Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh


kuman kusta (Mycobacterium leprae) dan menyerang syaraf tepi, kulit serta jaringan
tubuh lainnya. Menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat
merupakan tujuan dari pengobatan penyakit kusta. Penderita kusta yang berobat dini
dan teratur akan cepat sembuh tanpa menimbulkan cacat, akan tetapi bagi penderita
yang sudah dalam keadaan cacat permanen pengobatan hanya dapat mencegah cacat
yang lebih lanjut. (Depkes RI, 2006)
Latar Belakang Kusta (lepra) atau Morbus Hansen merupakan penyakit
menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae)
yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali
menimbulkan permasalahan yang kompleks, masalah yang ditimbulkan bukan hanya
dari segi medis tetapi sampai pada masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan
ketahanan nasional. (harian kompas, 2015).

Organisasi kesehatan dunia yaitu WHO menilai pada tahun 2014 Indonesia
menduduki peringkat ketiga di dunia setelah India dan Brazil paling banyak
penderita kusta. Pada tahun 2012 ditemukan 17.012 kasus baru, 1.822 atau 10,71%
di antaranya, ditemukan sudah dalam keadaan cacat tingkat 2 (cacat yang tampak).
WHO juga mencanangkan Global Strategy for Further Reducing the Disease
Burden Due To Leprosy 2011-2015 yaitu target global yang hendak dicapai tahun
2015 yaitu penurunan 35% angka cacat yang kelihatan (tingkat II) pada tahun 2015.

Pulau Jawa merupakan daerah yang mendominasi angka penderita penyakit


menular ini," katanya saat menghadiri peringatan Hari Kusta se-dunia di Rumah
Sakit Sitanala, Kota Tangerang, Rabu 13 Februari 2014.
Jumlah penderita kusta di Indonesia masih cukup tinggi dan terus mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2014 jumlah penderita kusta
terdaftar sebanyak 23.169 kasus dan jumlah kecacatan tingkat 2 di antara penderita
baru sebanyak 2.025 orang atau 10.11 persen. Jika dibandingkan tahun 2013 terjadi
peningkatan dimana jumlah penderita kusta mencapai 20.023 kasus. "WHO
menetapkan Indonesia menempati urutan ke tiga dunia setelah India dan Brazil
dengan jumlah penderita kusta tertinggi," ( dr. Nafsiah, 2013 ).
Nafsiah menjelaskan, penderita penyakit kusta di Indonesia didominasi
penduduk yang tinggal di pulau Jawa. Seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI
Yogjakarta, Jawa Barat dan Jakarta. "Sekitar 50 persen penderita dari 23.169 kasus
berada di pulau Jawa,". Penderita kusta juga tersebar di luar pulau Jawa, seperti
Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Papua-Irian
Jaya. "Jumlah penderita kusta di pulau Jawa mencapai 15 ribu dari 23 ribu
penderita kusta di Indonesia,". Pemerintah, kata dia, telah melakukan berbagai
upaya untuk menekan angka kasus penderita kusta. Dan jika dibandingkan beberapa
tahun lalu, jumlah penderita kusta saat ini sudah mengalami penurunan. Sehingga,
kata Nafsiah, rumah sakit khusus penderita kusta sudah dikurangi dari 22 rumah
sakit kini hanya 10 rumah sakit yang khusus menanggani kasus penderita kusta dan
tersebar di Indonesia. "Puskemas sudah melakukan pendeteksian dini penderita kusta
dari anak-anak hingga orang dewasa. Hanya saja stigma dan diskriminasi terhadap
penderita kusta seringkali menghambat penemuan kasus secara dini. Padahal, kusta
bukan penyakit kutukan, melainkan penyakit yang ditularkan dari virus karena pola
masyarakat yang tidak menjaga kesehatan lingkungan. Upaya untuk menghilangkan
stigma dan diskriminasi dibutukan komitmen dan motivasi yang kuat kepada
penderita dari masyarakat. Pandangan masyarakat membantu penderita kusta untuk
melihat masa depan. "Penderita kusta bukanlah orang yang cacat. Hapus stigma dan
diskriminasi kepada penderita kusta. Mereka harus diberikan informasi yang jelas
dalam upaya pencegahan penularan penyakit ini,"kata Nafsiah.

1.2. Visi dan Misi Kabupaten Majalengka

A. Visi Kabupaten Majalengka adalah MAJALENGKA MAKMUR

Makmur secara harpiah bermakna sejahtera, berkecukupan secara material dan


agamis secara spriritual atau tatanan kehidupan yang rakyatnya mendapatkan
kebahagian jasmani dan rohani sehubungan telah terpenuhi kebutuhannya.

