Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN PELAYANAN FISIOTERAPI

DI PUSKESMAS KAMPUS PALEMBANG

I. Pendahuluan
5 Kondisi kesehatan dewasa ini, sejalan dengan peningkatan umur harapan
hidup disertai dengan adanya pemanasan global, Indonesia menghadapi beban
ganda penyakit, antara lain ditandai dengan meningkatnya berbagai penyakit
degeneratif di kalangan masyarakat disamping meningkatnya kembali beberapa
penyakit menular seperti TB, Kusta, Malaria, yang sebelumnya sudah dapat
10 diturunkan kasusnya (Kemenkes 2011). Khusus penyakit tidak menular,
berdasarkan hasil Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan prevalensi
hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% tahun 2013, hal yang sama untuk
stroke juga meningkat dari 8,3 per 1000 tahun 2007 menjadi 12,3 per 1000 tahun
2013, demikian juga untuk DM terjadi peningkatan dari 1,1% menjadi 2,1%.
15 Disisi lain pencapaian pembangunan kesehatan yang terkait dengan Millenium
Development Goals (MDG’s) telah menunjukkan peningkatan, namun
kesenjangan pencapaian indikator kesehatan di berbagai daerah masih
ditemukan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain distribusi tenaga
kesehatan yang belum merata, sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan
20 yang tersedia, mahalnya biaya pengobatan, kesenjangan sosio ekonomi antar
masyarakat.
Puskesmas sebagai penanggung jawab upaya kesehatan terdepan,
kehadirannya di masyarakat berfungsi sebagai penyelenggara upaya kesehatan
masyarakat (UKM) tingkat pertama dan penyelenggara upaya kesehatan
25 perorangan (UKP) tingkat pertama, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan ini
dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan (Permenkes No 75
Tahun 2014 tentang Puskesmas).
Keberadaan fisioterapis di Puskesmas merupakan upaya pembaharuan
30 (inovasi) dalam menunjang upaya kesehatan masyarakat maupun perorangan,
serta sebagai “agen” perubahan sehingga individu, keluarga dan atau kelompok
masyarakat akan lebih sehat, bugar dan produktif. Kehadiran fisioterapi di
Puskesmas memiliki peranan besar dalam penghematan biaya kesehatan
terutama pada tingkat promotif dan preventif serta akses langsung pada kuratif
dan rehabilitatif.
5 Di Indonesia sistem fisioterapi sebagai sebuah bentuk pelayanan kesehatan
masih sangat muda. Sistem ini tumbuh dan terus berkembang.
Dimensi/pendekatan pelayanan dan cakupan pelayanan serta ruang lingkup
pelayanan fisioterapi tidak hanya terbatas pada sarana kesehatan tertentu saja
seperti RS tetapi juga di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Hal tersebut
10 sejalan dengan pernyataan WCPT (World Confederation for Physical Therapyst)
bahwa fisioterapi dapat berperan dalam upaya kesehatan masyarakat yang di
Indonesia dilakukan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Saat ini pelayanan fisioterapi mulai dikenal bukan saja di kota-kota besar
tetapi sudah diterima di masyarakat kecamatan bahkan di pedesaan/kelurahan.
15 Ini dibuktikan dengan ditempatkannya tenaga fungsional fisioterapi di
Puskesmas itu sendiri. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014
tercatat fisioterapis yang bekerja di Puskesmas berjumlah 599 yang tersebar di
30 provinsi. Kecenderungan positif ini perlu direspon oleh segenap masyarakat
fisioterapis Indonesia bersama organisasi profesi, akademisi dan pemerintah
20 dengan terus merencanakan pengembangan sistem fisioterapi kesehatan
masyarakat secara lebih mendasar, terarah dan terkendali.
Pelayanan fisioterapi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di
Puskesmas yang mencakup UKP dan UKM baik yang bersifat kuratif-rehabilitatif
maupun promotif dan preventif (yang merupakan upaya kesehatan esensial
25 Puskesmas). Pelayanan fisioterapi kesehatan masyarakat yang diharapkan yaitu
pelayanan fisioterapi secara komprehensif dengan cakupan pelayanan
sepanjang
rentang kehidupan manusia dari praseminasi sampai dengan ajal.
Pelayanan fisioterapi di Puskesmas meliputi: (1) Upaya kesehatan
30 perseorangan, artinya pelayanan fisioterapi yang bersifat pribadi dengan tujuan
memperbaiki, mengobati serta memulihkan gerak dan fungsi tubuh seseorang
akibat penyakit/gangguan/kelainan. Pelayanan fisioterapi ini dilakukan di dalam
gedung khususnya di ruang unit fisioterapi dan ditujukan untuk pasien rawat
jalan dan rawat umum atau khusus seperti PONED Puskesmas serta home
visite sebagai kelanjutan tindakan setelah rawat inap. Upaya ini dilaksanakan
5 sesuai dengan standar prosedur operasional dan kompetensi fisioterapi. (2)
Upaya kesehatan kelompok/masyarakat, yaitu pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan kelompok/masyarakat,
mencegah gangguan gerak dan keterbatasan fungsi tubuh akibat gaya hidup.
Upaya promotif dan preventif fisioterapi ini dilakukan di luar gedung Puskesmas
10 yakni di sekolah-sekolah, Posyandu bayi, balita, bumil, Posyandu / Posbindu
usia lanjut, panti rehabilitasi anak cacat, club/kelompok olahraga, spa/pusat
kebugaran, tempat kerja/industri yang ada di wilayah kerja Puskesmas.
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan fisioterapi di Puskesmas dilakukan
secara terpadu dengan azas keterpaduan dengan lintas program dan lintas
15 sektoral. Kerjasama lintas program baik program-program dari upaya kesehatan
esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan; pelayanan kesehatan lingkungan;
pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; pelayanan gizi; dan
pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit serta upaya kesehatan
pengembangan yaitu UKS, Kesehatan lanjut usia, kesehatan olahraga,
20 hatra/alternatif/komplementer, dll. Kerjasama lintas sektor dengan dinas
kesehatan dan sosial, dinas pendidikan pemuda dan olahraga, pihak pemerintah
kelurahan/desa, kecamatan, kader kesehatan, tokoh agama dan masyarakat,
sekolah, pusat kebugaran, spa, panti, tempat kerja/industri.

