Anda di halaman 1dari 30

Cakupan Program Puskesmas Rendah

Irvan Januard Adoe


102009016
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
*Email : agk_ivan@yahoo.com

PENDAHULUAN
Berbagai masalah kesehatan kerap muncul dalam suatu lingkup masyarakat. Masalah ini bisa
bersumber dari berbagai hal seperti kurangnya pengetahuan dan pendidikan serta peran serta
dari masyarakat setempat mengenai pentingnya kesehatan. Masalah pun bisa bersumber dari
kurangnya kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan, dimana kita ketahui bahwa pelayanan
kesehatan merupakan salah satu determinan dalam mencapai masyarakat yang sehat. Selain itu,
peran lingkungan dan faktor perilaku juga merupakan determinan yang lebih besar pengaruhnya
pada kesehatan. Beberapa poin penting akan dibahas dalam pembahasan dibawah ini, seperti
peran serta masyarakat, pelayanan kesehatan (posyandu) yang menjadi penentu status kesehatan,
dimana kita ketahui bahwa status kesehatan adalah salah satu faktor penting yang berhubungan
dan berkaitan dengan masalah kesehatan yang ada pada skenario di atas. Selain itu, promosi
kesehatan sangat penting dan juga menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan masalah
kesehatan.
SKENARIO
Dokter T sudah bertugas di puskesmas A sekitar 6 bulan. Ia mengadakan lokakarya mini
Puskesmas dan mendapatkan bahwa beberapa cakupan program seperti imuniasasi dasar, ANC,
dan DHF belum mencapai hasil yang diharapkan. Ia mempunyai 1 orang dokter gigi, 3 orang
perawat, 1 orang sanitarian, dan 3 orang administrator. Wilayah kerjanya mencakup 1 kecamatan
dengan populasi 30.000 jiwa. Sebagian besar transportasi dilakukan dengan motor, perahu, dan
berjalan kaki.

PEMBAHASAN
Puskesmas
Puskesmas merupakan unit pelaksana pelayanan kesehatan tingkat pertama. Adapun
fungsi Puskesmas ada tiga yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mengacu pada 4 azas penyelenggaraan
yaitu wilayah kerja, pemberdayaan masyarakat, keterpaduan dan rujukan.
Puskesmas

mempunyai

kewenangan

untuk

melakukan

pengelolaan

program

kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang baik. Manajemen
Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi
perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian.
Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan yang dikenal
dengan Lokakarya Mini.1
Wilayah Puskesmas
Meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas
daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan
dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah
puskesmas rata-rata 30.000 penduduk setiap puskesmas. Puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan puskesmas
keliling. Khusus kota besar dengan jumlah penduduk 1 juta lebih, wilayah kerja puskesmas bisa
meliputi satu kelurahan.1
Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan harus
menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan puskesmas
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi puskesmas. Dasar pemikirannya adalah pentingnya
menerapkan prinsip dasar dari setiap fungsi puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas
penyelenggaraan puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas pertanggung jawaban wilayah
Azas penyelenggaraan puskesmas yang pertama adalah pertanggung jawaban wilayah.
Dalam arti puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang

bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini puskesmas harus melaksanakan berbagai
kegiatan, antara lain sebagai berikut:

Menggerakkan pembangunan berbagai sektor tingkat kecamatan, sehingga berwawasan


kesehatan

Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di


wilayah kerjanya

Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya

Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer) secara merata dan terjangkau
di wilayah kerjanya.
Diselenggarakannya upaya kesehatan strata pertama oleh puskesmas pembantu,

puskesmas keliling, bidan di desa serta berbagai upaya kesehatan di luar gedung puskesmas
lainnya (outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari pelaksanaan azas
pertanggungjawaban wilayah.1
2. Azas pemberdayaan masyarakat
Azas penyelenggaraan puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam
arti puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar berperan
aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi masyarakat
perlu dihimpun melalui pembentukkan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Beberapa
kegiatan yang harus dilaksanakan oleh puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat
antara lain :1

Upaya kesehatan ibu dan anak : posyandu, polindes, Bina Keluarga Balita (BKB)

Upaya pengobatan : posyandu, Pos Obat Desa (POD)

Upaya perbaikan gizi : posyandu, panti pemulihan gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)

Upaya kesehatan sekolah : dokter kecil, penyertaan guru dan orang tua/wali murid, Saka
Bakti Husada (SBH), Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)

Upaya kesehatan lingkungan : Kelompok Pemakai Air (Pokmair), Desa Percontohan


Kesehatan Lingkungan (DPKL)

Upaya kesehatan usia lanjut : posyandu usila, panti wreda

Upaya kesehatan kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

Upaya kesehatan jiwa : posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM)

Upaya pembinaan pengobatan tradisional : Taman Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan


Pengobat Tradisional (Battra)
3

Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif) : dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin
(Tabulin), mobilisasi dana keagamaan

3. Azas keterpaduan
Azas penyelenggaraan puksesmas yang ketiga adalah keterpaduan. Untuk mengatasi
keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap
upaya puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu diperhatikan, yakni :1

Keterpaduan lintas program


Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya
kesehatan yang menjadi tanggungjawab puskesmas. Contoh keterpaduan lintas program
antara lain:
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) : keterpaduan KIA dengan P2M, gizi,
promosi kesehatan, pengobatan
Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) : keterpaduan kesehatan lingkungan dengan
promosi kesehatan, pengobatan, kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan
kesehatan jiwa.
Puskesmas keliling : keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi
kesehatan, kesehatan gigi
Posyandu : keterpaduan KIA dengan KB, gizi P2M, kesehatan jiwa, promosi
kesehatan

Keterpaduan lintas sector


Keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan penyelenggaraan upaya puskesmas
(wajib, pengembangan dan inovasi) dengan berbagai program dari sector terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh keterpaduan
lintas sektor antara lain :1
Upaya Kesehatan Sekolah: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan, agama
Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan, agama, pertanian
Upaya kesehatan ibu dan anak: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB
Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa,
pertanian, pendidikan, agama, koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB
4

Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan


camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan
Upaya kesehatan kerja: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, tenaga kerja, dunia usaha.
4. Azas rujukan
Azas penyelenggaraan puskesmas yang keempat adalah rujukan. Sebagai sarana
pelayanan kesehatan tingkat pertama, kemampuan yang dimiliki oleh puskesmas terbatas.
Padahal puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan berbagai permasalahan
kesehatannya. Untuk membantu puskesmas menyelesaikan berbagai masalah kesehatan
tersebut dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya
puskesmas (wajib, pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam arti
satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun
secara horisontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama. Sesuai dengan jenis
upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal,
yakni :1

Rujukan upaya kesehatan perorangan


Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah kasus penyakit. Apabila suatu
puskesmas tidak mampu menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka puskesmas
tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang lebih mampu (baik
horisontal maupun vertikal). Sebaliknya pasien paska rawat inap yang hanya memerlukan
rawat jalan sederhana, dirujuk ke puskesmas. Rujukan upaya kesehatan perorangan
dibedakan atas tiga macam:
Rujukan kasus keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan medik (biasanya operasi)
dan lain-lain.
Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga yang lebih kompeten
untuk melakukan bimbingan kepada tenaga puskesmas dan ataupun menyelenggarakan
pelayanan medik di puskesmas.

Rujukan upaya kesehatan masyarakat

Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah masalah kesehatan masyarakat,


misalnya kejadian luar biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana. Rujukan pelayanan
kesehatan

masyarakat

juga

dilakukan

apabila

satu

puskesmas

tidak

mampu

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal upaya


kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan masyarakat. Apabila suatu
puskesmas tidak mampu menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, maka puskesmas
tersebut wajib merujuknya ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan upaya kesehatan
masyarakat dibedakan atas tiga macam:
Rujukan sarana dan logistik, antara lain peminjaman peralatan fogging, peminjaman
alat laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin,
bahan-bahan habis pakai dan bahan makanan.
Rujukan tenaga antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyelidikan kejadian luar
biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya masalah kesehatan masyarakat
dan

tanggungjawab

penyelesaian

masalah

kesehatan

masyarakat

dan

atau

penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat (antara lain Upaya Kesehatan Sekolah,


Upaya Kesehatan Kerja, Upaya Kesehatan Jiwa, pemeriksaan contoh air bersih) kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Rujukan operasional diselenggarakan apabila
puskesmas tidak mampu.
Tujuan dan fungsi puskesmas
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah
mendukung tercapainya tujuan pembanguna kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal diwilayah kerja
puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan
Indonesia sehat 2010.1
Fungsi organisasi
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memamtau penyelenggaraan pembangunan
lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha diwilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. Di samping itu puskesmas aktif
memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program
pembanguna diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembanguna kesehatan, upaya yang
6

dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan


penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan
masyarakat termasuk dunia usaha meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani
diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan, serta menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehtan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat
3. Pusat pelayan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab meyelenggarakan pelayanan kesehatan

tingkat pertama

secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.


4. Pelayanan kesehatan perorangan
Pelayanan keehtan perorangan adalah pelayanan yang bersipat pribadi (Private goods)
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan, tanpa
mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayana perorangan
tersebut adalah rawat jalan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap.
5. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayan kesehatan masyarakat adalah pelayanan bersifat publik (public goods) dengan tujuan
utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut
antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa
masyarakat, serta berbagai program kesehatan lainnya.
Fungsi Puskesmas dilaksanakan dengan cara :

Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka


menolong dirinya sendiri.

Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan


sumber daya yang ada secara efektif dan efisien.

Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan
kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan yang tidak menimbulkan
ketergantungan

Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat


7

Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program


puskesmas

Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan pelayanan kesehatan promotif
dan preventif. Pelayanan promotif adalah upaya meningkatkan kesehatan masyarakat ke arah
yang lebih baik lagi dan yang preventif mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit agar
terhindar dari penyakit. Sebab itu pelayanan kesehatan masyarakat itu tidak hanya tertuju pada
pengobatan individu yang sedang sakit saja, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya
pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Sehingga, bentuk pelayanan
kesehatan bukan hanya puskesmas atau balkesma saja, tetapi juga bentuk-bentuk kegiatan lain,
baik yang langsung kepada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, maupun yang
secara tidak langsung berpengaruh kepada peningkatan kesehatan. Syarat pokok pelayanan
kesehatan yang dimaksud adalah :

Tersedia dan berkesinambungan


Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan tersebut harus
tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous). Artinya
semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh
masyarakat.

Dapat diterima dan wajar


Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat diterima
(acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya pelayanan kesehatan
tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan
masyarakat dan bersifat wajar.

Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai (accessible)
oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi.
Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan
sarana kesehatan menjadi sangat penting.

Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau (affordable) oleh
masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari sudut biaya. Pengertian
keterjangkauan di sini terutama dari sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan
8

seperti ini harus dapat diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya
kesehatan diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality). Pengertian
mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan
pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.

Dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan dibutuhkan 5 faktor pokok yang berperan penting
dalam menentukan keberhasilan manajemen kesehatan, yaitu masukan (input), proses (process),
keluaran (output), sasaran (target) serta dampak (impact).
1. Masukan (input)
Masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan pekerjaan
manajemen. Input berfokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi dari menejemen
termasuk komitmen, dan stakeholder lainnya, prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana
fasilitas dimana pelayanan diberikan. Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan
Amerika Serikat, input ada 3 macam, yaitu :

Sumber (resources)
Sumber (resources) adalah segala sesuatu yang dapat dipakai untuk menghasilkan barang
atau jasa. Sumber (resources) dibagi 3 macam :
Sumber tenaga (labour resources), dibedakan menjadi :
-

Tenaga ahli (skilled) : dokter, bidan, perawat

Tenaga tidak ahli (unskilled) : pesuruh, penjaga

Sumber modal (capital resources), dibedakan menjadi :


-

Modal bergerak (working capital) : uang, giro

Modal tidak bergerak (fixed capital): bangunan, tanah, sarana kesehatan.

Sumber alamiah (natural resources) adalah segala sesuatu yang terdapat di alam, yang
tidak termasuk sumber tenaga dan sumber modal.

Tata cara (procedures)


Tatacara (procedures) adalah berbagai kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang
dimiliki dan yang diterapkan.

Kesanggupan (capacity)
9

Kesanggupan (capacity) adalah keadaan fisik, mental dan biologis tenaga pelaksana.
Menurut Koontz untuk organisasi yang tidak mencari keuntungan, macam input ada 4M,
yaitu Man, Money, Material, Method. Sedangkan untuk organisasi yang mencari keuntungan,
macam input ada 6M, yaitu Man, Money, Material, Method, Machinery, Market.

Man. Mencakup tenaga kerja yang dibutuhkan seperti dokter, dokter spesialis, bidan,
perawat, skm (sarjana kesehatan masyrakat), farmasis, tenaga administrasi, dan lain
sebagainya.

Money. Mencakup tentang biaya atau dana yang diperlukan dalam menjalankan program.
Biaya biasanya diberikan dari pemerintah. Seperti biaya operasional, biaya infestasi dan
biaya lain-lain.

Material. Berhubungan dengan logistik pelayanan kesehatan, misalnya obat, suntik, bahan
makanan, dan lain sebagainya.

Method. Mencakup tentang metode yang digunakan dalam menjalankan sebuah program.
Contohnya seperti Standar Operasional Prosedur (SOP) rumah sakit, Standar Pelayanan
Minimal (SPM), dan lain sebagainya.

Machinery. Mencakup tentang alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang suatu program.
Contohnya seperti peralatan laboratorium, peralatan unit penunjang, incenerator, dan lain
sebagainya.

Market. Mencakup tentang pemasaran dan sasaran program yang dituju. Contohnya
seperti wilayah kerja pelayanan kesehatan, segmentasi pasar, masyarakat sasaran yang
dibidik berdasarkan proses STP (segmenting, targeting dan posisioning).

2. Proses (process)
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen. Pada umumnya, proses ataupun
fungsi manajemen merupakan tanggung jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua
metode dengan cara bagaimana pelayanan dilakukan. Macam fungsi manajemen adalah :

Menurut Komisi Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat ada 6 : Planning,


Organizing, Directing, Controlling, Coordinating, Evaluation (PODCCE).

Menurut Freeman ada 6 : Planning, Actuating, Coordinating, Guidance, Freedom,


Responsibility (PACGFR).

Menurut George R. Terry ada 4 : Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC).


10

Menurut Barton ada 8 : Planning, Organizing, Staffing, Budgeting, Implementing,


Coordinating, Reporting, Evaluation (POSBICRE).

Menurut Luther M. Gullick ada 7 : Planning, Organizing, Staffing, Directing,


Coordinating, Reporting, Budgeting (POSDCoRB).

Menurut Hendry Fayol ada 5 : Planning, Organizing, Commanding, Coordinating,


Controling (POCCC).

Sedangkan fungsi manajemen yang utama adalah :

Planning : termasuk penyusunan anggaran belanja

Organizing : termasuk penyusunan staff

Implementing : termasuk pengarahan, pengkoordinasian, bimbingan, penggerakan dan


pengawasan

Penilaian : termasuk penyusunan laporan

3. Keluaran (output)
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Untuk manajemen kesehatan, output
dikenal dengan nama pelayanan kesehatan (health services). Hasil atau output adalah hasil
pelaksanaan kegiatan. Output adalah hasil yang dicapai dalam jangka pendek, misalnya akhir
darikegiatan pemasangan infus, sedangkan outcome adalah hasil yang terjadi setelah
pelaksanaan kegiatan jangka pendek misalnya plebitis setelah 3x24jam pemasangan infus.
Macam pelayanan kesehatan adalah Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM).
4. Sasaran (target)
Sasaran (target group) adalah kepada siapa output yang dihasilkan, yakni upaya kesehatan
tersebut ditujukan :

UKP untuk perseorangan

UKM untuk masyarakat (keluarga dan kelompok)

Macam sasaran:

Sasaran langsung (direct target group)

Sasaran tidak langsung (indirect target group)

5. Dampak (impact)
Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh output. Untuk manajemen kesehatan
dampak yang diharapkan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan. Peningkatan derajat
kesehatan

dapat

tercapai

jika

kebutuhan

(needs)

dan

tuntutan

(demands)

perseorangan/masyarakat dapat dipenuhi.


11

Program Antenatal Care


Antenatal Care adalah pemeriksaan/pengawasan antenatal untuk mengoptimalisasi kesehatan
mental dan fisik ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan
memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Tujuan antenatal care
adalah :

Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu.

Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengans elamat ibu dan bayinya dengan
trauma seminimal mungkin.

Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara optimal.

Kebijaksaan program ANC meliputi :

Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
1 kali pada trimester I
1 kali pada trimester II
2 kali pada trimester III

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid.

Kunjungan ANC yang di anjurkan adalah :


Setiap bulan sampai umur kehamilan 28 minggu
Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu
Setiap 1 minggu sejak kehamilan 32 minggu sampai terjadi kelahiran.

Pemeriksaan khusus jika ada keluhan tertentu.

Adapun pelayanan khusus yang digunakan dalam program ANC yaitu Pelayanan Asuhan
Standar Minimal 7T yang meliputi :

Timbang berat badan

Tekanan Darah

Tinggi Fundus Uteri (TFU)


12

TT (Tetanus Toxoid) lengkap (imunisasi)

Tablet Fe minimal 90 paper selama kehamilan

Tengok / periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai ujung kaki

Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan

Program Imunisasi
Penyuluhan mengenai imunisasi sangat penting karena imunisasi merupakan suatu upaya
pencegahan dimana pencegahan seharusnya lebih diutamakan dan lebih penting dibandingkan
pengobatan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan.3,8
Tujuan imunisasi adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang serta
menghilangkan penyakit tertentu pada populasi/ suatu masyarakat. Adapun manfaat imunisasi
adalah :8

Untuk anak : mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat
atau kematian

Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakit bahwa anaknya akan menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman

Untuk Negara : memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan Negara
Imunisasi yang wajib diberikan pada balita di bawah 12 bulan adalah BCG, Hepatitis B,

polio, DPT dan campak. Berfungsi untuk menangkis penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan kematian serta kecacatan, seperti TBC, Hepatitis B dan polio. Sedangkan reaksi
masing-masing imunisasi juga berbeda-beda pada setiap anak, tergantung pada penyimpanan
vaksin dan sensitivitas tubuh tiap anak. Jenis-jenis imunisasi yang wajib diberikan pada anak
balita adalah:

BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. BCG diberikan 1 kali
sebelum anak berumur 2 bulan, vaksin ini mengandung bakteri baccilus calmette-guerrin
hidup yang dilemahkan sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Biasanya reaksi yang
ditimbulkan oleh imunisasi ini adalah setelah 4-6 minggu di tempat bekas suntikan akan
timbul bisul kecil yang akan pecah. Adapun penularan penyakit TBC terhadap seorang anak
13

dapat terjadi karena terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini
dapat menyerang berbagai organ tubuh seperti paru-paru, kelenjar getah bening, tulang,
sendi, ginjal, hati, ataupun selaput otak (terberat). Pemberian imunisasi BCG sebaiknya
dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya
dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.3,8

Dipteri
Penyakit dipteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium
diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran napas bagian atas dengan gejala
demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang
semakin lama semakin membesar dan dapat menutup jalan napas. Racun ini dapat merusak
otot jantung yang dapat berakibat gagal jantung. Penularan umumnya melalui udara selain itu
dapat melalui benda atau makanan yang terkontaminasi. Pencegahan paling efektif adalah
dengan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan pertusis sebanyak tiga kali sejak bayi
berumur dua bulan dengan selang penyuntikan satu dua bulan. Pemberian imunisasi ini
akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus dalam waktu
bersamaan. 3,8

Pertusis
Penyakit pertusis / batuk rejan adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri
bordetella pertusis. Penularan umumnya terjadi melalui udara. Pencegahan paling efektif
adalah dengan melakukan imunisasi bersamaan dengan tetanus dan difteri sebanyak tiga kali
sejak bayi berumur dua bulan dengan selang penyuntikan.8

Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistim
urat syaraf dan otot. Gejala nya biasanya diawali dengan kejang otot rahang bersamaan
dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung.
Neonatal tetanus umumnya terjadi pada bayi ynag baru lahir karena dilaharkan di tempat
yang tidak bersih dan steril terutama jika tali pusar terinfeksi. Infeksi ini disebabkan oleh
clostridium tetani, bakteri yang memproduksi toksin yang disebut dengan tetanospasmin.
Tetanus dapat dicegah dengan pemberian imunisasi sebagai bagian dari imunisasi DPT.
Setelah lewat masa kanak-kanan, imunisasi dapat terus dilanjutkan walaupun telah dewasa
setiap interval lima tahun.8

Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang
berakibat pada hati. Vaksin ini diberikan 3 kali hingga usia 3-6 bulan.8
14

Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio. Penyakit ini disebabkan
virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat
menjadi lumpuh. Vaksin polio ada dua jenis yakni vaccine polio inactivated (IPV) dan
vaccine polio oral (OPV). Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir, 2,4,6,18 bulan dan 5
tahun. Gejala yang umumnya terjadi adalah anak mendadak lumpuh pada salah satu anggota
geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar dan di
Indonesia yang umum diberikan adalah vaksin sabin (kuman yang dilemahkan). Cara
pemberiannya melalui mulut. Di beberapa Negara dikenal pula tetravaccine yaitu kombinasi
DPT dan polio. Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin
hepatitis B dan DPT.8

DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
Difteri disebabkan bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi
yang serius atau fata. Penyakit ini mudah menular melalui batuk atau bersin. Pertusis adalah
infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang mentap serta bunyi
pernafasan yang melengking. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius seperti
pneumonia, kejang dan kerusakan otak.8

Campak
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh sebuah virus yang
bernama virus campak. Penularan melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita.
Gejala nya adalah demam, batuk, pilek dan bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5
hari setelah anak menderita demam. Bercak ini mula-mula timbul di pipi bawah telinga yang
kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Pemberantasan campak
meliputi beberapa tahap, yaitu :
Tahap reduksi
Tahap reduksi campak dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap pengendalian campak dan tahap
pencegahan. Pada tahp ini terjadi penurunan kasus dan kematian, cakupan imunisasi
>80%, dan interval terjadinya KLB berkisar antara 4-8 tahun. Tahap kedua adalah tahap
pencegahan KLB. Pada tahun ini cakupan imunisasi dapat dipertahankan tinggi dan
merata, terjadi penurunan tajam kasus dan kematian dan interval terjadinya KLB relatif
lebih panjang.8
Tahap eliminasi
15

Pada tahap eliminasi, cakupan imunisasi sudah sangat tinggi (>95%) dan daerah-daerah
dengan cakupan imunisasi rendah sudah sangat kecil jumlahnya. Kasus campak sudah
jarang dan KLB hampir tidak pernah terjadi. Anak-anak yang dicurigai tidak terlindung
(susceptible) harus diselidiki dan mendapat imunisasi tambahan.8
Tahap eradikasi
Cakupan imunisasi tinggi dan merata, dan kasus campak sudah tidak ditemukan.
Transmisi virus sudah dapat diputuskan dan Negara-negara di dunia sudah memasuki
tahap eliminasi.8
Jenis imunisasi yang dianjurkan untuk diberikan pada anak-anak adalah :

HIB
Imunisasi HIB membantu mencegah infeksi oleh haemophilus influenza tipe B yang
disebabkan oleh bakteri. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis (radang selaput otak) ,
pneumonia (radang paru) dan infeksi tenggorokan. Vaksin ini diberikan 4 kali pada usia 2,4,6
dan 15-18 bulan.8

Pneumokokus (PCV)
Imunisasi ini untuk mencegah penyakit paru-paru dan radang otak. Imunisasi ini juga
melindungi anak terhadap bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga dan radang
tenggorokan. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti
meningitis dan radang paru.8

Vaksin influenza
Dapat diberikan setahun sekali sejak umur 6 bulan. Vaksin ini dapat terus diberikan hingga
dewasa.8

Tifoid
Imunisasi untuk mencegah typus imunisasi ini dapat diulang setiap 3 tahun.8

Hepatitis A
Imunisasi ini dapat diberikan pada anak usia diatas 2 tahun. Imunisasi dasar 3x pada buan ke
0,1, dan 6 bulan kemudian. Reaksi yang terjadi minimal kadang demam , lesu, lelah, mualmuntah dan hilang nafsu makan.8

Syarat pemberian imunisasi adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi
sehat. Sebab pada prinsipnya, imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan
virus, bakteri atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh, dan kemudian menimbulkan antibody
(kekebalan). Untuk membentuk kekebalan yang tinggi, anak harus dalam kondisi yang fit. Jika
16

anak dalam kondisi sakit, maka kekebalan yang terbentuk tidak bagus. Imunisasi tidak boleh
diberikan hanya pada kondisi tertentu misalkan anak mengalami kelainan atau penurunan daya
than tubuh misalkan gizi buruk atau penyakit HIV/AIDS atau dalam penggunaan obat obatan
steroid, anak diketahui mengalami reaksi alergi berat terhadap imunisasi tertentu atau komponen
imunisasi tertentu.8
Program DHF
Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat memiliki makna yang amat luas. Semua ahli mengatakan bahwa
partisipasi atau peran serta masyarakat pada hakikatnya bertitik tolak dari sikap dan perilaku
masyarakat tersebut. Peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan adalah keadaan dimana
individu, keluarga maupun masyarakat umum ikut serta bertanggung jawab terhadap kesehatan
diri, keluarga ataupun kesehatan masyarakat lingkungannya.1,2
Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat adalah :

Manfaat kegiatan yang dilakukan


Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi masyarakat
maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.1

Adanya kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berpperanserta dan
masyarakat melihat memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan yang akan dilakukan.1

Memiliki keterampilan
Jika kegiatan yang dilaksanakan membutuhkan ketrampilan tertentu dan orang yang
mempunyai ketrampilan sesuai dengan ketrampilan tersebut maka orang tertarik untuk
berperan serta.1

Rasa memiliki
Rasa memiliki suatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah diikut sertakan,
jika rasa memiliki ini bisa ditumbuh kembangkan dengan baik amka peran serta akan dapat
dilestarikan.1

Faktor tokoh masyarakat


Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh
masyarakat atau pemimpin kader yanf disegani ikut serta maka mereka akan tertarik pula
berperan serta.1

Peran serta masyarakat berkaitan dengan adanya pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan


masyarakat adalah proses memampukan masyarakat dari oleh dan untuk masyarakat itu sendiri
berdasarkan kemampuan sendiri.1
17

Adapun prinsip pemberdayaan masyarakat ini adalah :

Menumbuh kembangkan potensi masyarakat


Berbagai potensi yang ada dalam masyarakat antara lain berupa potensi SDM dan sumber
daya alam meliputi penduduk dan kondisi geografisnya. Kualitas SDM ditentukan oleh
proporsi antara penduduk kaya dna miskin, berpendidikan tinggi dan rendah.

Mengembangkan gotong royong masyarakat


Seberapa besarpun potensi SDM dan SDA yang ada dalam masyarakat, tak akan berkembang
bila tidak ada gotong royong di antara sesama anggota masyarakat.1

Menggali kontribusi masyarakat


Pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah menggali potensi masyarakat terutama
potensi ekonomi yang ada di masing-masing anggota masyarakat.1

Bentuk-bentuk pengembangan potensi masyarakat tersebut bermacam-macam, antara lain


sebagai berikut :

Tokoh atau pimpinan masyarakat


Disebuah masyarakat apapun baik pedesaan, perkotaan maupun pemukiman elit ataupun
pemukiman kumuh, secara alamiah akan terjadi kristalisasi adanya pemimpin atau tokoh
masyarakat. Pada tahap awal pemberdayaan masyarakat, maka petugas atau provider
kesehatan

terlebih

dahulu

melakukan

pendekatan-pendekatan

kepada

para

tokoh

masyarakat.1,2

Material masyarakat
Sumber daya alam merupakan salah satu potensi masyarakat. Masing-masing daerah
mempunyai

sumber

daya

alam

yang

berbeda

yang

dapat

dimanfaatkan

untuk

pembangunan.1,3

Pengetahuan masyarakat
Semua bentuk penyuluhan kepada masyarakat adalah ontoh pemberdayaan masyarakat yang
meningkatkan komponen pengetahuan masyarakat.1

Teknologi masyarakat
Beberapa komunitas telah tersedia teknologi sederhana yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan program kesehatan.1

Contoh pemberdayaan masyarakat :1

Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi.

Pemberdayaan masyarakat di bidang gizi

Pemberdayaan petugas
18

Subsidi langsung

Proses yang dibutuhkan :1

Frekuensi kegiatan penyuluhan atau sejenis

Frekuensi kegiatan pelatihan atau sejenis

Banyaknya kader yang telah dilatih

Jumlah pertemuan yang terselenggara

Bukti keberhasilan adanya pemberdayaan masyarakat ini :1

Banyaknya sasaran masyarakat yang telah memperoleh informasi bahkan telah meningkat
peilaku kesehatannya.

Jumlah keluarga yang mengerti tentang pentingnya kesehatan

Dampak dari pemberdayaan masyarakat :1

Penurunan angka-angka kesakitan oleh berbagai penyakit

Penurunan angka-angka kematian secara umum

Penurunan angka-angka kelahiran kasar

Peningkatan status gizi balita

Posyandu
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesma, dimana
program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempat-tempat lain
yang mudah didatangi oleh masyarakat.1,3
Posyandu diselenggarakan terutama untuk melayani balita (baik imunisasi maupun
penimbangan berat badan ) dan orang lanjut usia (posyandu lansia). Kegiatan pokok posyandu
antara lain :
1. KIA
2. KB
3. Imunisasi
4. Gizi
5. Penanggulanan diare dan penyakit menular umum lainnya.
Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas
sumber daya manusia bangsa Indonesia agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri,
sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya. Adapun tujuan penyelenggaraan posyandu adalah :3

Menurunkan angka kematian bayi, angka kematian ibu (ibu hamil, melahirkan dan nifas).
19

Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).

Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan


kesehatan dan Keluarga Berencana (KB) serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk
tercapainya masyarakat sehat sejahtera.

Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan ibu, bayi, balita dan keluarga esrta mempercepat penurunan angka
kematian ibu, bayi dan balita.

Adapun manfaat posyandu bagi mayarakat adalah memperoleh kemudahan untuk mendapatkan
informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu, pertumbuhan anak balita terpantau
sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi buruk. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul
vitamin A, bayi memperoleh imunisasi lengkap, ibu hamil juga akan terpantau berat badannya
dan memperoleh tablet tambah darah serta imunisasi TT, ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A
dan tablet tambah darah serta memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang
kesehatan ibu dan anak.1,3
Jenjang posyandu dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
1. Posyanda pratama
Posyandu ini memiliki ciri-ciri:

Kegiatan belum mantap

Kegiatan belum rutin

Jumlah kader terbatas

2. Posyandu madya
Posyandu ini memiliki ciri-ciri :

Kegiatan lebih teratur

Jumlah kader 5 orang

3. Posyandu purnama
Posyandu ini memiliki ciri-ciri :

Kegiatan sudah teratur

Cakupan program/kegiatannya baik

Jumlah kader 5 orang

Mempunyai program tamb ahan

4. Posyandu mandiri
Posyandu ini memiliki ciri-ciri :

Kegiatan secara teratur dan mantap


20

Cakupan program/kegiatannya baik

Memiliki dana sehat yang baik dan mantap

Kader lebih dari 5 orang dan jumlah nya sudah mencukupi.3

Kendala-kendala dalam pelaksanaan posyandu antara lain :

Kurangnya kader

Terjadinya drop-out kader

Kepasifan dari pengurus posyandu karena belum adanya pembentukan pengurus baru dari
kegiatan tersebut

Kurangnya keterampilan pengisian kartu KMS

Sistem pencatatan buku register yang kurang lengkap

Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak didukung dengan anggaran rutin

Tempat pelaksanaan posyandu kurang representatif (tempat nya kumuh dan terpojok).

Kurangnya ketepatan jam buka posyandu

Kurangnya kebersihan posyandu

Kurangnya kelengkapan sarana prasana, seperti : alat-alat ukur dan timbangan,dll

Kader posyandu sering berganti-ganti tanpa diikuti training

Kemampuan kader posyandu dalam melaksanakan tugasnya sangat kurang. Masyarakat kerap
tidak mau datang lagi karena merasa kurang memperoleh manfaat apa-apa.

Fungsi manajemen di posyandu kurang berjalan dengan baik

Solusi untuk mengatasi berbagai kendala yang ada di posyandu adalah :

Pelatihan/orientasi petugas

Pelatihan ulang kader

Pembinaan dan pendampingan kader

Penyediaan sarana dan prasarana

Penyediaan biaya operasional.1,3

Pelayanan posyandu harus mencakup 5 pokok kegiatan yaitu :

Meja 1 pendaftaran balita, ibu hamil dan ibu menyusui

Meja 2 penimbangan balita

Meja 3 pencatatan hasil penimbangan


21

Meja 4 penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

Meja 5 pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pojok oralit.3

Pelatihan
Pelatihan dilakukan kepada pelaksana posyandu, yaitu kader. Kader adalah seorang tenaga
sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat yang bertugas membantu kelancaran
pelayanan kesehatan. Kader wajib mengikuti pelatihan sebelum menjadi kader posyandu. Hal ini
dikarenakan ketika menjadi seorang kader dalam tuganya akan sering melakukan berbagai
penyuluhan. Penyuluhan ini biasanya dilakukan oleh kader posyandu dalam bentuk penyuluhan
perorangan dengan tatap muka, penyuluhan kelompok dan penyuluhan yang disertai dengan
peragaan (demonstrasi). 1,3
Kader harus menguasai berbagai teknik keterampilan dan pengetahuan yaitu :
1. keterampilan komunikasi interpersonal
keterampilan ini penting karena kader perlu memahami kebutuhan masyarakat, serta perlu
menguasai teknik teknik komunikasi yang efektif agar informasi dan pesan yang
disampaikannya kepada masyarakat dapat dimengerti dengan baik dan dapat dilaksanakan.1
2. Keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan di posyandu
Keterampilan ini meliputi : pencatatan, pelaporan, penimbangan,konsultasi,dll.1
3. Pengetahuan kesehatan dasar dan gizi
Pemahaman kader yang baik mengenai kesehatan dasar dan gizi dapat membantu kader untuk
lebih efektif dalam memberikan informasi dengan benar.1,6
Calon kader wajib mengikuti pelatihan tentang konsep pelaksanaan posyandu serta materimateri yang berkaitan dengan kesehatan dasar dan gizi, yaitu seperti :
1. Konsep posyandu balita
2. Gizi seimbang, penentuan status gizi balita, cara menentukan status gizi balita, serta cara
penentuan Bawah Garis Merah (BGM), serta pengukuran status gizi dengan menggunakan
KMS (Kartu Menuju Sehat).
3. Penyakit yang sering diderita oleh balita, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) dan
pengobatan balita di rumah
4. Stimulasi tumbuh kembang anak
5. Pengukuran antropometri1-3
Perilaku Kesehatan
22

Perilaku kesehatan menjadi salah satu faktor penentu status kesehatan dalam suatu populai
masyarakat tertentu. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan , makanan serta
lingkungan. Dengan demikian, secara lebih terperinci, perilaku kesehatan itu mencakup :
1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia berespons, baik
secara pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit atau rasa sakit yang ada pada
dirinya dan diluar dirinya) maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan
penyakit atau sakit tersebut. Perilaku ini sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit yaitu :

Perilaku sehubungan dengan peningkatan dalam pemeliharaan kesehatan (health


promotion behaviour) misalnya dengan makan makanan yang bergizi, dan sebagainya.2

Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behaviour ) misalnya dengan tidur


memakai kelambu, imunisasi dan sebagainya2

Perilaku berhubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behaviour) yaitu


perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan misalnya ke puskesmas, dsb.2

Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour) yaitu


perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari
suatu penyakit.2

2. Perilaku seseorang terhadap makanan (nutrition behaviour) yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan
praktek kita terhadap makanan serta unsur yang terkandung di dalamnya.2
3. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan, seperti berhubungan dengan air bersih, limbah,
pembersihan sarang nyamuk, dsb.2
Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan menurut Becker :
1. Perilaku kesehatan (health behaviour) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk mencegah
penyakit, kebersihan perseorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya.2
2. Perilaku sakit (illness behaviour) yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seorang
individu yang merasa sakit untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa
sakit. Termasuk kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit,
penyebab penyakit serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.2
3. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour) yakni segala tindakan atau kegiatan yang
dilakukan individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.2

23

Sebelum pendidikan kesehatan diberikan, lebih dulu dilakukan pengkajian/analisis terhadap


kebutuhan pendidikan dengan mendiagnosis penyebab masalah kesehatan yang terjadi. Hal ini
dilakukan dengan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan perilaku
dipengaruhi oleh 3 faktor:
1. faktor pendukung (predisposing factors), mencakup:
pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan, sistem nilai, pendidikan, sosial ekonomi,
dsb.
2. faktor pemungkin (enambling factors), mencakup:
fasilitas kesehatan, mis: spal, air bersih, pembuangan sampah, mck, makanan bergizi, dsb.
Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan seperti RS, poliklinik, puskesmas, rs, posyandu,
polindes, bides, dokter, perawat dsb.
3. faktor penguat (reinforcing factors), mencakup:
sikap dan perilaku: toma, toga, petugas kes. Kebijakan/peraturan/UU, LSM.
Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup
sehat. Adapun prinsip pendidikan kesehatan yaitu :
1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap
dan kebiasaan sasaran pendidikan.
2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain,
karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan
tingkah lakunya sendiri.
3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3 dimensi :
1. Dimensi sasaran

Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu


24

Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu.

Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

2. Dimensi tempat pelaksanaan

Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga

Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.

Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau
pekerja.

3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion), misal : peningkatan gizi,


perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection) misal : imunisasi

Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic and
prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari
resiko kecacatan.

Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan memulihkan


kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.

Metode Pendidikan kesehatan


1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :

Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;


Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh
pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)

Interview (wawancara)
Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar
pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi.

2. Metode pendidikan Kelompok


25

Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil,
karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya
sasaran pendidikan.

Kelompok besar
Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun
rendah.
Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah
ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli
tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.

Kelompok kecil
Diskusi kelompok
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh
duduk diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya
kebebasan mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan,
mengarahkan, dan mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi
dari salah satu peserta.
Curah pendapat (Brain Storming)
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah,
kemudian peserta memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut
ditampung dan ditulis dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan
pendapat tidak boleh ada komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya
mengemukaan pendapat, tiap anggota mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian
dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang
bergabung menjadi satu. Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini
bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan demikian seterusnya akhirnya terjadi
diskusi seluruh kelas.
Kelompok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan
suatu permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing
26

kelompok mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap


kelompok tersebut dan dicari kesimpulannya.
Memainkan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk
memainkan peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat
atau bidan, dll, sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat.
Mereka

memperagakan

bagaimana

interaksi/komunikasi

sehari-hari

dalam

melaksanakan tugas.
Permainan simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam
bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti
bermain monopoli dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan
main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara
sumber.
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan
atau melalui media massa. Contoh :

Ceramah umum (public speaking), dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari
Kesehatan Nasional, misalnya oleh menteri atau pejabat kesehatan lain.

Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio,
pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.

Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendidikan
kesehatan massa. Contoh : Praktek Dokter Herman Susilo di Televisi.

Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab


/konsultasi tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk pendidikan
kesehatan massa.

Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga
bentuk pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard Ayo ke Posyandu. Andalah
yang dapat mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).

Alat bantu dan media pendidikan kesehatan


1. Alat bantu (peraga)
27

Alat-alat

yang

digunakan

oleh

peserta

didik

dalam

menyampaikan

bahan

pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga. Elgar Dale membagi alat peraga
tersebut menjadi 11 (sebelas) macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiaptiap alat bantu tersebut dalam suatu kerucut. Menempati dasar kerucut adalah benda asli yang
mempunyai intensitas tertinggi disusul benda tiruan, sandiwara, demonstrasi, field
trip/kunjungan lapangan, pameran, televisi, film, rekaman/radio, tulisan, kata-kata.
Penyampaian bahan dengan kata-kata saja sangat kurang efektif/intensitasnya paling rendah.

Macam-macam alat bantu pendidikan


Alat bantu lihat (visual aids) ;
-

Alat yang diproyeksikan : slide, film, film strip dan sebagainya.

Alat yang tidak diproyeksikan ; untuk dua dimensi misalnya gambar, peta, bagan ;
untuk tiga dimensi misalnya bola dunia, boneka, dsb.

Alat bantu dengar (audio aids) ; piringan hitam, radio, pita suara, dsb.
Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) ; televisi dan VCD.

Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan


Individu atau kelompok
Kategori-kategori sasaran seperti ; kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dsb.
Bahasa yang mereka gunakan
Adat istiadat serta kebiasaan
Minat dan perhatian
Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.

Merencanakan dan menggunakan alat peraga


Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
Tujuan pendidikan, tujuan ini dapat untuk :
-

Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep.

Mengubah sikap dan persepsi.

Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

Tujuan penggunaan alat peraga

Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran/pendidikan.

Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.

Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi.

Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

Persiapan penggunaan alat peraga


28

Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus diingat
bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan
ketrampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai
hasil yang maksimal.
Contoh : satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi/anak-anak harus
diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-tiap gambar beserta
pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar
terjadi komunikasi dua arah. Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya
mempertunjukkan lembaran-lembaran flip chart satu demi satu tanpa menerangkan atau
membahasnya maka penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal.
2. Media pendidikan kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual
aids/AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran
(channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien.
Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi
menjadi 3 (tiga) : Cetak, elektronik, media papan (bill board)

Media cetak
Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.
Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya.
Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.
Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan
dan di baliknya berisi kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar
tersebut.
Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah
kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.
Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya
ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.
Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

Media elektronik
Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab,
pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.
29

Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot,
dll.
Video Compact Disc (VCD)
Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.
Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

Media papan (bill board)


Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesanpesan atau informasi informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesanpesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).

PENUTUP
Masalah kesehatan dalam suatu populasi masyarakat bersumber dari berbagai faktor seperti
kurangnya gizi masyarakat, kurangnya peran serta masyarakat, kurangnya fasilitas pelayanan
kesehatan dan kurangnya pendidikan masyarakat. Promosi kesehatan berguna untuk mengatasi
segala kekurangan ini, dengan diadakannya berbagai pelatihan, penyuluhan dan pemberdayaan
masyarakat itu sendiri yang bertujuan untuk meningkatkan adanya peran serta masyarakat untuk
membenahi masalah kesehatan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1. Jakarta. Departemen
Kesehatan.1990.
2. Dwi RB, Fallen R. Kesehatan komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika;2010.h.5-69.
3. Cholil, A, 2004. Keterbatasan Mnegakses Pelayanan Kesehatan, Jakarta
4. Depkes, RI, 2004. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas,
Jakarta.
5. Notoatmodjo, S, 2003. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Ilmu Perilaku Kesehatan ED.
Terakhir. Yogyakarta: Andi Offset.
6. Wawan A, Dewi M. Teori pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia. Yogyakarta : Nuha
Medika;2010.h.56-68.
7. Cahyo IS. Posyandu dan desa siaga. Yogyakarta : Nuha Medika;2010.h.3-40.
8. Marimbi H. Tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada balita. Yogyakarta :
Nuha Medikal;2010.h.108-35.
9. Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta :
Rineka Cipta

30

Anda mungkin juga menyukai