Anda di halaman 1dari 17

1

Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa


Campak
Elike Oktorindah Pamilangan
102013412
E2
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta
elikeoktorindah@gmail.com

Pendahuluan
Penyakit infeksi di Indonesia masih menduduki posisi atas. Lingkungan yang masih jauh
dari bersih, sanitasi yang buruk serta perilaku hidup sehat yang belum memadai adalah faktor-
faktor pendukung terjadinya penyakit infeksi salah satunya adalah penyakit campak.
1
Penyakit
campak merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular yang ditandai dengan demam, batuk,
konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan ruam kulit. Campak merupakan penyebab
kematian bayi kurang 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkirakan 30.000 per tahun anak di
Indonesia meninggal akibat penyakit campak.
2



Latar Belakang Masalah
Pada bulan lalu Puskesmas Catur Marga melaporkan terjadinya kejadian luar biasa
(KLB) penyakit campak. Angka attack rate 45% pada anak Balita. Case fatality 20 per 1000.
Menurut laporan tahunan Puskesmas cakupan imunisasi dasar sudah mencapai 90%. Kepala
dinas kesehatan menanyakan mengapa masih terjadi KLB padahal cakupan imunisasi dasar
sudah tinggi.


2


Paradigma Sehat
Pentingnya penerapan paradigma pembangunan kesehatan baru, yaitu paradigma sehat
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. Paradigma
sehat tersebut merupakan model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang mampu
mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui
kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif. Paradigma sehat ini pertama kali disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI Prof. Dr.
F.A. Moeloek dalam Rapat Sidang DPR Komisi VI pada tanggal 15 September 1998.
3

Untuk terwujudnya paradigma sehat sebagai paradigma pembangunan kesehatan baru,
kajian yang saksama tentang dasar, visi, serta misi pembangunan kesehatan perlu segera
dilakukan. Dasar-dasar visi dan misi pembangunan kesehatan seyogyanya tidah hanya mampu
menghadapi kelima tantangan konvensional pembangunan kesehatan, yakni perubahan pada
dinamika kependudukan, kemajuan ilmu dan teknologi, globalisasi, perubahan lingkungan dan
demokrasi, tetapi jiga harus dapat mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi dalam
millennium ketiga pada masa depan.
3


Puskesmas
Sejak munculnya konsep Puskesmas (1968), dicetuskan bahwa, semua BKIA (Balai
Kesejahteraan Ibu dan Anak) yang banyak bertebaran itu, harus serta layak mengoperasikannya
bernaung di bawah satu atap dengan usaha-usaha pokok kesehatan dari Puskesmas, sehingga
BKIA resminya berada di bawah koordinasi Puskesmas, sehingga dalam pengoperasian BKIA
harus tunduk pada pelaksanaan konsep Puskesmas itu sendiri. Konsep Puskesmas antara lain
adalah: Bahwa Puskesmas adalah satu kesatuan organisasi fungsional yang memberikan
pelayanan kesahatan secara menyeluruh (promotif, preventif, kuratif serta
rehabilitative/pemulihan kesehatan) dengan pengertian; bahwa serta fungsional BKIA berada di
bawah koordinasi Puskesmas untuk memberi pelayanan kepada masyarakat.
4


3


1. Program Pokok Puskesmas
5

Program pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya
karenanya program pokok di setiap puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian, program
pokok puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan sebagai berikut.
Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
Keluarga Berencana
Usaha peningkatan gizi
Kesehatan lingkungan
Pemberantasan penyakit menular
Upaya pengobatan termasuh pelayanan darurat kecelakaan
Penyuluhan kesehatan masyarakat
Usaha kesehatan di sekolah (UKS)
Kesehatan olahraga
Perawatan kesehatan masyarakat
Usaha kesehatan kerja
Usaha kesehatan gigi dan mulut
Usaha kesehatan jiwa
Kesehatan mata
Laboratorium (diupayakan tidak lagi sederhana)
Pencatatan dan pelaporan system informasi kesehatan
Kesehatan usia lanjut
Pembinaan pengobatan tradisional
Semua program pokok yang dilaksanakan di Puskesmas dikembangkan berdasarkan
program pokok pelayanan kesehatan dasar seperti yang dianjurkan oleh World Health
Organization (WHO) yang dikenal dengan Basic Seven. Basic Seven tersebut terdiri atas
maternal and child health care, medical care, environmental sanitation, health education (untuk
kelompok-kelompok masyarakat), simple laboratory, communicable disease control, dan simple
statistic (pencatatan/recording atau pelaporan/reporting).
4

Pelaksanaan program pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan
masyarakat kecil. Karenyanya, program pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan
kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap program pokok
Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD).
2. Fasilitas Penunjang
5

Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, puskesmas membutuhkan
fasilitas-fasilitas penunjang sebagai berikut.
a. Bidan Desa
5

Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan, ditempatkan seorang
bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada kepala
Puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000
jiwa. Tugas utama bidan desa adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan
posyandu dan pembinaan kelompok Dasawisma, di samping memberikan pelayanan langsung di
posyandu dan pertolongan persalinan di rumah penduduk. Selain itu, juga menerima rujukan
masalah kesehatan anggota keluarga Dasawisma untuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk
lebih lanjut ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terjangkau
secara rasional.
b. Puskesmas Pembantu
5

Puskesmas pembantu, yang lebih sering dikenal sebagai pustu atau pusban, adalah unit
pelayanan kesehatan sederhana dan bersifat untuk menunjang serta membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil.
Pada akhir Pelita V di wilayah kerja Puskesmas pembantu diperkirakan meliputi dua hingga tiga
desa, dengan sasaran penduduk Antara 2.500 jiwa (di luar Jawa-Bali) hingga 10.000 jiwa (di
perkotaan Jawa-Bali). Puskesmas pembantu merupakan bagian integral dari Puskesmas, atau
setiap Puskesmas memiliki beberapa Puskesmas Pembantu di daerah perkotaan.
c. Puskesmas keliling
5

5

Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan
kendaraan bermotor roda empat atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi, serta sejumlah tenaga dari Puskesmas.
Puskesmas keliling berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan
Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan
Puskesmas keliling adalah sebagai berikut.
Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil atau daerah
yang tidak atau sulit dijangjau ileh pelayanan Puskesmas atau Puskesmas pembantu
dengan frekuensi empat kali dalam seminggu, atau disesuaikan dengan kondisi geografis
setiap Puskesmas.
Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa (KLB)
Dapat dipergunakn sebagai alat transportasi pasien rujukan bagi kasus darurat
Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan audiovisual
d. Puskesmas Perawatan
5

Puskesmas perawatan atau Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi
tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan
operasi terbatas maupun rawat inap sementara.


Metode Penyuluhan Kesehatan
Ada dua jenis metode penyuluhan kesehatan, yaitu:
6

1. Metode Satu Arah (Didaktik)
Metode ini menitikberatkan pendidikan yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi
kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah ceramah, siaran radio, pemutar film,
pameran, penyebaran pampflet.
2. Metode Dua Arah (Sokratik)
Dalam metode ini dijamin adanya komunikasi dua arah antara pendidikan dan sasaran,
termasuk dalam metode ini, antara lain: wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah
pendapat.
6




Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan meliputi dan merangkum pengertian dari istilah Pendidikan
Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), dan istilah
lainnya. Pertanyaannya, Apa sebenarnya yang membedakan Promosi Kesehatan dengan
Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE dan istilah-istilah lainnya?.
7

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayan memandirikan masyarakat agar dapat
memelihara dan meningkatkan kesehatan (Ottawa Charter, 1986). Proses pemberdayaan atau
memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberian informasi (seperti
kegiatan penyuluhan, KIE, dan pendidikan kesehatan), tetapi juga menyangkut penggalangan
berbagai dukungan di masyarakat.
7

Guna meminimalkan salah pengertian dan pemahaman yang berbeda berikut penulisan
sajikan beberapa konsep yang berhubungan dengan aplikasi promosi kesehatan.
7

Dalam konteks kesehatan, promosi berarti upaya memperbaiki kesehatan dengan cara
memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara
perorangan maupun secara kelompok.
7


Dasar-Dasar Komunikasi
Komunikasi berasal dari bahasa latin communis, dalam bahasa Inggris common, yang
berarti sama. Berkomunikasi (to communicate) berarti kita berusaha menimbulkan persamaan
(commonness) sikap dengan seseorang. Menurut Azwar (1996), komunikasi diartikan sebagai
bentuk pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan
saling percaya demi terwujudnya hubungan baik antar individu dan orang lainnya.
7

Untuk memperluas pemahaman terutama berkaitan dengan aplikasi komunikasi dalam
promosi kesehatan, pembagian komunikasi terbagi berdasarkan enam unsur, yaitu:
7

a. Sumber atau Pengirim
7

Sumber adalah pengiriman berita atau komunikator. Sumber ini dapat berasal dari perorangan,
kelompok, dan/atau institusi serta organisasi tertentu.

b. Pesan
Pesan (berita) adalah rangsangan (stimulus) yang disampaikan sumber kepada sasaran.
Penyampaian pesan dapat berbentuk simbol bahasa, baik lisan maupun tulisan, yang disebut
komunikasi verbal atau dalam bentuk simbol-simbol tertentu, misalnya ekspresi muka, dan gerak
tubuh. (disebut juga komunikasi non-verbal). Isi simbol dari pesan disebut informasi, dan jika
sifatnya sesuatu yang baru disebut inovasi.
c. Media
Media adalah saluran atau alat yang dipakai sumber untuk menyampaikan pesan pada sasaran.
Jenis dan bentuk media sangat bervariasi, dari yang tradisional, misalnya getok tular (mulut ke
mulur), kentongan, tulisan sampai dengan penggunaan media elektronik yang modern, yakni
telepon seluler, TV, dan internet. Secara umum, dikenal dua macam media, yaitu media massa
(surat kabar, TV, majalah, radio, dan internet) dan media antar pribadi (telepon, surat menyurat,
dn pembicaraan lainnya).
d. Sasaran
Sasaran adalah penerima pesan. Seperti sumber, sasaran dapat perorangan, kelompok, dan/atau
institusi serta organisasi tertentu.
e. Umpan balik
Komunikasi merupakan proses yang terus-menerus. Umpan balik (feedback) adalah reaksi
sasaran terhadap pesan yang disampaikan sumber. Komunikasi dapat berjalan baik atau tidak
ditentukan oleh umpan balik atau reaksi sasaran, yang dapat dipergunakan oleh sumber untuk
memperbaiki komunikasi yang dilakukan.
f. Akibat
Akibat (impact) adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadi perubahan pada diri sasaran.
Perubahan yang terjadi dapat berubah perubahan pengetahuan, sikap, dan/atau perilaku. Tujuan
akhir kegiatan komunikasi adalah perubahan perilaku.
8





Preventif
Tahapan usaha pencegahan terhadap perjalanan suatu penyakit disebut Level of Prevention. Ada
tiga tahapan tindakan preventif, yaitu:
8
1. Tindakan Preventif Primer
Merupakan suatu usaha dan tindakan preventif yang dilakukan pada fase pre-patogenesis
suatu penyakit dengan menjaga keseimbangan antara agen penyakit, pejamu dan lingkungan agar
tetap dinamis dan tidak terganggu dengan cara:
Memusnahkan atau menghancurkan agen penyakit yang berbahaya. Dapat dilakukan
dengan desinfeksi, pendidikan dan promosi kesehatan.
Mencegah terjadinya kontak antara agen penyakit dan pejamu dengan memutuskan rantai
penularan melalui pengendalian vector penyakit, isolasi penderita dan penggunaan
masker atau alat pelindung lainnya.
Meningkatkan daya tahan tubuh pejamu terhadap agen penyakit dengan cara memberikan
kekebalan buatan berupa imunisasi dan vaksinasi serta perbaikan gizi masyarakat.

2. Tindakan Preventif Sekunder
Strategi penting pada tindakan preventif sekunder adalah tes skrining, mendeteksi
penyakit, mendiagnosa dan mengobati secara dini penyakit-penyakit yang asimtomatis atau
penyakit kronis. Apabila ditemukan jenis penyakit yang tidak diketahui diagnosisnya, dapat
dilakukan prosedur identifikasi presumtif yang bertujuan untuk mendeteksi suatu penyakit yang
sedang berjangkit di masyarakat secara cepat dan murah.
Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit dengan mendiagnosis
dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment). Tujuan utama tindakan ini
adalah mencegah penyebaran penyakit jika penyakit ini merupakan penyakit menular, mengobati
9

dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya
komplikasi dan cacat.


3. Tindakan Preventif Tersier (Rehabilitasi)
Khusus untuk penyakit kronis atau penyakit yang sembuh dengan kecacatan, seperti
penyakit lepra atau kusta, dilakukan operasi bedah plastic serta pembinaan mental, sosial, dan
lainnya pasca penyakit agar dapat diterima kembali oleh masyarakat.



