PENDAHULUAN
Berbagai masalah kesehatan kerap muncul dalam suatu lingkup masyarakat. Masalah ini bisa
bersumber dari berbagai hal seperti kurangnya pengetahuan dan pendidikan serta peran serta
dari masyarakat setempat mengenai pentingnya kesehatan. Masalah pun bisa bersumber dari
kurangnya kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, dimana kita ketahui bahwa pelayanan
kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang sehat. Selain itu,
peran lingkungan dan faktor perilaku juga merupakan determinan yang lebih besar pengaruhnya
pada kesehatan. Beberapa poin penting akan dibahas dalam pembahasan dibawah ini, seperti
peran serta masyarakat, pelayanan kesehatan (posyandu) yang menjadi penentu status kesehatan,
dimana kita ketahui bahwa status kesehatan adalah salah satu faktor penting yang berhubungan
dan berkaitan dengan masalah kesehatan yang ada pada skenario di atas. Selain itu, promosi
kesehatan sangat penting dan juga menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan masalah
kesehatan.
SKENARIO
Dokter T sudah bertugas di puskesmas A sekitar 6 bulan. Ia mengadakan lokakarya mini
Puskesmas dan mendapatkan bahwa beberapa cakupan program seperti imuniasasi dasar, ANC,
dan DHF belum mencapai hasil yang diharapkan. Ia mempunyai 1 orang dokter gigi, 3 orang
perawat, 1 orang sanitarian, dan 3 orang administrator. Wilayah kerjanya mencakup 1 kecamatan
dengan populasi 30.000 jiwa. Sebagian besar transportasi dilakukan dengan motor, perahu, dan
berjalan kaki.
PEMBAHASAN
Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Adapun
fungsi Puskesmas ada tiga yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mengacu pada 4 azas penyelenggaraan
yaitu wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan.
Puskesmas
mempunyai
kewenangan
untuk
melakukan
pengelolaan
program
kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang baik. Manajemen
Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi
perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian.
Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang dikenal
dengan Lokakarya Mini.1
Wilayah Puskesmas
Meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas
daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan
dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah
puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap puskesmas. Puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas
keliling. Khusus kota besar dengan jumlah penduduk 1 juta lebih, wilayah kerja puskesmas bisa
meliputi satu kelurahan.1
Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas
penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggung jawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah pertanggung jawaban wilayah.
Dalam arti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:
Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya
Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau
di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh puskesmas pembantu,
puskesmas keliling, bidan di desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung puskesmas
lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan azas
pertanggungjawaban wilayah.1
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam
arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan
aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat
perlu dihimpun melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat
antara lain :1
Upaya kesehatan ibu dan anak : posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)
Upaya perbaikan gizi : posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka
Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Upaya kesehatan jiwa : posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)
Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif) : dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin
(Tabulin), mobilisasi dana keagamaan
3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi
keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap
upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni :1
masyarakat
juga
dilakukan
apabila
satu
puskesmas
tidak
mampu
tanggungjawab
penyelesaian
masalah
kesehatan
masyarakat
dan
atau
tingkat pertama
Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan
kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan yang tidak menimbulkan
ketergantungan
Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif
dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah
yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar
terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada
pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya
pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan
kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain,
baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang
secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan. Syarat pokok pelayanan
kesehatan yang dimaksud adalah :
Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible)
oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi.
Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
sarana kesehatan menjadi sangat penting.
Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau (affordable) oleh
masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya. Pengertian
keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan
8
seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya
kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality). Pengertian
mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan
pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.
Dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dibutuhkan 5 faktor pokok yang berperan penting
dalam menentukan keberhasilan manajemen kesehatan, yaitu masukan (input), proses (process),
keluaran (output), sasaran (target) serta dampak (impact).
1. Masukan (input)
Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan
manajemen. Input berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari menejemen
termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana
fasilitas dimana pelayanan diberikan. Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan
Amerika Serikat, input ada 3 macam, yaitu :
Sumber (resources)
Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan barang
atau jasa. Sumber (resources) dibagi 3 macam :
Sumber tenaga (labour resources), dibedakan menjadi :
-
Sumber alamiah (natural resources) adalah segala sesuatu yang terdapat di alam, yang
tidak termasuk sumber tenaga dan sumber modal.
Kesanggupan (capacity)
9
Kesanggupan (capacity) adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana.
Menurut Koontz untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan, macam input ada 4M,
yaitu Man, Money, Material, Method. Sedangkan untuk organisasi yang mencari keuntungan,
macam input ada 6M, yaitu Man, Money, Material, Method, Machinery, Market.
Man. Mencakup tenaga kerja yang dibutuhkan seperti dokter, dokter spesialis, bidan,
perawat, skm (sarjana kesehatan masyrakat), farmasis, tenaga administrasi, dan lain
sebagainya.
Money. Mencakup tentang biaya atau dana yang diperlukan dalam menjalankan program.
Biaya biasanya diberikan dari pemerintah. Seperti biaya operasional, biaya infestasi dan
biaya lain-lain.
Material. Berhubungan dengan logistik pelayanan kesehatan, misalnya obat, suntik, bahan
makanan, dan lain sebagainya.
Method. Mencakup tentang metode yang digunakan dalam menjalankan sebuah program.
Contohnya seperti Standar Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit, Standar Pelayanan
Minimal (SPM), dan lain sebagainya.
Machinery. Mencakup tentang alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang suatu program.
Contohnya seperti peralatan laboratorium, peralatan unit penunjang, incenerator, dan lain
sebagainya.
Market. Mencakup tentang pemasaran dan sasaran program yang dituju. Contohnya
seperti wilayah kerja pelayanan kesehatan, segmentasi pasar, masyarakat sasaran yang
dibidik berdasarkan proses STP (segmenting, targeting dan posisioning).
2. Proses (process)
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun
fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua
metode dengan cara bagaimana pelayanan dilakukan. Macam fungsi manajemen adalah :
3. Keluaran (output)
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen kesehatan, output
dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil
pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, misalnya akhir
darikegiatan pemasangan infus, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah
pelaksanaan kegiatan jangka pendek misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus.
Macam pelayanan kesehatan adalah Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM).
4. Sasaran (target)
Sasaran (target group) adalah kepada siapa output yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan
tersebut ditujukan :
Macam sasaran:
5. Dampak (impact)
Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh output. Untuk manajemen kesehatan
dampak yang diharapkan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan. Peningkatan derajat
kesehatan
dapat
tercapai
jika
kebutuhan
(needs)
dan
tuntutan
(demands)
Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu.
Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengans elamat ibu dan bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.
Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.
Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara optimal.
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
1 kali pada trimester I
1 kali pada trimester II
2 kali pada trimester III
Adapun pelayanan khusus yang digunakan dalam program ANC yaitu Pelayanan Asuhan
Standar Minimal 7T yang meliputi :
Tekanan Darah
Tengok / periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai ujung kaki
Program Imunisasi
Penyuluhan mengenai imunisasi sangat penting karena imunisasi merupakan suatu upaya
pencegahan dimana pencegahan seharusnya lebih diutamakan dan lebih penting dibandingkan
pengobatan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan.3,8
Tujuan imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang serta
menghilangkan penyakit tertentu pada populasi/ suatu masyarakat. Adapun manfaat imunisasi
adalah :8
Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat
atau kematian
Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakit bahwa anaknya akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman
Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan Negara
Imunisasi yang wajib diberikan pada balita di bawah 12 bulan adalah BCG, Hepatitis B,
polio, DPT dan campak. Berfungsi untuk menangkis penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan kematian serta kecacatan, seperti TBC, Hepatitis B dan polio. Sedangkan reaksi
masing-masing imunisasi juga berbeda-beda pada setiap anak, tergantung pada penyimpanan
vaksin dan sensitivitas tubuh tiap anak. Jenis-jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak
balita adalah:
BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. BCG diberikan 1 kali
sebelum anak berumur 2 bulan, vaksin ini mengandung bakteri baccilus calmette-guerrin
hidup yang dilemahkan sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Biasanya reaksi yang
ditimbulkan oleh imunisasi ini adalah setelah 4-6 minggu di tempat bekas suntikan akan
timbul bisul kecil yang akan pecah. Adapun penularan penyakit TBC terhadap seorang anak
13
dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini
dapat menyerang berbagai organ tubuh seperti paru-paru, kelenjar getah bening, tulang,
sendi, ginjal, hati, ataupun selaput otak (terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya
dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya
dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.3,8
Dipteri
Penyakit dipteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium
diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala
demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang
semakin lama semakin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun ini dapat merusak
otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara selain itu
dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Pencegahan paling efektif adalah
dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi
berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu dua bulan. Pemberian imunisasi ini
akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu
bersamaan. 3,8
Pertusis
Penyakit pertusis / batuk rejan adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri
bordetella pertusis. Penularan umumnya terjadi melalui udara. Pencegahan paling efektif
adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan difteri sebanyak tiga kali
sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan.8
Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistim
urat syaraf dan otot. Gejala nya biasanya diawali dengan kejang otot rahang bersamaan
dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung.
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi ynag baru lahir karena dilaharkan di tempat
yang tidak bersih dan steril terutama jika tali pusar terinfeksi. Infeksi ini disebabkan oleh
clostridium tetani, bakteri yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.
Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT.
Setelah lewat masa kanak-kanan, imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa
setiap interval lima tahun.8
Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang
berakibat pada hati. Vaksin ini diberikan 3 kali hingga usia 3-6 bulan.8
14
Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit ini disebabkan
virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat
menjadi lumpuh. Vaksin polio ada dua jenis yakni vaccine polio inactivated (IPV) dan
vaccine polio oral (OPV). Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir, 2,4,6,18 bulan dan 5
tahun. Gejala yang umumnya terjadi adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota
geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar dan di
Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin sabin (kuman yang dilemahkan). Cara
pemberiannya melalui mulut. Di beberapa Negara dikenal pula tetravaccine yaitu kombinasi
DPT dan polio. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin
hepatitis B dan DPT.8
DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi
yang serius atau fata. Penyakit ini mudah menular melalui batuk atau bersin. Pertusis adalah
infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang mentap serta bunyi
pernafasan yang melengking. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak.8
Campak
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh sebuah virus yang
bernama virus campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.
Gejala nya adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5
hari setelah anak menderita demam. Bercak ini mula-mula timbul di pipi bawah telinga yang
kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Pemberantasan campak
meliputi beberapa tahap, yaitu :
Tahap reduksi
Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap pengendalian campak dan tahap
pencegahan. Pada tahp ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi
>80%, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun. Tahap kedua adalah tahap
pencegahan KLB. Pada tahun ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan
merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian dan interval terjadinya KLB relatif
lebih panjang.8
Tahap eliminasi
15
Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%) dan daerah-daerah
dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah
jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung
(susceptible) harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan.8
Tahap eradikasi
Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan.
Transmisi virus sudah dapat diputuskan dan Negara-negara di dunia sudah memasuki
tahap eliminasi.8
Jenis imunisasi yang dianjurkan untuk diberikan pada anak-anak adalah :
HIB
Imunisasi HIB membantu mencegah infeksi oleh haemophilus influenza tipe B yang
disebabkan oleh bakteri. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis (radang selaput otak) ,
pneumonia (radang paru) dan infeksi tenggorokan. Vaksin ini diberikan 4 kali pada usia 2,4,6
dan 15-18 bulan.8
Pneumokokus (PCV)
Imunisasi ini untuk mencegah penyakit paru-paru dan radang otak. Imunisasi ini juga
melindungi anak terhadap bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga dan radang
tenggorokan. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti
meningitis dan radang paru.8
Vaksin influenza
Dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin ini dapat terus diberikan hingga
dewasa.8
Tifoid
Imunisasi untuk mencegah typus imunisasi ini dapat diulang setiap 3 tahun.8
Hepatitis A
Imunisasi ini dapat diberikan pada anak usia diatas 2 tahun. Imunisasi dasar 3x pada buan ke
0,1, dan 6 bulan kemudian. Reaksi yang terjadi minimal kadang demam , lesu, lelah, mualmuntah dan hilang nafsu makan.8
Syarat pemberian imunisasi adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi
sehat. Sebab pada prinsipnya, imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan
virus, bakteri atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibody
(kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi yang fit. Jika
16
anak dalam kondisi sakit, maka kekebalan yang terbentuk tidak bagus. Imunisasi tidak boleh
diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak mengalami kelainan atau penurunan daya
than tubuh misalkan gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS atau dalam penggunaan obat obatan
steroid, anak diketahui mengalami reaksi alergi berat terhadap imunisasi tertentu atau komponen
imunisasi tertentu.8
Program DHF
Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli mengatakan bahwa
partisipasi atau peran serta masyarakat pada hakikatnya bertitik tolak dari sikap dan perilaku
masyarakat tersebut. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana
individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri, keluarga ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya.1,2
Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat adalah :
Adanya kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berpperanserta dan
masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.1
Memiliki keterampilan
Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan orang yang
mempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut maka orang tertarik untuk
berperan serta.1
Rasa memiliki
Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikut sertakan,
jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik amka peran serta akan dapat
dilestarikan.1
terlebih
dahulu
melakukan
pendekatan-pendekatan
kepada
para
tokoh
masyarakat.1,2
Material masyarakat
Sumber daya alam merupakan salah satu potensi masyarakat. Masing-masing daerah
mempunyai
sumber
daya
alam
yang
berbeda
yang
dapat
dimanfaatkan
untuk
pembangunan.1,3
Pengetahuan masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah ontoh pemberdayaan masyarakat yang
meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.1
Teknologi masyarakat
Beberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan.1
Pemberdayaan petugas
18
Subsidi langsung
Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat
peilaku kesehatannya.
Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesma, dimana
program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain
yang mudah didatangi oleh masyarakat.1,3
Posyandu diselenggarakan terutama untuk melayani balita (baik imunisasi maupun
penimbangan berat badan ) dan orang lanjut usia (posyandu lansia). Kegiatan pokok posyandu
antara lain :
1. KIA
2. KB
3. Imunisasi
4. Gizi
5. Penanggulanan diare dan penyakit menular umum lainnya.
Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas
sumber daya manusia bangsa Indonesia agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri,
sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya. Adapun tujuan penyelenggaraan posyandu adalah :3
Menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu (ibu hamil, melahirkan dan nifas).
19
Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan ibu, bayi, balita dan keluarga esrta mempercepat penurunan angka
kematian ibu, bayi dan balita.
Adapun manfaat posyandu bagi mayarakat adalah memperoleh kemudahan untuk mendapatkan
informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu, pertumbuhan anak balita terpantau
sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul
vitamin A, bayi memperoleh imunisasi lengkap, ibu hamil juga akan terpantau berat badannya
dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi TT, ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A
dan tablet tambah darah serta memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang
kesehatan ibu dan anak.1,3
Jenjang posyandu dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Posyanda pratama
Posyandu ini memiliki ciri-ciri:
2. Posyandu madya
Posyandu ini memiliki ciri-ciri :
3. Posyandu purnama
Posyandu ini memiliki ciri-ciri :
4. Posyandu mandiri
Posyandu ini memiliki ciri-ciri :
Kurangnya kader
Kepasifan dari pengurus posyandu karena belum adanya pembentukan pengurus baru dari
kegiatan tersebut
Tempat pelaksanaan posyandu kurang representatif (tempat nya kumuh dan terpojok).
Kemampuan kader posyandu dalam melaksanakan tugasnya sangat kurang. Masyarakat kerap
tidak mau datang lagi karena merasa kurang memperoleh manfaat apa-apa.
Pelatihan/orientasi petugas
Meja 4 penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui
Pelatihan
Pelatihan dilakukan kepada pelaksana posyandu, yaitu kader. Kader adalah seorang tenaga
sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat yang bertugas membantu kelancaran
pelayanan kesehatan. Kader wajib mengikuti pelatihan sebelum menjadi kader posyandu. Hal ini
dikarenakan ketika menjadi seorang kader dalam tuganya akan sering melakukan berbagai
penyuluhan. Penyuluhan ini biasanya dilakukan oleh kader posyandu dalam bentuk penyuluhan
perorangan dengan tatap muka, penyuluhan kelompok dan penyuluhan yang disertai dengan
peragaan (demonstrasi). 1,3
Kader harus menguasai berbagai teknik keterampilan dan pengetahuan yaitu :
1. keterampilan komunikasi interpersonal
keterampilan ini penting karena kader perlu memahami kebutuhan masyarakat, serta perlu
menguasai teknik teknik komunikasi yang efektif agar informasi dan pesan yang
disampaikannya kepada masyarakat dapat dimengerti dengan baik dan dapat dilaksanakan.1
2. Keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan di posyandu
Keterampilan ini meliputi : pencatatan, pelaporan, penimbangan,konsultasi,dll.1
3. Pengetahuan kesehatan dasar dan gizi
Pemahaman kader yang baik mengenai kesehatan dasar dan gizi dapat membantu kader untuk
lebih efektif dalam memberikan informasi dengan benar.1,6
Calon kader wajib mengikuti pelatihan tentang konsep pelaksanaan posyandu serta materimateri yang berkaitan dengan kesehatan dasar dan gizi, yaitu seperti :
1. Konsep posyandu balita
2. Gizi seimbang, penentuan status gizi balita, cara menentukan status gizi balita, serta cara
penentuan Bawah Garis Merah (BGM), serta pengukuran status gizi dengan menggunakan
KMS (Kartu Menuju Sehat).
3. Penyakit yang sering diderita oleh balita, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dan
pengobatan balita di rumah
4. Stimulasi tumbuh kembang anak
5. Pengukuran antropometri1-3
Perilaku Kesehatan
22
Perilaku kesehatan menjadi salah satu faktor penentu status kesehatan dalam suatu populai
masyarakat tertentu. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta
lingkungan. Dengan demikian, secara lebih terperinci, perilaku kesehatan itu mencakup :
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespons, baik
secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit atau rasa sakit yang ada pada
dirinya dan diluar dirinya) maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit atau sakit tersebut. Perilaku ini sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit yaitu :
2. Perilaku seseorang terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktek kita terhadap makanan serta unsur yang terkandung di dalamnya.2
3. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, seperti berhubungan dengan air bersih, limbah,
pembersihan sarang nyamuk, dsb.2
Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan menurut Becker :
1. Perilaku kesehatan (health behaviour) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk mencegah
penyakit, kebersihan perseorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya.2
2. Perilaku sakit (illness behaviour) yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seorang
individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa
sakit. Termasuk kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit,
penyebab penyakit serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.2
3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour) yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.2
23
Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau
pekerja.
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic and
prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari
resiko kecacatan.
Interview (wawancara)
Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar
pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil,
karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya
sasaran pendidikan.
Kelompok besar
Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah.
Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah
ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
Kelompok kecil
Diskusi kelompok
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh
duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya
kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan,
mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi
dari salah satu peserta.
Curah pendapat (Brain Storming)
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah,
kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan
pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya
mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang
bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi
diskusi seluruh kelas.
Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan
suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing
26
memperagakan
bagaimana
interaksi/komunikasi
sehari-hari
dalam
melaksanakan tugas.
Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam
bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti
bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan
main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara
sumber.
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan
atau melalui media massa. Contoh :
Ceramah umum (public speaking), dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari
Kesehatan Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.
Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio,
pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendidikan
kesehatan massa. Contoh : Praktek Dokter Herman Susilo di Televisi.
Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard Ayo ke Posyandu. Andalah
yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Alat-alat
yang
digunakan
oleh
peserta
didik
dalam
menyampaikan
bahan
pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga. Elgar Dale membagi alat peraga
tersebut menjadi 11 (sebelas) macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiaptiap alat bantu tersebut dalam suatu kerucut. Menempati dasar kerucut adalah benda asli yang
mempunyai intensitas tertinggi disusul benda tiruan, sandiwara, demonstrasi, field
trip/kunjungan lapangan, pameran, televisi, film, rekaman/radio, tulisan, kata-kata.
Penyampaian bahan dengan kata-kata saja sangat kurang efektif/intensitasnya paling rendah.
Alat yang tidak diproyeksikan ; untuk dua dimensi misalnya gambar, peta, bagan ;
untuk tiga dimensi misalnya bola dunia, boneka, dsb.
Alat bantu dengar (audio aids) ; piringan hitam, radio, pita suara, dsb.
Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) ; televisi dan VCD.
Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus diingat
bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan
ketrampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai
hasil yang maksimal.
Contoh : satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi/anak-anak harus
diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-tiap gambar beserta
pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar
terjadi komunikasi dua arah. Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya
mempertunjukkan lembaran-lembaran flip chart satu demi satu tanpa menerangkan atau
membahasnya maka penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal.
2. Media pendidikan kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual
aids/AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran
(channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi
menjadi 3 (tiga) : Cetak, elektronik, media papan (bill board)
Media cetak
Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya.
Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan
dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar
tersebut.
Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah
kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya
ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
Media elektronik
Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab,
pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.
29
Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot,
dll.
Video Compact Disc (VCD)
Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.
Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.
PENUTUP
Masalah kesehatan dalam suatu populasi masyarakat bersumber dari berbagai faktor seperti
kurangnya gizi masyarakat, kurangnya peran serta masyarakat, kurangnya fasilitas pelayanan
kesehatan dan kurangnya pendidikan masyarakat. Promosi kesehatan berguna untuk mengatasi
segala kekurangan ini, dengan diadakannya berbagai pelatihan, penyuluhan dan pemberdayaan
masyarakat itu sendiri yang bertujuan untuk meningkatkan adanya peran serta masyarakat untuk
membenahi masalah kesehatan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1. Jakarta. Departemen
Kesehatan.1990.
2. Dwi RB, Fallen R. Kesehatan komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika;2010.h.5-69.
3. Cholil, A, 2004. Keterbatasan Mnegakses Pelayanan Kesehatan, Jakarta
4. Depkes, RI, 2004. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas,
Jakarta.
5. Notoatmodjo, S, 2003. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Ilmu Perilaku Kesehatan ED.
Terakhir. Yogyakarta: Andi Offset.
6. Wawan A, Dewi M. Teori pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha
Medika;2010.h.56-68.
7. Cahyo IS. Posyandu dan desa siaga. Yogyakarta : Nuha Medika;2010.h.3-40.
8. Marimbi H. Tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada balita. Yogyakarta :
Nuha Medikal;2010.h.108-35.
9. Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta
30