0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
122 tayangan17 halaman
1. Terjadi KLB penyakit campak di Puskesmas Catur Marga dengan attack rate 45% pada anak balita dan case fatality 20 per 1000 padahal cakupan imunisasi dasar sudah mencapai 90%
2. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya KLB campak antara lain lingkungan yang kurang bersih dan sanitasi yang buruk
3. Program pokok dan fasilitas Puskesmas meliputi bidan desa, puskesmas pembantu, puskesmas kel
1. Terjadi KLB penyakit campak di Puskesmas Catur Marga dengan attack rate 45% pada anak balita dan case fatality 20 per 1000 padahal cakupan imunisasi dasar sudah mencapai 90%
2. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya KLB campak antara lain lingkungan yang kurang bersih dan sanitasi yang buruk
3. Program pokok dan fasilitas Puskesmas meliputi bidan desa, puskesmas pembantu, puskesmas kel
1. Terjadi KLB penyakit campak di Puskesmas Catur Marga dengan attack rate 45% pada anak balita dan case fatality 20 per 1000 padahal cakupan imunisasi dasar sudah mencapai 90%
2. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya KLB campak antara lain lingkungan yang kurang bersih dan sanitasi yang buruk
3. Program pokok dan fasilitas Puskesmas meliputi bidan desa, puskesmas pembantu, puskesmas kel
Campak Elike Oktorindah Pamilangan 102013412 E2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna utara no.6 Kebon Jeruk, Jakarta elikeoktorindah@gmail.com
Pendahuluan Penyakit infeksi di Indonesia masih menduduki posisi atas. Lingkungan yang masih jauh dari bersih, sanitasi yang buruk serta perilaku hidup sehat yang belum memadai adalah faktor- faktor pendukung terjadinya penyakit infeksi salah satunya adalah penyakit campak. 1 Penyakit campak merupakan suatu infeksi virus yang sangat menular yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan ruam kulit. Campak merupakan penyebab kematian bayi kurang 12 bulan dan anak usia 1-4 tahun. Diperkirakan 30.000 per tahun anak di Indonesia meninggal akibat penyakit campak. 2
Latar Belakang Masalah Pada bulan lalu Puskesmas Catur Marga melaporkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB) penyakit campak. Angka attack rate 45% pada anak Balita. Case fatality 20 per 1000. Menurut laporan tahunan Puskesmas cakupan imunisasi dasar sudah mencapai 90%. Kepala dinas kesehatan menanyakan mengapa masih terjadi KLB padahal cakupan imunisasi dasar sudah tinggi.
2
Paradigma Sehat Pentingnya penerapan paradigma pembangunan kesehatan baru, yaitu paradigma sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat proaktif. Paradigma sehat tersebut merupakan model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Paradigma sehat ini pertama kali disampaikan oleh Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. F.A. Moeloek dalam Rapat Sidang DPR Komisi VI pada tanggal 15 September 1998. 3
Untuk terwujudnya paradigma sehat sebagai paradigma pembangunan kesehatan baru, kajian yang saksama tentang dasar, visi, serta misi pembangunan kesehatan perlu segera dilakukan. Dasar-dasar visi dan misi pembangunan kesehatan seyogyanya tidah hanya mampu menghadapi kelima tantangan konvensional pembangunan kesehatan, yakni perubahan pada dinamika kependudukan, kemajuan ilmu dan teknologi, globalisasi, perubahan lingkungan dan demokrasi, tetapi jiga harus dapat mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi dalam millennium ketiga pada masa depan. 3
Puskesmas Sejak munculnya konsep Puskesmas (1968), dicetuskan bahwa, semua BKIA (Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak) yang banyak bertebaran itu, harus serta layak mengoperasikannya bernaung di bawah satu atap dengan usaha-usaha pokok kesehatan dari Puskesmas, sehingga BKIA resminya berada di bawah koordinasi Puskesmas, sehingga dalam pengoperasian BKIA harus tunduk pada pelaksanaan konsep Puskesmas itu sendiri. Konsep Puskesmas antara lain adalah: Bahwa Puskesmas adalah satu kesatuan organisasi fungsional yang memberikan pelayanan kesahatan secara menyeluruh (promotif, preventif, kuratif serta rehabilitative/pemulihan kesehatan) dengan pengertian; bahwa serta fungsional BKIA berada di bawah koordinasi Puskesmas untuk memberi pelayanan kepada masyarakat. 4
