PAMERI TB
( Peran Masyarakat Temukan Dan Laporkan TB)
Disusun Oleh :
dr. Saribah Latupono
Pendamping:
dr. Handri Huwae
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulos is (TB) paru adalah infeks i yang dis ebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis.TB Paru merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya cukup tinggi di dunia.Sampai saat ini TB paru masih
menjadim a s a l a h k e s e h a t a n y a n g p e l i k d i b e r b a g a i n e g a r a . B e r d a s a r k a n
G l o b a l Tuberculosis Report tahun 2015, saat ini TB berada pada peringkat yang
sama dengan penyakit akibat Human Immunodeficiency Virus (HIV) sebagai penyakit
infeksi paling mematikan di dunia. 1
Laporan dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2015
menyebutkan terdapat 9,6 juta kasus TB paru di dunia dan 58% kasus terjadi di daerah
Asia Tenggara dan Afrika. Tiga negara dengan insidensi kasus terbanyak pada tahun
2015 adalah India (23%), Indonesia (10%),dan China (10%). 1 Saat ini, Indonesia
berada pada urutan kedua negara dengankasus TB tertinggi di dunia.Jumlah kasus baru
TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018).
Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali
lebih besar dibandingkan pada perempuan. 2
Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali
lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-
negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto
risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini
menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokoksebanyak 68,5% dan
hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok. 2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan dari studi inventori
TB yaitu Global report TBtahun 2018didapatkan insiden TB paru yaitu 321/100.000
penduduk. Prevalensi TB paru berdasarkan riwayat diagnosis dokter menurut provinsi
tertinggi yaitu papua ( 0,77 %) sedangkan Maluku (0,39%). 3
Data TB dari dinas kesehatan provinsi Maluku berdasarkan data yang sudah
terekapitulasi pada system SITT (system informasi tuberculosis terpadu tercatat hingga
Desember 2019 ditemukan 51 % TBC di Maluku atau 3.253 penderita dari estimasi 6.379
2
orang. Sedangkan jumlah penderita TBC yang bisa diobati tercatat sebanyak 2.699 orang atau
59 % dari kasus yang ditemukan di tahun 2018 sebanyak 4.575 orang.4
Estimasi kasus TBC terbanyak di Maluku yakni di Kota Ambon sebesar 65 % diikuti
Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) 62 %, Maluku Tenggara (51 %), Maluku Tengah (41
%), Kabupaten Pulau Buru (40 %), Maluku Barat Daya (40 %) Seram Bagian Timur (SBT)
sebesar 38 %, Seram Bagian Barat (SBB) 30 % dan Buru Selatan sebesar 23 %.4
Data suspek TB paru triwulan 3 dan 4 yaitu pada bulan Juli-Desember 2019 sebanyak
60 orang. Setelah melakukan pemeriksaan sputum SPS, diperoleh hasil penderita TB paru
BTA (+) sebanyak 7 orang. Kemudian data triwulan 3 tahun 2020 diperoleh penderita TB
BTA (+) sebanyak 2 orang dari 26 orang suspek yang periksa.
Permasalahan yang dihadapi yaitu ada beberapa pasien TB paru BTA (+) yang
dinyatakan positif tidak rutin pengobatan di puskesmas atau tidak menggunakan faskes untuk
pengobatan. Penyakit TB paru masih menjadi stigma dalam masyarakat sehingga dalam
proses penjaringan masih sangat sulit dan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita TB
paru BTA (+) masih sangat rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis
tertarik untuk melakukan inovasi dengan judul Pameri TB (Peran masyarakat temukan dan
laporkan TB).
Rumusan Masalah
➢ Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat,tentang penyakit TB, faktor
resiko yang mempengaruhi serta komplikasi dari penyakit TB paru
➢ Rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan sebagai bentuk
pencegahan dan pengendalian penyakit menular pada pasien yang menderita TB
maupun orang yang kontak erat dengan pasien TB paru di lingkungan kerja
Puskesmas Jazirah Tenggara.
