TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota (UPTD), Puskesmas
berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia (Permenkes No 279/ Menkes/ SK/ IV/2006 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas).
Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau oleh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes RI, 2004).
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000 penduduk.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang
dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yaitu Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas Keliling. Pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan
kesehatan yang meliputi pelayanan pengobatan (kuratif), upaya pencegahan (preventif),
peningkatan kesehatan (promotif) dan pemullihan kesehatan (rehabilitatif) yang
ditujukan kepada semua penduduk dan tidak dibedakan jenis kelamin dan golongn umur,
sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
Menurut Depkes RI (2004) Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/ kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
4
5
Apotek
Gudang Obat
Ruangan TU
Ruangan Imunisasi
Ruangan Laboratorium
- Pengobatan :
Poli Umum
Poli Gigi
Puskesmas Keliling
- Kesehatan Lingkungan
Pengawasan SPAL (Saluran Pembuangnan Air Limbah), SAMI-JAGA
(Sumber Air-Jamban Keluarga)
TU (Tempat Umum), Institusi
Survei Jentik Nyamuk
- Pencatatan
Sistem pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas
Program tambahan atau penunjang Puskesmas
- Kesehatan Mata
- Kesehatan Jiwa
- Kesehatan Reproduksi Remaja
- Kesehatan Olahraga
- Kesehatan Lansia
- Pemanfaatan Sarana Kesehatan Puskesmas
Keberadaan Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan khususnya
Puskesmas Poris Plawad telah dimanfaatkan oleh masyarakat secara maksimal.
- Pelayanan Kesehatan KB
- Pelayanan Kesehatan Lansia
- Pelayanan Labpratorium
Jumlah kunjungan Laboratorium Puskesmas Poris Plawad masih minim,
hal ini disebabkan masih sedikitnya pemeriksaan yang dilakukan hanya HB,
LED, Hitung Jenis, Golongan Darah, Glukosa Darah Puasa, Glukosa 2 Jam
PP, Glukosa Sewaktu, Kolesterol, HDL-Kolesterol, LDL-Kolesterol,
Trigliseride, Asam Urat, Creatinin, Ureum, SGOT, SGPT, WIDAL, Urine dan
BTA (Bakteri Tahan Asam).
11
2. Etiologi Tuberkulosis
TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium
Tuberculosi Humanis). Mycrobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman
berbentuk batang berukuran sangat kecil dengan Panjang 1-4 µm dengan tebal 0,3-
0,6 µm. Sebagian besar komponen Mycrobacterium tuberculosis adalah berupa
lemak atau lipid yang menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap asam serta zat
kimia dan faktor fisik. Kuman TBC bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk
kelangsungan hidupnya. Mycrobacterium tuberculosis banyak ditemukan di daerah
yang memiliki kandungan oksigen tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang
kondusif untuk penyakit TB. Kuman Mycrobacterium tuberculosis memiliki
kemampuan tumbuh yang lambat, koloni akan tampak setelah kurang dari dua
minggu atau bahkan terkadang setelah 6-8 minggu. Lingkungan hidup optimal pada
suhu 37°C dan kelembaban 70%. Kuman tidak dapat tumbuh pada suhu 25°C atau
lebih dari 40°C (Widyanto & Triwibowo, 2013).
Mycrobacterium tuberculosis termasuk familie Mycrobacteriaceace yang
mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycrobacterium, yang salah
12
3. Patogenesis Tuberkulosis
TBC paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC
(Mycrobacterium Tuberculosi Humanis). Karena ukurannya yang sangat kecil,
kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai
alveolus. Masuknya kuman TBC ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis
non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TBC dan biasanya sanggup
menghancurkan sebagian besar kuman TBC. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus,
makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TBC dan kuman akan bereplikasi
dalam makrofag. Kuman TBC dalam makrofag yang terus berkembang biak,
akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman
TBC di jaringan paru disebut Fokus Primer. Waktu yang diperlukan sejak masuknya
kuman TBC hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai
masa inkubasi TBC. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses
infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya
gejala penyakit. Masa inkubasi TBC biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu
dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman
tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk
merangsang respons imunitas seluler (Werdhani, 2009).
TBC primer adalah TBC yang terjadi pada seseorang yang belum pernah
kemasukan basil TBC. Bila orang ini mengalami infeksi oleh basil TBC, walaupun
segera difagositosis oleh makrofag, basil TBC tidak akan mati. Dengan semikian
basil TBC ini lalu dapat berkembang biak secara leluasa dalam 2 minggu pertama di
alveolus paru dengan kecepatan 1 basil menjadi 2 basil setiap 20 jam, sehingga pada
infeksi oleh satu basil saja, setelah 2 minggu akan menjadi 100.000 basil. TBC
13
sekunder adalah penyakit TBC yang baru timbul setelah lewat 5 tahun sejak
terjadinya infeksi primer. Kemungkinan suatu TBC primer yang telah sembuh akan
berkelanjutan menjadi TBC sekunder tidaklah besar, diperkirakan hanya sekitar
10%. Sebaliknya juga suati reinfeksi endogen dan eksogen, walaupun semula
berhasil menyebabkan seseorang menderita penyakit TBC sekunder, tidak selalu
penyakitnya akan berkelanjutan terus secara progresif dan berakhir dengan
kematian.hal ini terutama ditentukan oleh efektivitas system imunitas seluler di satu
pihak dan jumlah serta virulensi basil TBC di pihak lain. Walaupun sudah sampai
timbul TBC selama masih minimal, masih ada kemungkinan bagi tubuh untuk
menyembuhkan dirinya sendiri bila system imunitas seluler masih berfungsi dengan
baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa TBC pada anak-anak umumnya adalah TBC
primer sedangkan TBC pada orang dewasa adalah TBC sekunder (Danusantoso,
2013).
4. Penularan Tuberkulosis
Menurut Dikjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2014) cara
penularan penyakit Tuberkulosis adalah :
a. Sumber penularan adalah pasien TBC BTA positif melalui percik renik
dahak yang dikeluarkannya. Namun, bukan berarti bahwa pasien TBC
dengan hasil pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung kuman dalam
dahaknya. Hal tersebut bisa saja terjadioleh karena jumlah kuman yang
terkandung dalam contoh uji ≤ dari 5.000 kuman/cc dahak sehingga sulit
dideteksi melalui pemeriksaan mikroskopis langsung.
b. Pasien TBC dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TBC. Tingkat penularan pasien TBC BTA positif
adalah 65%, pasien TBC BTA negatif dengan hasil kultur positif adalah
26% sedangkan pasien TBC dengan hasilkultur negatif dan foto toraks
positif adalah 17%.
c. Infeksi akan terjadi apabila orang lain menghirup udara yang mengandung
percik renik dahak yang infeksius tersebut.
d. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
14
Kuman TBC menyebar melalui udara saat si penderita batuk, bersin, berbicara,
atau bernyanyi. Yang hebat, kuman ini dapat bertahan di udara selama beberapa jam.
Perlu diingat bahwa TBC tidak menular melalui berjabat tangan dengan penderita
TBC, berbagi makanan/minuman, menyentuh seprai atau dudukan toilet, berbagi
sikat gigi, bahkan berciuman (Anindyajati, 2017). Lingkungan hidup yang sangat
padat dan pemukiman di wilayah perkotaan yang kurang memenuhi persyaratan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas
peningkatan jumlah kasus TBC. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui
inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien
TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam
(BTA) (Sudoyo dkk, 2010).
toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering
terjadi overdiagnosis (Aditama, 2002).
Pada anak-anak gejala TB terbagi 2, yakni gejala umum dan gejala khusus.
Gejala umum, meliputi :
a. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang
baik.
b. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria
atau infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan keringat malam.
c. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering di
daerah leher, ketiak dan lipatan paha.
d. Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dada dan nyeri dada.
e. Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh
dengan pengobatan diare, benjolan (massa) di abdomen, dan tanda-tanda
cairan dalam abdomen.
6. Diagnosis Tuberkulosis
Pemerintah melalui gerakan terpadu nasional, memiliki upaya untuk
meningkatkan kemampuan Puskesmas untuk melakukan diagnosis TB berdasarkan
pemeriksaan BTA ini. Pemeriksaan dahak dilakukan sedikitnya 3 kali, yaitu
pengambilan dahak sewaktu penderita datang berobat dan dicurigai menderita TB,
kemudian pemeriksaan kedua dilakukan keesokan harinya, yang diambil adalah
dahak pagi. Sedangkan pemeriksaan ketiga adalah dahak ketika penderita
memeriksakan dirinya sambil membawa dahak pagi. Oleh sebab itu, disebut
pemeriksaan SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu).
Diagnosis TB paru pada orang dewasa yakni dengan pemeriksaan sputum atau
dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya 2
dari 3 spesimen sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) BTA hasilnya positif. Apabila hanya 1
spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan rontgen dada atau pemeriksaan
SPS diulang. Kalau dalam pemeriksaan radiologi, dada menunjukkan adanya tanda-
tanda yang mengarah kepada TB maka yang bersangkutan dianggap positif
menderita TB. Kalau hasil radiologi tidak menunjukkan adanya tanda-tanda TB,
maka pemeriksaan dahak SPS harus diulang. Sedangkan pemeriksaan biakan basil
atau kuman TB, hanya dilakukan apabila sarana mendukung untuk itu.
8.1 Klasifikasi Berdasarkan Organ tubuh yang Terkena Dibagi menjadi dua
yaitu :
- Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan parenkim
paru, tidak termasuk pleura dan kelenjar pada hilus.
19
- Baru, adalah pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
- Kambuh (relaps), adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, di diagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau
kultur).
- Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan
di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini.
Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan / pindah.
- Pengobatan setelah putus berobat (default) adalah pasien yang telah beobat
dan putus berobat dua (2) bulan atau lebih dengan BTA positif.
- Gagal (failure), adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima (5) atau lebih selama
pengobatan.
- Lain-lain, adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas,
dalam kelompok ini termsauk kasus kronik yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.
f. Tindakan Pencegahan
1) Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit,
seperti kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2) Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan pnderita, kontak atau
suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini
bagi penderita, kontak, suspect, perawatan.
5) Memberantas penyakit TBC pada pemerah air susu dan tukang potong
sapi dan pasteurisasi air susu sapi.
23
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan (Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2014).
bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan imunisasi melawat
penyakit di komunitas.
- Peran perawat sebagai edukator seperti, melakukan bimbingan dan konseling
terhadap pasien TB paru, memotivasi pasien TB Paru dalam melakukan
penyembuhan, bekerja dalam kelompok dalam hal pembimbingan untuk
menyelesaikan permasalahan penyakit yang di derita oleh pasien, menjalankan
perannya, dan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya, sebagai motivator,
edukasi terhadap kesembuhan pasien TB Paru dan berdiskusi dan membahas tentang
penyakit yang diderita oleh pasien kepada sesama perawat edukator.
F. Peran Analis dalam Penanganan Tuberkulosis
Tenaga analis kesehatan mempunyai peran penting dalam pelayanan
penanggulangan tuberkulosis berkaitan dengan kegiatan deteksi pasien TB Paru,
pemantauan keberhasilan pengobatan serta menetapkan hasil akhir pengobatan (Depkes
RI, 2007).
Diagnosis TB Paru melalui pemeriksaan kultur atau biakan dahak merupakan
metode baku emas (gold standard). Namun, pemeriksaan kultur memerlukan waktu lebih
lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal. Pemeriksaan 3 spesimen (SPS) dahak
secara mikroskopis nilainya identik dengan pemeriksaan dahak secara kultur atau biakan.
Pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan pemeriksaan yang paling efisien, mudah,
murah, bersifat spesifik, sensitif dan dapat dilaksanakan di semua unit laboratorium
(Depkes RI, 2007).
Untuk mendukung kinerja penanggulangan, diperlukan ketersediaan laboratorium
tuberkulosis dengan pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya dan
terjangkau di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan manajemen laboratorium tuberkulosis
adalah untuk meningkatkan penerapan manajemen laboratorium tuberkulosis yang baik
di setiap jenjang laboratorium dalam upaya melaksanakan pelayanan laboratorium yang
bermutu dan mudah dijangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2007).
Ruang lingkup manajemen laboratorium tuberkulosis meliputi beberapa aspek
yaitu ; organisasi pelayanan laboratorium tuberkulosis, sumber daya laboratorium,
kegiatan laboratorium, pemantapan mutu laboratorium tuberkulosis, keamanan dan
kebersihan laboratorium, monitoring (pemantauan) dan evaluasi (Depkes RI, 2007).
Apoteker diharapkan dapat meminta seseorang yang berfungsi sebagai PMO dengan
persyaratan :
- Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui oleh penderita dan lebih baik
lagi dikenal dan disetujui oleh petugas kesehatan termasuk Apoteker, selain itu
harus disegani dan dihormati oleh penderita.
- Seseorang yang tinggal dekat dengan penderita.
- Bersedia membantu penderita dengan sukarela.
- Bersedia dilatih dan/atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita