Anda di halaman 1dari 5

Peranan Desa dalam

penanganan HIV/AIDS,
tuberkulosis (TBC) dan malaria
(ATM)

Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat


Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam
Universitas Airlangga
Program, kebijakan/ kegiatan yang telah
dilakukan untuk mendukung ATM
Dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat sejak tahun 2017-2021, prodi kesehatan
masyarakat belum mengambil ranah ke arah HIV/AIDS, TBC, dan Malaria, namun dalam kegiatan:
1. Kuliah Kerja Nyata
2. Praktik Kerja Lapangan
3. Survei Lapangan dan Bakti Sosial
Dari berbagai 3 kegiatan tersebut telah ada kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dengan memberdayakan ibu-ibu kader dan tokoh masyarakat dalam
upaya:
1. Penurunan prevalensi kasus Stunting
2. Pengelolaan sampah organik dan organik
3. Menghidupkan posyandu balita agar kunjungannya naik
4. Menjaga kebersihan sekitar Pantai Pulau Santen dengan membuat Greenhouse Ecobrick
5. Inisiasi Kader Anti Hipertensi
dan lain-lain
Tantangan dalam mendukung ATM
SIKIA UNAIR di Banyuwangi mendukung dan melaksanakan upaya dalam mendukung penurunan prevalensi ATM khususnya dalam upaya peningkatan cakupan dan akses masyarakat
pada pelayanan AIDS, TBC, dan Malaria serta harapannya sudah tidak ada lagi stigma dan diskriminasi akibat HIV AIDS dan PIMS.

HIV/AIDS:
Adanya peningkatan pencapaian tes viral load menjadi 70% dari ODHIV on ARV, peningkatan skrining TBC pada semua ODHIV diikuti dengan pemberian pencegahan TBC pada ODHIV,
pelibatan multi sektoral baik lintas progam, sektor dan komunitas, komitmen daerah dalam penyerapan dan pelaksanaan dana Hibah GF Komponen AIDS Tahun 2023 sebesar 90% dari
alokasi dana, dan penguatan integrasi program malaria dan gizi KIA dalam upaya pencegahan penularan pada ibu hamil ke bayi (PPIA).

Untuk program HIV PIMS perlu adanya upaya untuk penemuan ODHIV baru bersama komunitas, perluasan layanan PDP, peningkatan layanan Puskesmas Extra hour, layanan
Community Base Clinic (CBC), serta mobile clinic yang ada pada tahun 2023

Tuberculosis:
Perlu meningkatkan penemuan kasus TBC (16.700 kasus per minggu) untuk mencapai 90% target penemuan kasus tahun 2023.
Perlu investigasi kontak pada kontak serumah dan kontak erat serta skrining TBC pada populasi berisiko sebagai upaya perluasan penemuan kasus TBC, perluasan cakupan pemberian
TPT pada seluruh kelompok sasaran TPT, menyepakati target penemuan kasus TBC 2023 di kabupaten/kota dan fasyankes
Mempererat kerja sama dengan mitra pemerintah dalam upaya mengatasi permasalahan TBC khususnya komunitas dan organisasi profesi, menjamin ketersediaan obat dan logistik
secara berkelanjutan baik logistik OAT maupun Non-OAT, percepatan pelaksanaan dan penyerapan anggaran kegiatan bersumber dana The Global Fund Komponen TBC,

Malaria:
Memperkuat pelaksanaan surveilans vektor malaria sebagai dasar kegiatan pengendalian malaria, mengintensifkan kegiatan pengendalian malaria pada populasi khusus (Mobile
Migrant Population) termasuk didalamnya perambah hutan, penambang, TNI, Polri, dan suku adat terpencil dalam upaya percepatan penurunan kasus di daerah fokus dan mencegah
penularan kembali di daerah bebas malaria. Memperkuat koordinasi lintas batas wilayah negara, provinsi, dan kabupaten/kota untuk mendukung kegiatan surveilans migrasi, dan
penguatan integrasi program malaria dan gizi KIA dalam upaya pencegahan penularan pada ibu hamil dan balita yang perlu kita tindak lanjuti bersama-sama.

Perlu mengupayakan ketersediaan obat dan RDT untuk percepatan target eliminasi malaria, menggunakan angka estimasi pemeriksaan dan kasus malaria yang telah dihitung oleh
WHO sebagai acuan dalam penemuan dan penatalaksanaan kasus malaria, serta mengidentifikasi lokus implementasi MDA (Mass Drug Administration) dan kegiatan pengendalian
vektor terpadu secara intensif.
Kegiatan atau program atau kebijakan yang
bisa dikolaborasikan
Tahun 2023 ini sudah ada rencana kegiatan pengabdian kesehatan masyarakat dengan judul:
PEMBENTUKAN KADER TUBERCULOSIS MELALUI SOSIALISASI PARTISIPATIF SEBAGAI UPAYA MENAIKKAN CAPAIAN
SUSPEK PUSKESMAS
Anggaran dana yang dialokasikan: Rp 26.820.000,00
Studi tsb di 2 wilayah kerja puskesmas yaitu:
1. WIlayah kerja Puskesmas Sambirejo
2. Wilayah kerja Puskesmas Sempu
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kab. Banyuwangi, kedua puskesmas tersebut dengan capaian penemuan
suspek dan CDR yang sangat kurang se- Banyuwangi karena memang komunitas Yabhysa belum mengintervensi 10
wilayah kerja Puskesmas.
Kami bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yaitu Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera Yabhysa untuk
mendukung program penanggulangan penyakit Tuberculosis yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Sejak tahun 2021
komunitas ini menjalin kerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi sehingga berhasil melakukan
intervensi penanggulangan Tuberculosis berbasis komunitas di 28 Puskesmas yang tersebar pada 16 kecamatan
dengan total kader Tuberculosis aktif sebanyak 66 orang. Ditahun 2021 para kader berkontribusi merujuk 707 terduga
Tuberculosis ke Puskesmas, yaitu orang dengan gejala dan faktor risiko yang mengarah ke Tuberculosis. Di antaranya,
sebanyak 276 orang terdiagnosis positif Tuberculosis. Disamping capaian suspek yang kurang, serta Case Datection
Rate (CDR) kurang dari standart komunitas tersebut belum melakukan intervensi atau membentuk kader Tuberculosis
di 10 Puskesmas yang ada dibanyuwangi yaitu salah satunya Puskesmas Sambirejo dan Puskesmas Sempu.
Anggaran untuk ATM
Anggaran yang bisa digunakan untuk penggulangan HIV/AIDS,
Tuberkulosis (TBC), dan Malaria (ATM):
1. Pendanaan dari RKAT Universitas Airlangga (pendanaan internal)
2. Sumber pendanaan dari luar Universitas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai