LAPORAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Kompetensi Dalam Mata Kuliah
Pengendalian Vektor dan Penyakit
Dosen Pengampu: Nur Lina, S.K.M., M.Kes
Oleh:
Kelompok 1
Agus Nurjaman 174101024
Imelda Fachriah 174101054
Canra Mulia 174101059
Syafira Nuralifa Firdauza 174101070
Dian Kardina 174101146
Fina Krismayanti 174101149
1. Ibu Nur Lina, S.K.M., M.Kes, selaku Dosen Mata Kuliah Pengendalian
Vektor dan Penyakit
2. Bapak Asep Ahmad Hidayat, AMKL., S.K.M, selaku Kepala Seksi P2PM
3. Ibu Maria Ulfa, S.K.M, selaku Staff Seksi P2PM pemegang program malaria
Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya
4. Bapak Wawan Rudiawan, S.Sos, selaku Kepala Puskesmas Cineam
Kabupaten Tasikmalaya
5. Bapak Tatang Iskandar, selaku pemegang program malaria Puskesmas
Cineam Kabupaten Tasikmalaya
6. Seluruh anggota kelompok 1
7. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung turut serta
membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan baik dari
segi manapun. Namun demikian, kami berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat dan bisa digunakan dengan sebagaimana mestinya.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBARv
LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
D. Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Malaria2
B. Vektor Nyamuk Anopheles 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB IV PEMBAHASAN
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 2
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 2
B. Saran 2
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBARv
LAMPIRAN vi
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBARv
LAMPIRAN vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyamuk adalah organisme yang terdapat di alam dan bisa hidup di semua
tempat, dianggap merugikan karena gigtannya dapat mengganggu kehidupan
manusia, dan dapat juga menjadi vektor penyebaran suatu penyakit. Spesies
nyamuk yang dapat menjadi penular penyakit di antaranya, genus Anopheles,
Culex, Aedes, dan Mansonia yang dapat menularkan penyakit malaria,
filariasis, demam berdarah, japanese encephalitis, dan lainnya (Munif, 2009).
Malaria merupakan salah satu penyakit yang penyebarannya disebabkan
oleh nyamuk Anopheles dan merupakan penyakit menular yang masih menjadi
masalah bagi masyarakat dunia termasuk Indonesia. Malaria merupakan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko
tinggi, selain itu malaria juga dapat menyebabkan anemia dan dapat
mengganggu produktivitas (Kemenkes, 2011). Penyakit ini masih endemis di
sebagian besar wikayah Indonesia.
Selama tahun 2005-2013, kejadian malaria di seluruh Indonesia cenderung
menurun, yaitu 4,10% pada tahun 2005 menjadi 1,38% pada thaun 2013 dan
jumlah pemeriksaan sediaan darah (SD) untuk uji diagnosis malaria
meningkat, dari 47% (982.828 pemeriksaan SD dari 2.113.265 kasus klinis
pada tahun 2005 menjadi 63% (1.164.405 pemeriksaan SD dari 1.849.062
kasusu klinis) pada tahun 2011. Pada tahun 2010 pemeriksaan SD sebanyak
1.164.406 (63%) terhadap penderita klinis yang berjumlah 1.848.999 (Lestari,
2012). Walaupun demikian selama tahun 2011 masih sering terjadi KLB
malaris di 9 kabupaten atau kota dari 7 provinsi dengan kasus mencapai 1.139
kasus.
Upaya penanggulangan malaria telah dilakukan sejak tahun 1952-1959,
pada akhir periode ini yaitu pada tanggal 12 November 1959 di Yogyakarta,
Presiden pertama Indonesia, yaitu Presiden Soekarno telah mencanangkan
dimulainya program pembasmian malaria yang dikenal dengan sebitan
“Komandi Operasi Pembasmian Malarai” atau yang disebut KOPEM dan pada
tanggal 12 November juga telah ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Nasional
(HKN). Pada masa KOPEM upaya penanggulangan malaria hanya dilakukan
di Jawa, Bali, dan Lampung dengan intervensi utama menggunakan IRS dan
pengobatan malaria presumtif dengan menggunakan klorokuin (Pedoman
Manajemen Malaria, 2014).
