PENDAHULUAN
Tabel 2.1
Kualifikasi Sumber Daya Manusia dan Realisasi Puskesmas Taram
Tahun 2018
BAB III
TATALAKSANA PELAYANAN
b. Pemberdayaan Keluarga
Dilakukan oleh petugas puskesmas yang melaksanakan kunjungan rumah
terhadap keluarga yaitu keluarga dari individu pengunjung Puskesmas atau
keluarga-keluarga yang berada di wilayah kerja Puskesmas. Tujuan dari
Pemberdayaan keluarga ini juga untuk memperkenalkan prilaku baru yang mungkin
mengubah perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh keluarga tersebut.
Perilaku baru misalnya prilaku buang air ke jamban, konsumsi garam
beryodium, memelihara TOGA, menguras bak mandi, menutup persediaan air,
mengubur benda-benda buangan yang menampung air, konsumsi makanan berserat
( buah dan Sayur )
Pemberian informasi tentang prilaku yang diperkenalkan seperti tersebut
diatas perlu dilakukan secara sistematis agar anggota-anggota keluarga yang
dikunjungi oleh petugas Puskesmas dapat menerima dari tahap tahu menjadi mau
dan mampu melaksanakan .
Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk Pemberdayaan
keluarga dapat berupa pilihan atau kombinasi antara lain dari dialog, demonstrasi,
konseling, dan bimbingan. Demikian pula media komunikasi yang digunakan dapat
berupa pilihan atau kombinasi dari lembar balik, leaflet, gambar/foto ( poster ) atau
media lain yang mudah dibawa untuk kunjungan rumah.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Dilakukan oleh Petugas Puskesmas yang merupakan penggerakan atau
pengorganisasian masyarakat, kegiatan ini diawali dengan membantu kelompok
masyarakat yang mengenali masalah-masalah yang mengganggu kesehatan sehingga
masalah tersebut menjadi masalah bersama, kemudian masalah tersebut
dimusyawarahkan untuk dipecahkan secara bersama.
Beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh Puskesmasberwujud UKBM
seperti Posyandu, POD, Panti Pemulihan Gizi, Kadarzi, Dokcil, SBH, Poskestren
dll.
Disamping itu Puskesmas juga berfungsi sebagai Pusat penggerak
Pembangunan berwawasan kesehatan yaitu :
1. Menggerakkan Lintas Sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan Pembangunan yang berwawasan kesehatan.
2. Memantau dan melaporkan secaqra aktif dampak kesehatan dan penyelenggaraan
setiap program pembangunan diwilayah kerjanya.
3. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
Ketiga hal tersebut bertujuan untuk mendorong LS/LSM/Dunia swasta
untuk membantu pelayanan promosi kesehatan melalui bantuan dana, sarana,
metode yang dimilikinya dan diutamakan pada sasaran yang tepat.
Manfaat melakukan promosi kesehatan di rumah tangga adalah anggota
keluarga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit, produktifitas keluarga
meningkat serta pengeluaran biaya akibat gangguan kesehatan dapat dialokasikan
untukpemenuhan gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk peningkatan
pendapatan.
Selain itu masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat, mencegah
dan menanggulangi masalah kesehatan, memanfaatkan pelayanan kesehatan yang
ada, mempu mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat seperti
posyandu, tabulin dll.
Manfaat bagi Pemerintah juga sangat besar yaitu peningkatan kinerja dan
citra pemerintah, alokasi biaya penanganan masalah kesehatan dapat dialihkan
untuk pengembangan lingkungan sehat serta penyediaan sarana kesehatan yang
merata dan bermutu.
2. Bina Suasana
Merupakan upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang
mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif
dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan apabila lingkungan sosialnya mendukung. Keluarga atau orang yang
mengantarkan pasien ke Puskesmas serta petugas kesehatan mempunyai pengaruh
untuk menciptakan lingkungan yang kondusif atau mendukung opini yang positif
terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
Oleh karena itu, metode yang tepat disini adalah penggunaan media,
seperti pembagian selebaran,pemasangan poster atau penayangan video yang
berkaitan dengan penyakit pasien. Dengan demikian, mereka dapat membantu
menyampaikan informasi yang diperoleh kepada pasien.
3. Advokasi
Merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (tokoh-tokoh masyarakat
informal dan formal) agar masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya untuk
mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.
4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-prinsip
kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara petugas kesehatan
Puskesmas dan sasarannya (pasien atau pihak lain) dalam pelaksanaan
pemberdayaan, bina suasana dan advokasi.
UKBM LSM
LSM Air
Perilaku Hidup
Serat
Mikro
Mineral Bersih dan Sehat
Vitamin KSM
Protein Makro
Lemak Pendapatan
Karbohidrat
tinggi Mutu Layanan
Gizi Seimbang Yang Baik
Dari skema di atas terlihat bahwa, kesehatan masyarakat bisa diwujudkan dengan
penekanan prioritas pada perilaku hidup bersih dan sehat, keseimbangan pola konsumsi,
terbangunnya lingkungan yang sehat, dan terciptanya mutu pelayanan kesehatan yang baik.
Untuk mewujudkan Konstruksi Sehat, maka perlu diwujudkan “Program Nagari
Sehat” secara komprehensif. Program Nagari sehat mempunyai standar – standar dan
indikator. Dasar hukum Program Nagari Sehat adalah :
5. Strategi
a. Melibatkan semua potensi yang ada di masyarakat untuk terlibat dalam Pokja, sebagai
penggerak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.
b. Pokja didampingi oleh sektor tekhnis sesuai dengan potensi tatanan sehat, dengan
melakukan advokasi kepada penentu kebijakan.
c. Mengembangkan kegiatan yang sesuai dengann visi dan misi potensi Nagari dengan
berbagai simbol, moto, dan semboyan yang dipahami dan memberikan rasa
kebanggaan bagi warganya.
d. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat sesuai dengan kondisi setempat
baik berupa media tradisional,media cetak, elektronik, dan melalui internet,.
e. Meningkatkan potensi ekonomi Nagari dengan kegiatan yang menjadi kesepakatan
masyarakat.
f. Menjalin kerjasama antar Pokja yang melaksanakan program Nagari Sehat.
Puskesmas Taram melalui Promosi Kesehatan juga ikut berperan aktif dalam
meningkatkan peran serta kelompok-kelompok masyarakat untuk menciptakan Nagari Sehat.
Adapun pendekatan yang dilakukan oleh Puskesmas Taram adalah melalui :
1. Posyandu Balita
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh untuk dan bersama
masyarakat dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Tujuan Posyandu :
a. Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
b. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
c. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.
d. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Sasaran Posyandu :
a. Bayi
b. Anak Balita
c. Ibu hamil, melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia subur (PUS)
Fungsi Posyandu :
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat
penurunan AKI dan AKB
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB
Manfaat Posyandu :
a. Bagi Masyarakat
Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan
dasar terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB
Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan
terutama terkait dengan kesehatan ibu dan anak
Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan sektor lain terkait
b. Bagi Kader,Pengurus Posyandu dan Tokoh Masyarakat
Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan
AKI dan AKB
Dapat mewujudkan aktualitas dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan
masalah kesehatan.
c. Bagi Puskesmas
Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, upaya pelayanan
kesehatan strata pertama
Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan
sesuai dengan kondisi setempat.
Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan
secara terpadu.
d. Bagi Sektor Lain
Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor
terkait.
Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan
tupoksi masing-masing sektor lain
Adapun Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Taram adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Nama Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Taram
Tahun 2018
No Nama Posyandu Jorong Nagari
1 Delima Tj. Kubang Taram
2 Tulip I Balai Cubadak
3 Tulip II Subarang
4 Melati I Tj. Atas
5 Melati II Tj. Atas
6 Mawar Parak Baru
7 Permata Sipatai
8 Gelatik Gantiang Taram
9 Anggrek II Kt. Penjaringan Bukit Limbuku
10 Anggrek I Pintu Koto & Koto Bukit Limbuku
Malintang
11 Adelweis I Balai & Janjang Tinggi Pilubang
12 Adelweis II Kt. Nan Gadang Pilubang
13 Seruni I Balai Bt. Balang
14 Seruni II Balai Bt. Balang
15 Melati Koto Kociak Bt. Balang
16 Ingin Sehat Bancah Bt. Balang
17 Dahlia I Kt. Harau Bt. Balang
18 Dahlia II Kt. Harau Bt. Balang
19 Mawar Tiga Alur Bt. Balang
20 Dahlia IV P. Ambacang Bt. Balang
Kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Taram terdiri dari
kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama yang dilakukan di
Posyandu meliputi :
1) Pelayanan kesehatan untuk Ibu dan Anak (KIA).
2) Keluarga Berencana
3) Imunisasi
4) Gizi
5) Pencegahan dan penanggulangan Diare
Kegiatan pengembangan yang dilakukan di posyandu adalah :
1) Bina Keluarga Balita
2) Penemuan dini dan pengamatan penyakit Potensial Kejadian Luar biasa (KLB),
misalnya : ISPA, DBD, gizi buruk, polio, dan lain-lain.
3) Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)
4) Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan,
malalui tanaman obat keluarga (TOGA).
2. Posyandu Lansia
Umur Harapan hidup di Indonesia meningkat dari 68,6 th (2004) menjadi 69,8 th
(2010) (BPS) dan menjadi 70,8 th (2015), dan diperkirakan akan meningkat menjadi 72,2 th
(2030-2035). Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah masalah
kesehatan sehingga diperlukan pembinaan kesehatan pada kelompok pra lanjut usia dan lanjut
usia, bahkan sejak usia dini.
Tujuan umum Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk mencapai lansia yang sehat, mandiri, aktif,
produktif dan berdaya guna bagi keluarga dan masyarakat. Tujuan khususnya adalah :
1) Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun Lansia
2) Meningkatnya koordinasi Lintas program, Lintas Sektor, organisasi profesi,
organisasi masyarakat dan pihak terkait.
3) Meningkatnya ketersediaan data dan informasi di bidang kesehatan lansia.
4) Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan keluarga,masyarkat dan lansia dalam
upaya peningkatan kesehatan lansia
5) Meningkatnya peran serta Lansiadalam upaya peningkatan kesehatan keluarga dan
masyarakat
Posyandu Lansia adalah suatu wadah pelayanan lanjut usia di masyarakat dimana
proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat berdasarkan inisiatif
dan kebutuhan masyarakat itu sendiridan dilaksanakan bersama oleh masyarakat, kader,
lembaga swadaya masyarakat, lintas sektor, swasta dan organisasi sosial menitikberatkan
pada upaya promotif dan preventif.
Adapun jenis pelayanan yang diberikan
1) Pelayanan kesehatan
2) Pemberian Makanan Tambahan
3) Kegiatan olah raga
4) Kegiatan non kesehatan dibawah bimbingan sektor lain
5) Perawatan lanjut usia di kelompok.
4. Pos Gizi
Kasus gizi buruk perlu penanganan yang serius karena memberi dampak yang
buruk terhadap perkembangan sel-sel otak dan memberi kontribusi yang besar terhadap
kematian anak. Berbagai metode telah dilakukan di Puskesmas Taram, seperti penyuluhan
gizi, pembinaan melalui kunjungan rumah, konseling gizi dan pemberian PMT, namun hal
tersebut belum memperlihatkan hasil yang memuaskan.
Salah satu upaya lain yang dilakukan untuk mengatasi masalah gizi tersebut adalah
melalui pelaksanaan program gizi yang berkesinambungan dengan memperhatikan sumber
daya yang ada. Positive Deviance dan Pos Gizi merupakan program gizi yang berbasis
keluarga dan masyarakat bagi anak yang beresiko kurang energi protein.
PD merupakan penyimpangan perilaku yang positif yaitu mengidentifikasi
berbagai perilaku positif dari ibu yang memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga
kurang mampu dan menularkan kebiasaan tersebut kepada keluarga kurang mampu lainnya
yang memiliki anak kurang gizi disuatu masyarakat. Pos Pemulihan Gizi merupakan tempat
atau rumah yang digunakan untuk mengadakan kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi.
Tujuan dilakukannya kegiatan Positive Deviance adalah :
1) Menurunkan prevalensi kasus gizi buruk dan gizi kurang
2) Mengetahui penyebab terjadinya gizi buruk dan gizi kurang pada balita
3) Mengetahui perilaku positif ibu balita kurang mampu dan memiliki anak bergizi
baik
4) Mencegah gangguan tumbuh kembang berkelanjutan.
5) Pemberdayaan masyarakat dalam mengentaskan gizi buruk dan gizi kurang.
Langkah-langkah kegiatan Positive Deviance :
1) Survey Mawas Diri (SMD)
SMD dilakukan oleh kader dengan cara mengolah data penimbangan
balita 3 bulan berturut-turut, sehingga didaptkan balita yang berada di Bawah
Garis Merah serta balita yang berada di pita kuning pada Kartu Menuju sehat.
2) Musyawarah Masyarakat Jorong (MMJ)
MMJ dilakukan dengan dihadiri oleh Perangkat Nagari, Tokoh Agama,
PKK, Tokoh Masyarakat, Petugas Puskesmas serta ibu balita yang balitanya akan
diikut sertakan pada Pos Gizi. Pada kegiatan ini disampaikan hasil pengumpulan
data yang telah dilakukan oleh kader dan memusyawarahkan upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan jumlah balita gizi kurang
3) Focus Group Discussion (FGD)
Focuss Group Discussion (FGD) adalah diskusi yang dilakukan oleh ibu
yang memiliki balita kurang gizi dengan ibu yang memiliki balita bergizi baik dan
sama-sama berasal dari keluarga kurang mampu. Dari hasil kegiatan FGD tersebut
didapatkanlah perilaku positif dari ibu yang memiliki balita bergizi baik yang
nantinya akan ditularkan ke ibu yang memiliki balita bergizi kurang.
Dalam pelaksanaannya pos gizi dilaksanakan selama 12 hari berturut-turut. Setiap
hari ibu balita akan membawa balita ke Pos Gizi dan ikut memasak makanan bersama kader
untuk diberikan kepada balita yang bergizi kurang. Selama proses memasak makanan yang
dilakukan oleh kader bersama dengan orang tua, maka balita akan diberikan permainan
edukasi.
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dilakukan pada hari
pertama dan terakhir pelaksanaan Pos Gizi. Balita dinyatakan lulus Pos Gizi jika terjadi
kenaikan berat badan balita minimal 200 gram.
Tujuan Khusus
Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan
peserta didik yang mencakup:
1) pendidikan kesehatan
2) pelayanan kesehatan
3) pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.
Pembina UKS
Pembinaan program UKS, pada tingkat Kabupaten dan Kecamatan dibentuk dengan
membentuk tim pembina usaha kesehatan sekolah (TPUKS). Beberapa kegiatan TPUKS
tersebut antara lain meliputi:
1) Pembinaan sarana keteladanan gizi, seperti kantin sekolah.
2) Pembinaan sarana keteladanan lingkungan, seperti pemeliharaan dan pengawasan
pengelolaan sampah, SPAL, WC dan kamar mandi, kebersihan kantin sekolah, ruang
UKS dan ruang kelas, usaha mencegah pengendalian vektor penyakit.
3) Pembinaan personal higiene peserta didik dengan pemeriksaan rutin kebersihan kuku,
telinga, rambut, gigi, serta dengan mengajarkan cara gosok gigi yang benar.
4) Pengembangan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif dalam pelayanan
kesehatan antara lain dalam bentuk kader kesehatan sekolah dan dokter kecil
5) Penjaringan kesehatan peserta didik baru
6) Pemeriksaan kesehatan secara periodik
7) Imunisasi, pengawasan sanitasi air, usaha P3K di sekolah
8) Rujukan medik, penanganan kasus anemia
9) Forum komunikasi terpadu dan pencatatan dan pelaporan
Pelaksana program UKS antara lain meliputi guru UKS, peserta didik, Tim UKS
Puskesmas, serta masyarakat sekolah (komite sekolah). Pada tingkat Puskesmas, dengan
seorang koordinator pelaksana terdiri dari dokter, perawat, petugas imunisasi, pelaksana gizi,
serta sanitarian.
3.2 Tatalaksana Upaya Kesehatan Ibu dan Anak & Keluarga Berencana
3.2.3 Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan.
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal , tetapi tetap mempunyai risiko
untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat
sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan
bayi yang dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau
penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan tulang
belakang
7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan
jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus
Eritematosus, dll), tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,
ekstraksivakum/ forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi masa nifas,
psikosis post partum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih
dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 – 12 kg selama
masa kehamilan
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam :
Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
Intra Partum : robekan jalan lahir
Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta inkarserata, kelainan
pembekuan darah, subinvolusi uteri
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik > 140 mmHg,
diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-tibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis, Sepsis.
6. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang
adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal
yang sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya Deteksi
faktor risiko pada ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah
satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko pada ibu hamil.
Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi
pada neonatus. Deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-
tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. 5. Ikterus
6. 6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10. Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital, dll.
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui Proyeksi,
dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
kabupaten yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di
kabupaten. Bila angka CBR kabupaten tidak ada maka dapat digunakan angka
terakhir CBR propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk
Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 – 2011 (Pusat Data Kesehatan
Depkes RI, tahun 2007).
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di nagari X di kabupaten Y
yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan angka CBR terakhir kabupaten
Y 27,0/1.000 penduduk, maka :
Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.
Jadi sasaran ibu hamil di nagari X adalah 59 orang.
12. Cakupan Pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani dengan MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat ke
Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (MTBS) di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Rumus yang digunakan adalah :
Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan sesuai tatalaksana MTBS di
Puskesmas di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah seluruh anak balita sakit yg berkunjung ke Puskesmas di suatu wilkerja
dalam 1 tahun
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit yang datang
ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang
mendapat pelayanan standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS
13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih aktif
menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan dengan jumlah
pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini
menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alokon
terus-menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan atau yang
mengakhiri kesuburan.
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja padakurun waktu tertentuX 100%
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
2. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang dihitung
berdasarkan rumus. Berdasarkan data tersebut, Bidan di Desa bersama dukun
bersalin/bayi dan kader melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah
kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
Register kohort ibu
Register kohort bayi
Register kohort anak balita
Register kohort KB
3. Pengolahan Data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku
kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di
Puskesmas menerima laporan bulanan tersebut dari semua BdD dan mengolahnya
menjadi laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS
KIA. Informasi per nagari dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk grafik
PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator.
Langkah pengolahan data adalah : Pembersihan data, Validasi dan
Pengelompokan.
1. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir yang
tersedia.
2. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
3. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.
Contoh :
Pembersihan data : Melakukan koreksi terhadap laporan yangmasuk dari
Bidan di nagari mengenai duplikasi nama, duplikasi alamat, catatan ibu
langsung di K4 tanpa melewati K1.
Validasi : Mecocokkan apabila ternyata K4 & K1 lebih besar daripada jumlah
ibu hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar daripada ibu hamil.
Pengelompokan : Mengelompokkan ibu hamil anemi berdasarkan nagari
untuk persiapan intervensi, ibu hamil dengan KEK untuk persiapan
intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : Narasi, Tabulasi,
Grafik dan Peta.
1. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah
kerja, misalnya dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi
terkait.
2. Tabulasi : dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk
lampiran.
3. Grafik : dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan keadaan
antar waktu, antar tempat dan pelayanan. Sebagian besar hasil PWS disajikan
dalam bentuk grafik.
4. Peta : dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan
gambaran geografis.
Puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk mengolah data KIA
maka data dari kartu- kartu pelayanan bidan di nagari, dimasukkan ke dalam
komputer sehingga proses pengolahan data oleh bidan di nagari dan bidan koordinator
Puskesmas akan terbantu dan lebih cepat.
2. Membuat Grafik
a. Menentukan target rata2 per bulan untuk menggambarkan skala pada garis
vertikal (sumbu Y), caranya target 1 tahun/12
b. Hasil perhitungan cakupan kumulatif, dimasukan kedalam lajur % kumulatif
secara berurutan sesuai peringkat (tertinggi sebalah kiri)
c. Nama desa ditulis pada lajur desa, menyesuaikan lajur kumulatif
d. Hasil perhitungan bulan ini dan bulan lalu untuk tiap desa dimasukan ke lajur
masing2
e. Gambar anak panah untuk mengisi lajur trend,
f. Bila bulan ini lebih tinggi dari bulan lalu maka trend naik (↑)
g. Bila bulan ini lebih rendah dari bulan lalu maka trend turun (↓)
h. Bila bulan ini sama dari bulan lalu maka trend tetap (−)
Sumber :
Sub Direktorat Kesehatan Ibu yang merupakan pembahasan akhir dan hasil editing dari
dr. Andi Ayusianto dan dr. Kirana
a. Inspeksi sanitasi
Inspeksi sanitasi dilakukan untuk air minum dengan sistem perpipaan, depot
air minum dan air minum bukan jaringan perpipaan, melalui :
Penetapan lokasi titik dan frekuensi inspeksi sanitasi; Pengamatan dan peniaian
terhadap sarana air minum dengan menggunakan formulir inspeksi sanitasi
sarana air minum (terlampir); dan
Menetapkan tingkat resiko pencemaran berdasarkan penilaian.
b. Pemeriksaan kualitas air bersih
Pemerikasaan kualitas air dilakukan dengan cara pengambilan sampel air
minum.
Tata cara pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
Penetapan lokasi titik pengambilan sampel dilakukan berdasrkan hasil inspeksi
sanitasi;
Titik-titik sampel menyebar dan mewakili kualitas air dari sistem penyediaan air
bersih;
Sampel diambil, disimpan dan dikirim dalam wadah yang steril dan bebas dari
kontaminasi;
Pengiriman sampel dilakukan dengan segera;
Sampel yang diambil dilengkapi dengan data rinci sampel yang diambil.
Penetapan jumlah dan frekuensi pengambilan sampel air minum sesuai
dengan yang diatur pada lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air
Minum.
c. Pembinaan pemakai air
Pembinaan pemakai air dilakukan untuk pengamanan kualitas air sebagai
tindak lanjut pengawasan kualitas air melalui upaya penyuluhan. Kegiatan
penyuluhan penyehatan air terdiridari :
Penyuluhan penyehatan air bertujuan untuk meningkatkan kesadaran penduduk
akan pentingnya penggunaan dan penanganan air bersih secara higienis dalam
kehidupan sehari-hari, diperolehnya perubahan perilaku hidup sehat yang
berhubungan dengan penyediaan air bersih, dan melembaganya kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, pemeliharaan, perbaikan, serta
pengembangan sarana air bersih dimasyarakat.
Peningkatan kegiatan kelompok pemakaiair (Pokmair).
Penerapan upaya penyehatan air melalui pendekatan desa percontohan kesehatan
lingkungan.
2. Pembinaan dan Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Tujuan pembinaan dan pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah
sebagai berikut :
a. Tersedianya informasi keadaan sanitasi TTU.
b. Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya pencegahan
penyakit yang disebabkan oleh TTU yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
c. Sebagai data dasar untuk penyuluhan kepada pihak terkait.
Bentuk kegiatan pembinaan dan pengawasan TTU adalah inspeksi sanitasi
pada TTU, diantaranya adalah :
a. Inspeksi sanitasi sekolah
b. Inspeksi sanitasi pondok pesantren
c. Inspeksi sanitasi hotel
d. Inspksi sanitasi Pasar
e. Inspeksi sanitasi sarana ibadah
f. Inspeksi sanitasi salon/pangkas rambut
g. Inspeksi sanitasi sarana pelayanan kesehatan
h. Inspeksi sanitasi kolom renang
Inspeksi sanitasi TTU dilakukan dengan menggunakan formulir inspeksi
sanitasi TTU tersendiri, sesuai dengan jenis TTU sebagaimana terlampir. Sebagai alat
bantu dalam inspeksisanitasi TTU juga dapat digunakan sanitarian kids.
Hasil inspeksi sanitasi TTU akan mengambarkan permasalahan yang ada
pada TTU tersebut dan merupakan rekomendasi bagi petugas dalam pelaksanaan
penyuluhan guna mengubah perilaku yang terkait dengan TTU tersebut. Salah satu
bentuk metode dalam mengubah perilaku yang dapat dilakukan di TTU seperti di
sekolah, pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya adalah dengan methodology for
participatory assesment (MPA) dan participatory hygiene and sanitation
transformation (PHAST) yang disingkat dengan MPA-PHAST.
MPA adalah suatu metode/cara yang digunakan untuk melakukan suatu
kajian atau penilaian terhadap keadaan atau kondisi sarana sanitasi suatu kelompok
masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat. PHAST adalah suatu metode
yang digunakan untuk mencapai perubahan perilaku ke arah perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dengan mengembangkan sarana sanitasi.
Mengapa digunakan metode MPA-PHAST? Atau apa kelebihan dari MPA-
PHAST? :
a. Masyarakat dapat mengekspresikan “voice dan choicenya”.
b. Memungkinkan bagi yang buta huruf untuk mengekpresikan pandangannya.
c. Kesinambungan dan efektifitas suatu program.
Peralatan yang diperlukan dalam Metode MPA-PHAST adalah gambar-
gambar yang mengambarkan sarana sanitasi yang digunakan masyarakat, perilaku
masyarakat dalam pemanfaatan sarana sanitasi, alur penyakit yang bisa disebabkan
oleh perilaku tersebut, dan alur pencegahan penyakit. Permasalahan dan pemecahan
masalah di dapat dari masyarakat, petugas menyimpulkan sampai ada suatu komitmen
perubahan perilaku ke arah PHBS.
Bentuk pencatatan dan pelaporan dari inspeksi sanitasi TTU, dan visualisai
data dalam bentuk pemetaan, tabel dan grafik… (lihat lampiran)
5. Klinik Sanitasi
Tujuan pelaksanaan klinik sanitasi adalah suatu upaya penyehatan
lingkungan dan pembenrantasan penyakit berbasis lingkungan. Dengan klinik sanitasi
maka upaya penyehatan lingkungan difokuskan pada kelompok resiko tinggi penyakit
berbasis lingkungan.
Alur merujuk pasien penyakit berbasis lingkungan ke klinikk sanitasi adalah
sebagai berikut :
a. Pengunjung mendaftar di loket
b. Petugas loket mengisi kartu status
c. Pasien menuju ke poliklinik dengan membawa kartu status
d. Petugas poliklinik (perawat, dokter, bidan) memeriksa pasien sesuai prosedur yang
berlaku dipuskesmas
e. Apabila dari hasil emeriksaan diduga menderita penyakit yang berbasis
lingkungan (diare, kecacingan, ISPA, malaria, DBD, TB Paru, kulit/gatal-gatal,
keracunan makan, minuman dan pestisida) dan diakibatkan oleh pengaruh
lingkungan, maka pemeriksa memberikan kartu rujukan/kartu status kepada pasien
untuk menuju ke petugas klinik sanitasi
f. Penderita menuju dan memberikan kartu rujukan/kartu status pasien ke petugas
klinik sanitasi.
Alur pelaksanaan wawancara petugas klinik sanitasi dengan pasien adalah
sebagai berikut :
a. Pasien yang dirujuk menyerahkan rujukann/kartu status ke petugas klinik saniitasi
b. Petugas klinik sanitasi mempelajari kartu pasien untuk mengetahui penyakit
penderita
c. Lakukan wawancara dengan menggunkan daftar pertanyaan sesuai penyakit yang
diderita pasien
d. Simpulkan hasil wawancara apakah penyakit yang diderita pasien itu ada indikasi
berhubugan dengan faktor lingkungan
e. Berikan saran pemecahan yang sederhana, mudah dilaksanakan danmurah sesuai
dengan masalahnya
f. Adakan kesepakatan kapan bisa berkunjung ke rumah pasien jika penyakit
disebabkan oeh faktor lingkungan
g. Pasien ambilobat di apotik dan pulang
h. Petugas klinik sanitasi mengisi kartu status kesehatan ligkungan berdasarkan kartu
status penderita dan mencatat ke dalam buku registrasi.
HIV ( + )
SEMBUH
PAJANAN INFEKSI TB
10%
MATI
Kosentrasi Kuman
Lama kontak
Keterlambatan Diagnosis
Tatalaksana tak memadai
Kondisi kesehatan
Malnutrisi
Penyakit DM, dll
LPLPO LPLPO
Permintaan/pengiriman Permintaan/ Pengiriman
RS/Klinik Puskemas
e. Format Pelaporan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit TB Paru :
Formulir pencatatan dan pelaporan Program Nasional Pengendalian TB :
1. TB 01 : Kartu Pengobatan Penderita
2. TB 02 : Kartu Identitas Penderita
3. TB 03 : Register TB / Kabupataten / Kota
4. TB 04 : Register Laboratorium
5. TB 05 : Formulir Permohonan Laboratorium untuk pemeriksaan dahak
6. TB 06 : Daftar tersangka / Suspek TB yang diperiksa dahak SPS
7. TB 07 : Laporan Triwulan Penemuan dan Pangobatan pasien TB
8. TB 08 : Laporan triwulan hasil pengobatan TB
9. TB 09 : Formulir Rujukan / Pindah pasien TB
10. TB 10 : Formulir hasil pengobatan pasien TB Pindahan
11. TB 11 : Laporan Triwulan Hasil pemeriksaan dahak mikroskopis akhir tahap intensif
12. TB 12 : Formulir jaga mutu pemeriksaan laboratorium
13. TB 13 : Laporan Triwulan OAT
Sistem pencatatan dan Laporan pada Program menggunakan formulir tersebut diatas dan juga
menggunakan media elektonik (komputerisasi) dengan program TB Elektronik dan Program SITT.
f. Visualisasi Data :
Jenis – jenis data yang akan di disajikan pada papan cakupan Program di Puskesmas atau di
dinas Kesehatan meliputi :
a. Peta Wilayah Kasus TB : BTA +, TB Anak, Rongent +, TB Mangkir
b. Grafik Jumlah penderita TB : BTA +, TB Anak, Rongent +, TB Mangkir dibuat
berdasarkan Waktu., tempat, Kelompok umur dan jenis Kelamin.
c. CDR masing-masing Nagari atau Puskesmas
d. Protap / SOP : penatalaksanaan penderita TB
e. Alur Pelayanan dan Rujukan
2. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT KUSTA
Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang
sangat kompleks. Masalah yang ditimbulkan bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai
masalah sosial, ekonomi, budaya, dan keamanan. Penyakit Kusta sampai saat ini masih ditakuti oleh
masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan karena masih
kurangnya pengetahuan / pengertian, kepercayaan masyarakat yang keliru terhadap kusta dana cacat
yang ditimbulkannya.
Dengan kemajuan teknologi, seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Akan tetapi mengingat kompleksnya masalah penyakit kusta, maka diperlukan program pengendalian
secara menyeluruh dan terpadu dengan melibatkan lintas program, lintas sektoral dan elemen
masyarakat. Selain itu juga perlu diperhatikan rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial ekonomi untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita kusta maupun mantan penderita kusta.
1. Tujuan :
a. Menurunkan angka kesakitan dan kecactan akibat penyakit kusta dengan memutus rantai
penularan
b. Tercapainya penemuan tersangka penyakit kusta sedini mungkin
c. Ditemukannya penderita kusta dengan cacat tingkat nol
d. Tercapainya penyebaran informasi tentang penyakit kusta secara menyeluruh kepada
masyarakat.
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita Kusta
c. Keluarga Penderita
d. Petugas Kesehatan
e. Lintas Sektoral
3. Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan :
a. Survei Cepat Kusta / RVS
Kegiatan Survei Cepat dilakukan untuk mendeteksi sedini mungkin penderita kusta di
masyarakat. Survei dilakukan di Nagari yang di temukan penderita kusta. Rincian kegiatan
Survey sebagai berikut :
- Sosialisasi kepada Tokoh Masyarkat, Tokoh Agama, Pemerintahan Nagari/Jorong dan
Tenaga Kesehatan.
- Pemeriksaan kelainan kulit kepada masyarakat dan anak sekolah
b. Pemeriksaan kontak
Pemeriksaan kontak dilakukan oleh petugas kesehatan Puskesmas kepada semua kontak
penderita kusta baik itu kontak serumah, dilikungan kerja maupun sekolah.
c. Promosi Kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan penegetahuan masyarakat dan lintas
sektor terkait tentang penyakit kusta, sehingga terbentuknya prilaku yang baik dari
masyarakat tentang penyakit kusta.
d. Pembentukan Kelompok Perawatan Diri Penderita Kusta
Kelompok perawatan diri dibentuk bertujuan untuk melatih para penderita kusta dan keluarga
agar dapat melakukan perawatan diri sendiri agar tercipta personal hygiene yang baik dan
mencegah terjadi infeksi ulangan pasca pengobatan.
e. Kegiatan Pencegahan cacat dirumah
Dilakukan oleh penderita sendiri dirumah, petugas hanya memberikan penjelasan dan
memperagakan tindakan-tindakan perawatan diri.
Prinsip pencegahan cacat pada dasarnya adalah 3 M :
Memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur
Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma fisik
Merawat diri
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Kusta
a. Logistik berupa Obat ;
Obat kusta dikemas dalam bentuk blister Obat Kusta di kelompokkan menjadi 2 (dua) jenis
yaitu ; Obat untuk Kusta Basah (MB) dan Obat untuk Kusta Kering (PB) yang di bagi dalam
2 Dosis yaitu ; obat kusta untuk anak dan Dewasa
b. Logistik Non Obat
Alat Laboratorium : Mikroskop, kaca sediaan, alkohol, tisu, kapas, dan lain-lain.
Bahan diagnostik : Reagensia Zeil Nelsen
Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan, Kartu Penderita
Kusta, brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
Perawatan untuk KPD ( kelompok perawatan diri ) ; Waskom, Ember, Kain handuk,
sikat/bros, sabun, cairan desinfektan dan lain-lain.
1. Pengelolaan Logistik :
Merupakan suatu rangkaia kegiatan meliputi : Perencanaan Kebutuhan, Pengadaan,
Penyimpanan, pendistribusian, penggunaan, pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi.
Perencanaan Kebutuhan
1. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Kusta
- Register dan Kartu penderita kusta
Alur Pelaporan program Kusta
Ditjen PP & PL
Propinsi
Kabupaten
2. Visualisasi Data
Data yang disajikan adalah :
- Peta Penderita Kusta
- Jumlah Penderita Kusta Type MB dan PB, berdasarkan tempat, umur dan jenis kelamin.
3. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN RABIES
Penyakit Anjing gila ( Rabies ) merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang
disebabkan oleh virus terutama pada anjing, kucing dan kera.
Penyakit ini bila sudah menunjukan gejala klinis pada hewan atau manusia selalu diakhiri
dengan kematian, sehingga menibulkan rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan
dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya.
Program pembebasan rabies merupakan kesepakatan nasional dan merupakan kerjasama 3
(tiga) Kementrian, yaitu : kementrian Kesehatan, Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian
Pertenakkan.
1. Tujuan :
a. Menekan serendah rendahnya kesakitan dan kematian akibat rabies
b. Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus gigitan Hewan Penular Rabies ( anjing,
Kucinng,dan kera ) dengan perawatan cuci luka memakai sabun dan pemberian VAR atau
kombinasi VAR & SAR sesuai indikasi
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita / Tergigit
c. Keluarga Penderita/tergigit
d. Petugas Kesehatan
e. Lintas Sektoral
3. Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan :
a. Pelacakan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies ( HPR )
- Untuk melaksanakan penatalaksanaan sedini mungkin terhadap kasus gigitan HPR agar
tidak menimbulkan keresahan bagi penderita, keluarga maupun masyarakat dan untuk
mencegah terjadinya KLB.
- Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen
Pengambilan dan pemeriksaan dilakukan bekerjasama dengan dinas peternakan
kecamatan / kabupaten
b. Pembentukan Puskesmas Rabies Center
Puskesmas Rabies center dibentuk dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan.
Bertujuan untuk mempermudah akses pelayanan kesehatan terhadap kasus-kasus gigitan
HPR. Selain itu juga rabies center dibentuk agar dapat lebih mudah untuk melakukan
Monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan yang diberikan, ketersediaan logistik untuk
penatalaksanaan kasus gigitan. Puskesmas Rabies Center berfugsi untuk melayani puskesmas
yang ada disekitarnya antara 1 sampai dengan 5 Puskesmas. Puskesmas Rabies Center
dibentuk dengan mempertimbangkan :
- Letak Lokasi / Geografis suatu daerah,
- Transportasi
- Ketersediaan Tenaga yang kompeten dan sudah dilatih,
- Ketersedian Sarana dan Prasarana untuk penyimpanan VAR dan SAR
c. Penyuluhan / Pertemuan/ Sosialisasi program tingkat Nagari, Kecamatan dan Tingkat
Kabupaten.
Kegiatan ini merupakan pemberian materi dan evaluasi tetang Program Rabies. Hal ini untuk
melihat dan memantau permasalahan permasalahan program rabies dan sekaligus untuk
mengkoordinasikan antara rabies center dengan puskesmas satelit. Kegiatan ini di ikuti oleh
Petugas Pengelola Rabies, Kepala Puskesmas dan petugas Rumah Sakit umum. Pada
pertemuan ini juga akan dihadiri oleh petugas dari Dinas Peternakan.
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan Rabies
a. Logistik berupa Obat ; VAR dan SAR
b. Logistik Non Obat
Bahan Pembersih luka gigitan : Hands Scone, Betadine, Sabun Deterjen / Cairan
Antiseptik, yodium, kasa steril
Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan, brosur, poster,
lembar balik dan lain-lain.
1. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan : Laporan Kasus gigitan, Laporan Pemakaian VAR / SAR
- Register Kasus dan Formulir Pelacakan kasus
2. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus Gigitan HPR
- Grafik Kasus Gigitan HPR berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah /tempat dan
berdasarkan Waktu
- Grafik Kasus Gigitan yang meninggal dan kasus Diberi VAR / SAR
4. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN FILARIASIS
Penyakit Kaki Gajah ( Filariasis ) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan karena
infeksi cacing filaria yang hidup dalam saluran dan kelenjar getah bening yang dapat menyebabkan
gejala akut dan kronis.
Penyakit kaki gajah merupakan penyebab utama kecacatan, stigma sosial, hambatan
psikososial yang menetap dan penurunan produktifitas kerja individu, keluarga dan masyarakat
sehingga menibulkan kerugian ekonomi.
1. Tujuan :
a. Memutus rantai penularan
b. Penemuan penderita dan tata laksana kasus
c. Menurunkan angka mikrofilaria < 1%
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita
c. Keluarga Penderita
d. Petugas Kesehatan
e. Lintas Sektoral
3. Kegiatan Pelayanan yang dilaksanakan :
a. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan :
Meniadakan sumber penularan dengan mencari / pelacakan kasus dan mengobati semua
penderita
Pengobatan Massal Filariasis
Survey Darah Jari ( SDJ ) :
Rapid Diagnostik Test ( RDT ) merupakan evaluasi dari pengobatan massal filariasis,
sasaran untuk RDT ini adalah siswa kelas I dan kelas II SD, petugas yang melaksanakan
adalah petugas kesehatan ( Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten ) yang akan
mengambil sampel darah kepada sasaran.
Sosialisaasi dan Pelaksanaan TAS ( Transmission Assesment Survey)
Kegiatan TAS Juga Merupakan evaluasi dari pengobatan massal filariasis, kegiatan ini
dilaksanakan setelah 5 (lima) tahun pengobatan massal dikaksanakan
b. Pendidikan Kesehatan kepada Masyarakat
Melakukan kegiatan sosialisasi / penyuluhan di masyarakat, di sekolah maupun di tempat-
tempat umum lain.
c. Memberantas Vektor dan Larvanya
Pemberantasan vektor dapat dilakukan secara biologis, Fisik maupun kimiawi
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan Filariasis
a. Logistik berupa Obat ; DEC, Albendazol, Paracetamol
b. Logistik Non Obat
RDT Filariasis
Alat Laboratorium : Mikroskop, kaca sediaan, alkohol, kapas, Boks Slide, Hand Scone
dan lain-lain.
Bahan diagnostik : Giemsa, cairan Buffer
Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan, brosur, poster,
lembar balik dan lain-lain.
5. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Filariasis
- Laporan Pengobatan Massal Filariasis
- Register Kasus dan Formulir Pelacakan kasus
6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus Filariasis
- Grafik Kasus Filariasis berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah /tempat
- Grafik Hasil Pengobatan Massal Filariasis
5. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Setiap tahun ribuan orang meninggal karena Demam Berdarah dengue (DBD) dan sering
menyebabkan kejadian luar biasa. Penyakit ini bersifat musiman dan biasanya kasusnya meningkat
pada musim hujan. DBD masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena angka
kesakitan pada semua kelompok umur cukup tinggi.
Masih tingginya angka kesakitan dan kematian DBD disebabkan karena ketidak pedulian
masyarakat dalam upaya menanggulangi DBD, sebagian masyarakat sudah tahu cara pencegahannya
tetapi tidak melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mencegah DBD. Faktor –
faktor yang mempengaruhi penyebar luasan DBD, antara lain : Prilaku masyarakat, Perubahan iklim,
pertumbuhan ekonomi, ketersediaan air bersih.
1. Tujuan :
a. Memutus rantai penularan
b. Penemuan penderita dan tata laksana kasus
c. Menurunkan angka Kesakitan dan kematian akibat DBD
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita DBD
c. Keluarga Penderita DBD
d. Petugas Kesehatan
e. Lintas Sektoral
3. Kegiatan Pelayanan yang dilaksanakan :
a. Pengendalian Vektor
Pengendalian Fisik ; PSN
Pengendalian Biologis
Pengendalian Kimiawi :
Larvasida
Penyemprotan / Fogging
Demam Berdarah Dengue ditularkan terutama oleh Nyamuk Aedes Aegypti. Cara pencegahan /
pemberantasan yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan memberantas vektor ( Nyamuk
penularnya ), karena vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia.
Salah satu kegiatan pencegahan yang dilaksanakan adalah dengan melakukan penyemprotan
terhadap vektor penular. Penyemprotan dilakukan apabila ditemukan kasus positif DBD yang
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dari Rumah Sakit dan ditemukan jentik disekitar rumah
tempat tinggal penderita. Kegiatan penyemprotan dilakukan dalam 2 kali periode di satu wilayah
yang dilakukan fogging dengan interval waktu 1 Minggu.
b. Sosialisasi / Pelatihan Jumantik (Juru Pemantau Jentik )
Pelatihan Jumantik dapat dilakukan pada Masyarakat dan Anak Sekolah. Tujuannya adalah :
Meningkatkan Pengetahuan masyarakat / kader dan Petugas tentang penyakit BDB dan
penanggulangannya.
