Anda di halaman 1dari 19

KONSEP PUSKESMAS

DISUSUN OLEH :

FERNANDO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIkes Perintis Padang


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari
pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut,
perlu diselenggarakan berbagai uapaya kesehatan menyeluruh, berjenjang, dan
terpadu. Puskesmas merupakan penanggungjawab penyelenggaraan upaya
kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. Konsep Puskesmas tersebut mulai
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1968. Jumlah Puskesmas menurut data
dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementrian Kesehatan RI pada Juni
2011 sebanyak 9.133 sampai tahun 2013, jumlah Puskesmas mencapai 9.599
terdiri dai 3310 Puskesmas perawatan dan 6289 Puskesmas non perawatan. Lebih
lanjut mengenai Puskesmas diatur dalam keputusan menteri kesehatan nomor
128/Menkes/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat
(Puskesmas).
Setelah 32 tahun, puskesmas dikembangkan sebagai ujung tombak
pelayanan kesehatan di Indonesia, reformasi dan sistem desentralisasi yang mulai
dikembangkan tahun 2001 mengkehendaki adanya perubahan visi, misi, dan
strategi puskesmas. Sejak diperkenalkannya konsep puskesmas, berbagai hasil
tentang kesehatan yang baik telah dicapai. Puskesmas dibangun untuk
menyelenggarakan kesehatan dasar, menyeluruh, dan terpadu bagi seluruh
masyarakat yang tinggal di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, program-program
puskesmas sangat penting untuk dilaksanakan oleh masyarakat agar tercapai
derajat kesehatan yang tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil
yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Puskesmas dan kasus terbanyak yang ada di
Puskesmas?
2. Bagaimana program dasar Puskesmas dan sistem alur rujukan serta sistem
pencatatan di Puskesmas?
3. Bagaimana penanganan keluarga miskin di Puskesmas dan Public Health
Nursing (PHN) di Puskesmas?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memenuhi penugasan mata kuliah Keperawatan Komunitas I.
2. Mengembangkan materi tentang pengertian Puskesmas dan kasus
terbanyak yang ada di Puskesmas.
3. Menjelaskan materi tentang program dasar Puskesmas, sistem alur rujukan
di Puskesmas, dan sistem pencatatan di Puskesmas.
4. Menjelaskan tentang penanganan keluarga miskin di Puskesmas serta
Public Health Nursing di Puskesmas.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini yaitu :
1. Agar dapat mengetahui dan memperdalam tentang pengertian Puskesmas
dan kasus terbanyak yang ada di Puskesmas.
2. Agar dapat mengetahui program dasar Puskesmas, sistem alur rujukan di
Puskesmas, dan sistem pencatatan di Puskesmas.
3. Agar dapat memahami dan menjelaskan penanganan keluarga miskin di
Puskesmas serta Public Health Nursing (PHN) di Puskesmas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan


orgaisasi fungsional yang merupakan puat pengmbangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secra menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat
diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.

Puskesmas juga dapat didefinisikan sebagai unit pelaksana teknis dinas


kesehatan kabupaten atau kota yang bertangguang jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI 2004). Dengan
kata lain, puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan kesehatan masyarakat dala wilayah kerjanya.

Sebagian UPTD, Puskesmas berperan menyelenggarakn sebagaian dari


tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota. Oleh karena itu
Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagaian upaya pembangunan
kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai
dengan kemempuanya. Sedangkan penenggung jawab utama seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan
kabupaten/kota. Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka
tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan
keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing
Puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada
dinas kesehatan Kabupaten/kota.
2.2 Program Dasar Puskesmas

Program pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga


maupun fasilitasnya karenanya program pokok disetiap puskesmas berbeda-
beda. Namuan demikian, program pokok puskesmas yang lazim da seharunya
dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Kesejahteraan ibu dan anak (KIA)

b. Keluarga berencana

c. Usaha peningkatan gizi

d. Kesehatan lingkungan

e. Pembrantasan penyakit menular

f. Upaya pengobatan termasuk pelayanaan darurat kecelakaan

g. Penyuluhan kesehatan masyarakat

h. UKS ( usaha kesehatan sekolah)

i. Kesehatan olahraga

j. Perawatan kesehatan masyarakat

k. Usaha kesehatan kerja

l. Usaha kesehatan gigi dan mulut

m. Usaha kesehatan jiwa

n. Usaha kesehatan mata

o. Laboratorium (diupaykan tidak lagi sederhana)

p. Pencatatan dan pelaporan system iformasi kesehatan

q. Kesehatan usia lanjut

r. Pembinaan pengobatan tradisional


Semua program pokok yang dilaksanakan dipuskesmas dikembangkan
berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar seperti yang
dianjurkan oleh World Helth Organization (WHO) yang dikenal dengan
dengan basic seven. Basic seven tersebut terdiri atas maternal dan child healt
care, medical care, environmental sanitation, healt education (untuk
kelompok-kelompok masyarakat), simple laboratory, communicable disease
control, dan simple statistic (pencatanan-recording atau pelapor-reporting).

Pelaksanaan program pokok puskesma diarahkan pada kelurga sebagai


satuan masyarakat terkecil. Karenanya, program pokok puskesmas ditunjukan
untuk kepentinga kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat
diwilayah kerjanya. Setiap program pokok puskesmas dilaksanakan dengan
pendekatan pembangunann kesehatan masyarakat desa (PKMD).

Disamping peyelengraan usaha-usaha program pokok puskesmas


tersebut, puskesmas sewaktu-waktu untuk diminta untuk melaksanakan
program kesehatan tertentu oleh pemerintah pusat seperti pekan imunisasi
nasional. Dalam hal demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun
pembekalan akan diberikan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah
daerah. Keadan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi, misalnya karena
timbul wabah penyakit menulah atau bencana alam.

2.3 Kasus Terbanyak di Puskesmas

Kasus penyakit yang sering ditangani di puskesmas terdiri berbagai


kasus penyakit salah satunya adalah Kasus Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) menjadi kasus terbanyak yang ditangani Puskesmas.
Pola hidup yang tidak sehat yang dapat meyebabkan daya tahan tubuh
menurun, juga menjadi penyebab pasien terserang ISPA. Alumni STIKES
Indonesia itu juga membeberkan 10 penyakit terbanyak yang ditangani
Puskesmas Selain ISPA sebagai penyakit terbanyak, penyakit hipertensi juga
menjadi penyakit terbanyak kedua dengan jumlah 1.186 kasus.
Kemudian batuk menjadi penyakit terbanyak ketiga dengan jumlah
1.142 kasus. Sedangkan penyakit febris atau demam, berada diurutan penyakit
terbanyak keempat dengan jumlah 982 kasus. Setelah febris, penyakit gastritis
atau peradangan pada dinding lambung dan biasa disebut dengan maag,
berjumlah 806 kasus. gastritis ini bukanlah penyakit, namun sebuah kondisi
yang disebabkan oleh beragam faktor yang berbeda. Faktor tersebut di
antaranya seperti konsumsi alkohol berlebihan, stres, muntah-muntah yang
kronis, atau obat-obatan tertentu. Infeksi, refluks empedu, bakteri, dan anemia
pernikus juga penyebab umum dari gastritis lainnya. Pada kebanyakan kasus,
gastritis bukanlah kondisi yang serius. Namun, jika dibiarkan, hal tersebut
dapat menyebabkan hilangnya darah dalam jumlah banyak karena ulkus
dan/atau kanker lambung,

Kemudian penyakit terbanyak lainnya, adalah mylagia atau sakit otot


dengan jumlah 802 kasus, diabetes melitus sebanyak 597 kasus, kelainan
refraksi 465 kasus, alergi kontak dermatis 314 kasus dan nekrosis of pulp atau
sakit gigi sebanyak 263 kasus. Agar masyarakat tidak mudah terserang
penyakit, maka biasakanlah menjalankan pola hidup sehat dan bersih (PHBS)
dengan cara rutin cuci tangan pakai sabun, tidak merokok, makan buah dan
sayur, perbanyak mengkonsumsi air putih dan lain sebagainya.

2.4 Sistem Alur Rujukan Kesehatan Puskesmas

A. Jenis-jenis Rujukan

Sistem rujukan upaya kesehatan secara konsepsional menyangkut


hal-hal sebagai berikut :

1. Rujukan medis

a. Konsultasi pasien untuk keperluan pemeriksaan diagnostic,


pengobatan, tindakan operatif, dan lain-lain

b. Pengiriman bahan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium


yang lebih lengkap
c. Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten ( ahli)
untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan

2. Rujukan Kesehatan

Rujukan kesehatan merupakan rujukan yang menyangkut


masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif
yang antara lain meliputi bantuan sebagi berikut:

a. Survei epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian luar


biasa atau berjangkitnya penyakit menular.

b. Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.

c. Penyelidikan penyebab keracunan bantuan teknologi


penanggulangan keracunan, dan bantuan obat-obatan atas terjadinya
keracunan masal.

d. Pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk


pengungsi atas terjadinya bencana alam.

e. Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah


kekurangan air bersih bagi masyarakat umum.

f. Pemeriksaan specimen air di laboratorium kesehatan dan lain-lain.

B. Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan

1. Tujuan umum dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan


yang didukung kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
2. Tujuan khusus
- Dihasilkanya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuatif
dan rehabilitatf secara berhasil guna dan berdaya guna
- Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif
dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna
C. Alur Sistem Rujukan Upaya Kesehatan
1. Internal antara petugas puskesmas
2. Antara puskesmas pembantu dengan puskesmas
3. Antara masyrakat dengan puskesmas
4. Antara puskesmas yang satu dengan puskesmas yang lain
5. Antara puskesmas dengan rumah sakit, laboratorium,atau fasilitas
kesehatan lainnya

D. Upaya peningkatan Mutu Sistem Rujukan Upaya Kesehatan


1. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung
rujukan dari puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari
masyarakat.
2. Mengadakan Pusat Rujukan antara dengan mengadakan ruangan
tambahan untuk 10 tempat tidur perawat pasien gawat darurat di lokasi
yang strategis
3. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit pelayanan kesehatan
4. Menyediakan puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk
kendaran roda perahu bermotor yang dilengkapi dengan alat
komunikasi
5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem rujukan,
baik rujukan medis maupun rujukan kesehatan
6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang
pelayanan rrujukan

Komponen (Unsur) Pelayanan


Jenjang (Hieraki)
Kesehatan

Tingkat Rumah Tangga Pelayana kesehatan oleh individu


atau oleh keluarganya sendiri

Tingkat Masyarakat Kegiatan swadaya masyarakat


dalam menolong mereka sendiri
oleh kelompok paguyuban, PKK,
Saka Bhakti Husada, anggota RW
dan RT, serta masyarakat

Fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas, puskesmas pembantu,


professional tingkat pertama puskesmas keliling, praktik dokter
swasta, poliklinik swasta dan
lainnya.

Fasilitas pelayanan Rujukan Tingkat Rumah sakit kabupaten/ kota, rumah


Pertama sakit swasta, klinik swasta,
laboratorium, dan lainnya

Fasilitas pelayanan Rujukan yang Rumah sakit tipe B dan tipe A,


lebih Tinggi lembaga Spesialistik swasta,
laboratorium kesehatan daerah,
laboratorium klinik swasta, dan
lainnya

2.5 Penanganan Keluarga Miskin

Sejumlah studi untuk menilai efektifitas berbagai program


pemeliharaan kesehatan bagi penduduk miskin sudah dilakukan. Beberapa
diskusi terbuka dan diskusi di media masa, sudah dilaksanakan untuk menilai
kebijakan dan program-program tersebut. Dari kegiatan tersebut, diidentifikasi
beberapamasalah kebijakan tentang pelayanan dan pembiayaan kesehatan bagi
peduduk miskin. Masalah itu dikelompokkan menjadi enam masalah
kebijakan pokok yang bersifat normatif, yaitu: efektifitas, efisiensi,
kesinambungan pembiayaan, alternatif sistem pembiayaan, pelayanan
kesehatan dan gizi yang esensial untuk penduduk miskin, serta pembagian
tanggung jawab antara Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota serta
masyarakat. Atas dasar kajian literatur dan tinjauan pelaksanaan JPS-BK di
Indonesia, maka untuk keperluan teknis studi ini, isu-isu kebijakan normatif
tersebut diuraikan lebih lanjut menjadi tujuh masalah kebijakan operasional.
Dalam program JPS-BK dan PKPS-BBM, pelayanan yang disediakan
umumnya seperti yang dirumuskan dalam pertemuan regional di Tokyo tahun
1998, yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana (KB);
immunisasi; pengobatan penyakit menular, khususnya Tuberkolosis (TB),
malaria, demam berdarah dengue (DBD); peningkatan gizi; promosi
kesehatan; dan pelayanan rujukan di RSU (untuk kasus KIA/persalinan dan
penyakit menular). Data utilisasi pelayanan kesehatan oleh penduduk miskin
selama pelaksanaan program JPS-BK dan PKPS-BBM cukup baik untuk
mengetahui apa kebutuhan utama pelayanan kesehatan penduduk miskin. Dari
informasi tersebut juga dapat dianalisis untuk memilah pelayanan kesehatan
yang betul-betul dibutuhkan (esensial) bagi penduduk miskin, yang “at all
cost” harus disediakan.
Terdapat dua isu berkaitan dengan sistem pelayanan kesehatan
(delivery system): mutu dan akses. Setelah berdiskusi dengan penyedia
pelayanan kesehatan, dapat terungkap sejauh mana mutu pelayanan kesehatan
untuk penduduk miskin dan faktor yang berkaitan dengan mutu pelayanan.
Mengenai isu akses, secara teoritis sebetulnya “barrier to utilize health
services” bagi penduduk miskin bukan hanya biaya atau tarif pelayanan, tetapi
juga biaya transportasi. Apalagi untuk pelayanan RS yang umumnya terletak
di kota. Informasi tentang beratnya barrier akses ini berguna untuk mencari
sistem pendamping, yang dapat menggerakkan sistem masyarakat untuk
membantu transportasi pasien miskin menuju fasilitas pelayanan kesehatan.
Mekanisme pembayaran (payment mechanism), yang dilakukan
selama ini adalah provider payment melalui sistem budget, kecuali untuk
pelayanan persalinan yang oleh bidan di klaim ke Puskesmas atau KantorPos
terdekat. Alternatif lain adalah “users empowerment” melalui sistem kupon.
Kekuatan dan kelemahan alternatif-alternatif tersebut perlu ditelaah dengan
melibatkan para pelaku di tingkat pelayanan. Informasi tentang kekuatan dan
kelemahan masing-masing cara tersebut juga merupakan masukan penting
untuk melengkapi kebijakan perencanaan dan pembiayaan pelayanan
kesehatan penduduk miskin.
Beberapa RSU mengeluhkan kecilnya dana yang mereka terima,
sehingga harus menyediakan subsidi tambahan dari pendapatan RS yang
bersangkutan. Untuk kebijakan alokasi anggaran, perlu diketahui berapa besar
sebenarnya kebutuhan tersebut. Perhitungan yang didasarkan pengalaman
empiris dimasa lalu akan lebih meyakinkan para pengambil keputusan, ketika
mereka merancang alokasi anggaran. Estimasi kebutuhan biaya ini bisa
dilakukan pada tingkat Puskesmas dan RSU.
Dalam penyaluran dana JPS-BK tahun 2001, dicoba dikembangkan
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat) sebagai wadah
penyaluran dana JPS-BK. Upaya tersebut umumnya tidak berhasil, karena
dalam praktik yang dilakukan hanyalah pemberian jasa administrasi keuangan
yang dikenal sebagai TPA (Third Party Administration). Berdasarkan
pengalaman tersebut diketahui bahwa salah satu prinsip pokok asuransi tidak
bisa diterapkan, yaitu “pooling of risk”. Dalam prinsip ini risiko ditanggung
peserta dari berbagai tingkatan, tidak hanya oleh penduduk miskin. Selain itu,
pemberian ”premi” sebesar Rp 10.000/Gakin (dan dipotong 8% oleh Badam
Pelaksana JPKM) tidak didasarkan pada perhitungan risiko finansial
mengikuti prinsip-prinsip aktuarial yang profesional.
Secara tidak langsung bisa dilakukan perhitungan kasar tentang
kebutuhan pembiayaan kesehatan untuk penduduk miskin, kemudian
dibandingkanya dengan total anggaran pemerintah (dalam hal ini Pemerintah
Pusat dan Daerah). Pembiayaan pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin
selama ini menjadi tanggungan pemerintah pusat. Dengan adanya kebijakan
desentralisasiyang diterapkan tahun 2000, perlu diketahui sejauh mana daerah
juga diberi tanggung jawab untuk membiayai pelayanan kesehatan penduduk
miskin. Tahun 2001 muncul gagasan menerapkan sistem “matching grant”
untuk membiayai penduduk miskin. Dalam hal ini daerah diberi sebagian
tanggung jawab sesuai dengan kemampuan fiskalnya. Analisis awal perlu
dilakukan untuk melihat sejauh mana kapasitas daerah untuk “berbagi”
pembiayaan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di daerahnya.

2.6 Sistem Pencatatan di Puskesmas


Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan
instrumen vital dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan,
penggunaan pelayanan kesehatan di puskesmas, kematian, dan berbagai
informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan keputusan dan
pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau kota maupun kecamatan
(Santoso, 2008).

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas mencakup tiga hal yaitu


pertama ada pencatatan, pelaporan, dan pengolahan, kedua analisis dan ketiga
pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-
buku register yang berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut
kemudian direkapitulasikan ke dalam format laporan SP3 yang sudah
dibukukan. Koordinator SP3 di puskesmas menerima laporan-laporan dalam
format buku tadi dalam 2 rangkap, yaitu satu untuk arsip dan yang lainnya
untuk dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten. Koordinator
SP3 di Dinas Kesehatan Kabupaten meneruskan ke masing-masing pengelola
program di Dinas Kesehatan Kabupaten. Dari Dinas Kesehatan Kabupaten,
setelah diolah dan dianalisis dikirim ke koordinator SP3 di Dinas Kesehatan
Provinsi dan seterusnya dilanjutkan proses untuk pemanfaatannya.

Frekuensi pelaporan yaitu bulanan, tribulan dan tahunan. Laporan


bulanan mencakup data kesakitan, gizi, KIA, imunisasi, KB, dan penggunaan
obat-obat. Laporan tribulanan meliputi kegiatan puskesmas antara lain
kunjungan puskesmas, rawat tinggal, kegiatan rujukan puskesmas pelayanan
medik kesehatan gigi. Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi
fasilitas pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan
lingkungan kedinasan, data ketenagaan puskesmas dan puskesmas pembantu.
Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan kecamatan memerlukan data
yang dilaporkan dalam SP3 yang bernilai, yaitu data atau informasi harus
lengkap dan data tersebut harus diterima tepat waktu oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten, sehingga dapat dianalisis dan diinformasikan (Santoso, 2008).
Puskesmas merupakan ujung tombak sumber data kesehatan
khususnya bagi dinas kesehatan kota dan Sitem Pencatatan dan Pelaporan
Terpadi Puskesmas juga merupakan fondasi dari data kesehatan. Sehingga
diharapakan terciptanya sebuah informasi yang akurat, representatif dan
reliable yang dapat dijadikan pedoman dalam penyusunan perencanaan
kesehatan. Setiap program akan menghasilkan data yang perlu dicatat,
dianalisis dan dibuat laporan. Data yang disajikan adalah informasi tentang
pelaksanaan progam dan perkembangan masalah kesehatan masyarakat.
Informasi yang ada perlu dibahas, dikoordinasikan, diintegrasikan agar
menjadi pengetahuan bagi semua staf puskesmas. Pencatatan harian masing-
masing progam Puskesmas dikombinasi menjadi laporan terpadu puskesmas
atau yang disbut dengan system pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas
(SP2TP) (Tiara, 2011). 

2.7 Public Health Nursing (PHN)


Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128/Menkes/
SK/II/Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat,
Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) merupakan pelayanan
penunjang yang kegiatannya terintegrasi dalam upaya kesehatan wajib
maupun upaya kesehatan pengembangan. Apabila di suatu daerah terdapat
masalah kesehatan spesifik (mis. Endemis malaria, DBD, dsb) yang
membutuhkan intervensi keperawatan kesehatan masyarakat, maka Perkesmas
menjadi upaya kesehatan pengembangan.
A. Tujuan
1. Umum
Meningkatnya kemandirian masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan khususnya masalah keperawatan kesehatan untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat tentang kesehatan.
b. Meningkatnya penemuan dini kasus-kasus prioritas.
c. Meningkatnya penanganan keperawatan kasus prioritas di
Puskesmas.
d. Meningkatnya penanganan kasus prioritas yang mendapatkan tindak
lanjut keperawatan di rumah.
e. Meningkatnya akses keluarga miskin mendapat pelayanan
kesehatan/keperawatan kesehatan masyarakat.
f. Meningkatnya pembinaan keperawatan kelompok khusus.
g. Memperluas daerah binaan keperawatan di masyarakat.

B. Lingkup pelayanan
Lingkup pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat
meliputi upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan
masyarakat (UKM). Pelayanan kesehatan yang diberikan lebih difokuskan
pada promotif dan preventif tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Upaya preventif meliputi pencegahan tingkat pertama (primary
prevention), pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) maupun
pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention).

C. Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah individu,
keluarga, kelompok, masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan
akibat factor ketidak tahuan, ketidak mauan maupun ketidakmampuan
dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Prioritas sasaran adalah yang
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan masalah kesehatan prioritas
daerah, terutama :
1. Belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas serta
jaringannya)
2. Sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan tetapi memerlukan
tindak lanjut keperawatan di rumah.
Sasaran terdiri dari :
1. Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil
risiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular (a.l TB Paru, Kusta,
Malaria, Demam Berdarah, Diare, ISPA/Pneumonia), penderita penyakit
degeneratif.
2. Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap
masalah kesehatan (vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk
group), dengan prioritas :
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan
(Puskesmas dan jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mempunyai masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan
perkembangan balita, kesehatan reproduksi, penyakit menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah
kesehatan prioritas serta belum memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan.
3. Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang
rentan terhadap timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun
tidak terikat dalam suatu institusi.
a. Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi
antara lain Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil,
Kelompok Usia Lanjut, Kelompok penderita penyakit tertentu,
kelompok pekerja informal.
b. Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara
lain sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah
tahanan (rutan), lembaga pemasyarakatan (lapas).
4. Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau
mempunyai risiko tinggi terhadap timbulnya masalah kesehatan,
diprioritaskan :
a. Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang
mempunyai :
 Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain
 Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan
daerah lain
 Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain
b. Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare,
demam berdarah, dll)
c. Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat
lainnya
d. Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain
daerah terpencil, daerah perbatasan
e. Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit
seperti daerah transmigrasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Trend dan isu tentang sehat dan sakit di masyarakat sangat beragam.
Dengan ini sangat dibutuhkan program pemerintah dalam menangani masalah
kesehatan di masyarakat. Salah satu sarana yang digunakan pemerintah untuk
menjalankan program kesehatan adalah Puskesmas. Diharapkan masyarakat dan
pemerintah dapat bekerja sama dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui pelayanan Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan


Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Candra Widyanto, Faisalado. 2014. Keperawatan Komunitas dengan Pendekatan


Praktis. Yogyakarta : Nuha Medika.

Perencanaan Dan Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Bagi Penduduk Miskin


diakses pada tanggal 20 Oktober 2018 pukul 09.15 WITA.

Anda mungkin juga menyukai