B. Misi Kabupaten Majalengka

1. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur,


lingkungan, dan sarana prasarana perekonomian dalam rangka pencapaian
pembangunan yang berkelanjutan;
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dengan
berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan publik dan peningkatan
kesejahteraan aparatur;

3. Membangun iklim investasi yang kondusif dan pemberdayaan Usaha Mikro


Kecil Menengah (UMKM) untuk mencapai pemerataan kesejahteraan
masyarakat;

4. Meningkatkan daya saing daerah dengan berfokus pada pemanfaatan sumber


daya alam, sumber daya manusia, inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi
dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan;

5. Mewujudkan Desa Mandiri;

6. Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama disertai


penyediaan sarana prasarana keagamaan yang memadai.

1.3. Visi dan Misi Program P2 Kusta

A.Visi Programer Kusta


Membebaskan masyarakat Majalengka dari masalah sosial ekonomi akibat
penyakit kusta

B.Misi Programer Kusta


1. Menumbuhkan dan meningkatkan kualitas hidup penderita kusta dengan
memberikan pengobatan yang akurat dan rehabiltasi sosial ekonomi
2. Mengintegrasikan pelayanan penderita kusta dengan pelayanan kesehatan
dasar
3. Menghilangkan stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah paham
masyarakat terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan secara intensif.
BAB III
PENGENDALIAN KUSTA DAN HASIL KEGIATAN

3.1.Pengendalian Kusta
Strategi pengendalian terpadu perlu kita wujudkan mengingat kompleknya
masalah - masalah penyakit kusta serta kecacatannya yang harus
diperhatikan. prevalence rate dan deformity propotion masih tinggi maka
kesinambungan program P2 Kusta sangat di perlukan, untuk itu perlu peranan
masyarakat yang dapat meningkatkan partisipasinya dalam program P2 kusta ini dan
juga perhatian baik dari pemerintah maupun donatur masih diperlukan.
Dengan mengembangkan ilmu keperawatan dan deteksi dini dengan berolah
raga untuk meningkatkan kualitas hidup eks dan penderita kusta maka berupaya
membentuk Kelompok Perawatan Diri (KPD) dan acuan buku Deteksi Dini Cacat
Kusta (DDCK) guna mewujudkan kemandiriaan cara merawat diri bagi eks dan
penderita kusta.

3.1.1.Tujuan Umum
Mengetahui gambaran penderita kusta di wilayah kerja Puskesmas Rajagaluh
tahun 2014

3.1.2.Tujuan khusus
a) Mengetahui cakupan penemuan penderita kusta berdasarkan bulan
b) Mengetahui cakupan penemuan penderita kusta berdasarkan tempat
c) Mengetahui cakupan penemuan penderita kusta berdasarkan jenis kelamin
d) Mengetahui cakupan penemuan penderita kusta berdasarkan umur

3.1.3.Strategi
a) Untuk daerah dengan CDR > 5 per 100.000 penduduk, pelayanan penderita kusta
merupakan bagian pelayanan rutin disetiap unit pelayanan kesehatan.
b) Untuk daerah dengan CDR < 5 per 100.000 penduduk, pelayanan penderita kusta
diberikan di unit pelayanan rujukan, diikuti dengan pendekatan didaerah fokus.
( Sumber : Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta Depkes RI, 2006 )
3.2. Hasil Kegiatan
Definisi suatu daerah dinyatakan sebagai daerah endemik rendah kusta
apabila :
a) Program berjalan dengan baik selama 3 tahun berturut turut , penemuan kasus
dilakukan secara aktif dan pasif.
b) Proporsi petugas Puskesmas yang mampu mengidentifikasi suspek kusta
minimal 75%
c) Angka penemuan kasus baru ( NCDR ) < 5 per 100.000 penduduk.

Indikator Penetapan Status Endemik Rendah


NCDR ( Newly Case Detection Rate ) sebagai berikut :

Jumlah kasus yang baru ditemukan


pada kurun waktu tertentu ( 1 tahun )
-------------------------------------------------- X 100.000
Jumlah Penduduk di kabupaten pada
kurun waktu yang sama

3.3. Target Dan Analisis


3.3.1.Target
Berdasarkan data tersebut maka target yang harus dicapai di wilayah kerja
Puskesmas DTP Rajagaluh berdasarkan panduan program P2 Kusta Dinas Kesehatan
Kabupaten Majalengka adalah :
3.3.2.Analisis
Berdasarkan data tersebut maka kami sebagai programer P2 Kusta menganalisis dan
mengevaluasi bahwa masalah yang ada diantaranya :
1) Target tercapai ....% hal ini berdasarkan jumlah penderita yang ditemukan
sebanyak....
2) Kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan secara dini tentang
penyakit kusta
3) Masih ditemukannya penderita baru
4) Terdapat penderita dengan reaksi

Penanganan masalah dan rencana Tindakan :


1) Peningkatan minat masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan dini kusta
2) Motivasi penderita kusta untuk tetap memeriksakan diri dan terus memantau
pengobatan yang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai