Gambaran Tingkat Kepatuhan Minum Obat Anti Malaria Pada Penderita Malaria Di Kampung
Usili, Wilayah Kerja Puskesmas Malawili, Kabupaten Sorong.
Disusun Oleh:
dr. Okky Ryan Silviana
Pembimbing:
dr. Hotma D.J Sihaloho
Judul : Gambaran Tingkat Kepatuhan Minum Obat Anti Malaria Pada Penderita
Sorong.
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga Laporan Mini Project
ini yang berjudul “Gambaran Tingkat Kepatuhan Minum Obat Anti Malaria Pada Penderita
Malaria Di Kampung Usili, Wilayah Kerja Puskesmas Malawili, Kabupaten Sorong.” ini dapat
diselesaikan dengan baik. Laporan Mini Project ini diajukan sebagai bagian dari kegiatan Program
Internship Dokter Indonesia di Puskesma Malawili. Pada Kesempatan ini, tak lupa saya mengucapkan
terimakasih kepada dr. Hotma D.J Sihaloho selaku pendamping selama menjalankan Program Internship
Dokter Indonesia di Puskesmas Malawili.
Akhir kata saya ucapkan terimakash yang sebesar-besarnya kepada setiap pihak yang telah
membantu sampai selesainya Laporan Mini Project ini. Saya menyadari bahwa Laporan Mini Project ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu saya harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga Laporan Mini Project ini berguna bagi kita
semua
Sorong, 2023
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Malaria merupakan sebuah infeksi parasit yang ditransmisikan oleh nyamuk Anopheles, infeksi
ini dapat menyebabkan penyakit akut yang mengancam nyawa. Malaria umumnya ditemukan di
negara – negara tropis. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Plasmodium sp. yang memiliki siklus
hidup multitahap, dan menghasilkan karakteristik demam yang bersiklus. Malaria masih menjadi
penyakit infeksius yang paling mematikan di dunia, walaupun begitu penyakit ini sebenarnya dapat
dicegah.1
Menurut World Malaria Report 2022, jumlah kasus malaria di seluruh dunia adalah sebesar 247
juta kasus, tersebar di 84 negara endemis malaria, termasuk Indonesia. Di regional Asia Tenggara
sendiri, terdapat 9 negara endemis malaria, dan berkontribusi sebesar 2% (5.4 juta kasus) dari jumlah
kasus malaria di seluruh dunia.2 Data Kementrian Kesehatan menunjukkan, ada 415.140 kasus malaria
di Indonesia pada tahun 2022. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 36,29%
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah kasus malaria per 1.000 penduduk (annual paracite
incidence/API) sebesar 1,51 pada tahun 2022. Terdapat 372 kabupaten dan kota di Indonesia yang
telah berhasil melakukan eliminasi malaria.3 Statistik diatas menunjukkan bahwa malaria masih
menjadi masalah di Indonesia, terutama Kabupaten Sorong yang masih termasuk dalam endemis
malaria.
Penderita malaria sering tidak mematuhi aturan minum obat sesuai dengan jadwal pengobatan
dan menurut dosis yang telah ditetapkan. Penelitian tentang pengobatan malaria pernah dilakukan di
Kenya, dan menunjukkan bahwa hanya 50,9% penderita malaria berobat secara benar, sisanya yaitu
49,1% berobat kurang benar. Kondisi demikian akan menyebabkan kadar obat di dalam darah tidak
sesuai lagi, dan tidak mampu membunuh Plasmodium. Kadar obat dalam darah yang tidak sesuai ini
akan mengakibatkan Plasmodium mampu melakukan adaptasi, sehingga akhirnya akan timbul kasus
resisten. Faktor tidak patuhnya minum obat dapat juga menyebabkan penularan penyakit malaria sulit
dieliminasi dan dapat menimbulkan kasus relap (rekrudensi, rekurensi).
Oleh karena itu informasi tentang tingkat kepatuhan berobat penderita malaria serta faktor yang
berhubungan mempengaruhi hal tersebut, sangat diperlukan agar nantinya dapat dilakukan tindakan
intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah malaria khususnya masalah pengobatan untuk
menunjang keberhasilan program penanggulangan malaria di Kabupaten
Sorong Puskesmas malawili, kelurahan malasom, kampung usili.
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Malaria
II.1.2 Epidemiologi
Menurut World Malaria Report 2022, jumlah kasus malaria di seluruh dunia
adalah sebesar 247 juta kasus, tersebar di 84 negara endemis malaria, termasuk Indonesia.
Di regional Asia Tenggara, terdapat 9 negara endemis malaria, dan berkontribusi sebesar
2% (5.4 juta kasus) dari jumlah kasus malaria di seluruh dunia. 2 Data Kementrian
Kesehatan menunjukkan, ada 415.140 kasus malaria di Indonesia pada tahun 2022.
Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 36,29% dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Jumlah kasus malaria per 1.000 penduduk (annual paracite incidence/API)
sebesar 1,51 pada tahun 2022. Terdapat 372 kabupaten dan kota di Indonesia yang telah
berhasil melakukan eliminasi malaria.3,8,9,10
Parasit malaria memerlukan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu manusia dan
nyamuk Anopheles betina 5
1. Siklus Pada Manusia.
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia, sporozoit yang berada
di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama lebih kurang
setengah jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit
hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10,000-30,000
merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus ekso-eritrositer yang
berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada P. vivax dan P. ovale, sebagian
tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk
dorman yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam sel hati selama
berbulan-bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh menurun,
akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Merozoit yang berasal
dari skizon hati yang pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah
merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit
sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini
disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit
yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus
eritrositer. Pada P. falciparum setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang
menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium seksual (gametosit jantan dan
betina). Pada spesies lain siklus ini terjadi secara bersamaan. Hal ini terkait dengan waktu
dan jenis pengobatan untuk eradikasi. Siklus P. knowlesi pada manusia masih dalam
penelitian. Reservoar utama Plasmodium ini adalah kera ekor panjang (Macaca sp). Kera
ekor panjang ini banyak ditemukan di hutan-hutan Asia termasuk Indonesia. Pengetahuan
mengenai siklus parasit tersebut lebih banyak dipahami pada kera dibanding manusia.
1. Demam
Akibat hemolisis, sekuestrasi eritrosit di limpa dan organ lain, dan depresi
sumsum tulang. Hemolisis sering menyebabkan kenaikan dalam billirubin serum, dan
pada malaria falsifarum ia dapat cukup kuat untuk mengakibatkan hemoglobinuria
(blackwater fever). Perubahan autoantigen yang dihasilkan dalam sel darah merah oleh
parasit mungkin turut menyebabkan hemolisis, perubahan-perubahan ini dan peningkatan
fragilitas osmotic terjadi pada semua eritrosit, apakah terinfeksi apa tidak. Hemolisis
dapat juga diinduksi oleh kuinin atau primakuin pada orang-orang dengan defisiensi
glukosa-6-fosfat dehidrogenase herediter. Pigmen yang keluar kedalam sirkulasi pada
penghancuran sel darah merah berakumulasi dalam sel retikuloendotelial limfa, dimana
folikelnya menjadi hiperplastik dan kadang-kadang nekrotik, dalam sel kupffer hati dan
dalam sumsum tulang, otak, dan organ lain. Pengendapan pigmen dan hemosiderin yang
cukup mengakibatkan warna abu-abu kebiruan pada organ.
1. Kejadian immunopatologi
Aktivasi poliklonal → hipergamaglobulinemia, pembentukan kompleks imun, depresi
immun, pelepasan sitokin seperti TNF Bentuk imunitas terhadap malaria dapat dibedakan
atas:
a) Imunitas alamiah non imunologis
Berupa kelainan-kelainan genetic polimorfisme yang dikaitkan dengan
resistensi terhadap malaria, misalnya: Hb S, Hb C, Hb E, thallasemin alafa-
beta, defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase, golingan darah duffy negative
kebal terhadap infeksi plasmodium vivax, individu dengan HLA-Bw 53 lebih
rentan terhadap malaria dan melindungi terhadap malaria berat.
b) Imunitas didapat non spesifik
Sporozoit yang masuk kedalam darah segera dihadapi oleh respon imun
non spesifik yang terutama dilakukan oleh magrofag dan monosit, yang
menghasilkan sitokin-sitokin seperti TNF, IL1, IL2, IL4, IL6, IL8, dan IL10,
secara langsung menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik), membunuh
parasit (sitotoksik).
c) Imunitas didapat spesifik.
1. Masa inkubasi
Masa inkubasi biasanya berlangsung 8-37 hari tergantung dari spesies parasit
(terpendek untuk P. falciparum dan terpanjanga untuk P. malariae), beratnya infeksi dan
pada pengobatan sebelumnya atau pada derajat resistensi hospes. Selain itu juga cara
infeksi yang mungkin disebabkan gigitan nyamuk atau secara induksi (misalnya transfuse
darah yang mengandung stadium aseksual).
2. Keluhan-keluhan prodromal
Gejala-gejala klasik umum yaitu terjadinya trias malaria (malaria proxym) secara
berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
a) Stadium dingin (cold stage)
10. Anemia berat pada anak < 12 tahun : Hb <5 g/dl , Hematokrit <15% pada endemis
tinggi dan ; Hb <7g/dl, Hematokrit <21% untuk endemis sedang-rendah ; pada dewasa
Hb<7g/dl atau hematokrit <21%
11. Hiperparasitemia (parasit >2 % eritrosit atau 100.000 parasit)
13. Gangguan fungsi ginjal (kreatinin serum >3 mg/dL) atau ureum darah >20 mmol/L
II.1.6 Diagnosis
- Anamnesis
Keluhan utama dapat meliputi demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Riwayat berkunjung dan bermalam
1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria. Riwayat tinggal didaerah endemik
malaria. Riwayat sakit malaria. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir. Gejala
klinis pada anak dapat tidak jelas. Riwayat mendapat transfusi darah. 6
Selain hal-hal tadi, pada pasien penderita malaria berat, dapat ditemukan keadaan
seperti Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat, Keadaan umum yang lemah,
Kejang-kejang, Panas sangat tinggi, Mata dan tubuh kuning, Perdarahan hidung, gusi, tau
saluran cerna, Nafas cepat (sesak napas), Muntah terus menerus dan tidak dapat makan
minum, Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman, Jumlah air seni
kurang bahkan sampai tidak ada dan Telapak tangan sangat pucat.6
- Pemeriksaan fisik
a. Malaria Ringan
- Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan penunjang meliputi; darah rutin, kimia darah lain (gula darah, serum
bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium
dan kalium, anaIisis gas darah, EKG, Foto toraks, Analisis cairan serebrospinalis, Biakan
darah dan uji serologi, dan Urinalisis.
Gambar 2.4 Algoritme Diagnosis Malaria7
II.1.7 Tatalaksana
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini menggunakan DHP dan
Primakuin. Pemberian kombinasi ini untuk meningkatkan efektivitas dan
mencegah resistensi. Malaria tanpa komplikasi diobati dengan pemberian DHP
secara oral. Disamping itu diberikan primakuin sebagai gametosidal dan
hipnozoidal.7
Catatan :
- Sebaiknya dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila penimbangan
berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan
kelompok umur.
- Apabila ada ketidak sesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
pengobatan), maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan.
- Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
- Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan ibu menyusui bayi < 6
bulan.
- Pemberian Primakuin harus disertai edukasi pemantauan warna urin selama 3
hari pertama setelah minum obat. Jika warna urin menjadi coklat tua atau hitam,
segera hentikan pengobatan dan rujuk ke rumah sakit.
- Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui
anamnesis ada keluhan atau riwayat warna urin coklat kehitaman setelah minum
obat (golongan sulfa, primakuin, kina, klorokuin dan lain-lain), segera kirim ke
fasilitas pelayanan kesehatan rujukan atau rumah sakit. Dosis primakuin pada
penderita malaria dengan defisiensi G6PD 0.75 mg/kgBB/minggu diberikan
selama 8 minggu dengan pemantauan warna urin dan kadar hemoglobin.
Pengobatan malaria ovale saat ini menggunakan ACT yaitu DHP selama
3 hari ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya
sama dengan untuk malaria vivaks.
Tabel 4. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks pada ibu hamil
Semua penderita malaria berat harus ditangani di Rumah Sakit (RS) atau
puskesmas perawatan. Bila fasilitas maupun tenaga kurang memadai, misalnya
jika dibutuhkan fasilitas dialisis, maka penderita harus dirujuk ke RS dengan
fasilitas yang lebih lengkap. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan dan
ketepatan diagnosis serta pengobatan. Malaria berat diobati dengan injeksi
Artesunat dilanjutkan dengan DHP oral.
Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria
berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk
berikan pengobatan pra rujukan, yaitu:
1. Diberikan suntikan artesunate iv/ im dosis awal yaitu 2,4 mg/kgBB
(3mg/kgBB untuk anak <21 kg) satu kali dan dirujuk.
