Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJMN) Tahun 2005-2025, pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Pengelolaan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan
dilakukan dengan memperhatikan nilai-nilai: prorakyat, inklusif, efektif,
bersih. (Peraturan Presiden RI nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional).
Hasil pembangunan kesehatan nasional menunjukan perbaikan pada
berbagai indikator, seperti peningkatan umur harapan hidup, penurunan
angka kematian ibu karena proses maternal, penurunan angka kematian
bayi, dsb. Namun demikian masih ada permasalahan yakni adanya
disparitas derajat kesehatan, dan beban ganda penyakit yakni makin
meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular sementara angka penyakit
menular masih tinggi yang ditandai fenomena transisi epidemologi-
demografi, serta meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dengan
berbagai penyakit degenerasi yang menyertainya. Begitu pula dengan
masalah disabilitas yang membutuhkan perhatian yang lebih besar.

Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit


tidak menular dibanding tahun 2007, antara lain: hipertensi dari 7,6%
menjadi 9,5%, stroke dari 8,3 per 1000 menjadi12,3 per 1000. DM dari 1,1%
menjadi 2,1%, asma dari 4,0% menjadi 4,5%, cedera dari 7,5% menjadi
8,2%. Ditemukan prevalensi penyakit persendian 24,7%, PPOK 3,7%,
jantung koroner 1,5%, gagal jantung 0,3%, obesitas 26,6%, kurang aktivitas
fisik 26,1% serta disabilitas 17%. Hal ini antara lain diakibatkan kurang
gerak, pola hidup yang serba duduk (sedentary living) dan kecelakaan akibat
kerja.

Hasil Riskesdas tahun 2013 juga menunjukan bahwa sebanyak 49,6%


anak usia 10-14 tahun dan 35,4% anak usia 15-19 tahun, beraktivitas fisik
kurang. Hal ini sesuai juga dengan hasil pengukuran tes kebugaran siswa-

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 1


siswi tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Taratara yakni di SMP Negeri
4 Tomohon, SMA Negeri 2 Tomohon, SMK Negeri 1 Tomohon dan SMP
Kristen Taratara, didapatkan hasil tingkat kebugaran kurang 60%, sangat
kurang 25% dan baik 15%.
Berdasarkan hasil pendataan PHBS dengan indikator aktivitas fisik yang
dilakukan Puskesmas Taratara Tahun 2016 juga menunjukkan bahwa ada
21,44% masyarakat Tomohon Barat yang tidak melakukan aktivitas fisik
minimal 30 menit setiap hari. Aktifitas fisik yang kurang merupakan salah
satu penyebab penyakit tidak menular di masyarakat.

Fisioterapi sebagai upaya kesehatan penanggulangan gerak dan fungsi


tubuh, diperlukan mengatasi masalah kesehatan tersebut, baik dalam
bentuk upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat,
agar menjangkau dan melayani masyarakat sebanyak dan seluas mungkin,
merata setiap penduduk.

Saat ini pelayanan fisioterapi mulai dikenal bukan saja di kota-kota


besar tetapi sudah diterima di masyarakat kecamatan bahkan di
pedesaan/kelurahan. Ini dibuktikan dengan ditempatkannya tenaga
fungsional fisioterapi di Puskesmas itu sendiri. Berdasarkan Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2014 tercatat fisioterapis yang bekerja di
Puskesmas berjumlah 599 yang tersebar di 30 provinsi. Khusus di Kota
Tomohon sampai dengan tahun 2017 terdata ada 17 orang fisioterapis
status ASN yang ditempatkan di 7 Puskesmas. Berarti rata-rata setiap
Puskesmas 2-3 fisioterapis. Sedangkan di Puskesmas Taratara sendiri
terdapat 3 fisioterapis. Perekrutan tenaga fisioterapi di Kota Tomohon sudah
melalui analisis jabatan dan analisis beban kerja fisioterapi.
Puskesmas sebagai penanggung jawab upaya kesehatan terdepan,
kehadirannya di masyarakat berfungsi sebagai penyelenggara upaya
kesehatan masyarakat (UKM) tingkat pertama dan penyelenggara upaya
kesehatan perorangan (UKP) tingkat pertama, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Upaya
kesehatan ini dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan
(Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas).

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 2


Pelayanan fisioterapi merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan di Puskesmas yang mencakup UKP dan UKM baik yang bersifat
kuratif-rehabilitatif maupun promotif dan preventif (yang merupakan upaya
kesehatan esensial Puskesmas). Pelayanan fisioterapi kesehatan masyarakat
yang diharapkan yaitu pelayanan fisioterapi secara komprehensif dengan
cakupan pelayanan sepanjang rentang kehidupan manusia (continum of
care) dari praseminasi sampai dengan ajal.
Pelayanan fisioterapi di Puskesmas Taratara meliputi: (1) Upaya
kesehatan perseorangan, artinya pelayanan fisioterapi yang bersifat pribadi
dengan tujuan memperbaiki, mengobati serta memulihkan gerak dan fungsi
tubuh seseorang akibat penyakit/gangguan/kelainan. Pelayanan fisioterapi
ini dilakukan di dalam gedung khususnya di ruang unit fisioterapi dan
ditujukan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap PONED serta home visite
sebagai kelanjutan tindakan setelah rawat inap. Upaya ini dilaksanakan
sesuai dengan standar prosedur operasional, kompetensi dan
kewenangannya serta berdasar kode etik fisioterapi. (2) Upaya kesehatan
masyarakat, yaitu pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan
memelihara dan meningkatkan kesehatan kelompok/masyarakat, mencegah
gangguan gerak dan keterbatasan fungsi tubuh akibat gaya hidup. Upaya
promotif dan preventif fisioterapi ini dilakukan di luar gedung Puskesmas
yakni di sekolah-sekolah, Posyandu bayi, balita, bumil, Posyandu lansia,
Posbindu PTM, panti rehabilitasi anak cacat, klub/kelompok olahraga,
tempat kerja/industri yang ada di wilayah kerja Puskesmas Taratarara
yakni Kecamatan Tomohon Barat.

Keberadaan fisioterapis di Puskesmas merupakan upaya pembaharuan


(inovasi) dalam menunjang upaya kesehatan masyarakat maupun
perorangan, serta sebagai “agen” perubahan sehingga individu, keluarga dan
atau kelompok masyarakat akan lebih sehat, bugar dan produktif.
Kehadiran fisioterapi di Puskesmas memiliki peranan besar dalam
penghematan biaya kesehatan terutama pada tingkat promotif dan preventif
serta akses langsung pada kuratif dan rehabilitatif.
Agar aksesibilitas dan mutu pelayanan fisioterapi dapat
dipertanggungjawabkan, memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 3


tuntutan perkembangan pelayanan kesehatan termasuk akreditasi FKTP
maka perlu adanya pedoman unit pelayanan fisioterapi di Puskesmas
Taratara.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Pedoman ini bisa dijadikan acuan penyelenggaraan pelayanan
fisioterapi di Puskesmas sebagai pengembangan ekstensifikasi dan
inovasi upaya kesehatan, agar mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Tujuan Kusus
a. Memberikan acuan bagi penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di
Puskesmas Taratara yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Memberikan acuan dalam pengembangan inovasi pelayanan
fisioterapi di Puskesmas Taratara.
c. Memberikan perlindungan bagi fisioterapis dalam
menyelenggarakan pelayanan fisioterapi.
d. Melindungi pasien atau klien sebagai penerima pelayanan
fisioterapi.

C. Sasaran Pedoman
1. Fisioterapis di Puskesmas Taratara
2. Kepala Puskesmas dan Penanggung Jawab UKP, UKM dan Jaringan
3. Masyarakat dan organisasi profesi terkait

D. Ruang Lingkup Pedoman


Ruang lingkup dalam pedoman pelayanan fisioterapi di Puskesmas ini
adalah standar ketenagaan, standar fasilitas, tata laksana pelayanan,
logistik, keselamatan sasaran kegiatan, keselamatan kerja dan
pengendalian mutu.

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 4


E. Batasan Operasional
1. Pedoman pelayanan fisioterapi adalah panduan yang diikuti oleh
fisioterapis dalam melakukan pelayanan fisioterapi baik upaya
kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat
(UKM)

2. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan


kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan,
memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang
rentang kehidupan dengan menggunakan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan
fungsi, dan komunikasi.
3. Fisioterapis adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan fisioterapi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan UKP dan UKM tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.

5. Puskesmas Taratara adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan


Tomohon yang memiliki wilayah kerja kecamatan Tomohon Barat.

6. Upaya kesehatan perorangan (UKP) adalah suatu kegiatan dan atau


serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan
perseorangan.

7. Upaya kesehatan masyarakat (UKM) adalah setiap kegiatan untuk


memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran,
keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 5


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Fasilitas pelayanan kesehatan bertanggung jawab terhadap pemenuhan

kebutuhan kualifikasi fisioterapis yang sesuai, termasuk pada kebutuhan


pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan profesionalisme
serta pelayanan. Pemenuhan sember daya manusia fisioterapis di fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk Puskesmas dilakukan berdasarkan analisis
beban kerja.

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 65 Tahun 2015


tentang standar pelayanan fisioterapi menyatakan bahwa Puskesmas yang
menyelenggarakan pelayanan fisioterapi paling sedikit harus memiliki satu
orang fisioterapis dengan kualifikasi profesi dan/atau fisioterapis kualifikasi
minimal ahlimadya yang memiliki kemampuan dalam berkominikasi dengan
masyarakat dan profesi lain dan memiliki kompetensi dalam upaya promotif
dan preventif bidang fisioterapi

B. Distribusi Ketenagaan
Puskesmas Taratara mempunyai 3 orang fisioterapis yang secara
kompetensi akademik memiliki dasar pelayanan fisioterapi baik UKM
maupun UKP tingkat pertama.

Tabel. 1 Distribusi Ketenagaan Fisioterapi di Puskesmas Taratara

No Nama NIP Jabatan


1. Friets Eman, SST. M.Kes 198003062008031004 Fisioterapis
Muda

2. Liana Langi, SFT.Ftr 198308252010012008 Fisioterapis


Pertama

3 Ferry Terok, Amd FT 198604182011021001 Fisioterapis


Pelaksana

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 6


C. Jadwal Kegiatan
1. Fisioterapi UKP
a. Rawat Jalan : Senin, Rabu, Jumat. Jam 08.30-14.00
b. Rawat Inap : Senin s/d sabtu (sesuai kebutuhan)
c. Poned : Senin s/d sabtu (sesuai kebutuhan)
d. Home visite : Setiap Jumat dan Sabtu. (07.00-08.00)

2. Fisioterapi UKM
a. Fisioterapi anak di Posyandu bayi & balita : sesuai jadwal
posyandu bayi
b. Fisioterapi ibu hamil dan nifas : sesuai jadwal kelas ibu hamil
c. Fisioterapi olahraga (integrasi dengan program kesehatan
olahraga) sesuai jadwal program kesehatan olahraga.

d. Fisioterapi pada kesehatan anak sekolah (SD,SMP,SMA) : sesuai


jadwal penjaringan anak sekolah (bulan agustus) dan jadwal BIAS
(tiap bulan oktober)
e. Fisioterapi kesehatan kerja : jadwal sesuai kebutuhan
f. Fisioterapi P3K/tanggap bencana : jadwal situasional
g. Fisioterapi Lansia : sesuai jadwal posyandu lansia
h. Fisioterapi pada penyakit tidak menular : sesuai jadwal posbindu
i. Fisioterapi pada rehabilitasi bersumber daya masyarakat : sebulan
sekali di posyandu dan setahun dua kali untuk Panti Sayap Kasih
anak cacat Woloan.

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 7


BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang

Gedung / ruang pelayanan kesehatan fisioterapi rawat jalan didesain


memadai dan memenuhi prinsip-prinsip keselamatan pasien / klien, dan
kemudahan akses bagi difabel/penyandang disabilitas atau lansia.
(Permenkes No 65 Tahun 2015). Selain untuk pelayanan kesehatan ruang
ini juga digunakan untuk menyusun rencana usul kegiatan (RUK), rencana
pelaksanaan kegiatan (RPK), pencatatan, pelaporan, dokumentasi, evaluasi
dan tindak lanjut.

Ruang pelayanan fisioterapi harus didukung daya listrik yang sesuai


kebutuhan dan peralatan yang dipergunakan, dan harus menggunakan
stabilisator untuk menjamin kestabilan tegangan dan keamanan perlatan
elektroteraupetis yang digunakan (Permenkes No 65 Tahun 2015).

RUANG WC

RUANG JAGA RUANG RAWAT INAP RUANG WC


DOKTER/ WANITA RAWAT INAP
FISIOTERAPI PERAWAT PRIA

RUANG TUNGGU
GEDUNG RAWAT INAP
FISIOTERAPI

RUANG PASCA
U RUANG UNIT GAWAT
MELAHIRKAN RUANG
DARURAT
LABORATORIUM

Gambar 1. Denah Gedung

Wastafel Lemari alat Lemari KIE kursi

Meja
Sepeda Statis Pencatatan

kursi

Bed Tindakan Meja


Periksa

Ruang Tunggu

Gambar 2. Denah Ruang Fisioterapi

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 8


B. Standar Fasilitas
Setiap penyelenggaraan pelayanan fisioterapi di fasilitas pelayanan

kesehatan harus didukung peralatan yaitu : pengelolaan administrasi


dengan kelengkapan prasarana administrasi manual dan elektronik
(komputer) dengan jumlah dan kualitas yang memadai, peralatan
pemeriksaan uji /pengukuran, dan jenis peralatan intervensi dalam jumlah
yang cukup (Permenkes No 65 Tahun 2015).

Peralatan intervensi elektroterapeutis dan peralatan lain yang perlu diuji


dan kalibrasi harus dilakukan uji fungsi dan kalibrasi secara berkala oleh
pihak terkait/yang berwenang, serta dibuatkan penghapusan (recall)
sehingga tidak mengganggu pelayanan.

Tabel 2. Jenis Peralatan Fisioterapi

JUMLAH PERALATAN
NO JENIS PERALATAN Puskesmas Standar
Taratara Permenkes 65
Thn 2015
I. Set Pemeriksaan Fisioterapi
1 Sphygmomanometer dewasa 1 buah 1 buah
2 Stetoskop 1 buah 1 buah
3 Termometer 1 buah -
4 Timbangan BB dewasa 1 buah -
5 Timbangan bayi 1 buah -
6 Pengukur Tinggi Badan (microtoise) 1 buah -
7 Palu refleks dan tes sensasi 1 buah -
8 Goniometer 1 buah 1 buah
9 Mid line (pengukur antropometri 1 buah 1 buah
tubuh)
10 Stop watch 1 buah 1 buah
11 Lampu senter (pen light) 1 buah -
II. Bahan Habis Pakai

1 Alkohol Sesuai kebutuhan -


2 Tissue roll Sesuai kebutuhan -
3 US jelly Sesuai kebutuhan -
4 Masker wajah Sesuai kebutuhan -
5 Cairan desinfektan Sesuai kebutuhan -
6 Hand body Sesuai kebutuhan -
7 Baby oil Sesuai kebutuhan -
Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 9
JUMLAH PERALATAN
NO JENIS PERALATAN Puskesmas Standar
Taratara Permenkes 65
Thn 2015
III. Perlengkapan Tindakan

1 Tempat tidur 1 buah 1 buah


2 Bantal 1 buah -
3 Matras 80cm x 200cm 6 buah -
4 Matras 150cm x 200cm 1 buah -
5 Sprei 2 buah -
6 Sampiran 1 buah -
7 Jam / timer 2 buah 1 buah
8 Lemari alat 1 buah -
9 Kabel kombinasi 2 buah -
10 IR 3 buah 1 buah
11 Nebulizer 1 buah -
12 Cold pack / hot pack 1 buah -
13 Ultra Sound therapy 1 buah -
14 Cermin latihan 100cm x 200cm 1 buah 1 buah
15 Sepeda statis (ergo cycle) 1 buah -
16 Krek aksila portable dewasa 1 pasang -
IV. Meubelair
1 Kursi kerja 3 -
2 Lemari arsip 1 -
3 Meja ½ biro 2 -
V. Pencatatan dan Pelaporan

1 Buku Register Pelayanan di Poli Rawat Sesuai kebutuhan Sesuai


Jalan kebutuhan
2 Buku register fisioterapi di Posyandu Sesuai kebutuhan
bayi/balita
3 Buku register fisioterapi di Sesuai kebutuhan
Posyandu/Posbindu
4 Buku register fisioterapi di kesehatan Sesuai kebutuhan
olahraga
5 Formulir Rujukan fisioterapi Sesuai kebutuhan Sesuai
kebutuhan
6 Formulir Informed Consent Sesuai kebutuhan Sesuai
kebutuhan
7 Map Rekam Medik fisioterapi (RMF) Sesuai kebutuhan Sesuai
kebutuhan
8 Komputer 1 buah 1 buah

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 10


BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Pelayanan fisioterapi di Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan
gerak dan fungsi tubuh kepada individu dan/atau kelompok, yang bersifat
umum dengan pengutamaan pelayanan pengembangan dan pemeliharaan
dalam lingkup promotif dan preventif tanpa mengesampingkan pemulihan
dengan kuratfif dan rehabilitatif. Cakupan pelayanan dengan sasaran
continum of care ( mulai dari ibu hamil sampai lanjut usia.)

Kegiatan promotif dan preventif termasuk skrining, memberikan


pengurangan nyeri, dan program untuk menigkatkan fleksibilitas, daya
tahan, dan keselarasan postur dalam aktivitas sehari-hari. Selain upaya
promotif dan preventif tersebut, fisioterapis juga memberikan layanan
pemeriksaan, pengobatan, dan membantu individu dalam memulihkan
kesehatan, mengurangi rasa sakit (kuratif dan rehabilitatif). Fisioterapis
memainkan peran dalam masa akut, kronis, pencegahan, intervensi dini
untuk muskuloskeletal yang berhubungan dengan pekerjaan, cedera,
mendesain ulang pekerjaan individu, serta rehabilitasi, dan diperlukan
untuk memastikan layanan / intervensi diberikan secara komprehensif dan
tepat berfokus pada individu, masyarakat dan lingkungan. (Permenkes
Nomor 65 Tahun 2015)

B. Motode

Pelayanan fisioterapi di Puskesmas meliputi: (1) Upaya kesehatan


perseorangan, artinya pelayanan fisioterapi yang bersifat pribadi dengan
tujuan memperbaiki, mengobati serta memulihkan gerak dan fungsi tubuh
seseorang akibat penyakit/gangguan/kelainan. Pelayanan fisioterapi ini
dilakukan di dalam gedung khususnya di ruang unit fisioterapi dan
ditujukan untuk pasien rawat jalan dan rawat inap umum atau khusus
seperti PONED Puskesmas serta home visite sebagai kelanjutan tindakan
setelah rawat inap. Upaya ini dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 11


operasional dan kompetensi fisioterapi. (2) Upaya kesehatan
kelompok/masyarakat, yaitu pelayanan yang bersifat publik dengan tujuan
memelihara dan meningkatkan kesehatan kelompok/masyarakat, mencegah
gangguan gerak dan keterbatasan fungsi tubuh akibat gaya hidup. Upaya
promotif dan preventif fisioterapi ini dilakukan di luar gedung Puskesmas
yakni di sekolah-sekolah, Posyandu bayi, balita, bumil, Posyandu /
Posbindu usia lanjut, panti rehabilitasi anak cacat, club/kelompok
olahraga, spa/pusat kebugaran, tempat kerja/industri yang ada di wilayah
kerja Puskesmas.
Penyelenggaraan kegiatan pelayanan fisioterapi di Puskesmas dilakukan
secara terpadu dengan azas keterpaduan dengan lintas program dan lintas
sektoral. Kerjasama lintas program baik program-program dari upaya
kesehatan esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan; pelayanan
kesehatan lingkungan; pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga
berencana; pelayanan gizi; dan pelayanan pencegahan dan pengendalian
penyakit serta upaya kesehatan pengembangan yaitu UKS, Kesehatan lanjut
usia, kesehatan olahraga, hatra/alternatif/komplementer, dll. Kerjasama
lintas sektor dengan dinas kesehatan dan sosial, dinas pendidikan pemuda
dan olahraga, pihak pemerintah kelurahan, kecamatan, kader kesehatan,
tokoh agama dan masyarakat, sekolah, pusat kebugaran, spa, panti, tempat
kerja/industri.

C. Langkah Kegiatan

1. Fisioterapi di Posyandu Bayi-Balita, Bumil-Nifas


Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu bentuk
upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari dan bersama
masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak
balita. Pola pelayanan posyandu yaitu sistem lima meja yaitu meja I
pendaftaran oleh kader Posyandu, meja II penimbangan dan pemantauan
tumbuh kembang oleh kader Posyandu, meja III pengisian KMS atau buku
KIA oleh kader, meja IV Penyuluhan KIA termasuk tumbuh kembang, klas

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 12


ibu hamil, pemberian kapsul vitamin A, tamblet tambah darah, pemberian
makanan tambahan, meja V pelayanan dan konseling kesehatan oleh
petugas kesehatan, imunisasi, KIA-KB termasuk stimulasi, deteksi dan
intervensi dini tumbuh kembang balita.
Peran fisioterapis disini yakni bekerjasama dengan pemegang program
KIA, Promkes, dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan seperti
penyuluhan, senam hamil, senam nifas, senam bayi, deteksi dini kecacatan
dan tumbuh kembang, intervensi dini kecacatan dan tumbuh kembang.

Perubahan kondisi fisik dan psikologis ibu selama kehamilan akan


mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Perubahan yang
terjadi selama kehamilan dapat disikapi melalui latihan fisik yang baik,
benar, teratur dan terukur sesuai dengan fase kehamilan sampai menjelang
persalinan dan selama masa nifas. Beberapa hasil penelitian membuktikan
bahwa latihan fisik yang dilakukan selama kehamilan dapat mengurangi
kejadian persalinan lewat waktu dan memperbaiki skor APGAR. Selain itu
latihan fisik selama masa kehamilan diharapkan secara tidak langsung
dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan pemeriksaan
antenatal sehingga cakupan kunjungan antenatal dapat tercapai.

Sedangkan tujuan latihan fisik pada masa nifas untuk mempercepat


pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan dan mengembalikan daya
tahan jantungparu kekeadaan sebelum hamil. Senam nifas dengan bentuk
latihan ditujukan untuk pinggang bawah termasuk melakukan gerak
ekstensi pinggang, intensitas selama10-20 menit dilakukan segera setelah
persalinan (dalam 3 hari perawatan setelah persalinan normal), dilanjutkan
dengan latihan inti bersifat aerobik dengan jalan perlahan untuk jarak
pendek selama 10-20 menit, frekuensi 3 kali seminggu. Latihan kegel dapat
dilakukan bersamaan atau diluar latihan inti dan senam nifas
Senam bayi merupakan bentuk permainan gerakan pada bayi, yang
bertujuan untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, serta
kemampuan pergerakan bayi secara optimal. Selain itu, juga untuk
mengetahui jika terjadi perkembangan yang salah secara dini. Ini
merupakan tindakan antisipasi yang tepat untuk penanganan agar bayi
tumbuh normal. Senam bayi sangat penting karena ini merupakan salah

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 13


satu usaha untuk mengoptimalisasikan proses tumbuh kembang pada bayi.
Segala aspek yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi bisa tercapai
dan terpenuhi
2. Fisioterapi di Posyandu Lanjut usia atau Posbindu
Posyandu Lanjut usia atau Posbindu PTM adalah wadah pelayanan
kepada lansia di masyarakat dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan
promotif/preventif. Fisioterapis berperan untuk mengatasi hal-hal yang
berhubungan dengan gangguan gerak fungsional, aktivitas sehari-hari,
aktivitas perawatan diri dan adaptasi dengan lingkungan sosial lansia.
Teknologi fisioterapi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
gerak dan fungsi pada lansia, misalnya (1) tes dan latihan keseimbangan
baik statis maupun dinamis, (2) latihan pencegahan osteoporosis, (3) latihan
fisik untuk menjaga kebugaran jasmani, (4) latihan fisik untuk menjaga
mobilitas dan postur, (5) teknik mengangkat dan mengangkut, (6) teknik
perlindungan sendi, (7) teknik konservasi energi (8) teknik peningkatan
kekuatan otot dan memperbaiki koordinasi, (9) aksesibilitas lingkungan
dengan pembuatan teknologi tepat guna (TTG), (10) akupressure.
Fisioterapis berpadu dengan pemegang program Lansia, PTM, Promkes,
Batra, Gizi, Perkesmas serta lintas sektor dengan kader, keluarga, tokoh
agama dan masyarakat dalam melaksanakan program diatas.

Fisioterapis dapat mencegah dan menangani penyakit kronik serta


kecacatan pada orang lanjut usia melalui aktifitas dan terapi latihan.
Berikut ini terdapat beberapa informasi yang menunjukan kontribusi
fisioterapi dalam menjaga individu untuk tetap aktif seiring bertambahnya
usia, khususnya peran fisioterapis dalam memelihara kondisi kesehatan
secara umum, mencegah dan menangani penyakit kardiovaskuler dan
melawan masalah-masalah persendian. Individu berusia lanjut yang terlibat
dalam aktifitas fisik secara teratur menunjukan peningkatan keseimbangan,
kekuatan, koordinasi, kontrol motorik, fleksibilitas dan daya tahan. Aktifitas
fisik dapat menurunkan resiko jatuh sebagai penyebab terbesar kecacatan
pada usia lanjut. Penelitian dari Eriksson dkk, yang melibatkan individu
dengan resiko penyakit kardiovaskular setelah melakukan latihan yang
disupervisi oleh fisioterapis, sejalan dengan adanya konseling dari ahli gizi,

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 14


menunjukan perkembangan yang signifikan pada tekanan darah, berat
badan, kualitas hidup dan indikator kesehatan lainnya. Begitu juga
menurut Pate, jika setiap orang berjalan dengan kecepatan 4,8-6,4kph (3-4
mph) di setiap hari, sekitar 30% kematian per tahun akibat penyakit
kardiovaskuler dapat dicegah. Hal ini ditunjang oleh penelitian Huf yakni
berjalan 4,8 kph selama 5 jam/minggu dapat menurunkan resiko stroke
sebanyak 46% dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan latihan.
Latihan mempunyai peran dalam mencegah dan mengontrol diabetes, ini
dibuktikan oleh penelitian Fenicchia dkk yakni baik latihan dengan tahanan
maupun aerobik efektif dalam menurunkan intoleransi glukosa dan
menurunkan resiko diabetes tipe 2. Hal ini didukung oleh penelitian
Dunstan dkk, dimana latihan dengan tahanan yang dilakukan secara
progresif dan dengan intensitas tinggi, dikombinasikan penurunan berat
badan sedang, efektif dalam mengontrol tingkat gula darah pada pasien
lanjut usia yang mengidap diabetes tipe 2.
3. Fisioterapi Upaya Kesehatan Sekolah

Keterpaduan fisioterapi dengan pemegang program UKS, Promkes,


Kesling, Gizi, kesehatan gigi dan kesehatan remaja serta pihak sekolah.
Trias Fisioterapi UKS : (1) Pendidikan kesehatan Fisioterapi Olahraga,
memberikan pengetahuan bagi anak sekolah tentang olahraga yang baik
benar teratur dan terukur, deteksi dini kecacatan, latihan fisik sesuai
tingkat usia (usia SD latihan pola gerak dasar yaitu lari, lompat, loncat,
lempar untuk peningkatan kebugaran jasmani, usia SMP praktek teknik
dasar olahraga permainan dan prestasi diberikan secara berjenjang dan
bertahap, usia SMA tes kebugaran untuk cabang olahraga prestasi. (2)
Pelayanan Kesehatan, dalam bentuk; pendidikan kesehatan seperti
pengelolaan kondisi khusus (flat foot, scoliosis), praktek penanganan cedera
olahraga akut secara sederhana dengan metode PRICE, program latihan
fisik spesifik bagi anak sekolah dengan masalah fisik misal latihan khusus
obesitas, senam otak/latihan vitalisasi otak. (3) Pembinaan lingkungan;
sarana-prasarana untuk beraktivitas fisik / olahraga yang sehat dan aman
bagi anak sekolah, pembudayaan stretching antar jam pelajaran, adanya
ruang poliklinik sekolah.

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 15


4. Fisioterapi Home Visite

Fisioterapi home visite merupakan pengembangan dari kunjungan


rumah Puskesmas dengan berorientasi pendekatan keluarga. Adapun
kegiatan yang dilakukan yaitu : (1) kunjungan keluarga untuk pendataan /
pengumpulan data profil kesehatan keluarga dan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), (2) kunjungan keluarga untuk menindaklanjuti pelayanan
fisioterapi dalam gedung (memberikan latihan mobilisasi seperti transver
dan ambulasi dengan dan tanpa alat bantu jalan, terapi latihan atau terapi
manual), (3) kunjungan fisioterapi di keluarga dalam rangka promosi
kesehatan sebagai upaya promotif dan preventif, individu anggota keluarga
yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan kemudian dapat dimotivasi
untuk memanfaatkan upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang
ada dan/atau pelayanan Puskesmas. Keluarga juga dapat dimotivasi untuk
memperbaiki lingkungan aktivitas di rumah agar memiliki aksesbilitas
untuk orang tua atau penyandang cacat misalnya memodifikasi WC jongkok
ke WC duduk sehingga seseorang bisa melakukan aktivitas hidup sehari-
hari tanpa ketergantungan dengan orang lain.
5. Fisioterapi P3K/tanggap bencana

Keterpaduan fisioterapis dengan dokter, perawat, pemegang program


kesehatan olahraga, apoteker-asisten apoteker, Puskesmas keliling
bersamasama dalam kegiatan P3K maupun tanggap bencana.
6. Fisioterapi pada Penyehat tradisional /alternatif /
komplementer.
Fisioterapi berpadu lintas program dengan apoteker/ass apoteker,
tenaga kesehatan lain dalam mendata, membina, mengawasi hatra lebih
khusus kelompok ketrampilan, serta berpadu lintas sektor dengan
pemerintah kecamatan & kelurahan, tokoh agama, tokoh masyarakat,
pengobat tradisional, kader.
7. Fisioterapi Upaya Kesehatan Kerja

Fisioterapi berpadu lintas program dengan tenaga kesehatan lain,


sekaligus berpadu lintas sektoral dengan pemerintah setempat, tenaga kerja
dan dunia usaha yang ada. Pelayanan fisioterapi pada kesehatan kerja
dasar meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 16


promotif diberikan kepada pekerja dengan tujuan meningkatkan status
kesehatan dan kapasitas kerja yang meliputi pendidikan dan penyuluhan
kesehatan kerja, PHBS di tempat kerja, pemeliharaan kebugaran pekerja
melalui kegiatan olahraga dan pemeliharaan berat badan ideal. Pelayanan
preventif kesehatan kerja meliputi pemeriksaan kesehatan tekanan darah,
penerapan ergonomi (penyerasian manusia dengan mesin dan alat-alat
kerja, melaksanakan latihan fisik. Pelayanan kuratif diberikan kepada
pekerja yang sudah memperlihatkan gangguan kesehatan / gejala dini
dengan mengobati penyakit / kelainan dan mencegah komplikasi. Pelayanan
rehabilitatif berupa pemberian alat bantu jalan agar tetap bekerja
8. Fisioterapi kesehatan olahraga

Fisioterapis berpadu lintas program dan lintas sektor dengan dokter,


pelatih olahraga, fisioterapis olahraga, instruktur senam, guru olahraga.
Fisioterapi dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan iptek
olahraga dan melakukan upaya promotif, preventif, tindakan terapeutik
dalam upaya pemulihan cedera olahraga. Upaya kesehatan olahraga
Puskesmas sebagai salah satu bagian program fisioterapi olahraga sekaligus
program unggulan. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu : (a) Pendataan
kelompok / klub olahraga yang dibina; dengan sasaran semua
kelompok/klub olahraga yang ada di wilayah kerja Puskesmas (b)
Penyuluhan kesehatan olahraga kepada kelompok sasaran yang dibina
yakni bumil, nifas, bayi, anak sekolah, lansia. (c) pemeriksaan kesehatan
kepada kelompok sasaran berupa tanda-tanda vital, BB,TB, IMT, dan
pemeriksaan laboratorium sederhana (GDP, as urat dan kolesterol). (d)
pelayanan kesehatan olahraga sebagai instruktur pada senam hamil, senam
nifas, senam bayi, senam otak, senam lansia dan senam-senam PTM.
Khusus untuk senam penyakit kronis / penyakit tidak menular (senam
prolanis) menjalin kerjasama lintas sektor dengan BPJS Kesehatan Cabang
Tondano (e) pengukuran tingkat kebugaran bagi karyawan dan masyarakat
serta anak sekolah. (f) konsultasi kesehatan olahraga, ini dilakukan setelah
pelayanan senam hamil, senam nifas, senam bayi, senam otak serta senam-
senam PTM/Prolanis, tes kebugaran atau sport injury. (g) menjadi anggota
tim kesehatan pada event-event olahraga.

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 17


9. Fisioterapi Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM),
Peran fisioterapi disini yaitu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan,
kesadaran masyarakat dengan menggunakan seluruh potensi yang ada di
masyarakat baik sumberdaya alam dan sumberdaya manusianya dalam
mengatasi penyandang cacat (penca), termasuk pendekatan lintas sektor,
pemeritah setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama, keluarga penca dalam
pembangunan kesehatan.
10. Poliklinik Fisioterapi / Fisioterapi UKP

Ditujukan untuk mempercepat proses penyembuhan, memperkecil


gangguan, keterbatasan dan ketidakmampuan fungsi akibat
penyakit/kelainan tubuh manusia (terutama penyakit tidak menular).
Dalam hal ini fisioterapi bekerjasama dengan tim medis untuk memberikan
intervensi profesinya yang bersifat menopang, saling ketergantungan dan
mandiri dengan sistem rujukan. Pelayanan fisioterapi ini dilakukan di dalam
gedung khususnya di ruang unit fisioterapi.

Pelayanan fisioterapi disini berfokus pada pasien melalui alur yang


dapat diakses secara langsung ataupun melalui rujukan tenaga kesehatan
lain maupun sesama fisioterapis. Alur pelayanan fisioterapi tertuang dalam
standar prosedur operasional (SOP) yang ditetapkan oleh kepala Puskesmas
Taratara dan diimplementasikan baik dalam diagram alur yang mudah
dilihat/diakses oleh pengguna.
a. Rawat jalan
Pasien/klien yang mengalami/berpotensi mengalami gangguan
gerak dan fungsi tubuh dapat melakukan pendaftaran secara
langsung, atau melalui rujukan tenaga medis baik di Puskesmas
Taratara sendiri atau pada fasilitas pelayanan kesehatan lain, dari
dokter keluarga, dengan membawa surat rujukan untuk
mendapatkan layanan fisioterapi. Setelah pendaftaran, petugas
mengarahkan pasien/klien kebagian pelayanan fisioterapi untuk
mendapatkan proses fisioterapi yang dilakukan oleh fisioterapis.
Asesmen awal diperlukan untuk menemukan indikasi atau
tidaknya program fisioterapi. Apabila tidak ditemukan indikasi,
fisioterapis mengarahkan/merujuk pada tenaga kesehatan yang

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 18


tepat/mengembalikan kepada perujuk secara tertulis. Apabila
ditemukan indikasi awal maka selanjutnya dilakukan proses sesuai
prosedur fisioterapi. Setelah pasien menjalani rangkaian proses
fisioterapi dan penyelesaian administrasinya, pasien dapat pulang
atau kembali kepada dokter/DPJP/pengirim sebelumnya.

• Dokter umum / Poliklinik


Pasien / umum Puskesmas Taratara
klien • Dokter spesialis
• Dokter keluarga
• DPJP

Loket
Pendaftaran
Puskesmas

Assessment
Fisioterapi

Indikasi tidak
fisioterapi

ya
Proses
Fisioterapi

- Administrasi

- Rekam medik

Selesai /
pulang

Gambar 3. Alur Rawat Jalan

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 19


b. Rawat inap
DPJP membuat rujukan/permintaan secara tertulis kepada bagian
fisioterapi. Selanjutnya petugas ruangan menyampaikan informasi
rujukan kepada fisioterapis/bagian pelayanan fisioterapi untuk
diregistrasi dan ditindaklanjuti. Selanjutnya fisioterapi dapat
melakukan asesmen awal untuk menemukan indikasi. Apabila
ditemukan indikasi, maka dapat langsung dilakukan proses
fisioterapi selanjutnya yaitu diagnosis fisioterapi, rencana tindakan,
termasuk menentukan tujuan target, intervensi serta rencana
evaluasi. Dalam proses tersebut, secara berkala fisioterapis
menyampaikan informasi perkembangan secara tertulis dalam
rekam medik. Setelah program fisioterapi selesai, fisioterapis
merujuk kembali kepada DPJP dengan disertai catatan klinis
fisioterapi termasuk rekomendasi apabila diperlukan dengan
mempertimbangkan keberlanjutan program fisioterapi pasien
setelah selesai perawatan di Rawat Inap Puskesmas.

Dokter Penanggung Pasien /


Jawab Pelayanan
klien
(DPJP)

Unit Fisioterapi
Asesment Fisioterapi

tidak Indikasi

fisioterapi
ya

Proses Fisioterapi Administrasi dan


penjadwalan

selesai

Gambar 4. Alur Fisioterapi di Rawat Inap

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 20


Proses pelayanan fisioterapi atau asuhan fisioterapi pada pasien
merupakan proses siklus kontinyu dan bersifat dinamis yang dilakukan oleh
fisioterapis yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan, diintergrasikan dan
dikoordinasikan dengan pelayanan lain yang terkait melalui rekam medik,
sistem informasi dan sistem komunikasi yang efektif.

Assesmen fisioterapi diarahkan pada diagnosis fisioterapi, terdiri dari


pemeriksaan dan evaluasi yang sekurang-kurangnya memuat data
anamnesa yang meliputi identitas umum, telaah sistemik, riwayat keluhan,
dan pemeriksaan (uji dan pengukuran) impairment, activities limitation,
pasticipation restrictions, termasuk pemeriksaan nyeri, resiko jatuh,
pemeriksaan penunjang (jika diperlukan), serta evaluasi. Assesmen
fisioterapi dilakukan oleh fisioterapis yang memiliki kewenangan
berdasarkan hasil kredensial/penilaian kompetensi fisioterapis yang
ditetapkan oleh pimpinan fisioterapi. Hasil assesmen dituliskan pada lembar
rekam medik pasien/klien baik pada lembar rekam medik terintegrasi
dan/atau pada lembar kajian khusus fisioterapi.
Diagnosis fisioterapi berupa adanya gangguan dan/atau potensi
gangguan gerak dan fungsi tubuh, gangguan struktur dan fungsi,
keterbatasan aktifitas fungsional dan hambatan partisipasi, kendala
lingkungan dan faktor personal, berdasarkan International Classification of
Functioning, Disability and Health (ICF) atau berkaitan dengan masalah
kesehatan sebagaimana tertuang pada International Statistical Classification
of Diseases and Related Health Problem (ICD-10). Diagnosis fisioterapi
dituliskan pada lembar rekam medik pasien baik pada lembar rekam medik
terintegrasi dan/atau pada lembar kajian khusus fisioterapi.

Fisioterapis melakukan perencanaan intervensi fisioterapi berdasarkan


hasil assesmen dan diagnosis fisioterapi, prognosis dan indikasi-kontra
indikasi, setidaknya mengandung tujuan, rencana penggunaan modalitas
intervensi, dan dosis, serta diinformasikan/dikomunikasikan kepada
pasien/klien atau keluarganya. Intervensi berupa program latihan atau
program lain yang spesifik, dibuat secara tertulis serta melibatkan pasien
dan/atau keluarga sesuai dengan tingkat pemahamannya. Program
perencanaan intervensi dituliskan pada lembar rekam medik pasien baik

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 21


pada lembar rekam medik terintegrasi dan/atau pada lembar kajian khusus
fisioterapi, dapat dievaluasi kembali jika diperlukan dengan melibatkan
pasien/klien atau keluarganya.
Intervensi fisioterapi berbasis bukti mengutamakan keselamatan
pasien/klien, dilakukan berdasarkan program perencanaan intevensi dan
dapat dimodifikasi setelah dilakukan evaluasi serta pertimbangan teknis
dengan melalui persetujuan pasien/klien dan/atau keluarganya terlebih
dahulu. Evaluasi dan reevaluasi dilakukan oleh fisioterapis sesuai tujuan
perencanaan intervensi, dapat berupa kesimpulan, termasuk dan tidak
terbatas pada rencana penghentian program atau merujuk pada
dokter/profesional lain terkait.

