Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria merupakan penyakit berbasis lingkungan merupakan salah

satu masalah kesehatan di Indonesia, hal ini tercerminnya dari tingginya

angka kejadian penyakit dan kunjungan pasien ke sarana pelayanan

kesehatan. Tingginya penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh

kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat, buruknya keadaan fisik

lingkungan masyarakat dan kondisi vektor yang belum sepenuhnya

terkendali.

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang banyak di derita oleh

penduduk di daerah tropis dan subtropis. Penyakit malaria banyak ditemukan

pada penduduk yang tinggal di daerah rawa. Vektor yang berperan dalam

penularan penyakit malaria adalah nyamuk Anopheles. Plasmodium yang

menyebabkan penyakit malaria berasal dari spesies Plasmodium falciparum,

Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae,

(Hiswani,2004).

World Malaria Report 2017 menyebutkan bahwa malaria masih

menjadi penyakit yang membebani dunia. Pada tahun 2016 malaria

menyebabkan 445.000 kasus kematian diseluruh dunia. Prevalensi malaria

tertinggi terjadi di wilayah Afrika pada tahun 2016 malaria juga

menyebabkan angka kesakitan yang tinggi, yaitu sebanyak 261.100.000

kasus sehingga menjadikan Indonesia Negara endemis malaria (WHO,2017).


Malaria tersebar luas di Indonesia pada semua pulau dengan derajat

dan berat infeksi yang bervariasi. Setengah dari penduduk Indonesia

bertempat tinggal di daerah endemis malaria dan diperkirakan terdapat 30

juta kasus baru malaria setiap tahunnya. Annual Paracite Incidence (API)

tahun 2012, dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia bagian Timur

masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang terdapat di

beberapa wilayah di Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera, sedangkan di

Jawa dan Bali termasuk dalam stratifikasi rendah, meskipun masih terdapat

jumlah desa/fokus malaria yang tinggi. Pada tahun 2009, Kejadian Luar

Biasa (KLB) dilaporkan terjadi di pulau Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan

Banten), Kalimantan (Kalimantan Selatan), Sulawesi (Sulawesi Barat), dan

Sumatera (Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Lampung)

dengan jumlah total penderita sebanyak 1.869 jiwa dan jumlah kematian

sebanyak 11 jiwa (Arsin, 2012).

Kejadian malaria dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu host

(manusia dan nyamuk), agent (parasit/plasmodium), dan environment

(lingkungan). Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya

malaria di suatu daerah. Adanya danau air payau, genangan air di hutan,

persawahan, tambak ikan, pembukaan hutan, dan pertambangan di suatu

daerah akan meningkatkan kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena

tempat tersebut merupakan tempat perindukan nyamuk malaria.

Intervensi lingkungan yang dapat dilakukan dalam menanggulangi

penyakit malaria melalui upaya pengendalian vektor meliputi suatu usaha

mengurangi atau menekan populasi vektor serendah - rendahnya sehingga


tidak berarti lagi sebagai penular penyakit. Beberapa upaya pengendalian

nyamuk dapat dilakukan dengan cara fisik yaitu dengan memasang kawat

kasa jendela, penggunaan raket nyamuk elektrik, biologi yaitu dengan aksi

musuh-musuh alami berupa parasit/pemangsa, kimia yaitu menggunakan

kelambu tidur berinsektisida, menggunakan obat anti nyamuk dan melakuakn

IRS (indoor residual spraying) (Sucipto Cecep Dani, 2015:151).

Kasus malaria tertinggi disebabkan oleh parasit Plasmodium vivax

sebanyak 68 kasus. Selebihnya, oleh parasit Plasmodium falciparum

sebanyak 11 kasus dan Mix sebanyak 1 kasus. Penderita malaria laki-laki

lebih tinggi (57 kasus) dibandingkan dengan perempuan (23 kasus) (Dinkes

Bandar Lampung, 2020). Kasus malaria tersebar di beberapa wilayah

Puskesmas yang ada di Kota Bandar Lampung, wilayah yang endemis

malaria yaitu wilayah dipesisir pantai seperti Wilayah Kerja Puskesmas

Panjang, Kota Karang, Sukamaju dan juga daerah yang ada di wilayah

datar/landai seperti Puskesmas Sumur Batu, dan Bakung (Dinkes Bandar

Lampung, 2020).

Kecamatan Panjang merupakan salah satu daerah di Kota Bandar

Lampung yang belum terbebas dari penyakit malaria. Contohnya pada tahun

2018 malaria merupakan satu-satunya penyakit berbasis lingkungan yang

masuk kedalam 10 besar kasus penyakit terbanyak, yaitu sebanyak 1419

kasus malaria klinis. Menurut data malaria yang tercatat di Puskesmas

Rawat Inap Panjang Kota Bandar Lampung pada tahun 2019 ditemukan

kasus malaria dengan jumlah 67 Penderita (Puskesmas Rawat Inap Panjang,

2021).
Program Puskesmas yang masih dilakukan adalah Penyelidikan

Epidemiologi (PE) pada kasus positif malaria dan sosialisasi atau

penyuluhan. Kegiatan ini biasanya diselipkan dalam kegiatan program

lainnya dalam upaya promosi kesehatan atau secara mandiri dilakukan oleh

petugas Puskesmas yang menemukan penderita malaria di wilayahnya.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis ingin melakukan penelitian,

mengetahui Gambaran Kegiatan Pengendalian Penyakit Malaria yang ada di

Puskesmas Rawat Inap Panjang Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

Tahun 2021.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas masih adanya kasus penyakit malaria di

Puskesmas Rawat Inap Panjang, walaupun angka penderita penyakit menurun

tetapi penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan

kematian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka peneliti ingin

mengetahui bagaimana kegiatan pengendalian penyakit malaria melalui

upaya pengendalian vektor di Puskesmas Rawat Inap Panjang Kecamatan

Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui kegiatan pengendalian penyakit malaria di Puskesmas Rawat

Inap Panjang Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2021.


2. Tujuan Khusus

a. Diketahui kegiatan pengendalian malaria melalui pengendalian vektor

secara fisik di Puskesmas Rawat Inap Panjang Kecamatan Panjang Kota

Bandar Lampung tahun 2021.

b. Diketahui kegiatan pengendalian malaria melalui pengendalian vektor

secara kimia di Puskesmas Rawat Inap Panjang Kecamatan Panjang Kota

Bandar Lampung Tahun 2021.

c. Diketahui kegiatan pengendalian malaria melalui pengendalian vektor

secara biologi Puskesmas Rawat Inap Panjang Kecamatan Panjang Kota

Bandar Lampung Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi Penulis, dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah

didapat dibangku kuliah pada Jurusan Kesehatan Lingkungan.

b. Bagi Masyarakat, memberikan informasi kepada masyarakat tentang

gambaran kegiatan pengendalian malaria, sehingga masyarakat dapat

mengetahui dan melakukan upaya pengendalian malaria.

c. Bagi Institusi, untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

gambaran kegiatan pengendalian malaria.

d. Bagi Puskesmas, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan dan menentukan kebijakan dalam program

pengendalian penyakit malaria di Puskesmas Rawat Inap Panjang.


E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi pada kegiatan upaya

melalui pengendalian vektor malaria secara fisik (Penggunaan kawat kasa,

dan penggunaan raket elektrik), secara biologi (menggunakan pemangsa

alami) dan secara kimia (menggunakan kelambu berinsektisida,

menggunakan obat anti nyamuk, dan melakukan IRS) di Puskesmas Rawat

Inap Panjang Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung Tahun 2021.

Anda mungkin juga menyukai