3
1. Program Pokok Puskesmas 5
Program pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan tenaga maupun fasilitasnya karenanya program pokok di setiap puskesmas dapat berbeda-beda. Namun demikian, program pokok puskesmas yang lazim dan seharusnya dilaksanakan sebagai berikut. Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA) Keluarga Berencana Usaha peningkatan gizi Kesehatan lingkungan Pemberantasan penyakit menular Upaya pengobatan termasuh pelayanan darurat kecelakaan Penyuluhan kesehatan masyarakat Usaha kesehatan di sekolah (UKS) Kesehatan olahraga Perawatan kesehatan masyarakat Usaha kesehatan kerja Usaha kesehatan gigi dan mulut Usaha kesehatan jiwa Kesehatan mata Laboratorium (diupayakan tidak lagi sederhana) Pencatatan dan pelaporan system informasi kesehatan Kesehatan usia lanjut Pembinaan pengobatan tradisional Semua program pokok yang dilaksanakan di Puskesmas dikembangkan berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar seperti yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) yang dikenal dengan Basic Seven. Basic Seven tersebut terdiri atas maternal and child health care, medical care, environmental sanitation, health education (untuk kelompok-kelompok masyarakat), simple laboratory, communicable disease control, dan simple statistic (pencatatan/recording atau pelaporan/reporting). 4
Pelaksanaan program pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat kecil. Karenyanya, program pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat di wilayah kerjanya. Setiap program pokok Puskesmas dilaksanakan dengan pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). 2. Fasilitas Penunjang 5
Dalam memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh, puskesmas membutuhkan fasilitas-fasilitas penunjang sebagai berikut. a. Bidan Desa 5
Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan, ditempatkan seorang bidan yang bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Puskesmas. Wilayah kerja bidan desa adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3.000 jiwa. Tugas utama bidan desa adalah membina peran serta masyarakat melalui pembinaan posyandu dan pembinaan kelompok Dasawisma, di samping memberikan pelayanan langsung di posyandu dan pertolongan persalinan di rumah penduduk. Selain itu, juga menerima rujukan masalah kesehatan anggota keluarga Dasawisma untuk diberi pelayanan seperlunya atau dirujuk lebih lanjut ke Puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan terjangkau secara rasional. b. Puskesmas Pembantu 5
Puskesmas pembantu, yang lebih sering dikenal sebagai pustu atau pusban, adalah unit pelayanan kesehatan sederhana dan bersifat untuk menunjang serta membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil. Pada akhir Pelita V di wilayah kerja Puskesmas pembantu diperkirakan meliputi dua hingga tiga desa, dengan sasaran penduduk Antara 2.500 jiwa (di luar Jawa-Bali) hingga 10.000 jiwa (di perkotaan Jawa-Bali). Puskesmas pembantu merupakan bagian integral dari Puskesmas, atau setiap Puskesmas memiliki beberapa Puskesmas Pembantu di daerah perkotaan. c. Puskesmas keliling 5
5
Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda empat atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi, serta sejumlah tenaga dari Puskesmas. Puskesmas keliling berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan Puskesmas keliling adalah sebagai berikut. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah terpencil atau daerah yang tidak atau sulit dijangjau ileh pelayanan Puskesmas atau Puskesmas pembantu dengan frekuensi empat kali dalam seminggu, atau disesuaikan dengan kondisi geografis setiap Puskesmas. Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa (KLB) Dapat dipergunakn sebagai alat transportasi pasien rujukan bagi kasus darurat Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan audiovisual d. Puskesmas Perawatan 5
Puskesmas perawatan atau Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operasi terbatas maupun rawat inap sementara.
Metode Penyuluhan Kesehatan Ada dua jenis metode penyuluhan kesehatan, yaitu: 6
1. Metode Satu Arah (Didaktik) Metode ini menitikberatkan pendidikan yang aktif, sedangkan pihak sasaran tidak diberi kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah ceramah, siaran radio, pemutar film, pameran, penyebaran pampflet. 2. Metode Dua Arah (Sokratik) Dalam metode ini dijamin adanya komunikasi dua arah antara pendidikan dan sasaran, termasuk dalam metode ini, antara lain: wawancara, demonstrasi, sandiwara, simulasi, curah pendapat. 6
Promosi Kesehatan Promosi Kesehatan meliputi dan merangkum pengertian dari istilah Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), dan istilah lainnya. Pertanyaannya, Apa sebenarnya yang membedakan Promosi Kesehatan dengan Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE dan istilah-istilah lainnya?. 7
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayan memandirikan masyarakat agar dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan (Ottawa Charter, 1986). Proses pemberdayaan atau memandirikan masyarakat tidak hanya terbatas pada kegiatan pemberian informasi (seperti kegiatan penyuluhan, KIE, dan pendidikan kesehatan), tetapi juga menyangkut penggalangan berbagai dukungan di masyarakat. 7
Guna meminimalkan salah pengertian dan pemahaman yang berbeda berikut penulisan sajikan beberapa konsep yang berhubungan dengan aplikasi promosi kesehatan. 7
Dalam konteks kesehatan, promosi berarti upaya memperbaiki kesehatan dengan cara memajukan, mendukung, dan menempatkan kesehatan lebih tinggi dari agenda, baik secara perorangan maupun secara kelompok. 7
Dasar-Dasar Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis, dalam bahasa Inggris common, yang berarti sama. Berkomunikasi (to communicate) berarti kita berusaha menimbulkan persamaan (commonness) sikap dengan seseorang. Menurut Azwar (1996), komunikasi diartikan sebagai bentuk pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan baik antar individu dan orang lainnya. 7
Untuk memperluas pemahaman terutama berkaitan dengan aplikasi komunikasi dalam promosi kesehatan, pembagian komunikasi terbagi berdasarkan enam unsur, yaitu: 7
a. Sumber atau Pengirim 7
Sumber adalah pengiriman berita atau komunikator. Sumber ini dapat berasal dari perorangan, kelompok, dan/atau institusi serta organisasi tertentu.
b. Pesan Pesan (berita) adalah rangsangan (stimulus) yang disampaikan sumber kepada sasaran. Penyampaian pesan dapat berbentuk simbol bahasa, baik lisan maupun tulisan, yang disebut komunikasi verbal atau dalam bentuk simbol-simbol tertentu, misalnya ekspresi muka, dan gerak tubuh. (disebut juga komunikasi non-verbal). Isi simbol dari pesan disebut informasi, dan jika sifatnya sesuatu yang baru disebut inovasi. c. Media Media adalah saluran atau alat yang dipakai sumber untuk menyampaikan pesan pada sasaran. Jenis dan bentuk media sangat bervariasi, dari yang tradisional, misalnya getok tular (mulut ke mulur), kentongan, tulisan sampai dengan penggunaan media elektronik yang modern, yakni telepon seluler, TV, dan internet. Secara umum, dikenal dua macam media, yaitu media massa (surat kabar, TV, majalah, radio, dan internet) dan media antar pribadi (telepon, surat menyurat, dn pembicaraan lainnya). d. Sasaran Sasaran adalah penerima pesan. Seperti sumber, sasaran dapat perorangan, kelompok, dan/atau institusi serta organisasi tertentu. e. Umpan balik Komunikasi merupakan proses yang terus-menerus. Umpan balik (feedback) adalah reaksi sasaran terhadap pesan yang disampaikan sumber. Komunikasi dapat berjalan baik atau tidak ditentukan oleh umpan balik atau reaksi sasaran, yang dapat dipergunakan oleh sumber untuk memperbaiki komunikasi yang dilakukan. f. Akibat Akibat (impact) adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadi perubahan pada diri sasaran. Perubahan yang terjadi dapat berubah perubahan pengetahuan, sikap, dan/atau perilaku. Tujuan akhir kegiatan komunikasi adalah perubahan perilaku. 8
Preventif Tahapan usaha pencegahan terhadap perjalanan suatu penyakit disebut Level of Prevention. Ada tiga tahapan tindakan preventif, yaitu: 8 1. Tindakan Preventif Primer Merupakan suatu usaha dan tindakan preventif yang dilakukan pada fase pre-patogenesis suatu penyakit dengan menjaga keseimbangan antara agen penyakit, pejamu dan lingkungan agar tetap dinamis dan tidak terganggu dengan cara: Memusnahkan atau menghancurkan agen penyakit yang berbahaya. Dapat dilakukan dengan desinfeksi, pendidikan dan promosi kesehatan. Mencegah terjadinya kontak antara agen penyakit dan pejamu dengan memutuskan rantai penularan melalui pengendalian vector penyakit, isolasi penderita dan penggunaan masker atau alat pelindung lainnya. Meningkatkan daya tahan tubuh pejamu terhadap agen penyakit dengan cara memberikan kekebalan buatan berupa imunisasi dan vaksinasi serta perbaikan gizi masyarakat.
2. Tindakan Preventif Sekunder Strategi penting pada tindakan preventif sekunder adalah tes skrining, mendeteksi penyakit, mendiagnosa dan mengobati secara dini penyakit-penyakit yang asimtomatis atau penyakit kronis. Apabila ditemukan jenis penyakit yang tidak diketahui diagnosisnya, dapat dilakukan prosedur identifikasi presumtif yang bertujuan untuk mendeteksi suatu penyakit yang sedang berjangkit di masyarakat secara cepat dan murah. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit dengan mendiagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment). Tujuan utama tindakan ini adalah mencegah penyebaran penyakit jika penyakit ini merupakan penyakit menular, mengobati 9
dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
3. Tindakan Preventif Tersier (Rehabilitasi) Khusus untuk penyakit kronis atau penyakit yang sembuh dengan kecacatan, seperti penyakit lepra atau kusta, dilakukan operasi bedah plastic serta pembinaan mental, sosial, dan lainnya pasca penyakit agar dapat diterima kembali oleh masyarakat.
Campak Campak (Rubeola) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitas (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dalam ruam kulit. 2
1. Penyebab dan cara penyebaran Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh paramiksovirus, genus morbili. Virus campak dapat hidup dan berkembang biak pada selaput lendir tenggorok, hidung dan saluran pernapasan. Penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui udara atau semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi masa fase kedua hingga 1 2 hari setelah bercak merah timbul. 2
2. Gejala dan Tanda Penampilan klinis campak dapat menjadi 3 tahap, sebagai berikut: Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10 12 hari, pada tahap ini anak yang sakit belum memperlihatkan gejala dan tanda sakit. Pada fase kedua (fase prodromal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit flu, seperti batuk, pilek, dan demam tinggi dapat mencapai 38 o 40 o C, mata merah berair, mulut muncul bintik putih (bercak koplik) dan kadang diserati mencret. 10
Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam tinggi yang terjadi. Namun, bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh, melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang telinga, leher, dada, muka, tangan, dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil. Biasanya, bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu dan jika bercak merahnya sudah keluar, demam akan tururn dengan sendirinya. 2
Lihatlah gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1 Sumber: http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/220/campak 3. Komplikasi Biasanya, komplikasi sering terjadi pada anak-anak si bawah usia 5 tahun dan anak-anak dengan gizi buruk.Komplikasi dapat terjadi beruapa radang telinga tengah,radang paru (pneumonia) atau radang otak (ensefalitis). Kematian pada penyakit campak bukan karena penyakit campaknya sendiri, melainkan karena komplikasinya (radang otak/paru). 2
4. Memastikan Penyakit Campak Bagi doker yang sudah berpengalaman, penyakit campak dapat diketahui melalui Tanya jawab dan pemeriksaan terhadap tanda-tanda yang muncul pada pasien. Namun bila diperlukan kepastian terhadap penyakit campak, maka perlu dilakukan pemeriksaan kasus, yaitu pembiakan virus atau serologi campak. 2
5. Pengobatan Tidak ada obat spesifik untuk mengobati penyakit campak. Obat yang diberikan hanya untuk mengurangi keluahan pasien (demam, batuk, diare, kejang). Pada hakikatnya penyakit campak 11
