Anda di halaman 1dari 20

KEBIJAKAN & PENGENDALIAN

PENYAKIT MALARIA
DI KABUPATEN BELU

Kepala Bidang P2P


Dinas Kesehatan Kabupaten Belu
Rosa Gaudensia Asa, SKM
PENDAHULUAN
Bahwa malaria merupakan penyakit menular yang
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kab. Belu,
karena menimbulkan angka kesakitan dan menurunkan
produktivitas sumber daya manusia.
Bahwa untuk mengatasi masalah penyakit malaria,
kementerian kesehatan telah menerbitkan keputusan
menteri kesehatan tentang eliminasi malaria di Indonesia
tahun 2030.
Bahwa untuk mengeliminasi malaria di Provinsi NTT,
Gubernur NTT telah menerbitkan peraturan Gubernur
tentang Eliminasi Malaria di Provinsi NTT di Tahun 2023.
DASAR HUKUM
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
293/MENKES/SK/IVT/2009, Tanggal : 28 April 2009, Tentang
: Eliminasi Malaria di Indonesia Tahun 2030.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
556 Tahun 2019 Tentang : Penatalaksanaan Malaria
Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor : 11 Tahun
2017, Tentang : Eliminasi Malaria Provinsi NTT Tahun 2023.
Draft Peraturan Bupati Belu, Tentang : Eliminasi Malaria di
Kabupaten Belu Tahu 2023 (Dalam Proses).
PENGERTIAN
Eliminasi Malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan malaria setempat
(indogenous) dalam satu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus
malaria impor serta sudah tidak vektor malaria diwilayah tersebut, sehingga tetap
dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali.
Annual Parasite Incidence (API) adalah angka kesakitan (sediaan darah positif) per
1.000 penduduk beresiko dalam satu tahun.
Kasus indogenous adalah kasus yang berasal dari penularan wilayah setempat.
Kasus impor adalah kasus yang berasal dari luar wilayah.
Kasus introduced adalah kasus penularan setempat generasi pertama yang berasal dari
kasus impor.
Reseptivitas adalah adanya kepadatan vektor yang tinggi dan terdapat faktor
lingkungan serta iklim yang menunjang terjadinya penularan malaria.
Vulnerabilitas adalah salah satu dari keadaan berupa dekatnya dengan wilayah yang
masih terjadi penularan malaria, atau akibat dari sering masuknya penderita malaria
(kasus positif) secara individu/kelompok, dan atau vektor yang infektif (siap
menularkan).
KEBIJAKAN
Eliminasi malaria dilakukan secara menyeluruh dan
terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah bersama
mitra kerja pembangunan termasuk LSM, dunia
usaha, lembaga donor, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan dan masyarakat.
Eliminasi dilakukan secara bertahap dari
kabupaten/kota, provinsi, dan dari satu pulau atau ke
beberapa pulau sampai ke seluruh wilayah Indonesia
menurut tahapan yang didasarkan pada situasi
malaria dan kondisi sumber daya yang tersedia.
STRATEGI PENGENDALIAN
Melakukan penemuan dini dan
pengobatan dengan tepat .
Memberdayakan dan menggerakkan masyarakat untuk
mendukung secara aktif upaya eliminasi malaria.
Menjamin akses pelayanan berkualitas terhadap
masyarakat yang berisiko.
Melakukan komunikasi, advokasi, motivasi dan
sosialisasi kepada Pemerintah Daerah untuk
mendukung secara aktif eliminasi malaria.
STRATEGI PENGENDALIAN
 Menggalang kemitraan dan sumber daya baik lokal, nasional maupun
internasional, secara terkoordinasi dengan seluruh sektor terkait
termasuk swasta, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan
melalui Forum Pemerintah dan Forum Diskusi Resmi lainnya.
 Menyelenggarakan sistem surveilans, monitoring dan evaluasi serta
informasi kesehatan.
 Melakukan upaya eliminasi malaria melalui forum kemitraan , Forum
Pemerintah dan Forum Diskusi Resmi Lainnya atau forum kemitraan.
 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan
teknologi dalam upaya eliminasi malaria.
 Merencankan pembentukan Forum Malaria Centre.
 Merancang Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Kabupaten
Belu Tahun 2023
TARGET PRA ELIMINASI
Untuk mencapai sasaran eliminasi malaria Kab. Belu
pada tahun 2023, maka ditetapkan target-target
sebagai berikut :
 Semua tenaga ATLM handal dalam pemeriksaan
darah malaria.
 Semua indikator Malaria harus mencapai 100%.
 Diagnosis malaria terkonfirmasi laboratorium
(Mik/RDT).
 Penemuan aktif kasus malaria dan pengobatan
terstandar.
Sambungan……
 Surveilans berjalan secara maksimal (PE dan Follow
Up) kasus malaria sesuai standar.
 Pelaporan melalui ESISMAL tepat waktu dan
lengkap.
 Pengendalian vektor melalui kegiatan IRS, Larvasida
dan Kelambu massal/massal fokus.
 Setiap pasien demam, ibu hamil wajib di periksa
darah malaria.
KEGIATAN POKOK MENUJU
ELIMINASI MALARIA KAB. BELU
TAHUN 2023
1. PENEMUAN DAN TATA LAKSANA PENDERITA SESUAI STANDAR

 Meningkatkan cakupan penemuan penderita malaria dengan


konfirmasi laboratorium (mikroskopis/RDT).
 Mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan obat
malaria efektif dan aman yang ditetapkan Kepmenkes RI (saat
ini menggunakan DHP)
 Melakukan pemeriksaan ulang SD positif RDT dengan
konfirmasi mikroskop
 Meningkatkan kemampuan mikroskopis .
 Menemukan semua penderita dengan konfirmasi mikroskopis di
puskesmas dan RS pemerintah maupun unit yankes swasta.
 Mengobati semua penderita malaria (kasus positif) dengan DHP.
Sambungan...........
 Melakukan pemeriksaan ulang SD dan secara berkala menguji kemampuan
pemeriksaan mikroskopis (Uji Silang).
 Meningkatkan cakupan penemuan dan pengobatan penderita secara pasif
melalui Pustu, Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (Poskesdes, Posyandu,
Posmaldes), praktek swasta, klinik, dan RS.
 Mengatur dan mengawasi peredaran penjualan obat malaria selain DHP di
Toko obat/kios.
 Menemukan semua penderita malaria dengan konfirmasi mikroskopis baik
secara pasif (PCD) di unit yankes pemerintah dan swasta, maupun penemuan
secara aktif (MBS, Kunjungan rumah, Survey kontak).
 Melakukan follow up pengobatan pada hari 3, 7, 14, 28, 90 setelah pengobatan.
 Melakukan pemeriksaan ulang SD dan secara berkala menguji kemampuan
mikroskopis.Melibatkan sepenuhnya peran praktek swasta dalam penemuan
dan pengobatan penderita.
2.  Pencegahan dan Penanggulangan
Faktor Risiko.
 Melakukan survei vektor dan analisis dinamika
penularan untuk menentukan metode pengendalian
vektor yang tepat.
 Mendistribusikan kelambu berinsektisida secara
massal maupun integrasi dengan program/sektor lain
ke Desa dan dusun-dusun.
 Melakukan IRS dan Larvasidasi.
 Melakukan monitoring penggunaan kelambu
insektisida secara terus menerus.
Sambungan………..
 Melakukan pengendalian vektor dengan metode
pemetaan tempat perindukan nyamuk.
 Menganjurkan masyarakat untuk membudidayakan
tanaman pengusir nyamuk.
 Manajemen lingkungan dengan menganjurkan
masyarakat untuk membuat kandang ternak jauh dari
rumah.
 Dilokasi fokus bila ditemukan penderita dengan
penularan setempat dan atau penderita introduced,
dilakukan pengendalian vektor dengan IRS dan
pemberian kelambu berinsektisida.
3.  Surveilans Epidemiologi
 Meningkatkan cakupan dan kualitas pencatatan-pelaporan
tentang angka kesakitan malaria serta hasil kegiatan melalui
ESISMAL.
 Melaporkan penemuan kasus dengan segera.
 Melakukan PE terhadap semua kasus positif malaria untuk
menentukan asal penularan penderita.
 Follow up pengobatan penderita.
 Membuat peta GIS berdasarkan data fokus, kasus positif,
dan kegiatan intervensi yang dilakukan.
 Mencatat semua kasus positif dalam buku register di
Fasyankes.
4. Peningkatan Komunikasi, Informasi
dan Edukasi (KIE)
 Meningkatkan peran aktif masyarakat antara lain melalui
pembentukan MALARIA CENTRE Di Desa (Dalam
Perencanaan).
 Melakukan integrasi dengan program lain dalam
pelayanan masyarakat, seperti pembagian kelambu
berinsektisida, pengobatan penderita.
 Meningkatkan promosi kesehatan untuk mencegah
kembalinya penularan dari kasus impor yang terlambat
ditemukan.
 Menyusun Peraturan Bupati unuk mendukung eliminasi
malaria (Dalam Proses).
Sambungan………..
 Pendanaan yang efektif melalui APBD, APBN (BOK)
dan DAK Non Fisik.
 Menyelenggarakan pertemuan lintas sektoral untuk
merencanakan dan melakukan kegiatan secara
terpadu dalam eliminasi malaria.
 Menyelenggarakan pertemuan lintas-batas negara (RI
– RDTL) untuk merencanakan dan melakukan
kegiatan secara terpadu dalam eliminasi malaria.
4. Peningkatan sumber daya manusia.
 Menyelenggarakan pelatihan/refreshing tenaga
mikroskopis Puskesmas dan RS pemerintah/Swasta
dan Klinik.
 Sosialisasi dan pelatihan tatalaksanaka penderita.
 Pelatihan tenaga pengelola malaria dalam bidang
teknis dan manajemen.
6. Monitoring dan Evaluasi
Monev terpadu bidang P2P ke Fasyankes
Supervisi oleh Tim (Kasie Penyakit Menular, Pengelola
Malaria Kab., Chross Checker Kab., Surveilans Kab.)
Validasi data antara Puskesmas, RS dan Klinik dengan
Pengelola Malaria Kab.
Arahan-arahan melalui Kadinkes, Kabid n Kasie.
TERIMA KASIH
SEMANGAT ELIMINASI SALAM ELIMINASI

Anda mungkin juga menyukai