Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah
klien serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir
di seluruh belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan sub
tropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi
epidemiologik menunjukkan bahwa malaria menyerang kelompok umur
balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB)
malaria biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan
datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktivitas nyamuk
anopheles pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya
penularan penyakit malaria pada manusia melalui gigitan nyamuk.

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit


Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
(Beutler, 2006). World Health Organization (WHO) memperkirakan
sekitar 3,2 milyar penduduk dunia berisiko terinfeksi malaria. Sekitar
198 juta kasus malaria terjadi di dunia pada tahun 2013 dan
menyebabkan kematian sekitar 584.000 kasus (WHO, 2014).

Gejala klinis malaria antara lain demam, menggigil, berkeringat,


nyeri otot, persendian, malaise, kelelahan, gangguan gastrointestinal
(mual, muntah dan diare), sakit kepala, nyeri punggung, mialgia, dan
batuk (CDC, 2013). Gejala demam khas malaria adalah menggigil diikuti
demam dan berkeringat yang terjadi berulang setiap hari, dua hari
sekali atau tiga hari sekali tergantung Plasmodium yang menginfeksi
(Depkes, 2014).
Malaria juga sangat sulit untuk diberantas karena keberadaan
nyamuk itu sendiri mencapai ratusan spesies. Tidak kurang dari 400
spesies jenis nyamuk anopheles hidup di bumi. Di Indonesia memiliki
sedikitnya 20 jenis anopheles dimana 9 jenis diantaranya merupakan
faktor penyebab malaria dan Papua merupakan tempat
perkembangbiakan paling potensial. Secara teoritis cukup hanya dengan
satu kali gigitan nyamuk anopheles yang mengandung parasite
seseorang sudah dapat terjangkit malaria. Penyakit ini sebenarnya jenis
penyakit yang disebabkan oleh parasit yang dikenal dengan nama
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles sebagai
penyebab malaria tropikana dan merupakan jenis paling berbahaya
dengan tingkat kematian paling tinggi. Plasmodium yang kedua adalah
vivax penyebab malaria jenis tertiana.
Adanya kejadian malaria di masyarakat dapat sebagai bahan
penelaahan bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat yang terkena
penyakit malaria atapun masyarakat dalam melakukan usaha
pencegahan terhadap penyakit malaria. Pencegahan atau pun
pengobatan penyakit malaria dibutuhkan suatu pengetahuan yang baik
agar dalam tindakan pencegahan atau pun pengobatan malaria dapat
dilakukan secara baik dan benar.
Pengetahuan masyarakat yang diperoleh dari berbagai sumber
merupakan upaya positif untuk dapat melakukan suatu tindakan yang
berarti guna meminimalkan terserangnya penyakit malaria bagi
keluarganya. Tindakan menjaga kebersihan, pemakaian obat malaria,
menghindar dari gigitan nyamuk, seperti memakai kelambu atau kasa
anti nyamuk, vaksin malaria, memelihara ikan pemakan jentik di
kolam/bak-bak penampungan air sepeti ikan kakap merah, menghindari
keluar rumah pada waktu malam hari.
Pada kenyataannya, kesadaran masyarakat untuk melakukan
upaya pencegahan masih belum seperti yang diharapkan, walaupun
beberapa kegiatan yang bertujuan untuk mengupayakan pencegahan
malaria telah dilaksanakan dalam beberapa tatanan seperti tatanan
rumah tangga, tatanan masyarakat dan tatanan tempat-tempat umum.
Upaya pencegahan malaria dalam tatanan rumah tangga mempunyai
daya ungkit yang paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat
secara umum.
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. Perencanaan Strategis
Rencana strategis adalah merupakan suatu proses yang
berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu
sampai dengan lima tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang,
tantangan dan hambatan yang timbul.