akan sembuh dengan sendirinya. Vitamin A dengan dosis tertentu sesaui dengan usia anak dapat diberikan untuk meringankan perjalanan penyakit campak (agar tidak terlalu parah). Jika anak menderita radang paru dan otak sebagai komplikasi dari campak, maka anak harus segera dirawat di rumah sakit. 2
6. Pencegahan Tidak jauh berbeda dengan gondongan, upaya pencegahan penyakit campak dilakukan dengan cara menghindari kontak dengan penderita, meningkatkan daya tahan tubuh dan vaksinasi campak. 2
7. Vaksin Campak Vaksin campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksininasi campak di Indonesia termasuk dalam imunisasi rutin, diberikan pada bayi umur 9 bulan. Kadar antibody campak tidak dapat dipertahankan sampai anak menjadi dewasa. Pada usia 5 7 tahun, sebanyak 29,3% anak pernah menderita campak walaupun pernah diimunisasi. Sedangkan kelompok 10 12 tahun hanya 50% di antaranya yang mempunyai titer antibody di atas ambang pencegahan. Berarti, anak usia sekolah separuhnya rentan terhadap campak dan imunisasi campak satu kali saat bayi berumur 9 bulan tidak dapat memberi perlindungan jangkan panjang. Efek samping/KIPI (Kejadian Ikutan Pasca- Imunisasi) MMR berupa: Demam lebih dari 39,5 o C yang terjadi pada 5% - 15% kasus, demam dijumpai pada hari ke-5 sampai ke-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Kejang deman=m. Ruam timbul pada hari ke-7 sampai ke-10 sesudah imunisasi dan berlangsung sekama 2 4 hari. Memar karena berkurangnya trombosit Infeksi virus campak pada imunodefisiensi (Penyakit dengan daya tahan tubuh yang sangat rendah, seperti penderita HIV). Reaksi KIPI berat dapat menyerang system saraf, yang reaksinya diperkirakan muncul pada hari ke-30 sesudah imunisasi yang dipakai bersama . Virus masuk tubuh melalui 12
hidung/mulut, lalu berkembang di kelenjar ludah atau saluran pernapasan atas, kemudian masuk ke peredaran darah dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf dan yang paling sering terkena ialah kelenjar ludah parotis. Pendertita dapat menularkan penyakitnya sejak kira-kira 7 hari sebelum timbulnya gejala penyakit samapi kurang lebar 9 hari sesudahnya. 2
Imunisasi Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). 9
1. Tujuan imunisasi Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit dapat dicegah dengan imunisasi. 9
2. Macam-macam Imunisasi 9
a. Imunisasi Aktif Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang dihapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkan cell memory. Jika benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dikelaskan sebagai berikut. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan). Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan. 13
Preservative, stabilizer, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
b. Imunisasi Pasif Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. c. Imunisasi Campak Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandung vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
Faktor Penularan Timbulnya penyakit dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu: 8
1. Pejamu (HOST) Faktor manusia sangat kompleks dalam proses terjadinya penyakit tergantung pada karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing individu antara lain: a. Umur Menyebabkan adanya perbedaan penyakit yang diderita seperti penyakit campak pada anak- anak, penyakit kanker pada usia pertengahan dan penyakit aterosklerosis pada usia lanjut. b. Jenis Kelamin 14
Frekuensi penyakit pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada wanita dan penyakit tertentu seperti penyakit pada kehamilan serta persalinan hanya terjadi pada wanita sebagaimana halnya penyakit hipertrofi prostat hanya dijumpai pada laki-laki.
c. Ras Hubungan Antara ras dan penyakit tergantung pada tradisi, adat istiadat, dan perkembangan kebudayaan. Terdapat penyakit tertentu yang hanya dijumpai pada ras tertentu seperti sickle cell anemia pada ras Negro. d. Genetik Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara herediter seperti mongolisme, fenilketonuria, buta warna, hemophilia, dan lain-lain. e. Pekerjaan Status pekerjaan mempunyai hubungan erat dengan penyakit akibat pekerjaan seperti keracunan, kecelakaan kerja, silicosis, asbestosis, dan lainnya. f. Status Nutrisi Gizi jelek mempermudah seseorang menderita penyakit infeksi seperti TBC dan kelainan gizi seperti obesitas, kolesterol tinggi, dan lainnya. g. Status Kekebalan Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung pada status kekebalan yang dimiliki sebelumnya seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan lama dan seumur hidup. h. Adat-Istiadat Ada beberapa adat-istiadat yang dapat menimbulkan penyakit seperti kebiasaan makan ikan mentah dapat menyebabkan penyakit cacing hati. i. Gaya Hidup Kebiasaan minum alcohol, narkoba, dan merokok dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan. 15
j. Psikis Faktor kejiwaan seperti emosional, stress dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, ulkus peptikum, depresi, insomnia, dan lainnya. 2. Bibit penyakit (AGENT) Agent penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis, namun kadang- kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti pada penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung coroner dan lain-lain. Agen penyakit dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu: a. Agen Biologis Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, dan metazoan. b. Agen Nutrisi Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan lainnya. c. Agen Fisik Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan, cahaya, dan kebisingan. d. Agen Kimiawi Dapat bersifat endogen seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia dan bersifat eksogen seperti zat kiia, allergen, gas, debu, dan lainnya. e. Agen Mekanis Gesekan, benturan, pukulan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan pada tubuh host (pejamu). 3. Lingkungan (ENVIRONMENT) Lingkungan hidup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang disebut hemostatis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia. Lingkungan hidup eksternal ini terdiri dari tiga komponen, yaitu: a. Lingkungan Fisik 16
Bersifat abiotic atau benda mati seperti air udara, tanah, cuacah, makanan, rumah, panas, sinar, radiasi, dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara spontan dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat, seperti kekurangan persediaan air bersih terutama pada musim kemarau dapat menimbulkan penyakit diare di mana-mana.
b. Lingkungan Biologik Bersifat biotik atau benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, virus, bakteri, jamur, parasite, serangga, dan lain-lain yang dapat berfungsi sebagai agen penyakit, reservoar infeksi, vector penyakit atau pejamu (host) intermediate. Hubungan manusia denga lingkungan biologisnya bersifat dinamis dan bila terjadi ketidakseimbangan Antara hubungan manusia dengan lingkungan biologis maka manusia akan menjadi sakit. c. Lingkungan Sosial Ekonomi Berupa kultur, adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap, standar, dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial dan politik. Manusia dipengaruhi oleh lingkungan sosial melalui berbagai media seperti radio, TV, pers, seni, literature, cerita, lagu, dan sebagainya. Bila manusia tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial, maka akan terjadi konflik kejiwaan dan menimbulkan gejala psikosomatik seperti stress, insomnia, depresi, dan lainnya.
Faktor Pencegahan 1. Memutuskan hubungan antara host, agent, environment (memutuskan rantai penularan) 2. Mengenal/mengetahui riwayat alamiah perkembangan penyakit 10
Kesimpulan 17
Terjadinya kejadian luar biasa campak bisa terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi dan memicu penyakit tersebut bisa muncul, misalnya faktor penularan antara host, agent, dan environment. Lalu faktor pencegahannya bisa dengan memutuskan rantai penularannya. Pada penyakit campak, imunisasi itu sangat penting agar berkurangnya penularan pada anak..
Daftar Pustaka 1. Darmadi. Infeksi nosokmial. Jakarta: Salemba medika; 2008.h.99-102 2. Cahyono JBSB, Lusi RA, Verawati, Sitorus R, Utami RCB, Dameria K. Vaksinasi: cara ampuh cegah penyakit infeksi. Edisi 5. Yogyakarta: Kanisius; 2010.h.80-6. 3. Syarifudin, Hamidah. Kebidanan komunikasi. Jakarta: EGC; 2009.h.11. 4. Dainur. Kegiatan kita di puskesmas dan permasalahannya. Jakarta: EGC; 1995.h.3. 5. Effendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunikasi teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009.h.280-3. 6. Herijulianti E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta: EGC; 2002.h.84. 7. Maulana HDJ. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.h.12-8. 8. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan komunitas. Jakarta: EGC; 2009.h.10-17. 9. Hidayat AAA. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; 2008.h.54-7. 10. Susanto A, Tumilisar DL, Hendrata JH, Susanto DH, Irwandi E, Suryana M, ed al. Bahan kuliah blok 2 modul 2 paradigma sehat. Jakarta: Fk Ukrida; 2013.