➢ Belum optimalnya penjaringan dalam mendeteksi dan menemukan penderita TB paru
dan orang yang kontak erat dengan pasien TB di lingkungan kerja Puskesmas Jazirah
Tenggara.
➢ Kurangnya pemanfaatan faskes sebagai tempat pengobatan TB Paru
3
C. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Terjaringnya seluruh penderita TB paru guna menurunkan angka kejadian penyakit
menular dengan melibatkan peran serta seluruh masyarakat, para kader tokoh agama dan
pemerintah.
b. Tujuan Khusus :
➢ Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan penyakit menular dan
menemukan penderita TB paru di wilayah Puskesmas jazirah tenggara.
Memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat dan para kader tentang
gejala, faktor resiko, upaya pencegahannya dan komplikasi dari penyakit TB paru.
D. SASARAN
Sasaran Umum : Seluruh masyarakat yang ada dalam wilayah kerja
Puskesmas JazirahTenggara
Sasaran Khusus :Semua warga yang mempunyai gejala TB paru dan orang
yang kontak langsung dengan penderita TB paru di
wilayah kerja Puskesmas Jazirah Tenggara
B. Profil Puskesmas
A. Deskripsi Unit Kerja
4
Gambar 2.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Jazirah Tenggara
5
3. Nilai – Nilai Organisasi
Tata Nilai Puskesmas Jazirah Tenggara
J : Melayani Pasien dan masyarakat dengan Jujur
A : Adil dalam proses pelayanan kepada seluruh pasien dan masyarakat
S : Menunjukkan sikap Sopan saat melakukan pelayanan kepada pasien dan
masyarakat
T : Tindakan pada pasien dan masyarakat Tepat sesuai sasaran pelayanan
E : Menunjukkan sikap Empati pada Pasien dan masyarakat saat pelayanan
N : Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan hati Nurani
G : Selalu bekerja dengan Giat saat melakukan pelayanan
6
C. truktur Organisasi
1
D. Tugas dan Fungsi
7
b. Wewenang :
Memberi laporan, usulan dan saran kepada Pimpinan Puskesmas.
c. Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab dalam kegiatan UKS.
3. Pemegang Program Kesehatan Kerja
a. Uraian Tugas :
1) Melakukan pendataan kelompok kerja di desa.
2) Melakukan pembinaan terhadap anggota pekerja di kelompok kerja.
3) Melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap kelompok kerja.
4) Pencatatan dan pelaporan.
b. Wewenang :
Memberi laporan, usulan dan saran kepada Pimpinan Puskesmas.
c. Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan kerja.
4. Perawat
a. Uraian Tugas :
1) Melakukan pengkajian awal keperawatan.
2) Melakukan asuhan dan tindakan keperawatan serta tindak lanjut
keperawatan.
b. Wewenang :
Memberi laporan, usulan dan saran kepada Pimpinan Puskesmas.
c. Tanggung Jawab :
Bertanggung jawab terhadap pelayanan dan perawatan pasien.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. TUBERKULOSIS PARU
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
9
penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan
cepat kasus TB yang muncul.6,7
2.1 Etiologi
Tubercolosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Bakteri
Mycobacterium tuberculosa mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan (Basil Tahan Asam) karena basil TB mempunyai sel lipoid. Basil TB
sangat rentan dengan sinar matahari sehingga dalam beberapa menit saja akan mati.
Basil TB juga akan mati dalam beberapa menit jika terkena alcohol 70% dan lisol
50%. Basil TB memerlukan waktu 12-24 jam dalam melakukan mitosis, hal ini
memungkinkan pemberian obat secara intermiten (2-3 hari sekali).Mycobacterium
tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak
berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 µm dan panjang 1 – 4 µm. Dinding
M.tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).6
10
Gambar 1: Mycobacterium tuberculosis
11
massa seperti keju. Massa inidapat mengalami klasifikasi, membentukskar
kolagenosa.Bakteri menjadi dorman,tanpa perkembangan penyakit aktif.Setelah
pemajanan dan infeksi awal,individu dapat mengalami penyakit aktifkarena gangguan
atau respon yanginadekuat dari respon system imun.Penyakit dapat juga aktif dengan
infeksiulang dan aktivasi bakteri dorman.Dalamkasus ini, tuberkel ghon
memecahmelepaskan bahan seperti keju dalambronki.Bakteri kemudian menjadi
tersebardi udara, mengakibatkan penyebaranpenyakit lebih jauh.Tuberkel
yangmenyerah menyembuh membentuk jaringanparut. Paru yang terinfeksi menjadi
lebihmembengkak, menyebabkan terjadinyabronkopneumonia lebih lanjut.6,9
Paru merupakan port dientrée lebih dari 98% kasus infeksi TB.Karena
ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang
terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh
12
mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB
dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada
sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman
akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus
berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi
pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN.9,10
13
Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberculin.Selama masa
inkubasi, uji tuberculin masih negatif.Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas
seluluer tubuh terhadap TB telah terbentuk.Pada sebagian besar individu dengan
sistem imun yang berfungsi baik, begitu system imun seluler berkembang, proliferasi
kuman TB terhenti.Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam
granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk ke
dalam alveoli akan segera dimusnahkan. Setelah imunitas seluler terbentuk, focus
primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk
fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi.
Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi
penyembuhannya biasanya tidak sesempurna focus primer di jaringan paru.
14
kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer.Sedangkan pada penyebaran
hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh
tubuh.Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai
penyakit sistemik.Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam
bentuk penyebaran hematogenik tersamar (occult hamatogenic spread). Melalui cara
ini, kuman TB menyebar secara sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di
seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks
paru atau lobus atas paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan
membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi
pertumbuhannya. Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi
pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk
dormant.Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi
berpotensi untuk menjadi focus reaktivasi. Fokus potensial di apkes paru disebut
sebagai Fokus SIMON.6,9,10
Bertahun- tahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, focus TB
ini dapat 5 mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ terkait, misalnya
meningitis, TB tulang, dan lain-lain. Bentuk penyebaran hamatogen yang lain adalah
penyebaran hematogenik generalisata akut (acute generalized hematogenic spread).
Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju
ke seluruh tubuh.Hal ini dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit
TB secara akut, yang disebut TB diseminata.TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-
6 bulan setelah terjadi infeksi.Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan
virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya
penyebaran.Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya system imun
pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita. Tuberkulosis milier
merupakan hasil dari acute generalized hematogenic spread dengan jumlah kuman
15
yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan mempunyai ukuran
yang lebih kurang sama. Istilih milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang
menyerupai butur padi-padian/jewawut (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi
ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang secara histologi merupakan
granuloma.6,9,10
Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu focus perkijuan menyebar ke saluran
vascular di dekatnya, sehingga sejumlah kuman TB akan masuk dan beredar di dalam
darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan
dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini dapat terjadi secara berulang.
16
Beberapa faktor karakteristik individu yang menjadi faktor risiko terhadap
kejadian TB paru adalah:11,13
Faktor usia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Haryanto dkk.(2004),kasus kematian
penderita TB paru hampir tersebar pada semua kelompok usia dan paling
banyak pada kelompok usia produktif yaitu usia 20-49 tahun sekitar 58%.
Indonesia sendiri diperkirakan 75% penderita TB paru adalah usia produktif
yaitu usia 15-50 tahun.
Faktor jenis kelamin
Jenis kelamin juga mempengaruhi kejadian TB paru karena berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan Aditama (2005) bahwa prevalensi TB paru
terbanyak diderita oleh laki-laki.karena sebagian besar laki-laki mempunyai
kebiasaan merokok sehingga mudah terkena TB paru. Selain dari kebiasaan
merokok laki-laki lebih beresiko terkena TB paru dibandingkan dengan
perempuan hal ini berkaitan erat dengan interaksi sosial yang lebih tinggi pada
laki-laki dibandingkan perempuan (Aditama, 2005; Illu dkk.2012)
Status gizi
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi, dan
lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan
terhadap penyakit termasuk TB paru. Keadaan ini merupakan faktor penting
yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-
anak (Hiswani, 2009)
Gejala sistemik/umum
17
- Batuk produktif yang berkepanjangan (>3 minggu) kadang batuk disertai
darah.
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan
- Perasaan tidak enak (malaise), dan terasa lemah
- Anemia/kurang darah.12
Gejala khusus
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara
“mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit
di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.10,11,12
18
1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
2. Hasil pemeriksaan satu specimen sputum menunjukkan BTA positif dan di
jumpai adanya kelainan radiologi
3. Hasil pemeriksaan satu specimen sputum menunjukan BTA positif dan
biakan positif.11,13
TB paru BTA (-)
1. Hasil pemeriksaan sputum 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif.
2. Hasil pemeriksaan sputum 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
micobacterium tuberculosis positif. 11,13
1. Kasus baruAdalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudahpernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
3. Kasus setelah putus berobat (Default )Adalah pasien yang telah berobat
dan putus berobat 2 bulan atau lebihdengan BTA positif.
19
5. Kasus Pindahan (Transfer In)Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK
yang memiliki register TBlain untuk melanjutkan pengobatannya.
20
Pemeriksaan dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk
penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama
kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua
P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak
pagi.
21
a. Kalau hasil rontgen mendukung TB paru, maka penderita didiagnosis sebagai
penderita TB paru BTA positif.
b. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB paru maka pemeriksaan SPS
diulangi
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain,
misalnya biakan.Bila ketiga specimen dahaknya negatif, diberikan anti biotic
spektrum luas (misalnya kontrimoksazol atau amoksilin) selama 1-2 minggu. Bila
tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB paru, ulangi
pemeriksaan dahak SPS
a. Kalau hasil SPS positif: didiagnosis sebagai penderita TB paru BTA positif
b. Kalau hasil SPS tetap negatif: lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk
mendukung diagnosis TB
c. Bila hasil rontgen mendukung TB paru, didiagnosis sebagai penderita TB
paru paru BTA negatif rontgen positif. Bila hasil rontgen tidak mendukung
TB paru: penderita tersebut bukan TB paru
dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan
BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak
dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu
menunjukkan aktifitas penyakit.6,9
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasi pada bagian
perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus.
22
b. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran: nekrosis,
cavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical lordotik), fibrosis dan
retraksi region hilus, bronchopneumonia, serta infiltrat interstitial.
c. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali
pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak
hanya melihat apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi
Pada pemeriksaan radiologi, gambaran yang dicurigai sebagai lesi TB aktif
adalah :
a. Bayangan berawan atau nodular disegmen apikal dan posterior lobus
b. atas paru dan segmen superior lobus bawah. Kavitas, terutama lebih dari
satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular.
c. Bayangan bercak milier.
d. Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang
meragukan, tidak sensitif, tidak juga spesifik. Pada saat TB baru mulai (aktif)
akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit meninggi dengan hitung jenis
pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal.Laju endap darah
mulai meningkat.Jika penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal,
dan jumlah limfosit masih tinggi.Laju endap darah mulai turun ke arah normal
lagi. Bisa juga didapatkan anemia ringan dengan gambaran normokron dan
normositer, gama globulin meningkat dan kadar natrium darah menurun.
23
Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan Untuk lebih jelasnya lihat alur
prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.2,5,6
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan TB paru pada orang dewasa di bagi dalam beberapa kategori yaitu
24
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
2. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
a. Penderita kambuh.
b. Penderita gagal terapi.
25
c. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat
26
3. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif
4. Kategori 4: RHZES
Diberikan pada kasus Tb kronis
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Keterangan: dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33-50 Kg.
27
OAT lini pertama. Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi
pada OAT lini kedua.2,5,7
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat
diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.
1. Isoniazid (INH) Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada
syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat
28
dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau
dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat
diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin (syndrom
pellagra).
Efek samping berat dapat berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang lebih
0,5% penderita. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan
pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan
simtomatik ialah :
- Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah
kadang-kadang diare
- Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus
distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan
khusus
- Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah
satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan
diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang
Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air
mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme
29
obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada penderita
agar dimengerti dan tidak perlu khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai
pedoman TB pada keadaan khusus).Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin)
dan kadangkadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini
kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat.
Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang
lain.
4. Etambutol Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun
demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang
sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang
diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam
beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan
pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
30
Table 8 : Efek samping ringan dari OAT
Komplikasi TB ini dapat terjadi baik pada pasien yang diobati ataupun
tidak. Secara garis besar, komplikasi TB dikategorikan menjadi:
1. Lesi Parenkim
- Tuberkuloma dan thin-walled cavity.
- Sikatriks dan destruksi paru.
- Aspergilloma.
- Karsinoma bronkogenik
2. Lesi Saluran Nafas
- Bronkiektasis.
- Stenosis trakeobronkial.
- Bronkolitiasis
3. Lesi Mediastinum
31
4. Lesi Pleura
5. Lesi dinding dada
32
memberikan informasi lengkap, penggunaan istilah medis dan memberikan
banyak instruksi yang harus diingat oleh penderita.
2. Tingkat pendidikan.
Menurut Stein 1986, tingkat pendidikan pasien dapat meningkatkan
kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan yang
aktif yang diperoleh secara mandiri, lewat tahapan-tahapan tertentu
(Suparyanto, 2010).
Menurut Gunarso 1990 mengemukakan bahwa semakin tua umur
seseorang maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat ketika berusia belasan tahun, dengan demikian dapat disimpulkan
faktor umur akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang akan
mengalami puncaknya pada umur tertentu dan akan menurun kemampuan
penerimaan atau mengingat sesuatu seiring dengan usia semakin lanjut. Hal ini
menunjang dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah (Suparyanto, 2010).
3. Dukungan Keluarga
Menurut Baekeland dan Lundawall, dukungan keluarga dapat menjadi
faktor yang dapat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai
kesehatan individu serta menentukan program pengobatan yang akan mereka
terima. Keluarga juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai
perawatan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi
dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan
dengan kepatuhan (Suparyanto, 2010)
4. Tingkat ekonomi
Menurut Park 2002, tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial
untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya penderita TB
Paru sudah pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan
33
lain nampaknya efektif di negara seperti Indonesia yang memiliki status sosial
lebih kuat, dibandingkan dengan negara-negara barat (Suparyanto, 2010).
5. Perilaku sehat.
Menurut Dimatteo 1984, Perilaku sehat dapat dipengaruhi oleh
kebiasaan, oleh karena itu perlu dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya
untuk mengubah perilaku tetapi juga dapat mempertahankan perubahan
tersebut.Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap diri
sendiri, evaluasi diri dan penghargaan terhadap diri sendiri terhadap perilaku
yang baru tersebut (Suparyanto, 2010).
6. Dukungan social
Menurut Meichenbaun 1997, dukungan sosial dalam bentuk dukungan
emosional dari anggota keluarga teman, waktu, dan uang merupakan faktor
penting dalam kepatuhan contoh yang sederhana, jika tidak ada transportasi dan
biaya dapat mengurangi kepatuhan penderita.Keluarga dan teman dapat
membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh penyakit tertentu,
mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka
seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan.
34
BAB III
3.1 PENDAHULUAN
35
Berdasarkan Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3
kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu juga yang
terjadi dinegara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena laki-laki
lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya ketidak
patuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki
yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang
merokok.2
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menyatakan dari studi
inventori TB yaitu Global report TBtahun 2018didapatkan insiden TB paru yaitu
321/100.000 penduduk. Prevalensi TB paru berdasarkan riwayat diagnosis dokter
menurut provinsi tertinggi yaitu papua ( 0,77 %) sedangkan Maluku (0,39%). 1
Data TB dari dinas kesehatan provinsi Maluku berdasarkan data yang sudah
terekapitulasi pada system SITT (system informasi tuberculosis terpadu tercatat
hingga Desember 2019 ditemukan 51 % TBC di Maluku atau 3.253 penderita dari
estimasi 6.379 orang. Sedangkan jumlah penderita TBC yang bisa diobati tercatat
sebanyak 2.699 orang atau 59 % dari kasus yang ditemukan di tahun 2018 sebanyak
4.575 orang.4
Estimasi kasus TBC terbanyak di Maluku yakni di Kota Ambon sebesar 65 %
diikuti Kabupaten Kepulauan Tanimbar (KKT) 62 %, Maluku Tenggara (51 %),
Maluku Tengah (41 %), Kabupaten Pulau Buru (40 %), Maluku Barat Daya (40 %)
Seram Bagian Timur (SBT) sebesar 38 %, Seram Bagian Barat (SBB) 30 % dan Buru
Selatan sebesar 23 %.4
36
Jl. Said Perintah, Desa Siri Sori, Kecamatan Saparua Timur Kabupaten Maluku
Tengah.Puskesmas Jazirah Tenggara memiliki 4 wilayah kerja dengan total
jumlah penduduk 5.710 Jiwa.