B. Sasaran Strategis
Sasaran strategis di Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau
dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di
daerah ketinggian sampai 1.800 meter di atas permukaan laut (dpl).
Angka Annual Parasite Incidence (API) malaria di pulau Jawa pada
tahun 2000 adalah 0,120 per 1.000 penduduk, sedangkan di luar pulau
Jawa tingkat Parasite Rate (PR) tahun 2000 sebesar 4,78%. Spesies yang
terbanyak dijumpai adalah plasmodium falciparum dan plasmodium
vivax.
Di daerah endemis malaria, penyakit ini menyumbang angka
kesakitan anemia dan kematian ibu hamil. Malaria menyebabkan ibu
hamil melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah, prematur dan
juga kematian bayi. Akibat lainnya klien dalam usia produktif akan
menurun produktifitasnya (Briand 2007).
Malaria merupakan penyakit menular dan pengendaliannya telah
menjadi bagian dari komitmen Sustainable Development Goals (SDGs)
hingga tahun 2030 (Kemenkes RI, 2017). Untuk mengurangi wabah
malaria, pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia telah bekerja keras memberantas penyakit malaria
pada tahun 2030. Pada tahun 2016 jumlah kabupaten/kota eliminasi
malaria sebanyak 247 dari target 245. Pada tahun 2017, dari 514
jumlah kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) merupakan daerah
bebas malaria, 172 kabupaten/kota (33%) merupakan daerah endemis
rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis sedang, dan 39
kabupaten/kota (8%) endemis tinggi. Sementara target tahun 2018
sebanyak 285 kabupaten/kota berhasil memberantas penyakit malaria,
dan pada tahun 2019 mencapai eliminasi 300 kabupaten/kota. Selain
itu, pemerintah juga menargetkan tidak ada lagi daerah endemis malaria
pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2019).
Di RSIA Restu Bunda Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
mendiagnosa penyakit malaria berdasarkan atas deteksi antigen parasit
malaria didalam darah dengan menggunakan prinsip immunochro
matographic (Wowor, 2019). Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
menunjukkan efektivitas dan kecepatan dalam mendiagnosis malaria
yang cukup baik.
Penegakan diagnostik malaria dalam mendeteksi penyakit malaria
dapat dilakukan melalui pemeriksaan Rapid Test Diagnostic (RDT) yaitu
salah satunya dengan metode imunokromatografi, pemeriksaan ini
direkomendasikan untuk semua pasien yang dicurigai menderita
malaria. Pemeriksaan metode ini sangat bermanfaat terutama di daerah
dengan infrastruktur yang sulit. Pemeriksaan ini mendeteksi antigen
malaria berdasarkan reaksi antigen-antibodi melalui kertas
nitritselulosa. Kompleks antigen-antibodi terkonjugasi menjadi emas
koloid dan hasil positif terlihat sebagai garis berwarna merah atau ungu
merah (Istiana, 2021).
Diagnosis malaria ditegakkan setelah dilakukan wawancara
(anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Akan
tetapi diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan
sediaan darah menunjukkan hasil yang positif secara mikroskopis atau
Uji Diagnosis Cepat (Rapid Diagnostic Test= RDT). Diagnosis malaria
dapat dilakukan dengan (Kemenkes RI, 2017):
Laporan Kasus Malaria April s/d Juni Tahun 2023
2.5

1.5

0.5

0
Ibu Anak

APRIL MEI JUNI

Berdasarkan grafik diatas kasus malaria dari April s/d Juni 2023 masih dapat
terkontrol dengan baik
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas terdapat beberapa kesimpulan yang
dapat disampaikan antara lain :
1. Kasus malaria di RSIA Restu Bunda untuk bulan Juni 2023 terdapat 1
kasus dan sudah tertangani dengan baik.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas,rekomendasi untuk tenaga Mikroskopis
Malaria dibutuhkan 1 orang.
LAPORAN KASUS MALARIA
RSIA RESTU BUNDA

BULAN SEPTEMBER
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian
World Health Organization (WHO) untuk dapat dilakukan eradikasi. World
malaria report tahun 2015 melaporkan bahwa pada tahun 2013 terjadi
584.000 kematian di seluruh dunia dan sebesar 90% berada di wilayah
Afrika, 7% di wilayah Asia Tenggara dan 2% di wilayah Mediterania Timur.
Kematian terbesar di wilayah Afrika terjadi pada anak-anak berusia di
bawah 5 tahun sebesar 78% (WHO, 2015).
Sementara laporan WHO (2016) memperkirakan bahwa kasus malaria
tertinggi pada tahun 2015 terjadi di Afrika (88%), Asia Tenggara (10%) dan
Mediterania Timur (2%). Negara Indonesia yang termasuk dalam wilayah
Asia Tenggara merupakan daerah endemik malaria dimana sekitar 35
persen penduduknya tinggal di daerah berisiko terinfeksi malaria dan
dilaporkan sebanyak 38 ribu orang meninggal per tahun karena malaria
berat akibat Plasmodium falciparum (Mapanawang, 2015).
Pemberantasan epidemi malaria sampai dengan tahun 2030 tertuang
dalam tujuan ketiga Suistainable Development Goals (SDGs). Menurut
WHO (2015), terdapat 97 negara dan wilayah yang merupakan tempat
penularan malaria dan 6 negara yang dalam proses pencegahan
reintroduksi (terjadinya kasus-kasus yang diperkenalkan di negara atau
daerah dimana malaria telah dihapuskan) yaitu Uzbekistan, Kyrgyzstan,
Azerbaijan, Armenia, Kazakhstan and Turkmenistan. Tujuan dari suatu
program pencegahan malaria reintroduksi adalah untuk mempertahankan
status negara bebas malaria.
Malaria adalah penyakit reemerging, yakni penyakit yang dapat menular
kembali secara massal sehingga dianggap berbahaya (Arsunan, A,A, 2012).
Menurut Soemirat dalam Arsunan, A,A (2012) hal tersebut disebabkan oleh
temperatur bumi yang kian memanas karena polusi akibat ulah manusia.
Suhu yang meningkat membuat frekuensi nyamuk menggigit manusia juga
meningkat sehingga terjadi peningkatan penyebaran penyakit.
Munculnya penyakit malaria disebabkan oleh berbagai faktor yang
menunjang vektor nyamuk anopheles bisa tetap survival karena
penyesuaian terhadap lingkungan yang ada sehingga faktor yang pertama
adalah Lingkungan, kemudian perilaku, pelayanan kesehatan dan
hereditas.
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

Sasaran Strategis

Di RSIA Restu Bunda Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)


merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
mendiagnosa penyakit malaria berdasarkan atas deteksi antigen parasit
malaria didalam darah dengan menggunakan prinsip immunochro
matographic (Wowor, 2019). Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
menunjukkan efektivitas dan kecepatan dalam mendiagnosis malaria
yang cukup baik.Sasaran pasiennya dari ibu hamil,anak,dan semua
pasien yang rawat inap dengan keluhan yang menjurus ke penyakit
malaria.
Keluhan pertama malaria adalah demam, menggigil, dan dapat
disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-
pegal. Untuk penderita tersangka malaria berat, dapat disertai satu atau
lebih gejala berikut: gangguan kesadaran dalam berbagai derajat,
kejang-kejang, panas sangat tinggi, mata atau tubuh kuning,
perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan, nafas cepat,
muntah terus-menerus, tidak dapat makan minum, warna air seni
seperti teh tua sampai kehitaman serta jumlah air seni kurang sampai
tidak ada.
Penegakan diagnostik malaria dalam mendeteksi penyakit malaria
dapat dilakukan melalui pemeriksaan Rapid Test Diagnostic (RDT) yaitu
salah satunya dengan metode imunokromatografi, pemeriksaan ini
direkomendasikan untuk semua pasien yang dicurigai menderita
malaria. Pemeriksaan metode ini sangat bermanfaat terutama di daerah
dengan infrastruktur yang sulit. Pemeriksaan ini mendeteksi antigen
malaria berdasarkan reaksi antigen-antibodi melalui kertas
nitritselulosa. Kompleks antigen-antibodi terkonjugasi menjadi emas
koloid dan hasil positif terlihat sebagai garis berwarna merah atau ungu
merah (Istiana, 2021).
Diagnosis malaria ditegakkan setelah dilakukan wawancara
(anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Akan
tetapi diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan
sediaan darah menunjukkan hasil yang positif secara mikroskopis atau
Uji Diagnosis Cepat (Rapid Diagnostic Test= RDT). Diagnosis malaria
dapat dilakukan dengan (Kemenkes RI, 2017)
Laporan Kasus Malaria Mei s/d Juli Tahun 2023
3.5

2.5

1.5

0.5

0
Ibu Anak

Mei Juni Juli

Berdasarkan grafik diatas kasus malaria dari April s/d Juni 2023 masih dapat
terkontrol dengan baik.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas terdapat beberapa kesimpulan yang
dapat disampaikan antara lain :
 Kasus malaria di RSIA Restu Bunda untuk bulan Juli 2023 terdapat 1
kasus dan sudah tertangani dengan baik.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas,rekomendasi untuk tenaga Mikroskopis
Malaria dibutuhkan 1 orang,saat ini dari dinas kota dan provinsi belum
mengadakan pelatihan tersebut.

Bandar Lampung, 02 Agustus 2023


Direktur RSIA Restu Bunda

Dr. Reza Yulisfa Susanto


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Malaria merupakan penyakit menular yang sangat dominan di daerah
tropis dan sub-tropis dan dapat mematikan. Setidaknya 270 juta penduduk
dunia menderita malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi
memiliki risiko terkena malaria. WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang
dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal dikarenakan penyakit yang
disebarluaskan nyamuk Anopheles.Perbedaan penyakit malaria dan DD
Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit
melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Sementara, demam
berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi.
Di Indonesia saat ini, malaria juga masih menjadi masalah utama
kesehatan masyarakat. Rata-rata kasus malaria diperkirakan sebesar 15 juta
kasus klinis per tahun. Penduduk yang terancam malaria adalah penduduk
yang umumnya tinggal di daerah endemic malaria, diperkirakan jumlahnya
85,1 juta dengan tingkat endemisitas rendah, sedang, dan tinggi. Penyakit
malaria 60 persennya menyerang usia produktif.
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan propinsi yang ke 33
Republik Indonesia dengan jumlah penduduk ± 1.106.657 jiwa yang tersebar
di 7 Kabupaten/ Kota. Setiap Kabupaten/Kota termasuk daerah endemis
malaria dan mempunyai geografis yang hampir sama dalam hal tempat
perindukan nyamuk penular malaria (Anopheles), seperti kolong-kolong bekas
galian timah, kebun kelapa, kebun lada, semak, rawa, cekungan batuan
daerah perbukitan, dan air tergenang di pinggir Pantai.
Kasus malaria klinis di wilayah kerja Puskesmas Kenanga pada 4 tahun
terakhir terjadi peningkatan, dimana AMI 22,81 per 1000 penduduk tahun
2004 meningkat menjadi 22,91 per 1000 penduduk tahun 2005, dan
meningkat lagi menjadi 27,01 tahun 2006, sedangkan pada tahun 2007 terjadi
penurunan menjadi 23,42 per 1000 penduduk. Angka SPR selama 4 tahun
terakhir berfluktuasi yaitu tahun 2004 SPR 28,70% dan menurun menjadi
26,10 tahun 2005, pada tahun 2006 terjadi lagi peningkatan menjadi 37,50%,
dan pada tahun 2007 menurun menjadi 25,90%. Selama kurun waktu 4
tahun berturut-turut AMI di wilayah Puskesmas Kenanga berada pada urutan
ke 6 dari 10 Puskesmas yang ada di Kabupaten Bangka. Dilihat AMI di 3 desa
yang ada tidak menunjukkan penurunan yang berarti,bahkan ada satu desa
yang AMI masih diatas 90 per 1000 penduduk.
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

Sasaran Strategis
Tes Deteksi Infeksi (IDT) ditujukan untuk batas deteksi urutan besarnya
lebih rendah dari RDT saat ini dengan tetap mempertahankan keterjangkauan
dan kemudahan penggunaan. Ini memiliki potensi untuk mendeteksi infeksi
yang tersembunyi dari tes manajemen kasus saat ini dan memainkan peran
utama dalam pengaturan eliminasi. Pengembangan alat survei yang dapat
diterapkan di lapangan seperti uji serologi dan pendeteksian parasit yang
dapat mengidentifikasi hot spot populasi akan memungkinkan penargetan
yang lebih efektif untuk skrining intensif, pemberian obat massal, dan
intervensi lain yang ditujukan untuk sisa fokus penularan.
Di RSIA Restu Bunda Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
mendiagnosa penyakit malaria berdasarkan atas deteksi antigen parasit
malaria didalam darah dengan menggunakan prinsip immunochro
matographic (Wowor, 2019). Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
menunjukkan efektivitas dan kecepatan dalam mendiagnosis malaria yang
cukup baik.Sasaran pasiennya dari ibu hamil,anak,dan semua pasien yang
rawat inap dengan keluhan yang menjurus ke penyakit malaria.
Setiap pasien yang akan pulang selalu di eduksi dari pihak RSIA Restu
Bunda untuk Memakai pakaian serba panjang seperti celana dan lengan
panjang selama beraktivitas. Hindari meletakkan pakaian basah di dalam
rumah karena dapat menjadi tempat persembunyian nyamuk. Lakukan
langkah 3M (Menguras penampungan air, Mengubur barang bekas, dan
Mendaur ulang barang bekas)
Laporan Kasus Malaria Bulan Juni s/d Agustus 2023
6

0
JUNI JULI AGUSTUS

JUNI JULI AGUSTUS

Berdasarkan grafik diatas kasus malaria dari Juni s/d Agustus 2023 masih
dapat terkontrol dengan baik.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas terdapat beberapa kesimpulan yang
dapat disampaikan antara lain :
 Kasus malaria di RSIA Restu Bunda untuk bulan Agustus 2023 terdapat
1 kasus dan sudah tertangani dengan baik.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas,rekomendasi untuk tenaga Mikroskopis
Malaria dibutuhkan 1 orang,saat ini dari dinas kota dan provinsi belum
mengadakan pelatihan tersebut.

