I. Pendahuluan
5 Kondisi kesehatan dewasa ini, sejalan dengan peningkatan umur harapan
hidup disertai dengan adanya pemanasan global, Indonesia menghadapi beban
ganda penyakit, antara lain ditandai dengan meningkatnya berbagai penyakit
degeneratif di kalangan masyarakat disamping meningkatnya kembali beberapa
penyakit menular seperti TB, Kusta, Malaria, yang sebelumnya sudah dapat
10 diturunkan kasusnya (Kemenkes 2011). Khusus penyakit tidak menular,
berdasarkan hasil Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan prevalensi
hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% tahun 2013, hal yang sama untuk
stroke juga meningkat dari 8,3 per 1000 tahun 2007 menjadi 12,3 per 1000 tahun
2013, demikian juga untuk DM terjadi peningkatan dari 1,1% menjadi 2,1%.
15 Disisi lain pencapaian pembangunan kesehatan yang terkait dengan Millenium
Development Goals (MDG’s) telah menunjukkan peningkatan, namun
kesenjangan pencapaian indikator kesehatan di berbagai daerah masih
ditemukan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain distribusi tenaga
kesehatan yang belum merata, sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan
20 yang tersedia, mahalnya biaya pengobatan, kesenjangan sosio ekonomi antar
masyarakat.
Puskesmas sebagai penanggung jawab upaya kesehatan terdepan,
kehadirannya di masyarakat berfungsi sebagai penyelenggara upaya kesehatan
masyarakat (UKM) tingkat pertama dan penyelenggara upaya kesehatan
25 perorangan (UKP) tingkat pertama, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan ini
dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan (Permenkes No 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas).
Keberadaan fisioterapis di Puskesmas merupakan upaya pembaharuan
30 (inovasi) dalam menunjang upaya kesehatan masyarakat maupun perorangan,
serta sebagai “agen” perubahan sehingga individu, keluarga dan atau kelompok
masyarakat akan lebih sehat, bugar dan produktif. Kehadiran fisioterapi di
Puskesmas memiliki peranan besar dalam penghematan biaya kesehatan
terutama pada tingkat promotif dan preventif serta akses langsung pada kuratif
dan rehabilitatif.
5 Di Indonesia sistem fisioterapi sebagai sebuah bentuk pelayanan kesehatan
masih sangat muda. Sistem ini tumbuh dan terus berkembang.
Dimensi/pendekatan pelayanan dan cakupan pelayanan serta ruang lingkup
pelayanan fisioterapi tidak hanya terbatas pada sarana kesehatan tertentu saja
seperti RS tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Hal tersebut
10 sejalan dengan pernyataan WCPT (World Confederation for Physical Therapyst)
bahwa fisioterapi dapat berperan dalam upaya kesehatan masyarakat yang di
Indonesia dilakukan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Saat ini pelayanan fisioterapi mulai dikenal bukan saja di kota-kota besar
tetapi sudah diterima di masyarakat kecamatan bahkan di pedesaan/kelurahan.
15 Ini dibuktikan dengan ditempatkannya tenaga fungsional fisioterapi di
Puskesmas itu sendiri. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014
tercatat fisioterapis yang bekerja di Puskesmas berjumlah 599 yang tersebar di
30 provinsi. Kecenderungan positif ini perlu direspon oleh segenap masyarakat
fisioterapis Indonesia bersama organisasi profesi, akademisi dan pemerintah
20 dengan terus merencanakan pengembangan sistem fisioterapi kesehatan
masyarakat secara lebih mendasar, terarah dan terkendali.
Pelayanan fisioterapi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang mencakup UKP dan UKM baik yang bersifat kuratif-rehabilitatif
maupun promotif dan preventif (yang merupakan upaya kesehatan esensial
25 Puskesmas). Pelayanan fisioterapi kesehatan masyarakat yang diharapkan yaitu
pelayanan fisioterapi secara komprehensif dengan cakupan pelayanan
sepanjang
rentang kehidupan manusia dari praseminasi sampai dengan ajal.
Pelayanan fisioterapi di Puskesmas meliputi: (1) Upaya kesehatan
30 perseorangan, artinya pelayanan fisioterapi yang bersifat pribadi dengan tujuan
memperbaiki, mengobati serta memulihkan gerak dan fungsi tubuh seseorang
akibat penyakit/gangguan/kelainan. Pelayanan fisioterapi ini dilakukan di dalam
gedung khususnya di ruang unit fisioterapi dan ditujukan untuk pasien rawat
jalan dan rawat umum atau khusus seperti PONED Puskesmas serta home
visite sebagai kelanjutan tindakan setelah rawat inap. Upaya ini dilaksanakan
5 sesuai dengan standar prosedur operasional dan kompetensi fisioterapi. (2)
Upaya kesehatan kelompok/masyarakat, yaitu pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan kelompok/masyarakat,
mencegah gangguan gerak dan keterbatasan fungsi tubuh akibat gaya hidup.
Upaya promotif dan preventif fisioterapi ini dilakukan di luar gedung Puskesmas
10 yakni di sekolah-sekolah, Posyandu bayi, balita, bumil, Posyandu / Posbindu
usia lanjut, panti rehabilitasi anak cacat, club/kelompok olahraga, spa/pusat
kebugaran, tempat kerja/industri yang ada di wilayah kerja Puskesmas.
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan fisioterapi di Puskesmas dilakukan
secara terpadu dengan azas keterpaduan dengan lintas program dan lintas
15 sektoral. Kerjasama lintas program baik program-program dari upaya kesehatan
esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan; pelayanan kesehatan lingkungan;
pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; pelayanan gizi; dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit serta upaya kesehatan
pengembangan yaitu UKS, Kesehatan lanjut usia, kesehatan olahraga,
20 hatra/alternatif/komplementer, dll. Kerjasama lintas sektor dengan dinas
kesehatan dan sosial, dinas pendidikan pemuda dan olahraga, pihak pemerintah
kelurahan/desa, kecamatan, kader kesehatan, tokoh agama dan masyarakat,
sekolah, pusat kebugaran, spa, panti, tempat kerja/industri.
20
25
30
5
DAFTAR PUSTAKA
ACSM’s, 2005 ; Guidelines For Exercise Testing and Prescription ; Seventh
10 edition,Lippincott Williams & Wilkins
Behrens, B.J. 1996 ; Physical Agents for the Physical Therapist Assistant ; Davis
company, Philadelphia
Kemenkes RI, 2010 ; Panduan Teknis Latihan Fisik Selama Kehamilan & Nifas;
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat
Shumway Cook, 2001 ; Motor Control Theory and Practical Applications ; second
25 edition, Lippicott, Williams & Willkins
Sri Surini dan Budi Utomo, 2002 ; Fisioterapi Pada Lansia ; Penerbit Buku
Kedokteran, EGC