PUSKESMAS
1. Malaria
Malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia saat ini,
termasuk Indonesia. Malaria merupakan salah satu jenis penyakit yang disebabkan oleh
infeksi parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, terutama nyamuk anopheles.
Penyakit malaria dibagi menjadi 2 (dua) yaitu biasa dan berat. Penyakit malaria biasa
adalah penyakit yang biasanya tidak menyebabkan komplikasi parah dan hanya
menimbulkan gejala utama karena tidak ada organ vital yang terdampak. Gejala yang
muncul umumnya bertahan selama 6-10 jam. Sedangkan penyakit malaria berat
merupakan komplikasi dari jenis biasa apabila tidak segera ditangani.
Penyebab malaria berat umumnya adalah parasit plasmodium falciparum yang
menyebabkan komplikasi. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
terdapat 229 juta kasus malaria di seluruh dunia pada tahun 2019 dengan angka kematian
ratarata sebesar 409 ribu jiwa. Mayoritas dari korban malaria adalah anak-anak yang
berusia di bawah lima tahun. Kasus malaria di berbagai belahan dunia paling banyak
terjadi di wilayah afrika (sekitar 90 persen), disusul dengan Asia Tenggara, Amerika
Selatan dan Sub-Sahara Afrika.
Indonesia merupakan negara di wilayah asia tenggara yang turut menyumbangkan
kasus malaria terbesar setelah India. Jumlah kasus malaria tertinggi di Indonesia terjadi di
tahun 2012 dengan jumlah kasus sebesar 417.819 dan mengalami tren penurunan menjadi
222.084 kasus di tahun 2018. Jumlah kasus malaria terus meningkat setelah tahun 2018.
Puncaknya terjadi di tahun 2022, melampaui jumlah kasus pada tahun 2012.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus malaria di Indonesia terus
meningkat dalam kurun waktu 2020-2022, dari 254.055 kasus di tahun 2020 menjadi
443.530 kasus di tahun 2022 (Gambar 1). Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa
kasus malaria tertinggi di Indonesia terjadi di kawasan Indonesia Timur, sekitar 400.253
di tahun 2022. Tren peningkatan jumlah kasus juga linear dengan peningkatan tren
kematian. Jumlah kematian di tahun 2022 sebanyak71 jiwa. Kematian tersebut
merupakan kejadian kematian tertinggi dalam kurun waktu tahun 2018-2022 (Gambar 1).
Hampir 80 persen dari kejadian kematian tersebut disumbangkan oleh anak di bawah usia
5 tahun yang merupakan kelompok yang paling rentan terkena malaria (Kementerian
Kesehatan, 2022b). Tren peningkatan jumlah kasus dan jumlah kematian akibat malaria
dalam kurun waktu tersebut sudah seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah
(Kementerian Kesehatan) untuk menekan angka kejadian kasus dan kematian. Komisi IX
DPR RI perlu mendorong dan memastikan Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan
layanan kepada masyarakat untuk mendapatkan akses pemeriksaan dan pengobatan, serta
mempercepat realisasi program eliminasi malaria di tahun 2024.
2. Eliminasi Malaria
Eliminasi malaria adalah upaya untuk menghentikan penularan malaria di suatu
wilayah tertentu seperti kabupaten/kota atau provinsi. Hal ini merupakan kesepakatan
global yang dihasilkan dalam pertemuan WHA ke 60 di Geneva tahun 2007 tentang
eliminasi malaria bagi tiap negara dan komitmen regional (Asia Pacific Malaria
Elimination Network/APMEN) tahun 2014 tentang eliminasi malaria diseluruh kawasan
Asia Pasifik pada tahun 2030.
Untuk mencapai eliminasi malaria, pemerintah telah menerbitkan keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 293/Menkes/SK/ IV/2009 tentang eliminasi malaria di Indonesia yang
akan dicapai secara bertahap selambatlambatnya pada tahun 2030 dan SK Menkes No.
131/Menkes/SK/III/2012 tentang Forum Nasional Gerakan Berantas Kembali Malaria
(Gebrak Malaria) yang salah satu komisinya adalah Komisi Penilaian Eliminasi.
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-
2019, Eliminasi Malaria merupakan salah satu sasaran utama, dan juga sebagai Indikator
Kinerja Program (IKP) dari Pencegahan dan pengendalian penyakit yaitu jumlah
kabupaten /kota yang mencapai eliminasi malaria, dengan target tahun 2015 sebanyak
225 kab/kota; tahun 2016 : 245 kab/kota; tahun 2017 : 265 kab/kota; tahun 2018 : 285
kab/kota dan tahun 2019 sebanyak 300 kab/kota.
Sampai dengan tahun 2016 sebanyak 247 kabupaten/kota telah menerima sertifikat
eliminasi malaria dari Kementerian Kesehatan, yang berarti dari total 252 juta penduduk
Indonesia sekitar 186 juta (74%) telah hidup di daerah bebas penularan malaria. Tidak ada
penularan malaria bukan berarti tidak ada lagi kasus malaria karena kasus impor atau
vektor malaria di wilayah tersebut kemungkinan masih ada sehingga kewaspadaan untuk
mencegah kembali penularan malaria setempat tetap diperlukan. Berkaitan dengan hal
tersebut diperlukan Panduan Pemeliharaan Eliminasi Malaria pada Tahap Pemeliharaan
sebagai acuan bagi Provinsi dan kabupaten/kota yang sudah menerima sertifikat eliminasi
malaria (tahap pemeliharaan) dalam mencegah terjadinya kembali penularan malaria
setempat.
2. Khusus :
a. Mencegah munculnya kembali penularan kasus malaria setempat.
b. Mencegah terjadinya kematian karena malaria.
B. Sasaran
Provinsi dan kabupaten/kota yang sudah menerima sertifikat eliminasi malaria (tahap
pemeliharaan).
2) Penguatan surveilans :
a. Surveilans malaria berbasis kasus dan laboratorium.
b. Surveilans migrasi.
c. Surveilans faktor risiko (vektor, tempat perindukan vektor dan perilaku masyarakat).
d. Kegiatan surveilans lainnya.
Proses
Dalam proses eliminasi malaria di Puskesmas, analisis fokus pada empat aspek
kunci: Penanganan Kasus, Pengendalian Faktor Resiko, Surveilans, dan Promosi
Kesehatan KIE (Lintas Sektor).
1. Penanganan Kasus:
Penderita malaria positif diidentifikasi melalui pemeriksaan mikroskofis,
standar emas dalam diagnosis.
Tenaga analis yang terlibat sudah mendapatkan pelatihan mikroskofis.
Pengobatan dilakukan sesuai standar yang ditetapkan oleh kementerian
kesehatan.
2. Pengendalian Faktor Resiko:
Kegiatan pengendalian faktor resiko, seperti pembagian kelambu,
penyemprotan insektisida, dan larvasiding, terutama dilakukan di daerah
endemis malaria seperti PKM Jebus, PKM Puput, dan PKM Sekar Biru.
Fokus utama pada daerah endemis untuk meningkatkan efektivitas.
3. Surveilans:
Sistem surveilans mencakup pelaporan kejadian malaria, kunjungan rumah,
MBS, MFS, survei kontak, notifikasi, dan penyelidikan epidemiologi.
Laporan kejadian malaria disusun bulanan melalui SISMAL.
MBS dilakukan di daerah endemis, dan survei kontak terintegrasi dengan
kunjungan rumah.
4. Promosi Kesehatan KIE (Lintas Sektor):
Promosi kesehatan, termasuk advokasi lintas sektor, mengalami kendala.
Diperlukan kerja sama lintas sektor yang lebih baik untuk memberantas
malaria.
Meskipun kegiatan promosi kesehatan telah dilakukan, masyarakat masih
perlu lebih diedukasi tentang keparahan penyakit malaria.
Output
Berdasarkan wawancara, analisis Annual Parasite Incidence (API) menunjukkan
hasil beragam di puskesmas-puskesmas Kabupaten Bangka Barat. Tahun 2022
menunjukkan persentase API per 1000 penduduk yang berbeda, seperti Puskesmas Sekar
Biru 3,8%, Puput 1,8%, dan Jebus 0,8%. Meskipun Puskesmas Sekar Biru memiliki API
tertinggi, beberapa daerah, khususnya Kecamatan Parit Tiga dan Jebus, masih
melaporkan kasus penularan setempat. Kabupaten Bangka Barat belum mendapatkan
sertifikasi bebas malaria karena adanya kasus indigenous ini.
Di sisi lain, beberapa puskesmas seperti Muntok, Simpang Teritip, Kundi,
Kelapa, dan Tempilang menunjukkan API di bawah 1 per 1000 penduduk. Hasil analisis
dan evaluasi dari Dinas Kabupaten Bangka Barat menemukan bahwa persentase API
keseluruhan di Kabupaten Bangka Barat pada tahun 2022 adalah 0,52%.
B. Penilaian Epidemiologis
Diagnosis epidemiologi kasus malaria di Kabupaten Bangka Barat
menunjukkan dinamika kompleks yang mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut.
Faktor-faktor epidemiologis ini memainkan peran penting dalam menentukan strategi
pengendalian dan pencegahan yang efektif.
Kesehari-harian masyarakat tetap acuh tak acuh karena berbagai alasan
(mencari nafkah dengan menambang, menangkap ikan dan bertani), dan juga
pekerjaan masyarakat yang masih dekat dengan tempat perkembangbiakan nyamuk,
tempat tinggalnya di kolong-kolong bekas tambang, aliran sungai. dan rumah mereka
tidak menggunakan kawat kasa ventilasi rumah. Masih banyak lubang di setiap
rumah, sebagian rumah memakai dari bahan plastik (terpal) sehingga sangat
memudahkan nyamuk malaria menyerang manusia yang ada di dalam rumah,
lingkungan kurang layak dijadikan tempat tinggal. karena berada di daerah rawa dan
kolong bekas pertambangan, di sinilah nyamuk hidup dan berkembang biak.
Dari hasil wawancara dengan informan disebutkan bahwa kegiatan surveilans
epidemiologi dan penanggulangan wabah, tes darah massal (MBS), survei kontak dan
kunjungan rumah telah dilakukan terutama di daerah endemis. Namun untuk kegiatan
surveilans migrasi yang belum berjalan dengan baik, pelaporan data malaria
dilakukan dengan membuat pelaporan bulanan data puskesmas lalu
diserahkan/dikirim ke dinas setiap bulannya, pelaporan tersebut masih dibuat hingga
saat ini. Tujuan dari pelaporan ini adalah untuk memonitoring penyebaran penularan
kejadian penyakit malaria dan juga sebagai bentuk pengendalian dan penanggulangan
kajadian penyakit malaria di Kabupaten Bangka Barat.
b) Faktor Penguat:
Partisipasi Komunitas: Partisipasi aktif dan kesadaran masyarakat di
beberapa wilayah dapat memperkuat upaya pencegahan.
Infrastruktur Kesehatan: Fasilitas kesehatan yang memadai dan personel
yang terlatih dapat memperkuat implementasi strategi eliminasi malaria.
Dukungan Pemerintah: Dukungan kuat dan komitmen dari otoritas
pemerintah setempat dapat menjadi faktor penguat.
c) Faktor Pemungkin:
Sumber Daya Keuangan: Alokasi anggaran yang cukup, terutama dari
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan Dana Global (GF),
memungkinkan implementasi program eliminasi malaria yang komprehensif.
Infrastruktur: Ketersediaan infrastruktur yang dibutuhkan, seperti peralatan
medis, transportasi, dan fasilitas, memudahkan upaya eliminasi yang efektif.
Program Pelatihan: Program pelatihan yang berkelanjutan bagi tenaga
kesehatan meningkatkan kapasitas mereka untuk melakukan pemeriksaan
malaria secara akurat dan berkontribusi pada proses eliminasi.
Dr. Inosentius Samsul, S.H., M.Hum. 2023. Mengulas Eliminasi Malaria. Vol. VIII, Edisi 23,
Desember 2023.
Anderias Tarawatu Ora. 2015. Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Kelambu
sebagai Upaya Pencegahan Malaria di Wilayah kerja Puskesmas Kabukarudi
Kabupaten Sumba Barat Tahun 2014. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 10 /
No. 1 / Januari 2015