Meningkatkan Partisipasi masyarakat dan penanggulangan penyakit DBD
c. Surveilans Kasus
Miningkatan Sistem Surveilans di tingkat Puskemas dan Rumah sakit serta fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya.
d. Penemuan dan tatalaksana kasus
e. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan dapat dilakukan di : Sarana Kesehatan, Sekolah, di Masyarakat dan di tempat
umum.
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan DBD
a. Logistik berupa Obat , Cairan Infus, Oksien
b. Logistik Non Obat
RDT DDB : IgG, IgM, Ns1
Alat Laboratorium : Mikroskop, kaca sediaan, alkohol, kapas, dan lain-lain.
Bahan diagnostik : Giemsa, cairan Buffer
Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan, brosur, poster,
lembar balik dan lain-lain.
Peralatan dan Perlengkapan Fogging
Insektisida untuk pengendalian Vektor
5. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan DBD
- Laporan Penyelidikan Epidemiologi
6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus DBD
- Grafik Kasus DBD berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah /tempat dan Waktu
Tatalaksana DBD :
6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus Malaria
- Grafik Kasus Malaria berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah / tempat dan Waktu
Alur Penemuan Penderita Malaria
1. Tujuan :
a. Menemukan dan Menurunkan angka kesakitan Ispa/Pneumonia
b. Melakukan Pengobatan yang tepat untuk mencegah terjadinya kematian akibat Ispa /
Pneumonia
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita ISPA
c. Keluarga Penderita ISPA
3. Kegiatan Pelayanan yang dilaksanakan :
a. Penemuan dan tatalaksana Kasus ; Penemuan secara pasif maupun aktif
b. Surveilans
c. Pemberdayaan Masyarakat : Pelatihan kader
d. Penyuluhan yang intensif tentang ISPA
e. Rujukan kasus
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan ISPA
a. Logistik berupa Obat : Kontrimoksazol, Paracetamol, Amoksilin
b. Alat Bantu Tata Laksana : Sound Timer, Oksigen Konsentrator.
c. Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan, brosur, poster, lembar
balik dan lain-lain.
d. VCD
1. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Kasus Ispa
- Registrasi Penderita Ispa
- Laporan Penyelidikan Epidemiologi
6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus ISPA dan Pneumonia
- Grafik Kasus ISPA berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah / tempat dan Waktu
- Grafik Cakupan proporsi Penderita Ispa / Pneumonia yang di tangani dan dirujuk.
- Grafik Pengunaan Obat-Obatan
Program Surveilens, imunisasis dan wabah bencana ditujukan untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular kurang dari 24 jam.
Prioritas penyakit menular harus ditanggulangi 100% sesuai dengan Permenkes nomor ;1501 Tahun
2010 adalah leptospirosis, hepatitis, demam berdarah dengue, Kolera, Pes, Campak, H1N1(Avian
Influensa Baru, Antrak, Rabies, Polio, Pertusis, Difteri, Malaria, Maningitis, Yellow Fiver,
chikungunya, dan penyakit menular tertentu lainya ; tubercolusis paru, HIV/AIDS, kusta, pneumonia,
filariasis .
Penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah BBLR, Kematian Ibu, Kematian
Bayi/Neonatus, Anemia, Bumil Lila,Persalinan, BGM, Kwashiokort, Marasmus, Gizi Buruk, dan lain-
lain penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes melitus dan kanker. Rencana kerja indikatif
berupa kegiatan pokok dalam rangka pelaksanaan program Surveilens, Imunisasi dan wabah bencana
antara lain :
1. Penyelidikan Epidemiologi
2. Pelacakan, Peningkatan penemuan kasus penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah
dan penanggulangan wabah dan KIPI
3. Penemuan secara pasif dan aktif melalui Penyeldikan epidemiologi / kunjungan lapangan
penyakit
4. Pengambilan dan pengiriman sampel penyakit
5. Peningkatan Imunisasi
6. Melaksanakan vaksinasi balita dan anak sekolah
7. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko < 24 jam
8. Melaksanaan Pelatihan Siaga Bencana untuk tenaga Puskesmas dan Kabupaten
A. TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN :
1. Tujuan :
a. Menurunnya angka kesakitan, Kecacatan dan kematian akibat penyakit menular dan
penyakit tidak menular < 24 jam
b. Merekomendasikan untuk Memutuskan mata rantai penularan penyakit
c. Merekomendasikan untuk Meningkatkan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko Penyakit Tidak Menular
2. Sasaran Kegiatan :
Sasaran dalam pelaksanaan kegiatan, meliputi :
a. Masyarakat
b. Penderita
c. Keluarga Penderita
d. Petugas Kesehatan / Lintas Program / Lintas Sektoral
B. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan yang dilaksanakan pada program surveilens, imunisasi dan wabah bencana terdiri
dari :
1. Peningkatan Surveilens Epidemiologi dan penaggulangan wabah
a. Tujuan :
Mencegah terjadinya penularan penyakit dan wabah penyakit
Mencegah, menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan angka kematian akibat
penyakit menular dan tidak menular < 24 jam
Mencegah wabah penyakit menular dan tidak menular melalui penyeledikan
epidemiologi
Merekomendasikan untuk melakukan pemutusan mata rantai penularan penyakit pada
lintas program dan lintas sektor terkait
Melalukan Investigasi / kunjungan lapangan kelokasi terjangkit penyakit
Melakukan pengumpulan data, pengolahan dan menganalisa data dan membuat
kesimpulan dan mendistribusikan kepada yang berkepentingan.
b. Sasaran :
Masyarakat
Penderita
Keluarga Penderita
Petugas Kesehatan
Lintas Program dan Lintas Sektoral
c. Kegiatan yang akan dilaksanakan :
1. Melakukan Pertemuan Surveilens, Siaga Bencana, Petugas /tim Pemeriksa haji tingkat
Kabupaten dan Pertemuan Zona surveilens tingkat Kecamatan dan tingkat nagari bagi
petugas kesehatan, kader kesehatan.
2. Pengambilan dan pengiriman sampel, kegiatan meliputi :
Kunjungan rumah kepada seluruh kepala keluarga & anggota keluarga
Pengambilan sampel
Pengiriman sampel
3. Penyeldikan epidemiologi / Penyelidikan KLB :
Penemuan Kasus dini dilaksanakan di setiap Puskesmas, Pustu Pembantu, Polindes
dan Rumah sakit dan dimasyarakat. Tujuan pokok dari penyelidikan KLB adalah
untuk mengetahui cara mencegah penularan lebih lanjut dari penyebab penyakit.
4. Pelaksanaan Surveilans Terpadu Penyakit
Surveilens Terpadu Penyakit merupakan proses kegiatan yang terus menerus dan
sistematis yang membutuhkan dukungan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi serta dukungan sumber daya yang memadai, kegiatan penyelenggaraan
Surveilens Terpadu meliputi :
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data untuk Surveilens bersumber dari register rawat jalan, raway inap, Puskesmas
Pembantu serta dari masyarakat
Analisa serta Rekomendasi Tindak lanjut
Analisa dilakukan baik secara mingguan, bulanan maupun tahunan
Umpan Balik
Mengirim umpan balik bualanan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas
Pembantu dan jejaringnya.
Laporan
1. Peningkatan Imunisasi dan Pelayanan Imunisasi pada Anak Sekolah
a. Tujuan :
Terlaksananya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan wabah
Turunnya angka PD3I melalui kegiatan BIAS dan Penanggulangan KIPI
Menurunkan AKI dan AKABA melalui PD3I
Memutus mata rantai penularan penyakit melalui Vaksinasi balita dan anak sekolah
Terjaringnnya Kasus KIPI dan Penanganan kasus KIPI 100%
Teraksananya Penyeleidikan Epedemiologi penemuan kasus tersangka penyakit
menular sedini mungkin atau < 24 jam
Dicegahnya penderita cacat/lumpuh layuh menetap melalui imunisasi
Tersosisialisasi / terdistribusinya penyebaran informasi tentang PD3I penyakit menular
secara menyeluruh kepada masyarakat.
b. Sasaran :
Masyarakat : Bayi, Balita dan Anak Sekolah
Petugas Kesehatan
Lintas Program dan Lintas Sektoral
c. Kegiatan yang dilaksanakan :
1. Melakukan Pertemuan Imunisasi Tingkat Puskesmas / Tingkat Kecamatan bagi petugas
dan Bidan Desa
2. Pelayanan Imunisasi Rutin
3. Pelaksanaan Imunisasi Rutin dilaksanakan di Posyandu dan di Puskesmas yang
dilaksanakan 1 ( satu ) bulan sekali sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh masing-
masing Puskesmas melalui kesepatan dengan masyarakat.
4. Pelaksanaan Imunisasi TT untuk Bumill dan Calon Pengantin
5. Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas dengan melibatkan lintas program terkait yaitu
Petugas KIA/ KB Puskesmas.
6. Pelacakan KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi )
7. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui KIPI yang terjadi dan Penatalaksanaan KIPI
sedini mungkin.
8. Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS )
9. Kegiatan BIAS ini merupakan program yang dilaksanakan oleh Puskesmas dengan
jajarannya terutama pada sekolah dasar kelas I, II dan Kelas III. Vaksinasi yang
diberikan adalah Vaksin Campak untuk anak kelas I dan Vaksin DT dan TD untuk anak
kelas I, II dan III.
10. Sosialisasi dan Penyuluhan tentang Program Imunisasi
11. Sosialisasi dan penyuluhan dapat dilakukan di tingkat Puskesmas, Nagari maupun di
posyandu waktu pelaksanaan posyandu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat
dan petugas tentang program imunisasi.
12. Sweeping Imunisasi / Dofu( dropout follow up)
Kegiatan sweeping/dofu dilakukan untuk pemberian imunisasi pada balita yang tidak
datang ke posyandu untuk imunisasi
3. Pelayanan Kesehatan Haji dan Bencana
a. Tujuan :
Terlaksana pelaksanaan pelayanan kesehatan haji yang baik
Telaksana sistem manajemen bencana di tingkat Puskemas / Kecamatan.
b. Sasaran :
Masyarakat
Calon Jemaah Haji
Petugas Kesehatan
Lintas Sektor terkait
c. Kegiatan yang dilaksanakan :
1. Pemeriksaan Kesahatan Haji
Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji dilaksanakan untuk mengetahui kesehatan jemaah
haji, deteksi dini penyakit pada calon jemaah haji dan penatalaksaan lanjutan terhadap
calon jemaah haji yang mempunyai masalah terhadap kesehatannnya dan sekembalinya
jemaah haji dari Mekah dilkakukan kembali pelacakan terkait dengan masalah
kesehatannya.
2. Vaksinasi bagi Calon Jemaah Haji
Vaksinasi merupakan upaya preventif untuk perlindungan terhadap jemaan haji waktu
pelaksanaan haji sehingga tidak tertular penyakit dan menjadi sumber penularan
penyakit sewaktu pulang dari ibadah haji.
3. Pencatatan dan Pelaporan
Dokumentasi Haji sangat diperlukan dan merupakan salah satu syarat yang harus
dilengkapi sebelum berangkat haji.
4. Pelatihan Manajemen Bencana Tingkat Puskesmas
Pelatihan Manajemen bencana bertujuan agar Puskesmas dan Jaringan mengatahui tata
cara / langkah-langkah yang harus dilakukan bila terjadi bencana diwilayah kerjanya.
C. FASILITAS PENDUKUNG
1. Program Surveilans
a. Bahan / Alat :
Senter Surveilans untuk pemeriksaan jentik
Botol spesimen, Slide dan Bok Slide untuk spesimen
Alat APD untuk Petugas Kesehatan
Reagen untuk pemeriksaan spesimen
Termometer
Tensi meter
Obat-obatan ; misal ; anti racun binatang berbisa ketika PE,dll
b. Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan, brosur, poster,
lembar balik dan lain-lain.
2. Program Imunisasi
a. Bahan / Alat Imunisasi :
Vaksin Imunisasi dan Pelarut : Campak, Polio, DPT-HIB, TT, DT dan Td, BCG, HB0
Vaksin Carier / Termos Vaksin
Kulkas Vaksin
Ice cold
Safety Box
Hand Scone
Spuid / Jarum Suntik
Kapas alkohol
Termometer untuk Kulkas Vaksin/fristeg/fridge-tag
b. Barang Cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan, brosur, poster,
lembar balik dan lain-lain.
3. Program Haji
a. Bahan / Alat Imunisasi :
Vaksin Haji : Meningitis, Influenza
Spuid / Jarum suntik
Safety Box
Hand Scone
Kapas Alkohol
Coldbox
b. Barang Cetakan : Buku Pedoman, Buku Haji, Formulir pencatatan dan pelaporan, brosur,
poster, lembar balik dan lain-lain.
1. Program Bencana
a. Bahan / Alat :
Peralatan P3K
Alat Resusitasi
Peralatan untuk pertolongan pertama pada Gangguan Kesehatan dan Penyakit
Obat-Obatan
Radio Orari/HT/Hp
Logistik pedukung lain ; Tandu, Oksigen, Tensi meter, Termometer
b. Barang Cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan, brosur, poster,
lembar balik dan lain-lain.
c. Media Tranportasi/Mobil Ambulance/Motor
A. FORMAT – FORMAT PELAPORAN
a. Format Laporan Surveilans :
Laporan W1
Laporan W2
Laporan Surveilans Campak
List Penderita AFP
Laporan Surveilans Integrasi AFP dan PD3I
Laporan Kelengkapan dan Ketepatan
Surveilans Terpadu Puskesmas
a. Format Laporan Imunisasi :
PWS Imunisasi ( Software )
Monitoring Vaksin 1 dan 2
Laporan Bias Campak, Laporan Bias DT dan Td
c. Format Laporan Haji dan Bencana
Laporan Rekapitulasi Jemaah Haji
Laporan Penjaringan Kesehatan Jemaan Haji
Laporan Kejadian Bencana
A. VISUALISASI DATA
a. Peta Wilayah :
Peta Cakupan Imunisasi
Peta Wilayah Rawan Bencana
Peta KLB / Wabah
a. Grafik pencapaian :
Cakupan Imunisasi Rutin : HBO,BCG, Polio, DPT-HB-Hib Campak, TT, Cakupan
BIAS : Campak, DT dan Td
Grafik Suhu Vaksin
Grafik Kejadian Luar Biasa
Grafik Surveilens Terpadu Puskesmas