Penyakit malaria merupakan salah satu tujuan dari 6 MDGs (Millenium
Development Goals) dan RPJMN 2010-2014 dengan target penurunan angka
kesakitan malaria untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Berdasarkan
Instruksi Presiden RI No.3 Tahun 2010 tentang percepatan pencapaian MDGs
(Millenium Development Goals) salah satunya program pengendalian malaria
angka API (Annual Parasite Incidence) tahun 2015 adalah 1%. (Pedoman
Manajemen Malaria, 2014). Penggunaan API (Annual Parasite Incidence)
dalam upaya penanggulangan penyakit malaria sudah dilakukan sejak tahun
2007.
Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian
malaria menuju eliminasi dilakukan secara bertahap sampai seluruh pulau
tercakup untuk mewujudkan masyarakat hidup sehat yang terbebas dari
penularan malaria sampai tahun 2030 (Lestari, 2012).
Ekologi kantong malaria di Jawa Barat terdiri dari wilayah pantai (paling
dominan), pegunungan, hitann, dan sedikit persawahan karena itu spesies dan
kepadatan vektornya sangat beragam (Hakim, 2010). Spesies nyamuk yang
ditemukan di Jawa Barat tidak hanya Anopheles spp, tetapi ada Anopheles
sundaicus, Anopheles maculatus, Anopheles aconitus, dan Anopheles
subpuctus.
Di Jawa Barat terdapat 5 kabupaten yang memiliki daerah endemis
malaria, yaitu Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut,
Kabupaten Cinjur, dan Kabupaten Sukabumi (Daman, 2005). Perkembangan
angka kesakitan penyakit malaria di Kabupaten Tasikmalaya pada periode
tahun 2000-an adalah naik-turun dan tertinggi ada di Kecamatan Cipatujah
yang berkologi pantai dan Cineam yang berekologi pegunungan dan
perkebunan, dimana kedua kecamatan tersebut merupakan tempat endemis
malaria di Kabupaten Tasimalaya. API (Annual paracite incidence) di
Kecamatan Cineam tahun 2000 adalah 1,710‰, naik menjadi 4,130‰ tahun
2001, naik lagi menjadi 6,584‰ tahun 2002 serta turun menjadi 6,603‰ pada
tahun 2003 (Hakim, 2010) dan API (Annual paracite incidence) pada tahun
2009 adalah 0,44‰, tahun 2010 adalah 0,18‰, tahun 2011 adalah 1,02‰,
tahun 2012 adalah 0,99‰, dan tahun 2013 adalah 0,81‰ (Susanna dkk,
2015).
Angka kejadian malaria disebabkan oleh tingginya mobilisasi penduduk ke
dan dari daerah endemis malaria luar Pulau Jawa seperti Papua, Nusa Tengga
Barat (NTB), Maluku, dan Kalimantan, keberadaan vektor, dan ekosistem
yang kondusif bagi tempat perkembang biakkannya. Tempat perkembang-
biakkan (breeding places) nyamuk Anopheles spp di wilayah Cineam terdiri
dari mata air, sungai, sawah dan kolam. Berdasarkan survei longitudinal
entomologi di Cineam pada bulan Januari sampai dengan Desember 2003,
ditemukan 6 spesies nyamuk yaitu An. aconitus, An. barbirostris, An.
maculatus, An. vagus, An. kochi, dan An. Anularis. Nyamuk paling dominan
adalah An. aconitus dengan kepadatan tertinggi pada Bulan Oktober 2003
(tertangkap 145 ekor) dan terendah pada Bulan Februari 2003 (tertangkap 8
ekor), pada Bulan Januari, Maret, April, Mei, dan Juni tidak ada nyamuk yang
tertangkap. Selain itu, hasil spot survey pada tahun 2013 di Desa Pasirmukti
dan Desa Cikondang diketahui terdapat jenis nyamuk vektor malaria, yaitu
Anopheles aconitus, An. barbirostris, An. vagus, An. anularis, dan An. ochi
(Susanna dkk, 2015).
Tingkat prevalensi malaria yang sangat rendah di Cineam (Low Case
Incidence) yaitu pada tahun 2009 dan 2010 (sebesar 0,44‰ dan 0,18‰ secara
berurutan) setelah dilakukan penanggulangan penyebaran malaria dalam
bentuk penyuluhan pada warga sejak KLB pada tahun 1998 (wicaksono,
2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu penyakit malaria dan vektor penularannya?
2. Apa faktor yang menyebabkan penyakit malaria di Kecamatan Cineam
Kabupaten Tasimalaya?
3. Bagaimana cara pengendalian vektor dan penyakit malaria di Puskesmas
Cineam Kabupaten Tasikmalaya?
4. Bagiamana cara pencegahan penyakit malaria di Puskesmas Cineam
Kabupaten Tasikmalaya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang penyakit malaria dan vektor penularannya.
2. Untuk mengetahaui faktor penyebab dari penyakit malaria di Kecamatan
Cineam Kabupaten Tasikmalaya.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian vektor dan penyakit malaria di
Puskesmas Cineam Kabupaten Tasimalaya.
4. Untuk mengetahui pencegahan penyakit malaria yang dilakukan di
Puskesmas Cineam Kabupaten Tasikmalaya.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di bangku
perkuliahan ke dalam masyarakt dan juga menambah informasi dan
edukasi mengenai pengendalian vektor dan penyakit malaria di daerah
endemis yaitu lingkup kerja Puskesmas Cineam.
2. Bagi Puskesmas
Sebagai gambaran terkait dengan penyelenggaran program
pengendalian vekor dan penyakit malaria di lingkungan masyarakat
Cineam dan sebagai salah satu dasar penentuan kebijakan yang akan
dibuat terkait dengan pelaporan kasus atau masyarakat yang akan pergi
ke daerah endemis setiap tahunnya.
3. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penyakit malaria
dan bagaimana pencegannya serta dapat meningkatkan kesadaran mereka
terhadap potensi bahaya penularan malaria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Malaria
1. Penyebab Malaria
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit yang bernama
Plasmodium yang ditularkan melalui perantara hisapan nyamuk Anopheles
sp. betina. Terdapat 5 macam spesies Plasmodium, yaitu P. falciparum, P.
vivax, P. ovale, P. malariae, dan P. knowlesi.
Pada saat nyamuk Anopheles sp. betina menghisap darah orang
yang sakit maka akan terbawa Plasmodium yang ada dalam darah.
Nyamuk yang telah menghisap darah orang yang sakit akan terinfeksi oleh
Plasmodium tersebut sehingga dalam tubuh nyamuk akan terjadi siklus
hidup parasit dan virus. Nyamuk yang telah terinfeksi bila menghisap
orang sehat maka parasit malaria akan masuk ke dalam darah manusia
sehingga menyebabkan manusia sehat menjadi sakit. Dalam tubuh
manusia terinfeksi akan terjadi siklus hidup parasit malaria untuk
memperbanyak diri (Munif, Amrul. 2009).
Menggigit
Anopheles sp Penderita
Malaria
Orang menjadi
Sakit malaria
Anopheles sp Anopheles sp
Mengigit Orang Mengandung
Sehat parasit
(c) Merozoit
(1) Zigot
(2) Ookinet
(3) Ookista
A. Geografi
Puskesmas Cineam berada di wilayah Kecamatan Cineam yang
termasuk ke Kabupaten Tasikmalaya, dengan batas-batas sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : sungai Cilembang yang membatasi dengan
wilayah Kecamatan Manonjaya dan Sungai Citanduy yang membatasi
dengan wilayah Kabupaten Ciamis.
2. Sebelah Selatan : Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Ciamis.
3. Sebelah Timur : Kecamatan Cimaragas dan Kecamatan Karangjaya.
4. Sebelah Barat : Kecamatan Gunungtanjung Kabupaten Tasikmalaya.
Jarak ke ibu kota kabupaten : +- 45 kilometer sedangkan jarak desa
terjauh: +- 14 kilometer. Luas wilayah: 7770,2 Ha, terdiri dari:
Tanah Darat: 7068,912 Ha
Pesawahan: 701,288 Ha
Terdapat jumlah desa yakni 10 desa terbagi pada 60 kedusunan dengan
310 RT serta sejumlah RW/RK: 77 RW/RK.
B. Demografi
1. Jumlah penduduk
a. Proyeksi : 35.835 orang
1) Laki-laki : 17.175 orang
2) Perempuan: 18.660 orang
b. Riil : 33.655 orang
1) Laki-laki: 16.856 orang
2) Perempuan: 16.799 orang
c. Jumlah KK : 12.220 orang
d. Jumlah KK Miskin : 7.995 KK (terdaftar)
e. Jumlah Jiwa Miskin: 13.455 orang (terdaftar per Desember 2017)
2. Pendidikan Masyarakat
Masyarakat Kecamatan Cineam rata-rata berpendidikan terakhir
hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).
3. Pekerjaan Masyarakat
Masyarakat Kecamatan Cineam rata-rata bekerja sebagai petani
dan juga buruh tambang di luar kota.
1. Perkesmas
Kegiatan program perawatan kesehatan masyarakat meliputi
pembinaan keluarga rawan, tindak lanjut perawatan ,pembinaan bumil risti
dan balita risti.
2. Kesehatan Gigi dan Mulut
Terdiri dari Pelayanan rawat jalan, tindakan pencabutan dan
penambalan, kegiatan UKGS, UKGMD, penyuluhan dll.
3. Laboratorium
Labolatorium puskesmas Cineam masih tergolong kepada
labolatorium sederhana mengingat sarana prasarana yang tersedia masih
terbatas, termasuk sumber daya manusia yang ada masih berstatus suka
relawan.
4. Program akesehatan Mata
Lebih focus terhadap pencarian dan penemuan kasus katarak tetapi
bukan berarti mengesampingkan penyakit mata yang lain nya.
5. Promosi Kesehatan
Bertujuan untuk meningkankan derajat kesehatan warga di wilayah
kerja puskesmas seperti penyuluhan pada msayarakat di posyandu dan
pobindu.
6. Balai Pengobatan (BP)
Selama tahun 2012 keadaan pasien yang dilayani di puskesmas
Cineam sebanyak 11.206 kasus.
7. Kesehatan Lingkungan
Meliputi pengawasan kualitas air dan lingkungan, penyehatan
lingkungan pemukiman, penyehatan makanan dan minuman dan
penyehatan tempat-tempat umum dan indistri.
8. Program Penunjang
Pengembangan tentang managemen terpadu balita sakit (MTBS)
seperti imunisasi, pemberian vit A, ASI eklusif dll. Pengambangan melalui
pendekatan management terpadu bayi muda (MTBM) yaitu pencegahan
kematian balita karena pneumonia, diare, malaria, campak, dll.
9. Program Jamkesmas
BAB IV
PEMBAHASAN
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
No Desa
1 Cineam 9 17 0 0 1 0 0 0 0 2 29 2 60
2 Rajadatu 5 19 0 0 0 0 0 0 0 0 28 0 52
3 Cijulang 6 19 0 0 27 0 1 2 1 0 29 0 79
4 Cikondang 2 11 0 1 1 0 1 0 1 0 30 0 47
5 Cisarua 2 17 0 3 0 0 1 1 0 1 34 1 60
6 Campanan 2 14 0 0 20 0 1 0 0 0 34 0 69
7 Ancol 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 25
8 Pasirmukti 1 14 29 4 2 2 0 38 18 2 24 4 138
9 Nagaratengah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 6
10 Madiasari 3 19 1 1 0 0 0 1 1 0 26 1 53
11 Luar Wilayah 1 2 1 0 0 0 0 1 4 2 3 0 14
Jumlah 25 145 31 9 49 0 4 43 25 7 255 8 603
Tabel 4. Hasil Pengumpulan Sediaan Darah Pada Tahun 2018
2. Pengobatan
Diberikan kepada penderita yang postif malaria (Radikal
Treatment) dan diberikan kepada masyarakat yang akan berangkat atau
pulang dari atau ke daerah endemis malaria (Profilaksis). Obat Anti
Malaria (OAM) kombinasi yang terdirii dari di-hydroartemisinindan
piperakuin serta primakuin untuk penderita positif malaria, sedangkan
untuk para pekerja yang migrasi tinggi ke daerah endemis diberikan
Profilaksis (Doxycycline).
Profilaksis diberikan ketika 1 minggu sebelum keberangkatan ke
daerah endemis dengan 1 butir perhari selama 30 hari.
Untuk penderita positif malaria dosis diberikan sesuai dengan jenis
malaria apakah P.falciparum atau P.vivaxatau campuran (falci-
parum+vivax)
1. Cineam 2 - 2 - - 1 1
2. Rajadatu 1 - 1 - - - 1
3. Cijulang 1 - 1 - - - 1
4. Cikondang 2 - 2 - - 1 1
5. Cisarua 1 - 1 - - 1 -
6. Ciampanan 0 - 0 - - - -
7. Ancol 0 - 0 - - - -
8. Pasirmukti 6 - 6 - - 4 2
9. Nagaratengah 1 - 1 - - 1 -
10. Madiasari 1 - 1 - - 1 -
Jumlah 20 0 20 - - 13 7
1. Cineam - - - - - 1 -
2. Rajadatu - - - - - - -
3. Cijulang 2 - 2 - - - 2
4. Cikondang - - - - - - -
5. Cisarua 1 - 1 - - - 1
6. Ciampanan - - - - - - -
7. Ancol - - - - - - -
8. Pasirmukti 1 - 1 - - - 1
9. Nagaratengah - - - - - - -
10. Madiasari 1 - 1 - - - 1
Jumlah 10 0 9 1 0 5 5
5. Spot Survey
Tempat perindukan yang potensial untuk berkembangbiak nyamuk
Anopheles sp, ditemukan di persawahan, kolam-kolam yang kurang
terurus, mata air yang airnya mengalir lambat yang hampir ditemukan di
seluruh desa, semak, kebun, hutan, dan tegalan.
Dalam kurun waktu 2016-2018 spot survey hanya dilakukan pada
tahun 2017 dan 2018, menurut keterangan dari pemegang program
malaria, menyebutkan bahwa alasan di tahun 2016 tidak dilakukan spot
survey karena tidak terealisasinya dana / biaya. Oleh karena itu, untuk
menentukan jenis dan spesies nyamuk hanya dilihat dari jenis / spesies
nyamuk yang di tangkap dari kegiatan spot survey tahun sebelumnya yaitu
An. Aconitus, An. Barbirostris, An. Fagus, An. Anularis, An. Maculatus
dan An. Kochi.
Adapun spot survey yang dilaksanakan pada tahun 2017 dan 2018
yakni beralokasi di Desa Pasirmukti, karena lokasi antar rumah warga
yang berdekatan dan saling tumpuk, serta jarak dekat dengan potensial
keberadaan vektor malaria. Berdasarkan hasil survey tersebut jenis /
spesies nyamuk yang tertangkap sama seperti tahun 2015 yaitu An.
Aconitus, An. Barbirostris, An. Fagus, An. Anularis, An. Maculatus dan
An. Kochi. Keberadaan breeding place vektor malaria di Kecamatan
Cineam tidak paten, mengingat kondisi geografis Cineam yang berada di
daerah pegunungan.
Sementara hasil pengamatan terhadap tempat-tempat perindukan
yang potensial untuk berkembangbiak nyamuk anopheles (Breeding
Place), beberapa ditemukan di daerah persawahan. Hal ini dibuktikan
dengan keberadaan persawahan yang cukup banyak di Kecamatan Cineam
khususnya di Desa Pasirmukti. Selain itu, mata pencaharian masyarakat di
Cineam yang mayoritas adalah petani dan penambang emas juga semakin
memperkuat risiko penyebaran vektor penyebab malaria di desa ini.
Perilaku dari nyamuk anopheles yang berpotensi menjadi vektor
penyebab penyakit malaria adalah berkembangbiak di air yang kotor,
sawah merupakan tempat yang cocok untuk perkembangbiakan nyamuk
anopheles. Selain itu bentuk tubuh kecil dan pendek, dengan sayap
panjang dan simetris, serta kaki yang panjang membuat jarak terbang
nyamuk ini cukup jauh dibandingkan dengan jenis nyamuk lainnya,
anopheles dapat terbang hingga 1 KM jauhnya. Maka dari itu meskipun
tempat perkembangbiakan nyamuk ini di daerah sawah, akan tetapi
nyamuk anopheles betina akan terbang ke pemukiman warga untuk
menghisap darah guna mematangkan telurnya. Upaya pengendalian
breeding place yang telah dilakukan yaitu dengan cara penanaman padi
secara serentak, agar meminimalisir adanya genangan air di area
persawahan yang dapat dijadikan tempat perkembangbiakan nyamuk
anopheles.
Hasil analisis spasial terhadap titik TPN menunjukkan gambaran
bahwa TPN tersebar di seluruh wilayah dan memiliki kedekatan terhadap
kasus kasus malaria di Kecamatan Cineam. Akan tetapi, meski TPN
berada disekitar kasus yang memiliki potensi sebagai sumberpenularan,
tidak terjadi penularan secara horizontalkepada penduduk sekelilingnya.
6. Pemeriksaan Sediaan Darah Untuk Ibu Hamil dan Anak Usia < 1 tahun
Pemeriksaan Sediaan Darah pada tahun 2018 melalui metode ACD
dan PCD sebanyak 603 slide dan slide yang positif sebanyak 9 slide (rata-
rata SPR 1,49%).
1. Cineam 0 2 10 18 28 300
2. Rajadatu 0 1 4 9 14 120
3. Cijulang 0 1 11 9 14 240
4. Cikondang 0 2 45 18 28 630
5. Cisarua 0 1 22 9 14 640
6. Ciampanan 0 0 4 0 0 0
7. Ancol 0 0 0 0 0 0
9. Nagarateng 0 1 8 9 14 240
ah
10 Madiasari 0 1 12 9 14 360
.
11 Luar 0 5 33 45 70 990
. Wilayah
1. Cineam 0 2 2 18 16 60
2. Rajadatu 0 0 0 0 0 0
3. Cijulang 0 0 8 0 0 240
4. Cikondang 0 0 21 0 0 630
5. Cisarua 0 1 28 9 14 640
6. Ciampanan 0 0 0 0 0 0
7. Ancol 0 0 0 0 11 0
9. Nagarateng 0 0 0 0 0 0
ah
10 Madiasari 0 0 12 0 0 360
.
11 Luar 0 3 23 27 42 690
. Wilayah
1. Cineam 0 2 10 18 28 300
2. Rajadatu 0 1 4 9 14 120
3. Cijulang 0 1 11 9 14 330
4. Cikondang 0 2 45 18 28 1350
5. Cisarua 0 1 22 9 14 660
6. Ciampanan 0 0 4 0 0 120
7. Ancol 0 0 0 0 0 0
9. Nagarateng 0 1 8 9 14 240
ah
10 Madiasari 0 1 12 9 14 360
.
11 Luar 0 5 33 45 70 990
. Wilayah
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.