2. Bila tak ada artesunate injeksi dapat diberikan DHP per oral, satu kali
pemberian dosis sesuai BB.
Artesunat intravena merupakan pilihan utama.
- Pemberian Antibiotik
PEMANTAUAN PENGOBATAN7
A. Rawat Jalan
B. Rawat Inap
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut
kosong karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan
terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
II.1.8 Pencegahan
Pencegahan malaria tidak hanya pemberian obat profilaksis, karena
tidak ada satupun obat malaria yang dapat melindungi secara mutlak terhadap
infeksi malaria.7 Prinsip pencegahan malaria adalah :
(A) Awareness: Kewaspadaan terhadap risiko malaria
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
e. Dukungan Keluarga
Patuh
Suatu tindakan yang taat baik terhadap perintah ataupun aturan dan semua
aturan maupun perintah tersebut dilakukan dengan benar.
Kurang Patuh
Tidak patuh
METODE PENILITIAN
III.1 Desain Mini Project
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang menggambarkan tentang kepatuhan minum
obat malaria. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.
Usia
III.10.1
Pendidikan
Kepatuhan Minum Obat
= Variabel Independent
= Variabel Dependent
III.11 Analisis Penyebab Masalah
MANUSIA
METODE Kurangnya
pemahaman dari
Kurangnya masyarakat tentang
monitoring petugas bahaya malaria
Program puskesmas
belum berjalan
maksimal
Kurangnya
kepatuhan
minum
OAM
Kondisi rumah yang
banyak ventilasi
Kurangnya edukasi untuk masuk nyamuk
cara pencegahan dan Terdapat sawah,
pengobatan rawa, kebun, pantai,
dan selokan
V.2 Saran
1. Bagi tenaga kesehatan khususnya Puskesmas lebih intensif memberikan pengetahuan
tentang malaria khususnya dalam hal pengobatan kepada masyarakat dan penderita
malaria, sehingga diharapkan penderita akan lebih patuh.
2. Bagi Dinas Kesehatan setempat dan Puskesmas, perlu mengintensifkan kegiatan surveilan
malaria khususnya pemantauan kepatuhan minum obat bagi penderita malaria.
3. Bagi peneliti lain, diperlukan metode yang lebih baik dalam menentukan status patuh dan
tidaknya minum obat untuk menjamin validitas data tentang kepatuhan minum obat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buck E, Finnigan N. Malaria. In: StatPearls [Internet]. Statpearls Publishing;
2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551711
2. World Malaria Report 2022.; 2022. https:// www.who.int/publications-detail-
redirect/9789240064898
3. Widi S. Kasus Malaria Indonesia Melonjak 36,29% pada 2022.
DataIndonesia.id. Published 2023. Accessed May 5, 2023.
https://dataindonesia.id/ragam/detail/kasus- malaria-indonesia-melonjak-3629-
pada-2022
4. Peta Sebaran Vektor Malaria Available at: DUNIA VEKTOR DAN
RESERVOIR (DUVER) B2P2VRP SALATIGA. Published 2014.
Accessed May 5, 2023.
http://www.b2p2vrp.litbang.kemkes.go.id/duver/duo-776-peta-sebaran-vektor-
malaria.html
5. Kemenkes. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 5 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Tata Laksana Malaria. Peratur Menteri Kesehat RI. 2013;(128):5-62.
6. Roach RR. Malaria. Trop Pediatr A Public Heal Concern Int Proportions.
2012;4(2):83.
7. Kemenkes RI. Tatalaksana Kasus Malaria. Direktorat Jenderal P2P Kementeri
Kesehat. Published online 2020:1-44. http://www.malaria.id/p/buku-malaria.html
8. Herdiana H, Cotter C, Coutrier FN, Zarlinda I, Zelman BW, Tirta YK, et al.
Malaria risk factor assessment using active and passive surveillance data from
Aceh Besar, Indonesia, a low endemic, malaria elimination setting with
Plasmodium knowlesi, Plasmodium vivax, and Plasmodium falciparum.
Malaria Journal. 2016;1–15.
9. James, C. & Nyoman, K. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Jakarta:
Infomedika. 2006.
10. Harijanto, P. N. Malaria: Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan
Penanganan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2000.
11. Carpenito, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan).Edisi 8.
Jakarta: EGC
12. Badan POM. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta. Hal.
1- 122.
13. Fox,J.P,Hall, C.R.N.and Elvecback,L.R.(1989), Epidemiology,Man an
Diseases. The Macmillan Company, Collier -Mac millan.Ltd., London
14. Stops C.A., Yoyo R.G., SaptoroR., DwikoS., Kathryn A.B., HeriA., Iqbbal
F.E.,and AmrulM., (2008). Laboratory and Field Testing of Bed-net Trap for
Mosquito (Diptera: Culicidae)Collection in West Java, Indonesia.
SubmitedJournal of Medical Entomology
15. Ruliansyah, A., & Pradani, F. Y. (2020). Perilaku-Perilaku Sosial Penyebab
Peningkatan Risiko Penularan Malaria di Pangandaran. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan, 23(2), 115–125. https://doi.org/10.22435/hsr.v23i2.2797
16. Njim, T., Dondorp, A., Mukaka, M., & Ohuma, E. O. (2018). Identifying risk
factors for the development of sepsis during adult severe malaria. Malaria
Journal, 17(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12936-018-2430-2
17. Gunawan S. (2000). Epidemiologi Malaria. Dalam Harijanto PN (editor):
Malaria, Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. EGC.
18. Wibowo. (2017). Risiko Kejadian Malaria Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Cikeusik. Mkmi, 13(2), 139–146.
https://doi.org/https://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v13i2.1985
19. Darmiah, D., Baserani, B., Khair, A., Isnawati, I., & Suryatinah, Y. (2019).
Hubungan tingkat pengetahuan dan pola perilaku dengan kejadian malaria di
Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah. Journal of Health
Epidemiology and Communicable Diseases, 3(2), 36–41.
https://doi.org/10.22435/jhecds.v3i2.1793
20. Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
21. Harijanto, & Paul. (2012). Malaria Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi
Klinis dan Penanganan. EGC
22. Purwanto. 2003. Kepatuhan Minum Obat Anti Malaria Kemasan dan Tanpa
Kemasan di Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Judul : Gambaran Tingkat Kepatuhan Minum Obat Anti Malaria Pada Penderita
Sorong.
Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi persyaratan kegiatan atau program
internship dokter umum di Puskesmas Malawili yang diwajibkan dan dilaporkan dalam bentuk
mini project.
Partisipasi anda dalam melaksanakan penelitian ini bersifat sukarela, anda mempunyai
hak bebas berpatisipasi atau menolak menjadi responden, jika anda tidak bersedia saya akan
tetap menghargai dan tidak mempengaruhi terhadap proses penelitian.
Peneliti akan menjamin kerahasiaan anda dan jawaban yang anda berikan. Informasi yang
anda berikan akan saya simpan kerahasiaanya.
Sorong, 2023
Responden Peneliti
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
No. Responden :
Sorong, 2023
(...........................................)
LAMPIRAN III
Kuesioner Kepatuhan MMAS ( Morisky Medication Adherence Scale )
skor
(ya : 1,
No Pertanyaan
jawaban pasien tidak :0)
Ya Tidak
1 Pernahkah anda lupa minum obat?
Selain lupa, mungkin anda tidak minum
obat karena alasan lain. Dalam 2 minggu
2
terakhir apakah anda pernah tidak
minum obat?
Keterangan :
selalu (>7 kali perminggu), biasanya (4-6 kali dalam seminggu), kadang-kadang ( 2-3 kali dalam
seminggu), sesekali (1 kali dalam seminggu), tidak pernah.
Skor :
0 : Tinggi
1-2 : sedang
>2 : Rendah
LAMPIRAN IV
NAMA JENIS
PASIEN KELAMIN USIA PENDIDIKAN PEKERJAAN DIAGNOSA
TIDAK
Rayen Riri L 44 SEKOLAH Petani PF
Telly Mahwil L 37 SD IRT PF
Wiratma Late L 35 SD Petani PF
Muh. Husain L 33 SMP Petani PV
Magda Lessy W 25 SD IRT PF
Sukarman L 32 SMP Petani PF
Martina Horota W 16 SMA Petani PF
Kristina Yulimo W 31 SD Petani PF
TIDAK
Rayen Riri L 44 SEKOLAH Petani PF
Simon Keramu L 10 SD Tidak Bekerja PF
TIDAK
Deki Keramu L 49 SEKOLAH Petani PF
Novela Keramu W 13 SMP Tidak bekerja PF
LAMPIRAN V
DOKUMENTASI KEGIATAN