Bandar Lampung, 02 September 2023


Direktur RSIA Restu Bunda

Dr. Reza Yulisfa Susanto


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyakit malaria sampai saat ini merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah
klien serta semakin luas penyebarannya. Penyakit ini ditemukan hampir
di seluruh belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan sub
tropik, baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi
epidemiologik menunjukkan bahwa malaria menyerang kelompok umur
balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB)
malaria biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan
datangnya musim hujan, sehingga terjadi peningkatan aktivitas nyamuk
anopheles pada musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya
penularan penyakit malaria pada manusia melalui gigitan nyamuk.

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit


Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
(Beutler, 2006). World Health Organization (WHO) memperkirakan
sekitar 3,2 milyar penduduk dunia berisiko terinfeksi malaria. Sekitar
198 juta kasus malaria terjadi di dunia pada tahun 2013 dan
menyebabkan kematian sekitar 584.000 kasus (WHO, 2014).

Gejala klinis malaria antara lain demam, menggigil, berkeringat,


nyeri otot, persendian, malaise, kelelahan, gangguan gastrointestinal
(mual, muntah dan diare), sakit kepala, nyeri punggung, mialgia, dan
batuk (CDC, 2013). Gejala demam khas malaria adalah menggigil diikuti
demam dan berkeringat yang terjadi berulang setiap hari, dua hari
sekali atau tiga hari sekali tergantung Plasmodium yang menginfeksi
(Depkes, 2014).
Malaria juga sangat sulit untuk diberantas karena keberadaan
nyamuk itu sendiri mencapai ratusan spesies. Tidak kurang dari 400
spesies jenis nyamuk anopheles hidup di bumi. Di Indonesia memiliki
sedikitnya 20 jenis anopheles dimana 9 jenis diantaranya merupakan
faktor penyebab malaria dan Papua merupakan tempat
perkembangbiakan paling potensial. Secara teoritis cukup hanya dengan
satu kali gigitan nyamuk anopheles yang mengandung parasite
seseorang sudah dapat terjangkit malaria. Penyakit ini sebenarnya jenis
penyakit yang disebabkan oleh parasit yang dikenal dengan nama
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles sebagai
penyebab malaria tropikana dan merupakan jenis paling berbahaya
dengan tingkat kematian paling tinggi. Plasmodium yang kedua adalah
vivax penyebab malaria jenis tertiana.
Adanya kejadian malaria di masyarakat dapat sebagai bahan
penelaahan bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat yang terkena
penyakit malaria atapun masyarakat dalam melakukan usaha
pencegahan terhadap penyakit malaria. Pencegahan atau pun
pengobatan penyakit malaria dibutuhkan suatu pengetahuan yang baik
agar dalam tindakan pencegahan atau pun pengobatan malaria dapat
dilakukan secara baik dan benar.
Pengetahuan masyarakat yang diperoleh dari berbagai sumber
merupakan upaya positif untuk dapat melakukan suatu tindakan yang
berarti guna meminimalkan terserangnya penyakit malaria bagi
keluarganya. Tindakan menjaga kebersihan, pemakaian obat malaria,
menghindar dari gigitan nyamuk, seperti memakai kelambu atau kasa
anti nyamuk, vaksin malaria, memelihara ikan pemakan jentik di
kolam/bak-bak penampungan air sepeti ikan kakap merah, menghindari
keluar rumah pada waktu malam hari.
Pada kenyataannya, kesadaran masyarakat untuk melakukan
upaya pencegahan masih belum seperti yang diharapkan, walaupun
beberapa kegiatan yang bertujuan untuk mengupayakan pencegahan
malaria telah dilaksanakan dalam beberapa tatanan seperti tatanan
rumah tangga, tatanan masyarakat dan tatanan tempat-tempat umum.
Upaya pencegahan malaria dalam tatanan rumah tangga mempunyai
daya ungkit yang paling besar terhadap perubahan perilaku masyarakat
secara umum.
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan Strategis
Rencana strategis adalah merupakan suatu proses yang
berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu
sampai dengan lima tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang,
tantangan dan hambatan yang timbul.