Campak
Campak (Rubeola) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan
demam, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dalam ruam kulit.
2

1. Penyebab dan cara penyebaran
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh paramiksovirus, genus morbili. Virus campak
dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorok, hidung dan saluran pernapasan.
Penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui udara atau semburan ludah
(droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi masa fase kedua hingga 1 2
hari setelah bercak merah timbul.
2

2. Gejala dan Tanda
Penampilan klinis campak dapat menjadi 3 tahap, sebagai berikut:
Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10 12 hari, pada tahap
ini anak yang sakit belum memperlihatkan gejala dan tanda sakit.
Pada fase kedua (fase prodromal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti
batuk, pilek, dan demam tinggi dapat mencapai 38
o
40
o
C, mata merah berair, mulut
muncul bintik putih (bercak koplik) dan kadang diserati mencret.
10

Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang
terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan
merambat. Bermula dari belakang telinga, leher, dada, muka, tangan, dan kaki.
Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak
terlalu kecil. Biasanya, bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu
minggu dan jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan tururn dengan sendirinya.
2

Lihatlah gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1
Sumber: http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/220/campak
3. Komplikasi
Biasanya, komplikasi sering terjadi pada anak-anak si bawah usia 5 tahun dan anak-anak dengan
gizi buruk.Komplikasi dapat terjadi beruapa radang telinga tengah,radang paru (pneumonia) atau
radang otak (ensefalitis). Kematian pada penyakit campak bukan karena penyakit campaknya
sendiri, melainkan karena komplikasinya (radang otak/paru).
2

4. Memastikan Penyakit Campak
Bagi doker yang sudah berpengalaman, penyakit campak dapat diketahui melalui Tanya jawab
dan pemeriksaan terhadap tanda-tanda yang muncul pada pasien. Namun bila diperlukan
kepastian terhadap penyakit campak, maka perlu dilakukan pemeriksaan kasus, yaitu pembiakan
virus atau serologi campak.
2

5. Pengobatan
Tidak ada obat spesifik untuk mengobati penyakit campak. Obat yang diberikan hanya untuk
mengurangi keluahan pasien (demam, batuk, diare, kejang). Pada hakikatnya penyakit campak
11

akan sembuh dengan sendirinya. Vitamin A dengan dosis tertentu sesaui dengan usia anak dapat
diberikan untuk meringankan perjalanan penyakit campak (agar tidak terlalu parah). Jika anak
menderita radang paru dan otak sebagai komplikasi dari campak, maka anak harus segera
dirawat di rumah sakit.
2


6. Pencegahan
Tidak jauh berbeda dengan gondongan, upaya pencegahan penyakit campak dilakukan dengan
cara menghindari kontak dengan penderita, meningkatkan daya tahan tubuh dan vaksinasi
campak.
2

7. Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksininasi campak di
Indonesia termasuk dalam imunisasi rutin, diberikan pada bayi umur 9 bulan. Kadar antibody
campak tidak dapat dipertahankan sampai anak menjadi dewasa. Pada usia 5 7 tahun, sebanyak
29,3% anak pernah menderita campak walaupun pernah diimunisasi. Sedangkan kelompok 10
12 tahun hanya 50% di antaranya yang mempunyai titer antibody di atas ambang pencegahan.
Berarti, anak usia sekolah separuhnya rentan terhadap campak dan imunisasi campak satu kali
saat bayi berumur 9 bulan tidak dapat memberi perlindungan jangkan panjang. Efek
samping/KIPI (Kejadian Ikutan Pasca- Imunisasi) MMR berupa:
Demam lebih dari 39,5
o
C yang terjadi pada 5% - 15% kasus, demam dijumpai pada
hari ke-5 sampai ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.
Kejang deman=m.
Ruam timbul pada hari ke-7 sampai ke-10 sesudah imunisasi dan berlangsung sekama 2
4 hari.
Memar karena berkurangnya trombosit
Infeksi virus campak pada imunodefisiensi (Penyakit dengan daya tahan tubuh yang
sangat rendah, seperti penderita HIV).
Reaksi KIPI berat dapat menyerang system saraf, yang reaksinya diperkirakan muncul
pada hari ke-30 sesudah imunisasi yang dipakai bersama . Virus masuk tubuh melalui
12

hidung/mulut, lalu berkembang di kelenjar ludah atau saluran pernapasan atas,
kemudian masuk ke peredaran darah dan selanjutnya virus berdiam di jaringan
kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah kelenjar ludah parotis. Pendertita
dapat menularkan penyakitnya sejak kira-kira 7 hari sebelum timbulnya gejala penyakit
samapi kurang lebar 9 hari sesudahnya.
2



Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan
vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG,
DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).
9

1. Tujuan imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat
penyakit dapat dicegah dengan imunisasi.
9

2. Macam-macam Imunisasi
9

a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang dihapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkan cell memory. Jika benar-benar terjadi
infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam
kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dikelaskan sebagai berikut.
Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan,
atau bakteri yang dimatikan).
Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
13

Preservative, stabilizer, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba
sekaligus untuk stabilisasi antigen
Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen.


b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
c. Imunisasi Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandung vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan
dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan
kematian anak.


Faktor Penularan
Timbulnya penyakit dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
8

1. Pejamu (HOST)
Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit tergantung pada karakteristik
yang dimiliki oleh masing-masing individu antara lain:
a. Umur
Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit campak pada anak-
anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia lanjut.
b. Jenis Kelamin
14

Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita dan penyakit tertentu
seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya
penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.


c. Ras
Hubungan Antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat, dan perkembangan
kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti sickle cell
anemia pada ras Negro.
d. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolisme, fenilketonuria, buta
warna, hemophilia, dan lain-lain.
e. Pekerjaan
Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti keracunan,
kecelakaan kerja, silicosis, asbestosis, dan lainnya.
f. Status Nutrisi
Gizi jelek mempermudah seseorang menderita penyakit infeksi seperti TBC dan kelainan gizi
seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan lainnya.
g. Status Kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya
seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup.
h. Adat-Istiadat
Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti kebiasaan makan ikan
mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati.
i. Gaya Hidup
Kebiasaan minum alcohol, narkoba, dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan.
15

j. Psikis
Faktor kejiwaan seperti emosional, stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi,
ulkus peptikum, depresi, insomnia, dan lainnya.
2. Bibit penyakit (AGENT)
Agent penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun kadang-
kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti pada penyakit ulkus
peptikum, penyakit jantung coroner dan lain-lain. Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi
lima kelompok yaitu:
a. Agen Biologis
Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, dan metazoan.
b. Agen Nutrisi
Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan lainnya.
c. Agen Fisik
Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya, dan kebisingan.
d. Agen Kimiawi
Dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia dan bersifat eksogen
seperti zat kiia, allergen, gas, debu, dan lainnya.
e. Agen Mekanis
Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host
(pejamu).
3. Lingkungan (ENVIRONMENT)
Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup
internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostatis, dan lingkungan
hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dari tiga
komponen, yaitu:
a. Lingkungan Fisik
16

Bersifat abiotic atau benda mati seperti air udara, tanah, cuacah, makanan, rumah, panas,
sinar, radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara spontan dengan manusia
sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit
pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat
menimbulkan penyakit diare di mana-mana.


b. Lingkungan Biologik
Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur,
parasite, serangga, dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi,
vector penyakit atau pejamu (host) intermediate.
Hubungan manusia denga lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi
ketidakseimbangan Antara hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan
menjadi sakit.
c. Lingkungan Sosial Ekonomi
Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar, dan gaya
hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi
oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literature, cerita,
lagu, dan sebagainya.
Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan
terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stress, insomnia, depresi,
dan lainnya.


Faktor Pencegahan
1. Memutuskan hubungan antara host, agent, environment (memutuskan rantai penularan)
2. Mengenal/mengetahui riwayat alamiah perkembangan penyakit
10



Kesimpulan
17

Terjadinya kejadian luar biasa campak bisa terjadi karena adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi dan memicu penyakit tersebut bisa muncul, misalnya faktor penularan antara host, agent,
dan environment. Lalu faktor pencegahannya bisa dengan memutuskan rantai penularannya. Pada
penyakit campak, imunisasi itu sangat penting agar berkurangnya penularan pada anak..




Daftar Pustaka
1. Darmadi. Infeksi nosokmial. Jakarta: Salemba medika; 2008.h.99-102
2. Cahyono JBSB, Lusi RA, Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K. Vaksinasi: cara
ampuh cegah penyakit infeksi. Edisi 5. Yogyakarta: Kanisius; 2010.h.80-6.
3. Syarifudin, Hamidah. Kebidanan komunikasi. Jakarta: EGC; 2009.h.11.
4. Dainur. Kegiatan kita di puskesmas dan permasalahannya. Jakarta: EGC; 1995.h.3.
5. Effendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunikasi teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.h.280-3.
6. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC; 2002.h.84.
7. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.h.12-8.
8. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan komunitas. Jakarta: EGC; 2009.h.10-17.
9. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika; 2008.h.54-7.
10. Susanto A, Tumilisar DL, Hendrata JH, Susanto DH, Irwandi E, Suryana M, ed al. Bahan
kuliah blok 2 modul 2 paradigma sehat. Jakarta: Fk Ukrida; 2013.

Anda mungkin juga menyukai