3.3 TUJUAN
A. Tujuan Umum
- Terjaringnya seluruh penderita TB paru guna menurunkan angka kejadian
penyakit menular dengan melibatkan peran serta seluruh masyarakat, para
kader dan lintas sektor.
B. Tujuan Khusus
- Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penjaringan TB paru
- Memberikan edukasi dan pemahaman kepada masyarakat dan para kader
tentang gejala, faktor resiko, upaya pencegahannya dan komplikasi dari
penyakit TB paru
37
- Menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menggunakan
faskes (puskesmas) sebagai tempat pengobatan TB paru.
- Menurunkan angka kejadian TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Jazirah
Tenggara
38
- Melibatkan lintas sektor yaitu kader, pegawai puskesmas ( bidan desa),
pegawai puskesmas (pemegang program TB paru), kepala desa (raja),
tokoh agama dan tokoh masyarakat
- Pemberian penghargaan berupa sertifikat kepada masyarakat yang aktif
berperan serta dalam proses penjaringan TB.
1. Pembekalan Persiapan
tahap awalnya
- Mempersiapkan alat dan bahan yang di butuhkan sebagai media
dengan
pemberian informasi seperti leaflet, poster.
melakukan
Pelaksanaan
Penyuluhan
- Membangun kerjasama dengan kader dan lintas sektor .
tentang TB paru
- Memberikan pembekalan denngan memberikan penyuluhan tentang
TB yang meliputi gejala, faktor resiko, komplikasi dan pencegahan di 5
desa wilayah kerja Puskesmas Jazirah tenggara.
2. Penjaringan TB Pelaksanaan
Dengan cara - Masyarakat yang berperan dalam mata-mata TB ini yakni lintas sektor
Membentuk sesuai karakteristik dan budaya daerah setempat.
kelompok - Jika daerah penjaringan TB di daerah yang mayoritas beragama Kristen
detektif TB maka akan dilakukan pendekatan dan melibatkan anggota PKK,
dalam Pendeta, dan staf majelis jemaat, ketua sektor, Koordinator sektor,
masyarakat. kepala unit, ketua angkatan muda, ketua dan anggota ranting angkatan
muda, ketua SM TPI (sekolah minggu tunas pekabaran injil), Wadah
pelayanan perempuan dan wada pelayanan laki-laki.
39
- Jika daerah penjaringan TB di daerah yang mayoritas beragama Muslim
maka melibatkan ketua dan anggota Remas (remaja masjid), ibu-ibu
majelis Ta’lim, kepala pemuda, ustad, raja dan anggota pemerintahan
negri.
- Di sekolahan : pembekalan kepada dokter-dokter kecil (SD), sedangkan
SMP dan SMA dilakukan pembentukan kelompok remaja peduli TB.
- Masyarakat yang telah mengerti dan memahami tentang TB diharapkan
dapat membantu dalam proses penjaringan TB
- Masyarakat yang mampu mengenali gejala dan tanda dari penyakit TB
diharapkan mampu mengarahkan suspek TB tersebut untuk ke
puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan.
3. Kader menjadi Kader selain bertugas menjadi mata-mata TB dalam masyarakat, kader
kaki-tangan TB juga terlibat dalam proses penjaringan, yakni berperan dalam proses
pendataan kontak erat TB.
40
3.6 SASARAN
41
Pengangkutan pasien suspek TB : seksi Humas pemerintahan desa dan
kader.
Tahun 2021
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des
1 Penyuluhan TB dan pelatihan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kader
2 Pembentukan kelompok √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
ditektif TB dalam masyarakat
3 Kader menjadi kaki tangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
TB
5 Pemberian Reward √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 Pengangkutan suspek TB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 Pencatatan dan pelaporan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan:
1. Penyuluhan TB dan pelatihan kader: Penyuluhan TB dan pelatihan kader
dilakukan setiap minggu pertama bulan dari bulan januari-desember.
2. Pembentukan kelompok ditektif TB dalam masyarakat : dilakukan minggu
kedua setiap bulan dari bulan januari-desember.
3. Kader menjadi kaki tangan TB : pada minggu ketiga setiap bulan dari bulan
januari-desember.
4. Pemberian penghargaan : pada minggu pertama dan kedua setiap bulan dari
bulan januari-desember.
5. Penggangkutan suspek TB : pada minggu terakhir setiap bulan dari bulan
januari-desember.
42
6. Pencatatan dan pelaporan ( evaluasi kegiatan ) : dilakukan pada minggu ketiga
dan keempat setiap bulan dari bulan januari-desember.
Sumber dana kegiatan ini dari biaya operasional kesehatan (BOK) tahun 2021.
1. Penyuluhan TB:
- 1 Rim Kertas (500 lembar) = Rp. 50.000,- ( Untuk 60 kartu kontrol dan
60 leaflet, masih sisa 380 lembar)
- Tinta warna + hitam putih = Rp.50.000 x 2 = Rp.100.000,-
- Uang transport para Nakes dan kader : 30 x Rp.50.000 = 1.500.000,-
- Totalnya = Rp. 1.650.000,-
2. Penjaringan TB:
- Uang transport para Nakes dan kader dan masyarakat yang membantu
dalam penjaringan TB : 30 x Rp.50.000 = 1.500.000,-
- Total = Rp. 3.000.000,-
3. Pemberian penghargaan :
- Kertas ivory (100 lembar) : 1.200.000
- Tinta warna + hitam putih = Rp.50.000 x 2 = Rp.100.000,-
- Total = Rp. 1.300.000,-
- Sembako dan pembuatan E-KIS : berasal daridana desa sekitar Rp.
20.000.000
43
3.9 MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN
44
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
45
untuk pencegahan dan pengendalian faktor resiko penyakit menular.
DAFTAR PUSTAKA
46
9. Werdhani RA. Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis.
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, Dan Keluarga. FKUI
10. Price Sylvia, Wilson Larraine. Patofisiologi, konsep klinis proses penyakit. 6th
ed. EGC, Jakarta: 2012
11. Sudoyo Aru, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta; 2009
12. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tuberculosis (TB) 2018 Tanggal
Publikasi : Tue, 25 April 2017 00:00:00, Dibaca : 19.835 Kali
www.kemkes.go.id
13. Hiswani. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. universitas sumatera utara. 2010
14. Mallinda E. Zarfiardy Af, Savira M. Profil Penderita Tuberkulosis Paru Yang
Di Rawat Inap Di Bagian Paru Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
Provinsi Riau Periode 01 Januari - 31 Desember 2013. [Jurnal Kesehatan]. 2016
Vol 3 No.1
15. Sarmen DR, Surya Hajar FD, Suyanto. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap
Pasien Tb Paru Terhadap Upaya Pengendalian TB Di Puskesmas Sidomulyo
Kota Pekanbaru. [Jurnal Kesehatan]. 2017 Vol 4 No. 1
47
SURAT PERNYATAAN
Nama :
Alamat :
Pekerjaan :
Jabatan :
Alamat :
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya akan mendukung penuh dan siap
Puskesmas Jasirah Tenggara.. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari saya melanggar surat pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi jabatan. Dan saya bersedia untuk bertanggung
jawab.
Saparua Timur,
48
Materai 6000
49