Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PERENCANAAN DAN EVALUASI KESEHATAN

PERENCANAAN “PROGRAM PENYULUHAN TERKAIT


PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI KABUPATEN
JEMBER”
(Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Perencanaan dan Evaluasi
Kesehatan D Semester Gasal Tahun Ajaran 2019/2020)

Dosen Pengampuh :

Dewa Ngakan Gde Wahyu Mahatma Putra, S.ST., MARS

Disusun Oleh :

1. Itsnatur Rizkiyah A. (172110101024)


2. Debi Maulida Prasetyo P. (172110101035)
3. Dea Yolanda Tamania (172110101062)
4. Khabib Fadlilatul M. (172110101094)
5. Lutfiah Nur Mufidah (172110101095)
6. Dienita Ayu Andhani (172110101113)
7. Ika Yuliana (172110101169)
8. Rizqa Ardhita Rosalina (172110101186)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
1. Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis atau TBC adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis ini masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang menjadi tantangan global (Kementerian
Kesehatan, Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Berdasarkan Global Report Tuberculosis 2017, secara global kasus baru
Tuberkulosis sebesar 6,3 juta, setara dengan 61% dari insiden tuberculosis
(10,4 juta). Tuberkulosis tetap menjadi 10 penyebab kematian tertinggi di
dunia dan kematian tuberculosis secara globar diperkirakan 1,3 juta pasien
(World Health Organization, Global Tuberculosis Report, 2017). Pada tahun
2017 menurut WHO, Indonesia merupakan negara peringkat dengan beban
tertinggi kasus TB setelah India (Kementerian Kesehatan, Profil Kesehatan
Indonesia, 2018).
Jawa Timur merupakan provinsi peringkat kedua di Indonesia dengan
jumlah penemuan kasus tuberkulosis pada tahun 2017. Penemuan kasus baru
BTA+ yaitu sebesar 26.152 kasus dan jumlah penemuan semua kasus
tuberkulosis sebesar 54.811 kasus. (Kementerian Kesehatan, Profil
Kesehatan Jawa Timur, 2018).
Kabupaten Jember merupakan salah satu wilayah dengan jumlah
penderita Tuberkulosis paru tertinggi kedua di Jawa Timur setelah surabaya
pada tahun 2015. Dinas Kesehatan Provinsi jawa timur mencatat pada tahun
tersebut jember menduduki posisi kedua dengan jumlah kasus sebanyak 3.128
(Dinkes Jatim, 2015 dalam Yudinia, 2018). Pada tahun 2015, berdasarkan
hasil tes pemeriksaan dahak di sarana pelayanan kesehatan kabupaten Jember
ditemukan jumlah penderita dengan BTA positif sebesar 2.121 orang
penderita (Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Profil Kesehatan Kabupaten
Jember, 2016). Pada tahun 2016 berdasarkan hasil pemeriksaan dahak di
sarana pelayanan kesehatan Kabupaten jember ditemukan sejumlah 2.145
orang penderita denga BTA+ ((Dinas Kesehatan Jember, Profil Kesehatan
Jember, 2017). Sedangkan pada tahun 2017 di kabupaten Jember terdapat
3.242 penderita TB Paru TBA+ yang diobati dan dari jumlah tersebut

1
sebanyak 2.031 penderita TB diantaranya sudah mendapatkan kesembuhan
sebesar 62,58% (Dinas Kesehatan Jember, Profil Kesehatan Jember, 2018).
Jika dibandingkan antara ketiga tahun tersebut jumlah penderita TB Paru
mengalami peningkatan.
Program pemberantasan penyakit menular berperan penting untuk
angka kesakitan dan kematian sehingga pemerintah membuat program
pemberantasan tuberkulosis (P2TB) yang menjadi salah satu prioritas. Hal
tersebut dibuktikan dengan dimasukkannya pemberantasan tuberkulosis
dalam Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yang kemudian
dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2015-2030
(Suandaru, 2018). Oleh karena itu telah banyak program-program maupun
kebijakan kesehatan yang dibuat oleh Pemerintah untuk mengatasi masalah
TB di Kabupaten Jember, baik oleh Pemkab, Puskesmas, rumah sakit,
maupun Dinkes. Program-program yang telah berjalan di Kabupaten Jember
cukup banyak diantaranya adalah Directly Observe Treatment Shortcourse
(DOTS), Lapas Bebas TB, Program Kecamatan Merdeka TB di Kecamatan
Pakusari Kabupaten Jember, Paguyuban TB “AWASI” di Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember, dan lain sebagainya.
Namun demikian, berdasarkan hasil evaluasi program-program TB di
Jember yang telah penulis lakukan sebelumnya, program-program tersebut
belum memiliki sub-sub program promotif dan preventif untuk kelompok
orang-orang yang masih sehat dan berada disekitar penderita atau yang
memiliki resiko tinggi untuk tertular TB, sehingga penemuan kasus baru
penderita TB pada kelompok tersebut masih tinggi. Oleh karena itu, inovasi
dalam program ini yaitu menambahkan sub program promotif dan preventif
untuk kelompok orang-orang yang masih sehat dan berada disekitar penderita
atau yang memiliki resiko tinggi untuk tertular TB.

2. Deskripsi Program
“Program Penyuluhan Terkait Pencegahan Penyakit Tuberkulosis”
merupakan program yang ditujukan kepada masyarakat sehat yang tidak

2
terkena penyakit Tuberkulosis dalam upaya menurunkan angka prevalensi
penyakit Tuberkulosis di Jember dan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat Jember untuk hidup sehat.
Program ini menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif melalui
kegiatan penyuluhan kepada kader-kader (penjual sayuran) yang kemudian
akan diteruskan kepada masyarakat. Program ini akan dilaksanakan tiga bulan
sekali selama satu tahun dengan kegiatan pokok penyuluhan TB kepada
tukang sayur keliling (kader) dan kegiatan tambahan yaitu pemberian materi
strategi promosi kesehatan oleh penyuluh kepada kader.
Adanya “Program Penyuluhan Terkait Pencegahan Penyakit
Tuberkulosis” diharapkan penyakit TB dapat dikendalikan secara
komprehensif di seluruh wilayah Jember.

3. Tujuan Program
a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di kabupaten Jember.
b. Tujuan Khusus
1) Menurunkan prevalensi penyakit Tuberkulosis di Jember karena
kasus penyakit yang terus meningkat.
2) Merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat dan bersih untuk
mencegah tertularnya penyakit Tuberkulosis.
3) Tercapainya angka kesembuhan pada penderita Tuberkulosis.
4) Memberikan edukasi atau penyuluhan tentang Tuberkulosis.

4. Manfaat Program
a. Meningkatkan pengetahuan dan informasi masyarakat tentang
Tuberkulosis, karena pada program terdapat penyuluhan tentang
Tuberkulosis.
b. Deteksi dini bagi masyarakat yang belum terinfeksi Tuberkulosis. Dalam
program ini ada kegiatan skrinning untuk mengecek apakah seseorang
sudah terinfeksi Tuberkulosis.

3
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Dengan adanya
penyuluhan maka masyarakat akan mengetahui bahaya dan dampak dari
Tuberkulosis, sehingga masyarakat akan sadar untuk memulai pola hidup
sehat.

5. Tempat dan Jangka Waktu Pelaksanaan Program


a. Tempat : Seluruh puskesmas di jember, agar penyakit TB dapat
dikendalikan secara komprehensif di seluruh wilayah jember
b. Waktu : 3 bulan sekali dalam 1 tahun. Pembatasan waktu ini
dimaksudkan agar dapat dilihat evaluasinya dalam tahun-tahun
berikutnya.

6. Target Peserta
a. Kader : Penjual sayur keiling
b. Sasaran kader : pembeli sayuran

7. Rumusan Kegiatan
a. Kegiatan Pokok
Penyuluhan TB kepada tukang sayur keliling (kader). Hal tersebut
dikarenakan penjual sayuran merupakan tempat berbelanja sekaligus
diskusi bagi penjual sayur dan konsumen.
b. Kegiatan Tambahan
Pemberian materi strategi promosi kesehatan oleh penyuluh kepada
kader.
c. Organisasi dan Tenaga Pelaksana
Dalam pelaksanaannya, program ini dijalankan oleh pemerintah, tenaga
pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas se-Jember, LSM yang
bersangkutan, serta oleh masyarakat sendiri. Pemerintah berperan dalam
memfasilitasi kebutuhan terkait pelaksanaan program serta berperan
dalam monitoring evaluasi berjalannya program. Tenaga pelayanan
kesehatan dalam program ini berperan dalam memberikan edukasi atau

4
informasi terkait TB kepada masyarakat serta memberikan pelayanan
kesehatan tertentu seperti screening TB. Peran LSM juga diperlukan
dalam program ini guna memperluas pemberian informsi atau edukasi
terkait TB. Sehingga peran LSM yaitu membantu pihak tenaga pelayanan
kesehatan dalam melaksanakan program. Sedangkan masyarakat dalam
program ini berperan sebagai penerima informasi yang diberikan oleh
pihak tenaga pelayanan kesehatan maupun pihak LSM.
d. Strategi Pendekatan
Strategi pendekatan yang dilakukan dalam program ini yaitu dengan
memberdayakan masyarakat dalam pelaksanaan program. Wujud
memberdayakan masyarakat dalam program ini yaitu dengan
memanfaatkan kader kader yang dipilih dari masyarakat sendiri untuk
kemudian diberikan informasi dan edukasi terlebih dahulu. Sehingga
selanjutnya kader tersebut dapat menyebarkan informasi mengenai TB
yang sebelumnya sudah didapatkan dari tenaga pelayanan kesehatan
maupun pihak LSM.

8. Rencana Anggaran Biaya

Rencana Anggaran Biaya Program Pencegahan TB di Jember


No. Keterangan Jumlah Biaya TOTAL
1. Poster TB 50 buah x 50 Rp 4.000,- Rp 10.000.000,-
puskesmas
2. Banner 50 puskesmas Rp 100.000,- Rp 5.000.000,-
Penyuluhan
3. Leaflet TB 50 buah x 50 Rp 7000,- Rp 17.500.000,-
puskesmas
Jumlah Total Rp 32.500.000,-

5
9. Metode Penilaian dan Kriteria Keberhasilan
Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan pemantauan
dan evaluasi PKRS. Oleh karena itu, indikator, keberhasilan mencakup
indikator masukan (input), indikator proses, dan indikator keluaran (output).
a. Kriteria Keberhasilan Input
Masukan (Input) yang perlu diperhatikan adalah yang berupa manusia
(Man),dana/anggaran (Money), bahan, sarana dan, prasarana (Materials),
cara (Methods), mesin (Machine), pasar (Market) dan, informasi
(Information). Oleh karena itu, indikator masukan ini dapat mencakup:
1. Manusia (Man)
a) Adanya tenaga ahli atau petugas yang ditunjuk sebagai pemberi
materi penyuluhan.
b) Adanya petugas yang ditunjuk untuk mengawasi terlaksananya
program.
c) Adanya penanggung jawab program untuk memastikan
keberhasilan program seperti Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
d) Adanya mitra kerja untuk mendukung terlaksananya program.
2. Uang (Money)
Uang merupakan unsur yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan program karena segala sesuatunya harus diperhitungkan
secara rasional. Dalam hal ini berhubungan dengan adanya
dana/anggaran yang cukup untuk penyelenggaraan program
(membiayai gaji pekerja/petugas, membeli sarana dan prasarana,
membeli konsumsi petugas dan laiinnya).
3. Bahan, sarana dan, prasarana (Materials)
a) Adanya media promosi kesehatan yang menarik dan kreatif
yang digunakan dalam proses penyuluhan seperti poster, leaflet
dan, banner.
b) Adanya materi yang jelas yang akan disampaikan pada saat
penyuluhan.
c) Adanya tempat yang digunakan untuk proses penyuluhan.

6
4. Cara (Methods)
Metode diperlukan agar mekanisme yang ada berjalan secara efektif
dan efisien. Dalam hal ini yaitu metode pelaksanaan program
penyuluhan harus menarik dan tidak membosankan, penjelasan
materi harus dengan bahasa yang mudah dimengerti semua lini
masyarakat,
5. Mesin (Machine)
a) Adanya peralatan promosi kesehatan seperti LCD proyektor,
mic dan sound system untuk memudahkan petugas dalam
menyampaikan materi penyuluhan.
6. Sasaran (Market)
Sasaran (Market) dalam hal ini sasaran yang dituju dalam program
yaitu masyarakat sehat yang belum terkena penyakit Tuberkulosis di
wilayah kerja Kabupaten Jember.
7. Informasi (Information)
Unsur informasi sangat penting dalam keberhasilan program agar
pesan yang diberikan dapat tersampaikan dengan benar dan tepat.
Dalam hal ini mencakup:
a) Adanya informasi yang jelas terkait tempat, waktu dan durasi
pelaksanaan penyuluhan.
b) Adanya publikasi terkait program penyuluhan kepada kader
dan masyarakat.

b. Kriteria Keberhasilan Proses


1. Perencanaan
Perencanaan dalam membuat program sangatlah penting. Oleh
karena itu, perencanaan harus dibuat sematang mungkin dan
difikirkan dampak maupun manfaat yang diperoleh dari program
tersebut.

7
2. Tugas pokok
Tugas pokok dari semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan
program harus disesuiakan dengan kemampuan masing-masing agar
program yang akan dilaksanakan dapat berjalan sesuai yang
diharapkan. Misalkan petugas puskesmas diberikan tugas untuk
memberikan pengobatan kepada penderita TB maupun mahasiswa
fakultas kesehatan yang dapat memberikan penyuluhan kepada kader
untuk disampaikan kepada masyarakat. Tugas tersebut harus berjalan
dengan baik untuk keberhasilan program.
3. Pelatihan
Pelatihan ini dilakukan kepada petugas puskesmas agar
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan mereka, sehingga saat
memberikan pengobatan kepada penderita TB dapat berjalan dengan
baik. Dan pelatihan yang dilakukan kepada kader (tukang sayur)
agar paham tentang Tuberkulosis sehingga tidak akan bingung
apabila harus menyampaikan kepada masyarakat.
4. Promosi Kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan ini harus dilakukan dengan menarik dan
tidak membosankan agar masyarakat lebih memahami dan tertarik
tentang penyuluhan yang akan dilakukan. Promosi kesehatan ini
diharapkan dapat membantu masyarakat penderita TB maupun
masyarakat yang belum terinfeksi agar mengerti bagaimana cara
pencegahan, penanggulangan, maupun cara pengobatan TB. Hal ini
agar menurunkan angka prevalensi TB dan terkadang masih ada
masyarakat yang tidak melakukan pengobatan yang sesuai dengan
yang dianjurkan, sehingga untuk mencapai kesembuhan sulit
dilakukan.
5. Kemitraan
Dalam program harus dilakukan kerja sama yang baik oleh beberapa
tenaga kesehatan, mahasiswa fakultas kesehatan, dan kader (tukang
sayur). Tanpa adanya kerja sama yang baik tentunya program ini

8
tidak akan berjalan dengan lancar dan bisa saja tidak berhasil untuk
menurunkan angka prevalensi TB.
6. Pengawasan dan Evaluasi
Program ini dilakukan setiap 3 bulan sekali agar dapat di awasi dan
dipantau apakah masyarakat sudah mulai melakukan pola hidup
sehat untuk mencegah penyakit TB. Dan apabila pada bulan
selanjutnya yaitu pada kegiatan kedua tidak berhasil maka perlu
diadakannya evaluasi terhadap program. Bisa jadi pada saat
dilakukan penyuluhan masyarakat tidak tertarik karena terlalu
membosankan, oleh karena itu perlu dilakukan cara yang membuat
proses penyuluhan tersebut semenarik mungkin.

c. Kriteria Keberhasilan Output


1. Program penyuluhan terlaksana di semua puskesmas
2. Jumlah peserta penyuluhan minimal 80% hadir
3. Durasi pelatihan 6 jam setiap pertemuan

10. Penentuan Waktu dan Tempat Evaluasi Akhir


Evaluasi program pencegahan TB di Jember dilaksanakan di kantor
dinas kesehatan Jember dengan diikuti oleh pihak pemerintah, kepala
puskesmas se-Jember, serta anggota LSM yang ikut serta dalam pelaksanaan
program. Waktu pelaksanaan evaluasi yaitu akhir tahun atau 12 bulan setelah
pelaksanaan program. Hasil evaluasi selanjutnya digunakan sebagai pedoman
untuk memperbaiki hal-hal yang mungkin masih perlu dilaksanakan,
ditambahkan, atau bahkan dihapuskan. Sehingga selanjutnya program yang
dilaksanakan dapat berjalan sesuai harapan.

11. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “Program
Penyuluhan Terkait Pencegahan Penyakit Tuberkulosis” merupakan

9
suatu program yang menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif
yang ditujukan kepada masyarakat sehat yang tidak terkena penyakit
Tuberkulosis dalam upaya pengendalian kasus penyakit Tuberkulosis.
b. Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu program dilaksanakan
dengan rutin agar efektif den perlu dilakukan monitoring serta evaluasi
untuk mewujudkan keberhasilan program

10
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni , N., & Pujiyanto. (2014). Analisis Manajemen Program TB Paru di


Puskesmas Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat Tahun 2014.
Dinas Kesehatan Jember. (2017). Profil Kesehatan Kebupaten Jember 2016.
Jember: Dinkes Jember.
Dinas Kesehatan Jember. (2018.). Profil Kesehatan Kebupaten Jember 2017.
Jember: Dinkes Jember.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017. Surabaya: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Jakarta.
Suandaru, Y. F. (2018). Kajian Pengelola Kasus Tuberkulosis (PEKA TB) Pada
Program Pakusari Merdeka Tuberkulosis Rumah Sakit Paru Jember
Tahun 2016. Skripsi. Jember: Fakultas Kesehatan Masyarakat.
World Health Organization. (2017). Global Tuberculosis Report 2017.
Yudinia, T. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga dan Tingkat Keputusasaan
Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Fase
Lanjutan di Kecamatan Umbulsari Jember. Skripsi. Jember: Fakultas
Kedokteran.

11

Anda mungkin juga menyukai