Secara umum, prosedur fisioterapi tertuang dalam miscellaneous


diagnostic and therapeutic procedures, International Classification of Diseases
9th revision clinical modification (ICD9-CM), dikelompokkan dalam kode 93
(physical therapy, respiratory therapy, rehabilitation and related procedures)
sebagai berikut :

93.0 diagnostic physical


therapy 93.1 physical therapy
exercises
93.2 other physical therapy musculoskeletal manipulation
93.3 other physical therapy theraupetic procedures
93.4 skeletal traction and other traction
93.5 other immobilization, pressure, and attention to
wound 93.6 osteopathic manipulative treatment
93.8 other rehabilitation
therapy 93.9 respiratory
therapy

Prosedur secara lengkap ditunjukkan sebagaimana tabel 3 berikut ini:


International Term ICD-9 CM (WHO 2001) Terminologi Indonesia
ICD-9 CM (IFI 2015)

CODE KODE
9.3 Physical Therapy, respiratory 9.3 Prosedur Fisioterapi, terapi respirasi,
Therapy, rehabilitation and Related rehabilitasi dan yang berkaitan
Procedure
Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 22
93.0 Diagnostic Physical Therapy 93.0 Prosedur Diagnosis
Fisioterapi

93.01 Functional evaluation 93.01 Evaluasi


Fungsional

CODE KODE
93.04 Manual testing and muscle 93.04 Tes Kekuatan dan fungsi
Function otot

93.05 Range of Motion Testing 93.05 Tes Lingkup Gerak Sendi


93.06 Measurement of limb length 93.06 Pengukuran Panjang
Anggota Gerak

93.07 Body measurement 93.07 Pengukuran komposisi


tubuh

93.09 Other diagnostic physical 93.09 Prosedur diagnosis


therapy procedure fisioterapi lainnya

93.1 Physical Therapy Exercise 93.1 Fisioterapi Terapi latihan


93.11 Assisting exercise 93.11 Terapi dengan bantuan
93.12 Other active musculoskeletal 93.12 Terapi latihan aktif
exercise musculoskeletal lainnya

93.13 Resistive Exercise 93.13 Terapi Latihan dengan


beban

93.14 Training in joint movement 93.14 Terapi Latihan gerak


sendi

93.15 Mobilization of spine 93.15 Mobilisasi Spinal


93.16 Mobilization of other joint 93.16 Mobilisasi sendi lainnya
93.17 Other passive musculoskeletal 93.17 Terapi latihan pasif
exercise musculoskeletal lainnya

93.14 Breathing exercise 93.14 Latihan pernafasan


93.19 Exercise not elsewhere 93.19 Latihan lainnya
classified

93.2 Other physical therapy 93.2 Fisioterapi manipulasi


musculoskeletal manipulation musculoskeletal lainnya

93.21 Manual and mechanical traction 93.21 Traksi manual dan


mekanik

93.22 Ambulation and gait training 93.22 Terapi latihan ambulasi


dan berjalan

93.27 Stretching of muscle or tendon 93.27 Terapi peregangan otot


dan tendon

93.28 Stretching of fascia 93.28 Terapi peregangan fascia


Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 23
93.29 Other forcible correction of 93.29 Terapi koreksi deformitas
deformity lain

93.35 Other heat therapy : 93.35 Terapi panas lainnya:


Therapeutic ultrasound Terapi Ultrasound
Hot packs Kompres hangat
Infra red irradiation Penyinaran inframerah
Moxibustion Moxibustion
Paraffin bath Terapi paraffin

93.35 Other heat therapy : 93.35 Terapi panas lainnya:


Therapeutic ultrasound Terapi Ultrasound
Hot packs Kompres hangat
Infra red irradiation Penyinaran inframerah
Moxibustion

93.37 Prenatal training 93.37 Terapi latihan prenatal


93.38 Combined physical therapy 93.38 Fisioterapi kombinasi lain
without mention of component

93.39 Other physical therapy 93.39 Fisioterapi lain


93.65 Osteopathic Manipulative 93.65 Terapi manipulatif
Treatment using indirect forces osteopati dengan tenaga
langsung

93.75 Other speech training and 93.75 Latihan dan terapi


therapy berbicara lainnya

93.81 Recreation therapy 93.81 Terapi rekreasi


93.82 Educational therapy 93.82 Terapi edukasi
93.83 Occupational therapy 93.83 Terapi Okupasi
93.84 Music therapy 93.84 Terapi music
93.85 Vocational rehabilitation 93.85 Pemulihan kemampuan
bekerja

93.89 Rehabilitation, not elsewhere 93.89 Pemulihan lainnya yang


classified belum terklasifikasikan

93.91 Intermittent Positive Pressure 93.91 Intermittent Positive


Breathing Pressure Breathing

93.93 Nonmechanical methods of 93.93 Metode resusitasi non


resuscitation mekanik

93.94 Respiratory medication 93.94 Pengobatan pernapasan


administered by nebulizer melalui nebulaiser

93.99 Other Respiratory Procedure 93.99 Prosedur penanganan


Postural drainage pernapasan lainnya
Posisi pengasatan

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 24


Fisioterapis menghormati kebutuhan pasien/klien dan keluarga yang
berkaitan dengan pelayanan fisioterapi yang dibutuhkan. Fisioterapis
membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan pasien dan/atau
keluarganya untuk memahami dan melindungi nilai-nilai budaya,
psikososial serta nilai spiritual. Fisioterapis memahami kebijakan dan
prosedur yang berkaitan dengan hak pasien dan keluarga, menghormati hak
pasien dan keluarga untuk mendapatkan semua informasi yang
berhubungan dengan pelayanan fisioterapi yang diberikan, termasuk
informasi sumber-sumber pelayanan fisioterapi yang dapat diakses dengan
mudah oleh pasien/klien jika membutuhkan pelayanan fisioterapi lanjutan.

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 25


BAB V
LOGISTIK

Manajemen Logistik adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses


mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan serta penghapusan material. Tujuan dari manajemen logistik
adalah tersedianya bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis,
jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien.

A. Perencanaan Kebutuhan
Perencanaan unit pelayanan fisioterapi menghitung dan merencanakan
kebutuhan media promosi kesehatan berupa leaflet, booklet, poster,
spanduk, makalah penyuluhan, ATK penunjang administrasi dan
dokumentasi kegiatan pelayanan fisioterapi yang sudah direncanakan.
Analisa kebutuhan penunjang pelaksanaan kegiatan pada periode waktu
tertentu berorientasi kepada program pelayanan, jenis kegiatan dan target
kinerja pelayanan. Perencanaan kebutuhan dengan memperhatikan
persediaan awal prasanana dan fasilitas unit pelayanan fisioterapi yang
sudah ada.

B. Penganggaran

Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan pengadaan alat dan


fasilitas untuk menunjang kegiatan pelayanan fisioterapi diatas dengan
harga satuan berdasar indeks harga yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
Kota Tomohon sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran tersebut.
Penganggaran kebutuhan pelayanan fisioterapi dalam gedung dan luar
gedung Puskesmas Taratara memanfaatkan dana JKN, BOK, APBD.

C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang
dilakukan untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik
melalui prosedur
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 26


3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan bahan logistik pelayanan fisioterapi di Puskesmas
Taratara dilakukan dengan pembelian alat / bahan yang sudah siap pakai,
pengadaan sendiri leaflet kesehatan sesuai kebutuhan perencanaan unit
pelayanan dan menerima dari Dinas Kesehatan Daerah Kota Tomohon.

D. Penyimpanan

Material pelayanan fisioterapi yang diperoleh dicatat dan disimpan


untuk didistribusikan sesuai kebutuhan unit pelayanan fisioterapi. Fungsi
penyimpanan ini sangat menentukan kelancaran distribusi, diantaranya
untuk mengantisipasi kekosongan material, menghemat biaya,
mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga material, serta mempercepat
pendistribusian karena materi sudah siap pakai.

E. Pendistribusian

Pendistribusian alat/bahan pelayanan fisioterapi dilakukan pada saat


pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan. Efisiensi pelaksanaan
pendistribusian akan mempengaruhi kecepatan penyediaan material baru.
Prosedur pendistribusian material, meliputi :
1. Pendistribusian langsung kepada sasaran pelayanan
2. Pendistribusian melalui mitra kerja lintas program.

F. Penghapusan

Penghapusan adalah proses penghapusan tanggungjawab pengurus


barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari
catatan/pembukuan yang berlaku, penghapusan barang diperlukan karena:
1. Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2. Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk
didaur ulang.
3. Bahan/barang sudah melewati masa kadaluarsa (expired date)
4. Bahan/barang hilang karena pencurian atau sebab lain.

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 27


BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Upaya peningkatan keselamatan pasien/klien dalam penyelenggaraan


pelayanan fisioterapi harus dilakukan secara terus menerus dan berkala
merujuk pada pengelolaan keseluruhan manajemen resiko Puskesmas
Taratara. Penanggung jawab pelayanan fisioterapi harus mendapatkan
pendidikan/pelatihan terkait keselamatan pasien yang difasilitasi oleh
fasilitas pelayanan kesehatan dalam hal ini Puskesmas Taratara.

Keselamatan pasien harus selalu tertanam dalam setiap kegiatan


pelayanan fisioterapi, baik pada proses asuhan klinis maupun pada proses
manajerial, yang dipahami seluruh anggota fisioterapis.

Tabel 4. Indikator kejadian kesalahan tindakan fisioterapi

Judul Adanya kejadian kesalahan tindakan /


intervensi fisioterapi
Dimensi mutu Keselamatan dan kenyamanan
Tujuan Tergambarnya kejadian kesalahan klinis
dalam tindakan fisioterapi
Definisi operasional Kesalahan tindakan fisioterapi adalah
memberikan / tidak memberikan tindakan
fisioterapi yang diperlukan, yang tidak
sesuai dengan standar / pedoman
pelayanan fisioterapi.
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang mengalami kesalahan
tindakan fisioterapi dalam 1 bulan dibagi
jumlah seluruh pasien yang diprogram
fisioterapi dalam 1 bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang diprogram
fisioterapi dalam 1 bulan
Sumber data Rekam medik
Standar 0%
Penanggung jawab Penanggung jawab unit pelayanan
fisioterapi
Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 28
Tabel 5. Keamanan bangunan

Dimensi Mutu Keamanan kondisi sarana dan bangunan (safety)


Variabel Mutu Angka kejadian kecelakaan akibat sarana dan bangunan
Tujuan Mengukur kejadian kecelakaan akibat sarana dan
bangunan bagi pasien dan tenaga pemberi pelayanan
dalam aktifitas pelayanan fisioterapi.
Definisi Angka kejadian kecelakaan akibat sarana dan bangunan
adalah kejadian yang tidak diinginkan yang menimpa
bagi pasien dan tenaga pemberi pelayanan dalam aktifitas
pelayanan fisioterapi.
Pengumpulan
Data 6 Bulan
Periode analisis 2 kali 1 tahun terakhir.
Numerator Kejadian yang tidak diinginkan yang menimpa bagi
pasien dan tenaga pemberi pelayanan akibat sarana dan
bangunan.
Denominator Jumlah pasien 6 bulan yang sama.
Sumber data Rekam medik dan Formulir isian keluhan pelanggan
dalam kotak saran di front office.
Target 0 (nol).
Penanggung Fisioterapis Praktisi/ PJ. UKP Puskesmas/ PJ Fisioterapi.
jawab

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 29


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Risk Assesment melakukan identifikasi potensi bahaya atau faktor


risiko dan dampak atau akibatnya. Dari berbagai potensi bahaya tersebut,
maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan bila mungkin
meniadakannya. Penyelenggaraan kesehatan kerja petugas kesehatan di
pelayanan fisioterapi Puskesmas Taratara adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Sistem Keselamatan Kerja Pelayanan Fisioterapi

NO LOKASI POTENSI BAHAYA/ DAMPAK/ PENGENDALIAN


FAKTOR RISIKO AKIBAT
1 Dalam Kesalahan informasi Menurunkan Menggunakan
gedung yang diberikan tingkat referensi / rujukan
melalui media kepercayaan terpercaya/resmi.
promosi kesehatan sasaran
Fisik (dinding, lantai, • Sakit akibat • Pemantauan
pencahayaan, tersandung berkala
suhu/kelembaban, terpeleset, • Memberi tanda
kebisingan) tertabrak rambu
• Kepanasan, peringatan resiko
pengap
• Kenyamanan
terganggu
2 Luar gedung Transportasi menuju Kecelakaan lalu • Penggunaan APD
lokasi sasaran kerja lintas di perjalanan
(Posyandu, Klas Ibu, • Pemeliharaan
Sekolah, Home visite, kendaraan
Kelurahan, dll). operasional
secara rutin
Beban kerja • Stress kerja • Membangun
• Pusing komitmen
• Bosan bersama
• Lelah • Pengorganisasian
kerja
• Intensif/reward
• Refreshing

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 30


BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manajemen mutu


merupakan suatu system kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang
untuk mengukur dan menilai mutu produk atau jasa yang diberikan kepada
sasaran. Pengendalian mutu pada pelayanan fisioterapi Puskesmas Taratara
diperlukan agar terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat
sebagai sasaran. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat
diselenggarakan melalui pelbagai model manajemen kendali mutu. Salah
satu model manajemen yang digunakan adalah model PDCA (Plan, Do,
Check, Action) yang akan menghasilkan pengembangan
berkelanjutan(continuous improvement).

Setiap kegiatan dijabarkan dalam langkah-langkah yang semuanya


mengacu pada upaya peningkatan mutu. Pelayanan kesehatan fisioterapi
dimulai dari pendataan/survey sasaran dan kebutuhan sasaran,
penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan,
penyusunan dokumen pelaporan kegiatan, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan dan hasil kegiatan, dan penyusunan rencana tindak lanjut
hasil evaluasi kegiatan. Pada setiap tahap kegiatan disusun standar
operasional prosedur (SOP) untuk menjamin pelaksanaan kegiatan yang
sesuai standar pelayanan. Evaluasi dan rencana tindak lanjut dilaksanakan
untuk mengatasi adanya kesenjangan antara perencanaan dan hasil
kegiatan. Hasil kegiatan didokumentasikan secara periodik.

Tabel 7. Kepuasan Pelanggan

Judul Kepuasan Pelanggan


Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pasien/keluarga
terhadap mutu pelayanan fisioterapi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan
kepuasan oleh pelanggan terhadap
pelayanan fisioterapi
Frekuensi pengumpulan data 1 bulan
Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 31
Periode analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan
dari pelanggan fisioterapi yang berkunjung
(dalam persen)
Denominator Jumlah total pelanggan fisioterapi (n
minimal 50)
Sumber data Kotak kepuasan pasien
Standar ≥ 80%
Penanggung jawab Tim mutu
Tabel 8. Efektifitas Pelayanan

Dimensi mutu Menyediakan pedoman untuk efektifitas pelayanan


mengacu evidence based (effectiveness).
Variabel Mutu Prosentase SOP yang ditelaah dan SOP baru.
Tujuan Mengukur tingkat kesesuaian SOP dengan
perkembangan pelayanan fisioterapi pada pasien
(evidence based).
Definisi Identifikasi, telaah ulang SOP yang tidak sesuai,
pembaharuan dan pembuatan SOP baru. SOP dapat
berupa pedoman pelayanan klinis atau metode
tindakan/pelayanan.
Pengumpulan
Data 3 Bulan
Periode analisis 6 bulan
Numerator Jumlah SOP yang ditelaah dan SOP baru, 6 bulan.
Denominator Jumlah SOP yang ada.
Sumber data Arsip manajemen praktik.
Target 10%
Penanggung jawab Fisioterapis Praktisi/ PJ. UKP Puskemas/ P.J
Fisioterapi.

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 32


BAB IX
PENUTUP

Keberhasilan pelayanan fisioterapi di Puskesmas Taratara dapat


terwujud apabila dilaksanakan secara terintegrasi baik lintas program
maupun lintas sektoral, terarah dan berkesinambungan.
Harapan kami agar buku pedoman ini dapat dijadikan acuan bagi
penyelenggaraan pelayanan fisioterapi yang bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan, sehingga dapat : (a) terwujudnya pelayanan
fisioterapi kesehatan masyarakat baik UKM & UKP sesuai standar
operasional pelayanan dan etika profesi, (b) terwujudnya manajemen
Puskesmas khususnya pelayanan fisioterapi yang efektif dan efisien dalam
mencapai pelayanan bermutu, praktis, terjangkau (c) terwujudnya sistem
informasi pelayanan fisioterapi yang terintegrasi dengan sistem informasi
Puskesmas (SIP), (d) terwujudnya jenjang kemitraan yang sinergis dengan
berbagai program dan sektor yang ada, (e) masuknya fisioterapis dalam
jumlah minimal tenaga kesehatan sumber daya manusia Puskesmas yang
bisa dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan
jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan
persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja.

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 33


DAFTAR PUSTAKA

ACSM’s, 2005 ; Guidelines For Exercise Testing and Prescription ; Seventh


edition,Lippincott Williams & Wilkins

Behrens, B.J. 1996 ; Physical Agents for the Physical Therapist Assistant ; Davis
company, Philadelphia
Brook G, Brrayshaw E, Coldron Y., 2013 ; Physiotherapy in Women Health; dalam
StuartPorter – Tidys Physiotherapy, edisi 15, Butterwoth Heinemann
Demuth Elisabeth, 2000 ; Senam Otak ; Pusat Latihan Yayasan Kesehatan GMIM
Tomohon, Sulawesi Utara
Eman Friets, 2015 ; Model Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas ; Temu Ilmiah
Tahunan Fisioterapi ke 30 Makassar
Eman Friets, 2015 ; Pokok-pokok Kegiatan Fisioterapi di Puskesmas ; Seminar
Nasional Fisioterapi; Manado.
Gaccione A., 2000 ; Geriatric Physical Therapy ; Second Edition, Mosby
Handojo Tjandrakusuma ; 1991 : Conceptual Framework of Community Based
Rehabilitation and Some Strategic Issues on It’s Implementation, PPRBM Prof.
Dr. Soeharso – YPAC Pusat.
International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF); dikutip dari
http://www.handicapincifre.it/document/ICF.18.pdf
Kemenkes RI, 2010 ; Panduan Teknis Latihan Fisik Selama Kehamilan & Nifas;
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat
Marilyn Moffat, 2013 ; Movement for Health – Physiotherapy promotif and preventif;
World Physical Therapy Day, dikutip dari http://www.wcpt.org/wptday
Peraturan Presiden RI nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
Permenkes No. 80 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik
Fisioterapis
Permenkes No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
Permenkes No. 65 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi
Pedoman Deteksi Dini Kecacatan Anak ; 2006 : Departemen Sosial RI ; Direktorat
Jenderal Pelayanan Dan Rehabilitasi Sosial.
Petty Nicola, 2006 ; Neuromusculoskeletal Examination and Assessment ; Third
edition, Elsevier Churrchill Livingstone, New York.
Polden M and Mantle. J., 1997 ; Physiotherapy In Obstetrics and Gynaecology,
Butterworth – Heinemann
Settles B, 2003 ; Special Area’s of Therapeutic Exercise in women health: obstetric
and pelvic floor, dalam StuartPorter – Tidys Physiotherapy, edisi 13,
Butterwoth Heinemann
Shumway Cook, 2001 ; Motor Control Theory and Practical Applications ; second
edition, Lippicott, Williams & Willkins
Sri Surini dan Budi Utomo, 2002 ; Fisioterapi Pada Lansia ; Penerbit Buku
Kedokteran, EGC
Takarini Nawangsasi, 2014 ; Stimulasi perkembangan motorik dan kecerdasan
anak; TITAFI Tangerang
WCPT, 2007 ; Position Statemen – WCPT Guidelines for Physical Therapist
Professional; London-UK, retrieved from www.wcpt.org

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 34


Lampiran- lampiran
SURAT RUJUKAN DOKTER UNTUK PERMOHONAN TINDAKAN FISIOTERAPI

Kepada Yth :
Bagian Fisioterapi Puskesmas Taratara

Dengan hormat,
Bersama ini kami kirimkan penderita :
Nama :
Umur :
Diagnosis :
Mohon kiranya dapat diberikan tindakan fisioterapi;
Atasnya diucapkan terima kasih
Taratara, ………………………
Dokter Puskesmas

dr. …………………………..
Gunting disini …………………………………………………….…………………………………………………...

PUSKESMAS TARATARA
UNIT FISIOTERAPI
JLN. NURI, KELURAHAN TARATARA – TOMOHON BARAT

FORM EVALUASI TINDAKAN FISIOTERAPI


Taratara, ………………
Kepada Yth :
dr.
Dengan hormat,
Menghadapkan kembali, penderita :
Nama :
Umur :
Diagnosis :
Yang telah kami berikan tindakan fisioterapi, berupa
Aktino terapi Manual terapi
O Infra Red (x) O Exercise therapy ; ………….. (x)
Elektro terapi O Masasse (x)
O Ultrasound therapy (x)
Inhalasi terapi Lain-lain
O Nebulizer + ……………….. (x) O Static bicycle (x)
O Chest physiotherapy (x) O Alat support ……………………
Hidro terapi O Alat bantu jalan
O Cold pack / hot pack (x)
Setelah kami berikan penanganan, saat ini keluhan yang ada pada pasien :
Atas kepercayaan yang diberikan kepada fisioterapis, kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami

………………………………
fisioterapis
Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 35
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN TINDAKAN FISIOTERAPI
(INFORMED CONSENT)

PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang pemeriksaan dan tindakan


fisioterapi (manual maupun peralatan) yang mencakup alasan pemeriksaaan
dan pemilihan alat/manual, keuntungan-keuntungan dan efek sampingnya,
maka saya menyatakan persetujuan untuk mengikuti semua pemeriksaan
dan tindakan fisioterapi dan hal-hal yang menyangkut tindakan fisioterapi
yang dilakukan:
Terhadap : diri sendiri / suami / istri / anak / ayah / ibu / .....
Nama : ........................................................................................
Umur : ...... Tahun
Jenis kelamin : laki-laki / perempuan

Dengan memahami / mengerti segala resiko yang mungkin saja


terjadi, saya tidak akan menuntut pihak Puskesmas Taratara.
Demikian surat pernyataan ini saya tanda tangani secara sadar dan
tanpa paksaan dari pihak manapun.

Taratara, …………………

Mengetahui Saya yang menyatakan


Fisioterapis Pasien / keluarga pasien

……………………… ………………………………
Tanda tangan & nama terang tanda tangan & nama terang

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 36


LAPORAN PELAYANAN FISIOTERAPI DI PUSKESMAS TARATARA
BULAN .................. TAHUN .........
JUMLAH ORANG DALAM SATUAN KEGIATAN
REHABILIT
PENYULUHAN FT UPAYA PENCEGAHAN PENGOBATAN FT ASI
(Promotif Physiotherapy) (Preventif Physiotherapy) (curatif)
KELURAHA

SenamOtak
PosbinduPTM

RuangPoliklinikFisioterapi
DeteksiDiniKecacatan
SenamHamil

SenamNifas

DeteksiDiniTumbuhKembang
PosyanduBalita

Penca&Keluarga

Lain-lain

PosyanduBayi-Balita

TeknologiTepatGuna(TTG)

RehabilitasiBersumberday
PosyanduLansia

KelasIbuHamil

RuangRawatInap/PONED
KlubProlanis

SenamBayi

SenamLansia
TriasUKS

Keselamatan&KesehatanKerj
N

TesKebugaran
SenamPTM

PosyanduLansia

HomeVisite
SenamProlanis

Masyarakat(RBM
N

a
a

)
O

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

1 Woloan I U
2 Woloan I
3 Woloan II
4 Woloan III
5 Taratara
6 Taratara I
7 Taratara II
8 Taratara III
TOTAL

Mengetahui Kepala Puskesmas Penanggung Jawab Fisioterapi


(Nama) (Nama)

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 37


Contoh Laporan : LB1 Fisioterapi
REKAPITULASI LAPORAN KESAKITAN (LB1)
DI UNIT FISIOTERAPI PUSKESMAS TARATARA
BULAN ................... TAHUN ...........

Golongan Umur Jumla


No Jenis Penyakit/Kode ICD 0-7 8 '- 28 1 bln - 2 - '3 4 - '5 6 - '9 10 - '14 15 - '19 20 - '44 45 - '54 55 - '59 60 - '69 > 70
hari hari 1 thn tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
h
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Mengetahui Taratara,

Kepala Puskesmas Fisioterapis


(Nama) (Nama)

Pedoman Pelayanan Fisioterapi di Puskesmas Taratara 38

Anda mungkin juga menyukai