Oleh :
YASEYAS ADE
NIM: 1410308445355
Dewan Penguji :
Mengetahui :
Ketua Program Studi Prodi D III Analis Kesehatan
Stikes Perintis
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya, serta petunjuk yang berlimpah,
sehingga penulis telah diberi kemudahan dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini.
Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “FREKUENSI PENYAKIT
MALARIA DI PUSKESMAS SIOBAN KECAMATAN SIP0RA SELATAN
KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI PERIODE JANUARI – JUNI
2015”, yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Diploma III Analisis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis.
Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis tidak
lupa menyampaikan rasa terima kasih setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Ketua STIKes Perintis
2. Ibu Endang Suriani, SKM selaku Ketua Program Studi D III Analisis
Kesehatan
3. Ibu Suraini selaku Pembimbing yang telah mengarahkan, membina serta
memberikan masukan kepada penulis demi tercapainya Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Orang tua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa
yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik
5. Teman-teman seperjuangan D III Analis Kesehatan angkatan 2012 atas
semangat dan sharing selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah ikut
berpartisipasi dalam penyusunan Karia Tulis Ilmia ini.
Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan jasa-jasa
yang telah diberikan kepada penulis.
i
Penilis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmia ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang
dapat membangun kesempurnaan Karya Tulis Ilmia ini. Harapan penulis,
semoga Karya Tulis Ilmia ini bermanfaat bagi kita semua pihak.
Semoga Tuhan Memberkati.
Penulis
ii
ABSTRACT
iii
ABSTRAK
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2.Perumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran sikap masyarakat terhadap prevalensi malaria
di Puskesmat Sioban
2. Bagaimana gambaran perilaku masyarakat terhadap prevalensi
malaria di Puskesmat Sioban
1.3.Bagaimana gambaran lingkungan terhadap prevalensi malaria di
Puskesmat Sioban
1.4.Maksud dan Tujuan
1.3.1. Maksud Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka
kejadian malaria pada masyarakat di Kabupaten Sumba Barat.
1.3.2. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran sikap terhadap kejadian malaria
2. Mengetahui gambaran perilaku terhadap kejadian malaria
3. Mengetahui gambaran lingkungan terhadap kejadian malaria
1.4.Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat Mengetahui tentang penyakit malaria, pencegahan
dan penanggulangannya.
2. Bagi Instansi Kesehatan Sebagai masukan pada instansi kesehatan
Kabupaten Sumba Barat untuk menurunkan angka kejadian penyakit
khususnya penyakit malaria.
3. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan dalam bidang ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang penyakit malaria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
berupa demam, anemia dan pembesaran limpa. Sedangkan menurut ahli lain
ovale, Pada kera ditemukan spesies - spesies parasit malaria yang hampir
diinfeksi oleh parasit malaria kera secara alami dan secara eksperimental,
4
5
berikut :
Phylum : Protoma
Subphytum : Sporazoa
Class : Telospora
Subclass : Haemosporina
Family : Plasmodiidae
Genus : Plasmodium
Daur hidup semua spesies parasit malaria pada manusia adalah sama,
manusia dan kembali ke nyamuk lagi. Terdiri dari siklus seksual (sporogoni)
2000).
6
praeritrosit saja, tidak ada fase eksoeritrosit yang dapat menimbulkan relaps
40.000 buah. Bentuk awal yang terlihat dalam hati adalah skizon yang
kecil dan halus dengan ukuran kira - kira 1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk
cincin dapat dilihat dua butir kromatin (bentuk pinggir dan bentuk accole).
dan infeksi multipel dapat juga ditemukan dalam eritrosit yang diinfeksi oleh
7
diameter eritrosit. Sitoplasma dapat mengandung satu atau dua butir pigmen.
berlangsung dalam darah tepi, kecuali pada kasus berat (pemisiosa). Adanya
skizon muda dan skizon matang Plasmodium falciparum dalam sedian darah
tepi berarti keadaan infeksi yang berat. bentuk skizon muda Plasmodium
falciparum dapat dikenaldengan mudan oleh adanya satu atau dua butir
Bentuk cincin dan trofozoit tua menghilang dari darah tepi setelah 24
jam dan tertahan di kapiler alai - alat dalam, seperti otak, jantung, plasenta,
lanjut. Dalam waktu 24 jam parasit di dalam kapiler berkembang biak secara
skizogoni, bila skizon sudah matang akan mengisi kira - kira dua per tiga eritrosit
dan membentuk 8 sampai 24 buah merozoit, dengan jumlah rata - rata 16 buah
merozoit Derajat infeksi pada jenismalaria ini lebih tinggi dari spesies
berat dan fatal disebabkan oleh karena eritrosit yang dihinggapi parasit ini
2000).
muda mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau
8
berbentuk elips, akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang
hari setelah parasit pertama kali tampak dalam darah. Gametosis betina atau
Ramanowsk atau Gkms. Intinya lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan
lebar dan seperti sosis. Sitoplasmanya biru pucat atau agak kemerah
merahan dan intinya berwarna merah muda, besar dan tidak padat, butir -
Harijanto, 2000).
spesies ini terdapat dua atau lebih kelompok - kelompok parasit, dengan
sporulasi yang tidak sinkron, sehingga periodesitas gejala pada penderita ini
pada Plasmodium yang lain. Siklus berlangsung 22 hari pada suhu 20ºC 15
sampai 17 hari pada sudhu 23ºC dan 10 sampai 11 hari pada suhu 25ºC-28ºC.
Pigmen pada ookista berwarna agak hitam dan butir-butirnya relatif besar,
membentuk pola pada kista sebagai lingkaran ganda sekitar tepinya, tetapi
dapat tersusun sebagai lingkaran kecil di pusat atau sebagai garis lurus ganda.
9
Pada hari ke delapan hanya beberapa butir pigmen yang bisa dilihat
tidak membesar, dengan pulasan khusus pada sel darah merah dapat terlihat titik
- titik yang disebut titik Zieman. Trofozoit yang lebih tua bila membulat
besarnya kira – kira ½ eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoit
dapat melintang sepanjang sol darah merah, merupakan bentuk pita, yaitu
besar, kasar dan berwama gelap. Skizon muda membagi intinya dan akhirnya
terbentuk skizon matang yang mengandung rata - rata 8 buah merozoit. Skizon
susunan yang teratur sehingga merupakan bentuk bunga "daisy" atau disebut
Derajat parasitemia pada malaria ini lebih rendah dari pada malaria
yang disebabkan oleh spesies lain dan hitung parasitnya (parasite couni)
dalam dan tampak dalam darah tepi bila sudah tumbuh sempuma.
dan padat, mikrogametosit, sitoplasma berwarna biru pucat, berinti difus dan
Haryanto, 2000).
tengguli tua dan tersebar di tepi (Gandahusada, 2006 dan Hunjanto. 2000).
berukuran kira - kira 2 mikron (1/3 eritrosit). Titik - titik Schuffner (disebut
juga titik James) terbentuk sangat cepa tan tampak jelas. Stadium trofozoit
berbentuk hulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi
bergerigi pada salah satu ujungnya dengan titik - titik Schuffner yang menjadi
aseksual pada Plasmodlum ovale hampir sama dengan Plasmodium vivax dan
Harijanto, 2000).
berbentuk bulatPigmen dalam ookista berwarna cokelat atau tenggul tua dan
darah perifer manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles betima, kira – kira ½
jam sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan tumbuh menjadi skizon hati
membentuk kira - kira 10.000 merozoit. Skizon hati masih dalam daur
2000).
Hipnozoit tetap istirahat dalam sel hati selama 3 bulan sampai aktif
kembali dan mulai dengan daur eksoeritrosit sekunder. Merozoit dan skizon
hati masuk ke peredaran darah menghinggapi eritrosit dan mulai dengan daur
Giemsa sitoplasma berwarna biru, inti merah dan mempunyai vakuol yang
perubahan yaitu menjadi besar, berwarna pucat dan tampak titik-titik halus
berwana merah, yang bentuk dan besamya sama dan disebut titik Schuffner.
Kemudian trofozoit muda menjadi trofozoit stadium lanjut yang sangat aktif
menjadi makin nyatadan berwarna kuning tengguli. Skizon matang dari daur
Harijanto, 2000).
tumbuh menjadi trofozoit dapat membentuk sel kelamin betina dan jantan
yang bentuknya bulat atau lonjong, mengisi hampir seluruh eritrosit dan
sitoplasma berwarna biru dengan inti kecil padat dan berwama merah, sedangkan
mikrogametosit biasanya bulat, berwama pucat biru kelabu dengan inti yang
besar, pucat dan difus. Inti biasanya terletak ditengah. Butir – butir Pigmen,
tengguli dalam bentuk granula halus tanpa susunan khas (Gandahusada, 2006
peredaran darah selama lebih kurang ½ jam. Setelah itu sporozoit akan
berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dan 10.000 -30.000 merozoit
tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan – bulan sampai
bertahun – tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah. Di dalam sel
dan merozoit yang keluar menginfeksi sel darah merah lainnya siklus ini
malaise, sakit kepala merasa nyeri di punggung, nyeri sendi dan tulang,
demam ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang – kadang
dengan selimut atau sarung dan menggigil sering seluruh badan bergetar,
merah, nadi cepat, danpanas badan tetapp tinggi beberapa jam diikuti
banyak dan temperatur turun dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih
menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas
a. Serangan primer
Keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan
b. Periode latent
c. Recrusdescense
d. Recurrence
serangan primer,
Berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu
serangan periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode yang lamadari
sembuh atau oleh bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivaxatau
ovale ( Harijanto,2006).
1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada
mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit >
Optimal. Optimal dapat mendeteksi dari 0- 200 parasit/ul darah dan dapat
d. Tes sirologi
Tes serologi mulai dipernalkan sejak lahun 1962 dengan memakai teknik
alat uji saring donor darah. Titer >1 : 200 dianggap sebagai infeksi baru
dan titer > 1 : 20 dinyatakan positif. Metode – metode tes serologi antara
2004).
glass (kaca obiek), blood lancet, tabung reaksi, pipet tetes, raktabung,
b. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Giemsa
ujung jari (2, 3, 4) dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering lalu
untuk pemeriksaan.
22
kemudian tusuk ujung jari dengan lancet. Tetes darah pertama dihapus
dengan kapas kering, kerine tetes darah kedua diteteskan diatas objek
dengan kapas kering, tetes darah kedua dteteskan diatas objek glass.
Pada tepi tetesan darah tersebut ditetakkan kaca objek lainnya dengan
sepanjang tepi kaca objek tadi, setelah darah menyebar rata, objek
parabola).
5. Pewarnaan slide
6. Pemeriksaan slide
didapat.
Koofirmasi vektor telah düakukan sejak tahun 1919 sampai tahun 2009,
malaria yang sudah diketahui yaitu jam 17.00 - 18.00, sebelum jam 24 (20.00
seperti tempat berkembang biak dan waktu aktivitas menggigit ini sangat
seperti pola curah air hujan (nyamuk berkembang biak pada lokasi basah).
dan kematian nenyakit malaria, pada tahun 2015 menjadi i per 1000
penduduk dari baseline tahun 1990 sebesar 4,7 per 1000 peduduk. Indikator
lain yang perlu diperhatikan adalab target MDGs yaitu angka kematian
dilakukan yaitu:
a. Pemakaian kelambu
malaria terbanyak pada tahun 2007 adalah Timor Leste (25,54%), tahun
b. Pengendalian vektor
lain.
2008 sampai tahun 2010 terjadi peningkatan penderita malaria klinis yang
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
27
28
dibagimenjadi 2 yaitu kasus malaria klinis dan kasus malaria positif. Salah
incidence malaria pada satu daerah tertentu selama satu tahun, MoMI
klinis pada satu daerah tertentu selama satu bulan, MoPl (MonthlyParasite
29
30
Muara Siberut pada periode Januari – Juni 2015 adalah 11 kasus di bulan
Januari dengan jumlah penduduk 10.269 jiwa yang memiliki nilai MoMI 1,07
10.269 jiwa yang memiliki nilai MoMI 2,34 per 1000 penduduk, 36 kasus di
bulan Maret dengan jumlah penduduk 10.269 jiwa yang memiliki nilai MoMI
3,51 per 1000 penduduk, 14 kasus di bulan April dengan jumlah penduduk
10.269 jiwa yang memiliki nilai MoMI 1,36 per 1000 penduduk, 67 kasus di
bulan Mei dengan jumlah penduduk 10.269 jiwa yang memiliki nilai MoMI
6,52 per 1000 penduduk, 17 kasus di bulan Juni dengan jumlah penduduk
10.269 jiwa yang memiliki nilai MoMI 1,66 per 1000 penduduk.
Muaro Siberut pada periode Januari – Juni 2015 adalah 0 kasus di bulan
Januari dengan jumlah penduduk 10.269 jiwa yang memiliki nilai MoPI 0 per
jiwa yang memiliki nilai MoPI 0 per 1000 penduduk, 0 kasus di bulan April
dengan jumlah penduduk 10.269 jiwa yang memiliki nilai MoPI 0 per 1000
31
penduduk, 0 kasus di bulan Mei dengan jumlah penduduk 10.269 jiwa yang
memiliki nilai MoPI 0 per 1000 penduduk, 0 kasus di bulan Juni dengan
jumlah penduduk 10.269 jiwa yang memiliki nilai MoPI 0 per 1000
penduduk.
4.2. Pembahasan
Mei dan pada bulan Juni 17 kasus malaria. Penetapan kasus malaria klinis di
nilai MoMI pada bulan Januari – Juni 2015 adalah sebesar 1,07 kasus per
1000 penduduk pada bulan Januari 2,34 kasus per 1000 penduduk di bulan
Mei, dan pada bulan Juni 1,66 kasus per 1000 penduduk.
Indikator AMI adalah kasus malaria klinis selama satu tahun disuatu
dapat dikatakan endemis malaria rendah jika diketahui nilai AMI <10 kasus
per 1.000 penduduk. Endemisitas sedang jika AMI sebesar 10 – 50 kasus per
32
1.000 penduduk dan wilayah dengan endemis tinggi jika AMI > 50 kasus per
MoPI 0 per 1.000 penduduk pada periode Januari – Juni 2015. Endemisitas
wilayah berdasarkan indicator API dapat diketahui jika nilai API < 1 kasus
dan endemis tinggi jika API > 5 kasus per 1.000 penduduk (Kemenkes,2007).
indicator API lebih baik dari indicator AMI akibat dari indicator API
sasaran.
BAB V
KESIMPUALAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Januari – Juni 2015 seanyak 169 tidak ditemukan adanya kasus infeksi
5.2. Saran
endemis malaria.
34
DAFTAR PUSTAKA
Harijanto PN. Malaria.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2006;Hal:1754-60.