Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan kurikulum di Fakultas Kedokteran Unswagati Cirebon,

mahasiswa semester III diterjunkan langsung ke beberapa Puskesmas yang ada

di Kota Cirebon. Tujuannya adalah untuk melatih keterampilan klinik dan

keterampilan komunikasi yang telah diterima mahasiswa di Skills Lab, agar

terbentuk lulusan dokter yang dapat bekerja secara profesional pada Upaya

Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) pada

strata pertama.

Pada kesempatan ini, kelompok kami ditempatkan di UPTD Puskesmas

Kesambi. Puskesmas Kesambi adalah Puskesmas rujukan dari Puskesmas

dengan jenis pelayanannya yaitu RSBM (Rumah Sakit Berbasis Masyarakat).

Berdasarkan laporan tahunan Puskesmas Kesambi tahun 2017, yang terdiri

dari kunjungan pasien umum, pasien akses, pasien Kartu Sehat (KS), dan gratis

lainnya. Sedangkan jumlah kunjungan terbanyak adalah ke BP umum dengan

10 jenis penyakit yang tersering dijumpai di Puskesmas Larangan, yaitu ISPA,

Penyakit kulit, Gastritis, Mialgia, Faringitis, Diare, Demam, Hipertensi, TB

klinis, dan Anemia.

B. Tujuan dan Manfaat

1. Menambah pengalaman bagi kami tentang keterampilan klinik

2. Memberi pengalaman bagi kami sehingga kami mampu bermasyarakat


BAB II

PROFIL PUSKESMAS KESAMBI

A. Topografi dan Demografi

Puskesmas Kesambi merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kota

Cirebon . Kota Cirebon terletak di pantai utara propinsi Jawa Barat . Secara

geografis Kota Cirebon terletak pada posisi 108,33° dan 6,41° LS pada pantai utara

Pulau Jawa dengan ketinggian 5 m dari permukaan laut . Kota Cirebon beriklim

tropis dengan suhu udara berkisar antara 24°C - 33°C . Kota Cirebon memiliki 5

Kecamatan,yaitu :

- Kecamatan Kejaksan

- Kecamatan Kesambi

- Kecamatan Pekalipan

- Kecamatan Lemahwungkuk

- Kecamatan Harjamukti

Puskesmas Kesambi berada di Kecamatan Kesambi , dengan wilayah kerja

meliputi 1 kelurahan, yaitu kelurahan Kesambi. Letak Puskesmas Kesambi ada

disebelah Selatan pusat Kota Cirebon di depan UGD RSUD Gunung Jati dengan

jarak ± 1 km dengan waktu tempuh ± 5 menit menggunakan kendaraan roda empat

. Wilayah kerja Puskesmas Kesambi merupakan daerah padat perkotaan yang

merupakan wilayah Pemukiman penduduk dan Pendidikan .

Wilayah kerja Puskesmas Kesambi berbatasan dengan :

- Sebelah Utara : Kelurahan Pekiringan


- Sebelah selatan : Kelurahan Drajat

- Sebelah Barat : Kelurahan Sunyaragi

- Sebelah Timur : Kelurahan Jagasatru

B. Visi dan Misi

Visi Puskesmas Kesambi adalah “Terwujudnya Masyarakat Kelurahan

Kesambi Yang Sehat Dengan Kinerja Aparatur Yang Ramah.”

Dan untuk mewujudkan visi tersebut, misi Puskesmas Larangan adalah:

1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang Bermutu dan Berkeadilan.

2. Memberdayakan Masyarakat dalam Mewujudkan Masyarakat yang Sehat

dan Mandiri.

3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dalam Memberikan

Pelayanan Kesehatan

C. Motto Pelayanan

Motto pelayanan Puskesmas Larangan adalah “Kesehatan Anda

Kebahagiaan Kami”.

D. Pegawai dan Struktur Organisasi

Puskesmas Kesambi mempunyai tenaga 25 orang karyawan dan 1 orang

sukwan ( penjaga malam ) dan dipimpin oleh Dokter Umum dengan rincian

sebagai berikut :

- Dokter Gigi : 0 Orang

- Dokter Umum : 2 Orang (1 Ka.Pusk dan 1 Fungsional )


- Administrasi : 1 Orang (Ka. Sub.Bagian Tatat Usaha)

- Bidan : 5 Orang (4 PNS dan 1 PTT )

- Perawat Akper : 5 Orang ( PNS )

- Perawat SPK : 1 Orang ( PNS )

- Perawat Gigi SPRG : 1 Orang

- Asisten Apoteker : 1 Orang

- Sanitarian : 1 Orang

- Promkes : 1 Orang

- Pelaksana /SMA : 4 Orang

- Penjaga Malam : 1 Orang

Dari segi kualitas pegawai dengan latar belakang pendidikan dengan

pelaksana program Puskesmas Kesambi belum mempunyai petugas analis /

laboratorium, tenaga Nutrisionis dan tenaga perawat Gigi.


BAB III

PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

I. DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT

Derajat Kesehatan Masyarakat merupakan gambaran kemampuan/ Kinerja

petugas kesehatan untuk mencapai indikator Kesehatan, kemampuan SKPD

dalam merencanakan, melaksanakan, mengendalikan program/kegiatan

sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Derajat kesehatan merupakan salah satu ukuran kesejahteraan dan kualitas

sumber daya manusia. Sebagaimana lazimnya untuk menggambarkan derajat

kesehatan digunakan indikator kualitas utama seperti angka kematian,

kesakitan, kelahiran, status gizi dan lain-lain.

II. PERILAKU MASYARAKAT

Berdasarkan perjalanannya penyakit dapat dibagi menjadi : Akut dan

Kronis. Berdasarkan sifat penularannya dapat dibagi menjadi : Menular dan

Tidak Menular. Proses terjadinya penyakit merupakan interaksi antara agen

penyakit, manusia (Host) dan lingkungan sekitarnya. Untuk penyakit menular,

proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara : Agent penyakit

(mikroorganisme hidup), manusia dan lingkungan sedangkan untuk penyakit

tidak menular proses terjadinya penyakit akibat interaksi antara agen penyakit

(non living agent), manusia dan lingkungan. Penyakit tidak menular dapat

bersifat akut dapat juga bersifat kronis.


Pada Epidemiologi Penyakit tidak Menular terutama yang akan dibahas

adalah penyakit- penyakit yang bersifat kronis. Pada masyarakat daerah

kesambi kebanyakan belum paham akan penyakit tidak menular ini, seperti

hipertensi, jantung, diabetes dan lain-lainnya. Berdasarkan survey yang kami

lakukan sekitar 13.3% menderita penyakit jantung, sebanyak 20% menderita

penyakit diabetes, dan sebanyak 10% menderita hipertensi.

III. KESEHATAN LINGKUNGAN

Hasil Cakupan Kegiatan Kesehatan Lingkungan dalam 2 tahun terakhir di

Puskesmas Kesambi telah mendapatkan hasil yang cukup baik . Beberapa

kegiatan yang mengalami peningkatan dan hasil cakupan kegiatannya sudah

mencapai 100 % di tahun 2017 adalah pembinaan Tempat Pengolahan

Makanan, Inspeksi sanitasi tempat tempat umum dan pembinaan tempat tempat

umum . Sedangkan kegiatan yang kinerjanya paling rendah untuk progam

Kesehatan lingkungan adalah pencapaian rumah sehat yaitu sebesar 65.65 % .

IV. PELAYANAN KESEHATAN

Hasil Kinerja Progam promosi Kesehatan di Puskesmas Kesambi

Tahun 2016 s.d tahun 2017. Hasil Cakupan beberapa Kegiatan Promosi

Kesehatan di Puskesmas Kesambi telah dicapai dengan baik, yaitu untuk

kegiatan pembinaan Posyandu yang mengalami peningkatan dari stratifikasi

Posyandu dari 8 Posyandu 7 Posyandu Purnama dan 1Posyandu Mandiri pada

tahun 2016 dan Tahun 2017 5 Posyandu Purnama dan 3 Posyandu Mandiri ,

kegiatan pembentukan kampung siaga yang telah mencapai 100 % .juga


cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ) sudah mencapai target,

Namun untuk kegiatan penyuluhan baik di dalam maupun di luar gedung ,

kinerja nya harus ditingkatkan lagi.