25 II. Pokok-pokok Kegiatan Fisioterapi Puskesmas


Pokok-pokok kegiatan fisioterapi di Puskesmas yaitu :
(1) Fisioterapi di Posyandu Bayi-Balita, Bumil, Nifas;
(2) Fisioterapi di Posyandu Lanjut usia atau Posbindu;
(3) Fisioterapi Upaya kesehatan sekolah;
30 (4) Fisioterapi Home Care;
(5) Fisioterapi P3K/tanggap bencana;
(6) Fisioterapi pada penyehat tradisional (hatra) /alternatif /komplementer;
(7) Fisioterapi Upaya Kesehatan Kerja;
(8) Fisioterapi kesehatan olahraga;
(9) Poliklinik Fisioterapi;
5 (10) Fisioterapi Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM)

1. Fisioterapi di Posyandu Bayi-Balita, Bumil-Nifas


Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk upaya
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama masyarakat,
10 untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna
memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak balita. Pola pelayanan
posyandu yaitu sistem lima meja yaitu meja I pendaftaran oleh kader Posyandu,
meja II penimbangan dan pemantauan tumbuh kembang oleh kader Posyandu,
meja III pengisian KMS atau buku KIA oleh kader, meja IV Penyuluhan KIA
15 termasuk tumbuh kembang, klas ibu hamil, pemberian kapsul vitamin A, tamblet
tambah darah, pemberian makanan tambahan, meja V pelayanan dan konseling
kesehatan oleh petugas kesehatan, imunisasi, KIA-KB termasuk stimulasi,
deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita.
Peran fisioterapis disini yakni bekerjasama dengan pemegang program KIA,
20 Promkes, dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan seperti penyuluhan,
senam hamil, senam nifas, senam bayi, deteksi dini kecacatan dan tumbuh
kembang, intervensi dini kecacatan dan tumbuh kembang. Perubahan kondisi
fisik dan psikologis ibu selama kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin. Perubahan yang terjadi selama kehamilan dapat disikapi
25 melalui latihan fisik yang baik, benar, teratur dan terukur sesuai dengan fase
kehamilan sampai menjelang persalinan dan selama masa nifas. Beberapa hasil
penelitian membuktikan bahwa latihan fisik yang dilakukan selama kehamilan
dapat mengurangi kejadian persalinan lewat waktu dan memperbaiki skor
APGAR. Selain itu latihan fisik selama masa kehamilan diharapkan secara tidak
30 langsung dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan pemeriksaan
antenatal sehingga cakupan kunjungan antenatal dapat tercapai.
Sedangkan tujuan latihan fisik pada masa nifas untuk mempercepat
pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan dan mengembalikan daya tahan
jantung paru kekeadaan sebelum hamil. Senam nifas dengan bentuk latihan
ditujukan untuk pinggang bawah termasuk melakukan gerak ekstensi pinggang,
5 intensitas selama10-20 menit dilakukan segera setelah persalinan (dalam 3 hari
perawatan setelah persalinan normal), dilanjutkan dengan latihan inti bersifat
aerobik dengan jalan perlahan untuk jarak pendek selama 10-20 menit, frekuensi
3 kali seminggu. Latihan kegel dapat dilakukan bersamaan atau diluar latihan inti
dan senam nifas.
10 Senam bayi merupakan bentuk permainan gerakan pada bayi, yang
bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, serta
kemampuan pergerakan bayi secara optimal. Selain itu, juga untuk mengetahui
jika terjadi perkembangan yang salah secara dini. Ini merupakan tindakan
antisipasi yang tepat untuk penanganan agar bayi tumbuh normal. Senam bayi
15 sangat penting karena ini merupakan salah satu usaha untuk
mengoptimalisasikan proses tumbuh kembang pada bayi. Segala aspek yang
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi bisa tercapai dan terpenuhi.

2. Fisioterapi di Posyandu Lanjut usia atau Posbindu


20 Posyandu Lanjut usia atau Posbindu PTM adalah wadah pelayanan kepada
lansia di masyarakat dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan
promotif/preventif. Fisioterapis berperan untuk mengatasi hal-hal yang
berhubungan dengan gangguan gerak fungsional, aktivitas sehari-hari, aktivitas
perawatan diri dan adaptasi dengan lingkungan sosial lansia. Teknologi
25 fisioterapi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah gerak dan fungsi
pada lansia, misalnya
(1) tes dan latihan keseimbangan baik statis maupun dinamis,
(2) latihan pencegahan osteoporosis,
(3) latihan fisik untuk menjaga kebugaran jasmani,
30 (4) latihan fisik untuk menjaga mobilitas dan postur,
(5) teknik mengangkat dan mengangkut,
(6) teknik perlindungan sendi,
(7) teknik konservasi energi
(8) teknik peningkatan kekuatan otot dan memperbaiki koordinasi,
(9) aksesibilitas lingkungan dengan pembuatan teknologi tepat guna (TTG),
5 (10) akupressure.
Fisioterapis berpadu dengan pemegang program Lansia, PTM, Promkes,
Batra, Gizi, Perkesmas serta lintas sektor dengan kader, keluarga, tokoh agama
dan masyarakat dalam melaksanakan program diatas.
Fisioterapis dapat mencegah dan menangani penyakit kronik serta
10 kecacatan
pada orang lanjut usia melalui aktifitas dan terapi latihan. Berikut ini terdapat
beberapa informasi yang menunjukan kontribusi fisioterapi dalam menjaga
individu untuk tetap aktif seiring bertambahnya usia, khususnya peran fisioterapis
dalam memelihara kondisi kesehatan secara umum, mencegah dan menangani
15 penyakit kardiovaskuler dan melawan masalah-masalah persendian. Individu
berusia lanjut yang terlibat dalam aktifitas fisik secara teratur menunjukan
peningkatan keseimbangan, kekuatan, koordinasi, kontrol motorik, fleksibilitas
dan daya tahan.
Aktifitas fisik dapat menurunkan resiko jatuh sebagai penyebab terbesar
20 kecacatan pada usia lanjut. Penelitian dari Eriksson dkk, yang melibatkan
individu dengan resiko penyakit kardiovaskular setelah melakukan latihan yang
disupervisi oleh fisioterapis, sejalan dengan adanya konseling dari ahli gizi,
menunjukan perkembangan yang signifikan pada tekanan darah, berat badan,
kualitas hidup dan indikator kesehatan lainnya. Begitu juga menurut Pate, jika
25 setiap orang berjalan dengan kecepatan 4,8-6,4kph (3-4 mph) di setiap hari,
sekitar 30% kematian per tahun akibat penyakit kardiovaskuler dapat dicegah.
Hal ini ditunjang oleh penelitian Huf yakni berjalan 4,8 kph selama 5 jam/minggu
dapat menurunkan resiko stroke sebanyak 46% dibandingkan dengan mereka
yang tidak melakukan latihan. Latihan mempunyai peran dalam mencegah dan
30 mengontrol diabetes, ini dibuktikan oleh penelitian Fenicchia dkk yakni baik
latihan dengan tahanan maupun aerobik efektif dalam menurunkan intoleransi
glukosa dan menurunkan resiko diabetes tipe 2. Hal ini didukung oleh penelitian
Dunstan dkk, dimana latihan dengan tahanan yang dilakukan secara progresif
dan dengan intensitas tinggi, dikombinasikan penurunan berat badan sedang,
efektif dalam mengontrol tingkat gula darah pada pasien lanjut usia yang
5 mengidap diabetes tipe 2.

3. Fisioterapi Upaya Kesehatan Sekolah,


Keterpaduan fisioterapi dengan pemegang program UKS, Promkes, Kesling,
Gizi,
10 kesehatan gigi dan kesehatan remaja serta pihak sekolah. Trias Fisioterapi
UKS : (1). Pendidikan kesehatan Fisioterapi Olahraga, memberikan pengetahuan
bagi anak sekolah tentang olahraga yang baik benar teratur dan terukur, deteksi
dini kecacatan, latihan fisik sesuai tingkat usia (usia SD latihan pola gerak dasar
yaitu lari, lompat, loncat, lempar untuk peningkatan kebugaran jasmani, usia
15 SMP praktek teknik dasar olahraga permainan dan prestasi diberikan secara
berjenjang dan bertahap, usia SMA tes kebugaran untuk cabang olahraga
prestasi.
(2) Pelayanan Kesehatan, dalam bentuk; pendidikan kesehatan seperti
pengelolaan kondisi khusus (flat foot, scoliosis), praktek penanganan cedera
20 olahraga akut secara sederhana dengan metode PRICE, program latihan fisik
spesifik bagi anak sekolah dengan masalah fisik misal latihan khusus obesitas,
senam otak/latihan vitalisasi otak.
(3) Pembinaan lingkungan; sarana prasarana untuk beraktivitas fisik / olahraga
yang sehat dan aman bagi anak sekolah, pembudayaan stretching antar jam
25 pelajaran, adanya ruang poliklinik sekolah.

4. Fisioterapi Home Care


Pasien sebagai kelanjutan rawat inap, keterpaduan fisioterapi dengan
program Perkesmas, Batra, Lansia, dan upaya medis serta lintas sektor BPJS
30 Kesehatan dalam memberikan latihan mobilisasi seperti transver dan ambulasi
dengan dan tanpa alat bantu jalan, terapi latihan atau terapi manual.
5. Fisioterapi P3K/tanggap bencana,
Keterpaduan fisioterapis dengan dokter, perawat, pemegang program
5 kesehatan olahraga, apoteker-asisten apoteker, Puskesmas keliling
bersamasama dalam kegiatan P3K maupun tanggap bencana.

6. Fisioterapi pada Pengobatan tradisional /alternatif / komplementer.


Fisioterapi berpadu lintas program dengan apoteker/ass apoteker, tenaga
10 kesehatan lain dalam mendata, membina, mengawasi Batra lebih khusus
kelompok ketrampilan, serta berpadu lintas sektor dengan pemerintah
kecamatan & kelurahan, tokoh agama, tokoh masyarakat, pengobat tradisional,
kader.

15 7. Fisioterapi Upaya Kesehatan Kerja


Fisioterapi berpadu lintas program dengan tenaga kesehatan lain, sekaligus
berpadu lintas sektoral dengan pemerintah setempat, tenaga kerja dan dunia
usaha yang ada. Pelayanan fisioterapi pada kesehatan kerja dasar meliputi
aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan promotif diberikan
20 kepada pekerja dengan tujuan meningkatkan status kesehatan dan kapasitas
kerja yang meliputi pendidikan dan penyuluhan kesehatan kerja, PHBS di tempat
kerja, pemeliharaan kebugaran pekerja melalui kegiatan olahraga dan
pemeliharaan berat badan ideal. Pelayanan preventif kesehatan kerja meliputi
pemeriksaan kesehatan tekanan darah, penerapan ergonomi (penyerasian
25 manusia dengan mesin dan alat-alat kerja, melaksanakan latihan fisik.
Pelayanan kuratif diberikan kepada pekerja yang sudah memperlihatkan
gangguan kesehatan /gejala dini dengan mengobati penyakit/kelainan dan
mencegah komplikasi. Pelayanan rehabilitatif berupa pemberian alat bantu jalan
agar tetap bekerja.
30
8. Fisioterapi kesehatan olahraga,
Fisioterapis berpadu lintas program dan lintas sektor dengan dokter, pelatih
olahraga, fisioterapis olahraga, instruktur senam, guru olahraga. Fisioterapi
dapat
memberikan kontribusi terhadap perkembangan iptek olahraga dan melakukan
5 upaya promotif, preventif, tindakan terapeutik dalam upaya pemulihan cedera
olahraga. Upaya kesehatan olahraga Puskesmas sebagai salah satu bagian
program fisioterapi olahraga sekaligus program unggulan.
Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu :
(a) Pendataan kelompok / klub olahraga yang dibina; dengan sasaran semua
10 kelompok/klub olahraga yang ada di wilayah kerja Puskesmas
(b) Penyuluhan kesehatan olahraga kepada kelompok sasaran yang dibina yakni
bumil, nifas, bayi, anak sekolah, lansia.
(c) pemeriksaan kesehatan kepada kelompok sasaran berupa tanda-tanda vital,
BB,TB, IMT, dan pemeriksaan laboratorium sederhana (GDP, as urat
15 dan kolesterol).
(d) pelayanan kesehatan olahraga sebagai instruktur pada senam hamil, senam
nifas, senam bayi, senam otak, senam lansia dan senam-senam PTM. Khusus
untuk senam penyakit kronis / penyakit tidak menular (senam prolanis) menjalin
kerjasama lintas sektor dengan BPJS Kesehatan Cabang
20 (e) pengukuran tingkat kebugaran menggunakan metode Rockport. (f) konsultasi
kesehatan olahraga, ini dilakukan setelah pelayanan senam hamil, senam nifas,
senam bayi, senam otak serta senam-senam PTM/Prolanis, tes kebugaran atau
sport injury.
(g) menjadi anggota tim kesehatan pada event-event olahraga.
25
9. Poliklinik Fisioterapi,
Ditujukan untuk mempercepat proses penyembuhan, memperkecil
gangguan,
keterbatasan dan ketidakmampuan fungsi akibat penyakit/kelainan tubuh
30 manusia (terutama penyakit tidak menular). Dalam hal ini fisioterapi bekerjasama
dengan tim medis untuk memberikan intervensi profesinya yang bersifat
menopang, saling ketergantungan dan mandiri dengan sistem rujukan.
Pelayanan fisioterapi ini dilakukan di dalam gedung khususnya di ruang unit
fisioterapi (mirip dengan pelayanan fisioterapi di RS).

10. Fisioterapi Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM),


Peran fisioterapi disini yaitu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan,
kesadaran masyarakat dengan menggunakan seluruh potensi yang ada di
10 masyarakat baik sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya dalam
mengatasi penyandang cacat (penca), termasuk pendekatan lintas sektor,
pemeritah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga penca dalam
pembangunan kesehatan.

15 III. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Fisioterapi di Puskesmas


Oleh karena itu untuk memantapkan peran fisioterapi di pelayanan
kesehatan
primer dalam menunjang program Jaminan Kesehatan Nasional maka perlu
konsep pengembangan fisioterapi di Puskesmas, berupa Kebijakan dan Strategi
20
Kebijakan
Pelayanan fisioterapi di Puskesmas perlu ditingkatkan berdasarkan dimensi
dan cakupan pelayanan yang ada (seperti diuraikan diatas) melalui regulasi
tentang Pedoman /Standar Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas. Serta secara
25 teknis perlu keterlibatan dan dukungan dari Kepala Dinas Kesehatan
kabupaten/kota dan khususnya Kepala Puskesmas serta seluruh komponen
yang terkait (lintas program dan lintas sektoral) bersinergi dan berintegrasi dalam
pelayanan kesehatan esensial maupun pengembangan (khususnya fisioterapi) di
Puskesmas
30
Strategi
Tujuan utama yaitu mewujudkan pelayanan fisioterapi di Puskesmas secara
optimal berdayaguna dan berhasil guna.
Sasaran :
(a) terwujudnya pelayanan fisioterapi kesehatan masyarakat baik UKM & UKP
5 sesuai standar operasional pelayanan dan etika profesi,
(b) Terwujudnya manajemen Puskesmas khususnya pelayanan fisioterapi yang
efektif dan efisien dalam mencapai pelayanan bermutu, praktis, terjangkau
(c) terwujudnya sistem informasi pelayanan fisioterapi yang terintegrasi dengan
sistem informasi kesehatan (SIK),
10 (d) terwujudnya jenjang kemitraan yang sinergis dengan berbagai program dan
sektor yang ada,
(e) masuknya fisioterapis dalam jumlah minimal tenaga kesehatan sumber daya
manusia Puskesmas yang bisa dihitung berdasarkan analisis beban kerja,
dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
15 penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja

20

25

30
5

DAFTAR PUSTAKA
ACSM’s, 2005 ; Guidelines For Exercise Testing and Prescription ; Seventh
10 edition,Lippincott Williams & Wilkins

Behrens, B.J. 1996 ; Physical Agents for the Physical Therapist Assistant ; Davis
company, Philadelphia

15 Brook G, Brrayshaw E, Coldron Y., 2013 ; Physiotherapy in Women Health;


dalam
StuartPorter – Tidys Physiotherapy, edisi 15, Butterwoth Heinemann

Cameron, M. 1999 ; Physical Agents in Rehabilitation ; W.B. Sauder com


20
Demuth Elisabeth, 2000 ; Senam Otak ; Pusat Latihan Yayasan Kesehatan
GMIM
Tomohon, Sulawesi Utara

25 Eman Friets, 2015 ; Model Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas ; Temu Ilmiah


Tahunan Fisioterapi ke 30 Makassar

Gaccione A., 2000 ; Geriatric Physical Therapy ; Second Edition, Mosby

30 Handojo Tjandrakusuma ; 1991 : Conceptual Framework of CBR and Some


Strategic Issues on It’s Implementation, PPRBM Prof. Dr. Soeharso – YPAC
Pusat.

International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF); dikutip dari


35 http://www.handicapincifre.it/document/ICF.18.pdf

Kemenkes RI, 2010 ; Panduan Teknis Latihan Fisik Selama Kehamilan & Nifas;
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat

40 Kepmenkes RI No 376 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi Fisioterapi

Marilyn Moffat, 2013 ; Movement for Health – Physiotherapy promotif and


preventif ;

World Physical Therapy Day, dikutip dari http://www.wcpt.org/wptday

5 Permenkes No. 80 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik


Fisioterapis

Permenkes No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas

10 Pedoman Deteksi Dini Kecacatan Anak ; 2006 : Departemen Sosial RI ;


Direktorat
Jenderal Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial.

Petty Nicola, 2006 ; Neuromusculoskeletal Examination and Assessment ; Third


15 edition, Elsevier Churrchill Livingstone, New York.

Polden M and Mantle. J., 1997 ; Physiotherapy In Obstetrics and Gynaecology,


Butterworth – Heinemann

20 Settles B, 2003 ; Special Area’s of Therapeutic Exercise in women health:


obstetric and pelvic floor, dalam StuartPorter – Tidys Physiotherapy, edisi 13,
Butterwoth Heinemann

Shumway Cook, 2001 ; Motor Control Theory and Practical Applications ; second
25 edition, Lippicott, Williams & Willkins

Sri Surini dan Budi Utomo, 2002 ; Fisioterapi Pada Lansia ; Penerbit Buku
Kedokteran, EGC

30 Susan Edwards, 2002 ; Neurological Physiotherapy – A Problem Solving


Approach; second edition, Churchill Livingstone

Takarini Nawangsasi, 2014 ; Stimulasi perkembangan motorik dan kecerdasan


anak; TITAFI Tangerang
35
WCPT, 2007 ; Position Statemen – WCPT Guidelines for Physical Therapist
Professional; London-UK, retrieved from www.wcpt.org

Anda mungkin juga menyukai