter dari tempat tinggal,
kepadatan vektor berkurangsignifikan.
Sebaran kandang keberadaan ternak besar tersebut tidak tampak
bertumpuk dengan kasus, karena masing-masing ada dalam jarak
berdekatan tetapi tidak menempel dengan rumah.
Keberadaan ternak tersebut ada di sekitar pemukiman, tidak
menyatu dengan rumah penduduk.
10. Upaya Pemberian Obat Anti Malaria
Kegiatan pengobatan bagi penderita positif malaria yang telah
dilaksanakan di Kecamatan Cineam sesuai dengan protap yang tertuang
pada Buku Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia (Gebrak
Malaria 2009) menggunakan jenis obat OAM (Obat Anti Malaria) dan
Primakuin, sedangakan masyarakat yang mempunyai pekerjaan sebagai
penambang emas, sebagian besar biasa menggunakan obat lain yang
dosisnya lebih besar dari obat yang biasa dipakai di daerah Cineam,
sehingga bisa menjadi kendala resisten dalam pengobatan. Hal ini berkitan
erat dengan masih rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai dosis
obat, selain itu masih banyak masyarakat yang bekerja sebagai penambang
enggan untuk memeriksakan diri ke Puskesmas jika sedang sakit.
Berdasarkan Laporan Tahunan Program P2 Malaria Puskesmas
Cineam Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2016-2018. Kegiatan pengobatan
atau pemberian obat yang telah dilaksanakan di wilayah Puskesmas
Kecamatan Cineam selama tahun 2016 (Radikal Treatment) juga diberikan
kepada masyarakat yang akan berangkat atau pulang dari atau ke daerah
endemis malaria (Propilaksis).
Secara rinci, upaya pemberian obat berdasarkan desa yang telah
dilakukan Puskesmas Cineam adalah sebagai berikut:

No Desa Jenis Pengobatan Jumlah Obat


. Klini Radik Propilak OA Prim Doxy- Ke
s al sis M a- Cycli t
Kuin ne

1. Cineam 0 2 10 18 28 300

2. Rajadatu 0 1 4 9 14 120

3. Cijulang 0 1 11 9 14 240

4. Cikondang 0 2 45 18 28 630

5. Cisarua 0 1 22 9 14 640

6. Ciampanan 0 0 4 0 0 0

7. Ancol 0 0 0 0 0 0

8. Pasirmukti 0 6 211 54 84 6330

9. Nagarateng 0 1 8 9 14 240
ah

10 Madiasari 0 1 12 9 14 360
.

11 Luar 0 5 33 45 70 990
. Wilayah

Jumlah 0 20 360 180 280 10.80


0

Kegiatan pengobatan atau pemberian obat yang telah dilaksanakan


di wilayah Puskesmas Kecamatan Cineam selama tahun 2017 (Radikal
Treatment) juga diberikan kepada masyarakat yang akan berangkat atau
pulang dari atau ke daerah endemis malaria (Propilaksis). Secara rinci,
upaya pemberian obat berdasarkan desa yang telah dilakukan Puskesmas
Cineam adalah sebagai berikut:

No Desa Jenis Pengobatan Jumlah Obat


. Klini Radik Propilak OA Prim Doxy- Ke
s al sis M a- Cycli t
Kuin ne

1. Cineam 0 2 2 18 16 60

2. Rajadatu 0 0 0 0 0 0

3. Cijulang 0 0 8 0 0 240

4. Cikondang 0 0 21 0 0 630

5. Cisarua 0 1 28 9 14 640

6. Ciampanan 0 0 0 0 0 0

7. Ancol 0 0 0 0 11 0

8. Pasirmukti 0 3 123 27 42 3690

9. Nagarateng 0 0 0 0 0 0
ah

10 Madiasari 0 0 12 0 0 360
.
11 Luar 0 3 23 27 42 690
. Wilayah

Jumlah 0 9 217 72 114 65.10


0

Kegiatan pengobatan atau pemberian obat yang telah dilaksanakan


di wilayah Puskesmas Kecamatan Cineam selama tahun 2018 (Radikal
Treatment) juga diberikan kepada masyarakat yang akan berangkat atau
pulang dari atau ke daerah endemis malaria (Propilaksis).
Secara rinci, upaya pemberian obat berdasarkan desa yang telah
dilakukan Puskesmas Cineam adalah sebagai berikut:

No Desa Jenis Pengobatan Jumlah Obat


. Klini Radik Propilak OA Prim Doxy- Ke
s al sis M a- Cycli t
Kuin ne

1. Cineam 0 2 10 18 28 300

2. Rajadatu 0 1 4 9 14 120

3. Cijulang 0 1 11 9 14 330

4. Cikondang 0 2 45 18 28 1350

5. Cisarua 0 1 22 9 14 660

6. Ciampanan 0 0 4 0 0 120

7. Ancol 0 0 0 0 0 0

8. Pasirmukti 0 6 211 54 84 6330

9. Nagarateng 0 1 8 9 14 240
ah

10 Madiasari 0 1 12 9 14 360
.
11 Luar 0 5 33 45 70 990
. Wilayah

Jumlah 0 20 360 180 280 10.80


0

11. Upaya Penyuluhan


Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu kegiatan rutin yang
dilakukan Puskesmas Cineam setiap tahunnya sebagai upaya pencegahan
dan pengendalian penyakit malaria. Penyuluhan dilakukan pada kelompok
usia rentan yaitu pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu menyusui, ibu yang
sedang dalam masa nifas, bayi, balita dan wanita usia subur.
12. Peningkatan Mutu Pelayanan
Menyediakan tempat dan sarana pelayanan bagi sasaran KIA
(bumil, busui, bufas, buteki, bayi, balita, dan WUS).Menyediakan sarana
prasarana laboraturium. Konsultasi pada cross check slide positif ke
tingkat kabupaten.Pemeriksaan kasus pada pasien kunjungan UGD.
Observasi untuk pasien yang pulang dari perantauan atau
pertambangan.Tujuan penemuan kasus sedini mungkin dan mecegah
terjadinya kejadian indegeneus.
Tidak ditemukan kasus malaria pada ibu hamil dan kasus
indegeneus dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Kecamatan Cineam juga memiliki persebaran pusat layanan
malaria, baik di puskesmas induk, puskesmas pembantu (Pustu), pondok
bersalin desa (Polindes) sedemikian rupa sehingga jarak kasus dengan
pusat pelayanan di bawah 1,5 kilometer. Posmaldes juga tersebar hampir
di setiap desa.
Tersedianyasarana dan prasana untuk mendukung
kesehatanmasyarakat merupakan salah satu komponen pentingdalam
manajemen penyakit.
Selain itu, keberadaan petugas merangkap entomolog pada
Puskesmas Kecamatan Cineam merupakan salah satu kontributor
pengendalian malaria.
Keberadaan petugas yang memahami malaria yang baik
memberikandampak positif karena petugas melakukan interaksi de-ngan
masyarakat penambang emas.
Beberapa warga yangtahu, kenal, serta berniat hendak menambang
ke luar Pulau Jawa, biasanya menghubungi petugas puskesmasini untuk
keperluan pencegahan.
Beberapa warga yang mulai merasakan gejala demam saat
menambang, biasanya langsung menghubungi guna meminta saran dan
masukan. Hal ini menjadi nilai positif di samping keberadaan dan peran
pihak pelayanan kesehatan di Kecamatan Cineam.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan RI. 2017.


Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria.
Hakim, Lukman. 2010. Faktor Risiko Penularan Malaria Di Jawa Barat (Kajian
Epidemiologi Tentang Vektor, Parasit Plasmodium, dan Lingkungan Sebagai
Faktor Risiko Kesakitan Malaria). Aspirator Vol. 2 No. 1 Tahun 2010 : 45-54.
Iskandar T. Laporan tahunan program P2 malaria Puskesmas CineamKabupaten
Tasikmalaya tahun 2013. Tasikmalaya: Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya;
2013
Iskandar T. Laporan tahunan program P2 malaria Puskesmas CineamKabupaten
Tasikmalaya tahun 2013. Tasikmalaya: Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya;
2016
Iskandar T. Laporan tahunan program P2 malaria Puskesmas CineamKabupaten
Tasikmalaya tahun 2013. Tasikmalaya: Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya;
2017
Iskandar T. Laporan tahunan program P2 malaria Puskesmas CineamKabupaten
Tasikmalaya tahun 2013. Tasikmalaya: Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya;
2018
Iskandar T. Laporan tahunan program P2 malaria Puskesmas CineamKabupaten
Tasikmalaya tahun 2013. Tasikmalaya: Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya;
2019
Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. 2014. Pedoman
Manajeman Malaria.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
Epidemiologi Malaria di Indonesia.
Lestari, Tri. 2012. Pengendalian Malaria dalam Upaya Percepatan Pencapaian
Target Millennium Development (MDGs). Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional
Vol. 7, No. 1, Agustus 2012.

Munif, Amrul. 2009. Nyamuk Vektor Malaria dan Hubungannya Dengan


Aktivitas Kehidupan Manusia Di Indonesia. Aspirator Vol. 1 No. 2 Tahun 2009 :
94-102
Susanna D, Achmadi U, Supriyani T. 2015. Pencegahan Resurgensi Malaria
dengan Deteksi Dini dan Pengobatan Segera di Daerah Reseptif. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional Vol. 9, No. 3, Februari 2015

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Lampiran 5.

Lampiran 6.

Lampiran 7.
Lampiran 8.

Lampiran 9.

Lampiran 10.

Anda mungkin juga menyukai