Hasil Kinerja Progam Pencegahan dan pembrantrasan penyakit

menular di Puskesmas Kesambi Tahun 2010 s.d tahun 2017. Penemuan

tersangka TB. Paru sudah cukup namun kerja laboratorium masih kurang dan

masih kurang aktifnya petugas BP dalam menjaring kasus dan pengambilan

Specimen. ABJ Kader pad Triwulan 1 s/d IV (97,85%),kejadian kasus DBD ada

2 dan pada tahun 2017 ,dikarenakan seringnya diadakannya penyuluhan dan

dibentuk kader KKM untuk melaksanakan PSN dan PJB tingkat kelurahan yang

sudah diberi penataran dan alat senter beserta formatnya. Imunisasi sebagian

sudah mencapai target. HBO, Polio, DPT-HB1, Campak, dan TT1 bumil, serta

Bias Campak, sedangkan BCG, DPT-HB2, 3, Polio2, 3, 4 dan TT2 bumil serta

Bias DT, TT belum mencapai target,masih tingginya kasus penyakit ISPA dan

DIARE, Jemaah Haji tahun 2016 ada 26 orang dan Tahun 2017 sebanyak 22

orang.

Hasil Kinerja Pengobatan di Puskesmas Kesambi Tahun 2016 s.d tahun

2017. Hasil cakupan upaya pengobatan dalam kurun waktu tahun 2016 ada

15883 pengunjung dan pada tahun 2017 ada 14351 pengunjung , menurun

dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan fasilitas kesehatan yang

lain,Kegiatan upaya pengobatan di puskesmas Kesambi meliputi kunjungan

rawat jalan dan pelayanan laboratorium serta konsultasi kesehatan lainnya.

BAB IV
ANALISIS MASALAH

I. ANALISIS POTENSI DAN KEBUTUHAN

Berdasarkan hasil survey kami lakukan bahwa rendah pengetahuan

masyarakat akan penyakit tidak menular. Oleh karena itu, kami ingin lebih

mendalami tentang permasalahan ini. Penyakit tidak menular adalah suatu

penyakit yang tidak disebabkan oleh kuman melainkan dikarenakan adanya

kelainan fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Biasanya

penyakit ini timbul karena kebiasaan hidup yang kurang sehat seperti

merokok, faktor genetik, cacat fisik, penuaan/usia, dan gangguan kejiwaan.

Contohnya : sariawan, batuk, sakit perut, demam, hipertensi, DM, obesitas,

osteoporis, dan sebagainya.

II. PERUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian penyakit tidak menular?

2. Apa pengertian faktor dan jenis resiko penyakit tidak menular?

3. Bagaimana upaya pencegahan penyakit tidak menular?

III. PRIORITAS MASALAH

Penyakit tidak menular (PTM), juga dikenal sebagai penyakit kronis,

tidak ditularkan dari orang ke orang.Mereka memiliki durasi panjang dan

umumnya berkembang lambat.Empat jenis utama penyakit tidak menular

adalah penyakit kardiovaskular (seperti serangan jantung dan stroke),

kanker, penyakit pernapasan kronis (seperti penyakit paru obstruktif kronis

dan asma) dan diabetes melitus (DM).PTM merupakan penyebab utama

kematian di semua daerah kecuali Afrika, tapi proyeksi saat ini


menunjukkan bahwa pada tahun 2020 peningkatan terbesar dalam kematian

PTM akan terjadi di Afrika. Di negara Afrika kematian karena PTM

diproyeksikan melebihi kematian dari penyakit menular, gizi dan kematian

ibu dan perinatal sebagai penyebab paling umum kematian pada tahun 2030

Laporan dari WHO (2013) menunjukkan bahwa PTM sejauh ini

merupakan penyebab utama kematian di dunia, yang mewakili 63% dari

semua kematian tahunan. PTM membunuh lebih dari 36 juta orang setiap

tahun.Sekitar 80% dari semua kematian PTM terjadi di negara

berpenghasilan rendah dan menengah.

Penyakit tidak menular telah menjadi musuh besar bagi para petugas

kesehatan. Ada beberapa jenis PTM penting contohnya penyakit jantung

koroner, hipertensi, DM dan lainnya.