Sasaran Strategis
Sasaran strategis di Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau
dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat berjangkit di
daerah ketinggian sampai 1.800 meter di atas permukaan laut (dpl).
Angka Annual Parasite Incidence (API) malaria di pulau Jawa pada
tahun 2000 adalah 0,120 per 1.000 penduduk, sedangkan di luar pulau
Jawa tingkat Parasite Rate (PR) tahun 2000 sebesar 4,78%. Spesies yang
terbanyak dijumpai adalah plasmodium falciparum dan plasmodium
vivax.
Di daerah endemis malaria, penyakit ini menyumbang angka
kesakitan anemia dan kematian ibu hamil. Malaria menyebabkan ibu
hamil melahirkan bayi dengan berat bayi lahir rendah, prematur dan
juga kematian bayi. Akibat lainnya klien dalam usia produktif akan
menurun produktifitasnya (Briand 2007).
Malaria merupakan penyakit menular dan pengendaliannya telah
menjadi bagian dari komitmen Sustainable Development Goals (SDGs)
hingga tahun 2030 (Kemenkes RI, 2017). Untuk mengurangi wabah
malaria, pemerintah Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia telah bekerja keras memberantas penyakit malaria
pada tahun 2030. Pada tahun 2016 jumlah kabupaten/kota eliminasi
malaria sebanyak 247 dari target 245. Pada tahun 2017, dari 514
jumlah kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) merupakan daerah
bebas malaria, 172 kabupaten/kota (33%) merupakan daerah endemis
rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemis sedang, dan 39
kabupaten/kota (8%) endemis tinggi. Sementara target tahun 2018
sebanyak 285 kabupaten/kota berhasil memberantas penyakit malaria,
dan pada tahun 2019 mencapai eliminasi 300 kabupaten/kota. Selain
itu, pemerintah juga menargetkan tidak ada lagi daerah endemis malaria
pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2019).
Di RSIA Restu Bunda Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
merupakan suatu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
mendiagnosa penyakit malaria berdasarkan atas deteksi antigen parasit
malaria didalam darah dengan menggunakan prinsip immunochro
matographic (Wowor, 2019). Pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT)
menunjukkan efektivitas dan kecepatan dalam mendiagnosis malaria
yang cukup baik.
Penegakan diagnostik malaria dalam mendeteksi penyakit malaria
dapat dilakukan melalui pemeriksaan Rapid Test Diagnostic (RDT) yaitu
salah satunya dengan metode imunokromatografi, pemeriksaan ini
direkomendasikan untuk semua pasien yang dicurigai menderita
malaria. Pemeriksaan metode ini sangat bermanfaat terutama di daerah
dengan infrastruktur yang sulit. Pemeriksaan ini mendeteksi antigen
malaria berdasarkan reaksi antigen-antibodi melalui kertas
nitritselulosa. Kompleks antigen-antibodi terkonjugasi menjadi emas
koloid dan hasil positif terlihat sebagai garis berwarna merah atau ungu
merah (Istiana, 2021).
Diagnosis malaria ditegakkan setelah dilakukan wawancara
(anamnesis), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Akan
tetapi diagnosis pasti malaria dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan
sediaan darah menunjukkan hasil yang positif secara mikroskopis atau
Uji Diagnosis Cepat (Rapid Diagnostic Test= RDT). Diagnosis malaria
dapat dilakukan dengan (Kemenkes RI, 2017):

LAPORAN KASUS MALARIA BULAN JULI S/D SEPTEMBER


TAHUN 2023
1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
JULI AGUSTUS SEPTEMBER

ANAK DEWASA IBU

Berdasarkan grafik diatas kasus malaria dari Juli s/d September tahun 2023
masih dapat terkontrol dengan baik.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas terdapat beberapa kesimpulan yang
dapat disampaikan antara lain :
 Kasus malaria di RSIA Restu Bunda untuk bulan September 2023
terdapat 0 kasus.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan diatas,rekomendasi untuk tenaga Mikroskopis
Malaria dibutuhkan 1 orang,saat ini dari dinas kota dan provinsi belum
mengadakan pelatihan tersebut.

Bandar Lampung, 10 Oktober 2023


Direktur RSIA Restu Bunda

Dr. Reza Yulisfa Susanto MARS

Anda mungkin juga menyukai