3.1 HIPERTENSI

Diperkirakan sekitar 80% kenaikkan kasus hipertensi terutama

terjadi di negara berkembang pada tahun 2025 dari jumlah total 639 juta

kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1.15 miliar

kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi

dan pertambahan penduduk saat ini. Penyakit hipertensi sering disebut

sebagai “the silent killer” karena sering tanpa keluhan, sehingga penderita

tidak menyadari kalau dirinya mengidap hipertensi tetapi kemudian

mendapatkan dirinya sudah menderita komplikasi dari hipertensi. 2 Hasil

Riskesdas 2007 diketahui bahwa hanya seperempat penderita hipertensi

yang berobat teratur. 5 Hal ini karena kurangnya pemahaman penderita


tentang komplikasi yang mungkin terjadi (gagal jantung kongestif, stroke

dan gangguan ginjal kronik yang berakibat fatal), keterbatasan dana untuk

berobat dan kurangnya fasilitas serta sumber daya di Puskesmas termasuk

ketersediaan obat-obatan anti hipertensi.

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi

peningkatanrata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun

1989 sampai tahun1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi

mengalami peningkatan. sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan

hipertensi sebagai penyebabkematian nomor tiga setelah stroke dan

tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8%dari proporsi penyebab kematian

pada semua umur di Indonesia. Kebanyakan orang merasa sehat dan energik

walaupun hipertensi. Menuruthasil Riskesdas Tahun 2007, sebagian besar

kasus hipertensi di masyarakat belum terdeteksi. Keadaan ini tentunya

sangat berbahaya, yang dapatmenyebabkan kematian mendadak pada

masyarakat. Oleh karena cukup besarnyaangka kejadian hipertensi maka,

akan dikaji lebih lanjut mengenai penyakithipertensi tersebut.

ekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan

darah didalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri

menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.

Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam

waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh
tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah

dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.

Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu

keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas

normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah

(diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan

darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat

digital lainnya.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana

terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).

Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah

yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan

darah tinggi.

Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai keadaan dimana tekanan

darah meningkat. Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan darah saat

menekan dinding pembuluh darah arteri, pembuluh nadi yang menghantarkan

darah ke seluruh tubuh.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang

lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan

darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya

120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan

tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140

mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic mencapai 90 mmHg atau lebih, atau
keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan

sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik

mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90

mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini

sering ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80

tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,

kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi

maligna adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan

menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi,

hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan

seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal

memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan

darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat

melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah

dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling

rendah pada saat tidur malam hari.

3.1.1 KLASIFIKASI HIPERTENSI

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi

sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik

(isolated systolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik

tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada

usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri
apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan

tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan

darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.

Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan

tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya

ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi

apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga

memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan

meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan

dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara

dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan

sistolik dan diastolik.

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1). Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,

disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor

yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan

saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na,

peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan

risiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

2). Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus.

Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit

ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom

Cushing, feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan

dengan kehamilan, dan lain-lain.


Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan

darah secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha

untuk mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek

kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi

segera. Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem

yang mengatur jumlah cairan tubuhyang melibatkan berbagai organ terutama

ginjal.

1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah

Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai

dengan penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan

proses multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan

terbentuk deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium

dan berbagai substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan

ini disebut plak. Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan

memperkecil lumen pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran

darah, pengurangan suplai oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.

Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam

pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah

vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi

endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer

2) Sistem renin-angiotensin

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme


(ACE). Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci

dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

a. Meningkatkan sekresi Anti-Diureti Hormon (ADH) dan rasa haus. Dengan

meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan

cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah

meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Untuk mengatur

volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl

(garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan

volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume

dan tekanan darah


3) Sistem saraf simpatis Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi

pembuluh darah terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks

dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls

yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik

ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang

serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan

dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.

3.1.1 MASALAH EPIDEMIOLOGI HIPERTENSI

Masalah epidemiologi hipertensi antara lain:

1. Orang
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi

daripada wanita. Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya

usia. Pada laki-laki meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada

wanita meningkat pada usia lebih dari 55 tahun. Orang yang memiliki gaya

hidup tidak sehat yang dapat meningkatkan hipertensi, antara lain minum

minuman beralkohol, kurang berolahraga, dan merokok.

2. Tempat

Hipertensi bisa terjadi dimana saja. Bagaimanapun, biasa sering muncul

pada etnik Afrika Amerika dewasa daripada Kaukasia atau Amerika

Hispanik.

3. Waktu

Penyakit hipertansi bisa terjadi setiap saat karena sifatnya yang tidak

menular dan penyakit ini tergolong penyakit yang terjadi akibat genetic, gaya

hidup, lingkungan dan pola makan.

3.1.2 DIAGNOSIS HIPERTENSI

Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat

Menggunakan sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari

satu kali pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas

meja dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan

sebaiknya setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang.

Pasien diharapkan tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat

mempengaruhi tekanan darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol,

alkohol dan sebagainya.


Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut

yakni:

1. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita

Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat

sejauh mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau

tidak, apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain-lain.

2. Mengisolasi penyebabnya

Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab

spesifiknya.

3. Pencarian faktor risiko tambahan

Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor

risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.

4. Pemeriksaan dasar

Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan

dasar, seperti kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG

(electrocardiography) dan rontgen.

5. Tes khusus

Tes yang dilakukan antara lain adalah :

a. X-ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna yang

digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan adrenal.

b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi

(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).

3.1 DIABETES
Diabetes melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan

terjadinya hiperglikemi di dalam tubuh. Sebagian besar orang-orang

menyebutnya dengan penyakit kencing manis. Biasanya para penderita

DM akan disertai dengan berbagai gejala seperti poliuria, polidipsia,

polifagia, dan penurunan berat badan. Apabila tidak dilakukan perawatan

dan pengontrolan pengobatan yang baik pada penderita DM, maka akan

menyebabkan berbagai penyakit menahun seperti serebrovaskular,

penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah tungkai dan lain

sebagainya. Penyebab diabetes dapat disebabkan berbagai hal seperti

keturunan, pola hidup yang tidak sehat, dan lain-lain. Penderita diabetes

pun setiap tahunnya semakin bertambah.

World Health Organisation (WHO) pada tahun 2003

memperkirakan bahwa terdapat 194 orang atau 51% dari 3,8 milyar

penduduk dunia menderita DM, yang mana sebagian besar berasal dari

usia 20 - 79 tahun. Yang mana pada tahun 2025 diperkirakan akan

meningkat kembali menjadi 333 juta orang. Angka kenaikan penderita DM

ini dipicu juga karena tidak adanya pengawasan nutrisi yang baik dan

terpenuhi untuk tubuh, pola hidup yang tidak sehat, dan kurangnya

melakukan aktifitas fisik. Selain itu seseorang telah terindikasi mengidap

DM dapat disebabkoleh merokok, dan obesitas. Untuk itu diperlukannya

pemahaman mengenai DM pada setiap orang, agar memberikan

pemahaman lebih mengenai DM.

3.2.1 GEJALA DIABETES MELLITUS

Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan, sering


kencing terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan cepat.

Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari

tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah

seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan

bayi dengan berat badan diatas 4 kg.

Diabetes dapat pula bermanifestasi sebagai satu atau lebih penyulit

yang bertalian. Diabetes mellitus terutama NIDDM (Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus), bisa tanpa gejala, sehingga sering

didiagnosis berdasarkan ketidaknormalan hasil pemeriksaan darah rutin atau

uji glukosa dalam urin.

Secara epidemiologik diabetes seringkali tidak terdeteksi dan

dikatakan onset atau mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum

diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada

kasus yang tidak terdeteksi. Faktor resiko yang berubah secara epidemiologi

diperkirakan adalah bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya

obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktifitas jasmani dan

hiperinsulinemia. Semua faktor ini berinteraksi dengan beberapa faktor genetik

yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.

3.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus

1) Diabetes Mellitus mencakup 3 sub kelompok diagnostik, yaitu :

a) Diabetes Mellitus tipe I (Insulin dependent) : DM jenis ini paling

sering terdapat pada anak-anak dan dewasa muda, namun demikian

dapat juga ditemukan pada setiap umur. Destruksi sel-sel pembuat insulin

melalui mekanisme imunologik menyebabkan hilangnya hampir seluruh

insulin endogen. Pemberian insulin eksogen terutama tidak hanya untuk


menurunkan kadar glukosa plasma melainkan juga untuk menghindari

ketoasidosis diabetika (KAD) dan mempertahankan kehidupan.

b) Diabetes Mellitus tipe II (non-insulin dependent) : DM jenis ini biasanya

timbul pada umur lebih 40 tahun. Kebanyakan pasien DM jenis ini bertubuh

gemuk, dan resistensi terhadap kerja insulin dapat ditemukan pada banyak

kasus. Produksi insulin biasanya memadai untuk mencegah KAD, namun

KAD dapat timbul bila ada stress berat. Insulin eksogen dapat digunakan

untuk mengobati hiperglikemia yang membandel pada para pasien jenis ini.

c) Diabetes Mellitus lain (sekunder) : Pada DM jenis ini

hiperglikemia berkaitan dengan penyebab lain yang jelas, meliputi

penyakit-penyakit pankreas, pankreatektomi, sindroma cushing,

acromegaly dan sejumlah kelainan genetik yang tak lazim.

2) Toleransi Glukosa yang terganggu merupakan klasifikasi yang cocok

untuk para penderita yang mempunyai kadar glukosa plasma yang

abnormal namun tidak memenuhi kriteria diagnostik.

3) Diabetes Mellitus Gestasional : istilah ini dipakai terhadap pasien yang

menderita hiperglikemia selama kehamilan. Ini meliputi 2-5% dari seluruh

diabetes. Jenis ini sangat penting diketahui karena dampaknya

pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar Pada pasien-pasien

ini toleransi glukosa dapat kembali normal

setelah persalinan

3.2.3 KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS

1) Komplikasi Akut

a) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kadar gula darah yang abnormal rendah) terjadi apabila kadar

glukosa darah turun dibawah 50 mg/ dl. Keadaan ini dapat terjadi akibat

pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan

yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat

terjadi setiap saat pada siang atau malam hari. Hipoglikemia merupakan

komplikasikomplikasi

yang tersering dan paling serius pada terapi insulin. Keparahan dan lamanya

hipoglikemia bisa diperkirakan dari dosis, aktivitas puncak dan lama aksi jenis

insulin yang diberikan secara.

(1) Hipoglikemia ringan

Ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf

simpatis akan terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah

menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardia,

palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

(2) Hipoglikemia Sedang

Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tida mendapatkan

cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan

fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi,

sakit kepala, vertigo, confuse, penurunan daya ingat, mati rasa didaerah

bibir serta lidah, bicara rero, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan

emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda, dan

perasaan ingin pingsan.

(3) Hipoglikemia Berat

Fungsi sitem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat sehingga

pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi Hipoglikemia


yang dideritanya. Gejala dapat mencakup perilaku yang mengalami

disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan, atau bahkan kehilangan

kesadaran.

b) Diabetes Ketoasidosis

KAD timbul sebagai akibat insufisiensi insulin yang berat (biasanya dengan

bertambah buruknya kebutuhan dasar) dank arena adanya kelebihan

hormone yang pengaruhnya berlawanan dengan insulin (misalnya

glucagon). Predisposisi KAD merupakan ciri khas pada DM tipe 1 dan

dapat merupakan gejala yang mendorong pasien konsultasi ke dokter.

Meskipun demikian KAD dapat terjadi pada setiap pasien DM yang

mengalami stress cukup berat. Bila pasien di diagnosis KAD maka perlu

dicari penjelasannya, misalnya penghentian terapi insulin, terkena stress

yang menaikkan dasar insulin. Terapi KAD hendaknya mencakup juga:

1. Pemulihan cairan tubuh, dengan pengelolaan elektrolit yang tepat

2. Penormalan kembali asidosis dan ketosis yang parah, dan

3. Pengedalian glukosa plasma.

KAD sering timbul denagan didahului oleh penurunan berat

badan, poliuria dan polidipsia. Gejalanya meliputi muntah-muntah

dan nyeri perut yang khas samar-samar dan tanpa menunjukkan

tempatnya

3.3 PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan penyakit dengan

kelainan padastruktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa

dari lahir yang terjadiakibat adanya gangguan atau kegagalan

perkembangan struktur jantung pada faseawal perkembangan janin. Ada


2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik (tidak biru) dan sianotik (biru)

yang masing-masing memberikan gejala dan memerlukan

penatalaksanaan yang berbeda.

Angka kejadian PJB dilaporkan sekitar 8–10 bayi dari 1000

kelahiran hidup dan30 % diantaranya telah memberikan gejala pada

minggu-minggu pertamakehidupan. Bila tidak terdeteksi secara dini dan

tidak ditangani dengan baik, 50%kematiannya akan terjadi pada bulan

pertama kehidupan. Menurut AmericanHeart Association, sekitar 35.000

bayi lahir tiap tahunnya dengan beberapa jenisdefek jantung bawaan.

PJB bertanggung jawab terhadap lebih banyak kematian pada kehidupan

tahun pertama bayi dari pada defek congenital lain. Sedangkan

diAmerika Utara dan Eropa, PJB terjadi pada 0,8% populasi, membuat

PJB menjadikateri yang paling banyak dalam malformasi struktur

kongenital.

Di negara maju hampir semua jenis PJB telah dideteksi dalam

masa bayi bahkan pada usia kurang dari 1 bulan, sedangkan di negara

berkembang banyak yang baru terdeteksi setelah anak lebih besar,

sehingga pada beberapa jenis PJB yang berat mungkin telah meninggal

sebelum terdeteksi. Pada beberapa jenis PJBtertentu sangat diperlukan

pengenalan dan diagnosis dini agar segera dapatdiberikan pengobatan

serta tindakan bedah yang diperlukan. Untuk memperbaiki pelayanan di

Indonesia, selain pengadaan dana dan pusat pelayanan kardiologianak

yang adekuat, diperlukan juga kemampuan deteksi dini PJB dan


pengetahuan saat rujukan yang optimal oleh para dokter umum yang

pertama kali berhadapan dengan pasien.

Mengurangi insiden terjadinya PJB dapat dilakukan oleh semua

pihak, keluarga,terutama ibu dan tenaga kesehatan. Peran perawat akan

sangat dinantikan dalam upaya pencegahan, health education tentang

pentingnya kesehatan pada ibu hamilmenjadi faktor utama untuk

menghindari terjadinya penyakit ini.

3.3.1 KLASIFIKASI PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi dua

kelompok besar berdasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang

dapat ditentukan melalui pemeriksaan fisik.16 Klasifikasi penyakit jantung

bawaan menjadi PJB sianotik dan PJB asianotik tersebut sering dikenal

dengan klasifikasi klinis. Tapi bagi kelainan jantung kongenital yang

lebih komplek bentuknya, klasifikasi segmental mungkin lebih tepat –

suatu pendekatan diagnosis berdasarkan anatomi dan morfologi bagian-

bagian jantung secara rinci dan runut.

Penyakit jantung bawaan asianotik atau non sianotik umumnya

memiliki kelainan yang lebih sederhana dan tunggal sedangkan tipe

sianotik biasanya memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks

dan bervariasi. Baik keduanya hampir 90% memerlukan intervensi bedah

jantung terbuka untuk pengobatannya. Sepuluh persen lainnya adalah

kelainan seperti kebocoran sekat bilik jantung yang masih mungkin untuk

menutup sendiri seiring dengan pertambahan usia anak.

Penyakit jantung bawaan sianotik merupakan kelainan struktur dan

fungsi jantung sehingga mengakibatkan seluruh darah balik vena


sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali eredar ke

sirkulasi sistemik dan menimbulkan gejala sianosis.14 Sianosis yang

dimaksud yakni sianosis sentral yang merupakan warna kebiruan pada

mukosa akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi >5g/dl dalam

sirkulasi.2 Berdasarkan dari gambaran foto dada PJB sianotik dapat

dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

1) Penyakit jantung bawaan sianotik dengan vaskularisasi paru

berkurang

a) Tetralogi Fallot (TF)

Tetralogi Fallot merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang

banyak ditemukan yakni berkisar 7-10% dari seluruh penyakit jantung

bawaan. Tetralogi Fallot merupakan kelainan yang terdiri dari

kombinasi 4 komponen uakni defek septum ventrikel, over-riding aorta,

stenosis pulmonal, serta hipertensi ventrikel kanan.

Pada Tetralogi Fallot yang ringan pada waktu istirahat maupun

melakukan aktivitas fisik tidak tampak adanya sianosis. Pada TF yang

moderat hingga berat sianosis akan tampak bahkan pada saat anak

istirahat. Seorang anak yang mengidap TF akan mudah merasa lelah,

sesak dan hiperpnu karena hipoksia.17 Pada pemeriksaan fisik, ujung-ujung

jari tampak membentol dan berwarna biru (finger clubbing) dan pada

auskultasi terdengar bunyi jantung ke-1 normal sedangkan bunyi jantung

ke-2 tunggal disertai murmur ejeksi sitolik di bagian parasternal sela iga 2-

3 kiri.

IV. PEMECAHAN MASALAH


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN

II. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai