Anda di halaman 1dari 105

Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan

Masyarakat Tahun 2022

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah unit pelayanan kesehatan tingkat pertama
dan merupakan garda terdepan dalam melayani masyarakat. Puskesmas
merupakan kesatuan organisasi fungsional sebagai pusat
pengembangan kesehatan masyarakat, membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerja (permenkes nomor 75
tahun 2004).
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan, meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan
pelayanan kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan yang diselenggarakan termasuk upaya promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Menurut peraturan menteri kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, pada Pasal 4 disebutkan bahwasanya puskesmas
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
Adapun fungsi puskesmas sebagaimana tertuang pada Pasal
5 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
meliputi :
1. Penyelenggaraan UKM (upaya kesehatan Masyarakat) tingkat pertama di
wilayah kerja.
2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perorangan) tingkat pertama di
wilayah kerja.
Upaya kesehatan Masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
kesehatan masyarakat esensial yaitu :
1. UKM Promosi Kesehatan (Promkes)
2. UKM Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana. (KIA/KB)
3. UKM Gizi
4. UKM Kesehatan Lingkungan (Kesling)
5. UKM Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
Upaya kesehatan masyarakat baik esensial harus diselenggarakan
sesuai dengan pedoman yang telah di tetapkan untuk mendukung pencapaian
standar pelayanan minimal Kabupaten Tanah Datar

Puskesmas Singgalang 1
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

1.2 Tujuan Pedoman


Pedoman Upaya Kesehatan Masyarakat bertujuan untuk menjadi
acuan bagi seluruh aktifitas pelayanan upaya kesehatan yang dilaksanakan di
puskesmas Singgalang, sehingga pada akhirnya pelayanan upaya kesehatan
dapat dilaksanakan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM).

1.3 Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang lingkup pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Singgalang meliputi yaitu :
1. UKM Promosi Kesehatan (Promkes)
2. UKM Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga berencana (KIAKB)
3. UKM Gizi
4. UKM Kesehatan Lingkungan (Kesling)
5. UKM Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)

1.4 Definisi Operasional


1.4.1 Upaya promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran , oleh, untuk dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.
1.4.2 Upaya kesehatan Ibu, Anak dan KB adalah upaya kesehatan primer
yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan kesehatan ibu
dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta
upaya kelangsungan hidup,pengembangan dan perlindungan bayi,
anak bawah lima tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah
dalam proses tumbuh kembang. Keluarga berencana adalah
upaya keesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan kesehatan pasangan usia subur dalam
menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas.
1.4.3 Upaya peningkatan gizi masyarakat adalah kegiatan untuk
mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat dengan
pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta
dukungan peran serta aktif masyarakat.
1.4.4 Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya yang dilakukan
oleh puskesmas untuk menjadikan lingkungan yang sehat dalam
rangka pencegahan terhadap penyakit yang berhubungan dengan
lingkungan dan menciptakan lingkungan yang dapat mengoptimalkan
penyembuhan suatu penyakit di masyarakat.
1.4.5 Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit adalah suatu
upaya untuk mencegah agar penyakit menular tidak menyebar
didalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan

Puskesmas Singgalang 2
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan


kesehatan,surveylans dan imunisasi.

Puskesmas Singgalang 3
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

2.1 Kualifikasi Sumber Daya Manusia Upaya Kesehatan Masyarakat


Berikut ini kualifikasi sumber daya manusia dan realisasi tenaga
upaya kesehatan yang telah ada di puskesmas Singgalang :

Tabel 2.1
Kualifikasi Sumber Daya Manusia dan Realisasi di Puskesmas Singgalang
Tahun 2022

No Upaya Kes. Masyarakat Kualifikasi SDM Realisasi

1 UKM Promkes S1 Kesehatan S1 Kesehatan


Masyarakat Masyarakat
2 UKM KIA & KB D3 Kebidanan D 3 Kebidanan
3 UKM Gizi D3 Gizi D 3 Gizi
4 UKM Kes. Lingkungan D3 Kesling D 3 Kesling
5 UKM P2P D3 Keperawatan D3 Keperawatan

2.2 Jadwal Kegiatan


2.2.1 Jadwal kegiatan UKM di susun berdasarkan RUK (Rencana Usulan
Kegiatan) tahunan yang sudah dirancang oleh pemegang program.
RUK sendiri disusun berdasarkan kebutuhan serta adanya permintaan
dari masyarakat.
2.2.2 Pengaturan kegiatan upaya kesehatan masyarakat dilakukan bersama
oleh para pemegang program dalam kegiatan rapat UKM dengan
persetujuan Kepala Puskesmas.
2.2.3 Jadwal kegiatan di buat untuk jangka waktu satu tahun dan di
pecah dalam jadwal kegiatan bulanan
2.2.4 Jadwal kegiatan di koordinasikan dan di komunikasikan kepada lintas
program maupun lintas sektoral.

Puskesmas Singgalang 4
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

BAB III
TATALAKSANA PELAYANAN

3.1 Tata Laksana Upaya Promosi Kesehatan


3.1.1 Pengertian dan Strategi Upaya Promosi Kesehatan
Upaya Promosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran oleh, untuk dan
bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai
dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik
yang berwawasan kesehatan.
Berdasarkan definisi tersebut diatas, dapat dirumuskan bahwa
Promosi Kesehatan Puskesmas adalah upaya puskesmas
melaksanakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah
penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga serta
lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumber masyarakat.
Berdasarkan Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, strategi
dasar utama Promosi Kesehatan adalah (1) Pemberdayaan, (2) Bina
Suasana,(3) Advokasi , serta dijiwai semangat (4) Kemitraan.
1. Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk
menumbuhkan dan meningkatan pengetahuan, kemauan dan
kemampuan individu ,keluarga dan masyarakat untuk mencegah
penyakit, meningkatkan kesehatannya, menciptakan lingkungan
sehat serta berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
kesehatan.
a. Pemberdayaan Individu
Dilakukan oleh setiap petugas kesehatan terhadap
individu-individu yang datang memanfaatkan pelayanan
puskesmas. Tujuannya memperkenalkan prilaku baru kepada
bindividu yang mungkin mengubah prilaku yang selama ini
dipraktikkan oleh individu .
Misalnya :
 Setiap ibu yang telah mendapat pelayanan pengobatan untuk
anak balitanya,dapat disampaikan tentang manfaat menimbang
anak balita secara berkala untuk mengetahui perkembangan
dan pertumbuhan anak balitanya.
 Ibu yang dikunjungi ke rumahnya oleh petugas puskesmas,
yang berhenti memeriksakan kandungannya ke Puskesmas.
Metode yang digunakan dapat berupa pilihan atau
kombinasi dari dialog, demonstrasi, konseling, dan bimbingan.
Demikian pula media komunikasi yang digunakan dapat berupa

Puskesmas Singgalang 5
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

pilihan atau kombinasi dari lembar balik, leaflet, gambar/foto


( poster ) atau media lain yang mudah dibawa untuk kunjungan
rumah.
b. Pemberdayaan Keluarga
Dilakukan oleh petugas puskesmas yang melaksanakan
kunjungan rumah terhadap keluarga yaitu keluarga dari individu
pengunjung Puskesmas atau keluarga-keluarga yang berada di
wilayah kerja Puskesmas. Tujuan dari Pemberdayaan keluarga ini
juga untuk memperkenalkan prilaku baru yang mungkin
mengubah perilaku yang selama ini dipraktikkan oleh keluarga
tersebut.
Perilaku baru misalnya prilaku buang air ke jamban,
konsumsi garam beryodium, memelihara TOGA, menguras bak
mandi, menutup persediaan air, mengubur benda-benda buangan
yang menampung air, konsumsi makanan berserat ( buah dan
Sayur )
Pemberian informasi tentang prilaku yang diperkenalkan
seperti tersebut diatas perlu dilakukan secara sistematis agar
anggota-anggota keluarga yang dikunjungi oleh petugas
Puskesmas dapat menerima dari tahap tahu menjadi mau dan
mampu melaksanakan .
Metode dan media komunikasi yang digunakan untuk
Pemberdayaan keluarga dapat berupa pilihan atau kombinasi
antara lain dari dialog, demonstrasi, konseling, dan bimbingan.
Demikian pula media komunikasi yang digunakan dapat berupa
pilihan atau kombinasi dari lembar balik, leaflet, gambar/foto
( poster ) atau media lain yang mudah dibawa untuk kunjungan
rumah.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Dilakukan oleh Petugas Puskesmas yang merupakan
penggerakan atau pengorganisasian masyarakat, kegiatan ini
diawali dengan membantu kelompok masyarakat yang mengenali
masalah-masalah yang mengganggu kesehatan sehingga
masalah tersebut menjadi masalah bersama, kemudian masalah
tersebut dimusyawarahkan untuk dipecahkan secara bersama.
Beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh Puskesmas
berwujud UKBM seperti Posyandu, POD, Panti Pemulihan Gizi,
Kadarzi, Dokcil, Poskestren dll.
Disamping itu Puskesmas juga berfungsi sebagai Pusat
penggerak Pembangunan berwawasan kesehatan yaitu :
1. Menggerakkan Lintas Sektor dan dunia usaha di wilayah
kerjanya agar menyelenggarakan Pembangunan yang
berwawasan kesehatan.

Puskesmas Singgalang 6
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

2. Memantau dan melaporkan secara aktif dampak kesehatan dan


penyelenggaraan setiap program pembangunan diwilayah
kerjanya.
3. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
Ketiga hal tersebut bertujuan untuk mendorong
LS/LSM/Dunia swasta untuk membantu pelayanan promosi
kesehatan melalui bantuan dana, sarana, metode yang dimilikinya
dan diutamakan pada sasaran yang tepat.
Manfaat melakukan promosi kesehatan di rumah tangga
adalah anggota keluarga meningkat kesehatannya dan tidak
mudah sakit, produktifitas keluarga meningkat serta pengeluaran
biaya akibat gangguan kesehatan dapat dialokasikan untuk
pemenuhan gizi keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk
peningkatan pendapatan.
Selain itu masyarakat mampu mengupayakan lingkungan
sehat, mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan,
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, mempu
mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
seperti posyandu, tabulin dll.
Manfaat bagi Pemerintah juga sangat besar yaitu
peningkatan kinerja dan citra pemerintah, alokasi biaya
penanganan masalah kesehatan dapat dialihkan untuk
pengembangan lingkungan sehat serta penyediaan sarana
kesehatan yang merata dan bermutu.
2. Bina Suasana
Merupakan upaya menciptakan suasana atau lingkungan
sosial yang mendorong individu, keluarga dan masyarakat untuk
mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta
menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam setiap
upaya penyelenggaraan kesehatan.
Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan perilaku
yang diperkenalkan apabila lingkungan sosialnya mendukung.
Keluarga atau orang yang mengantarkan pasien ke Puskesmas
serta petugas kesehatan mempunyai pengaruh untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif atau mendukung opini yang positif
terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan.
Oleh karena itu, metode yang tepat disini adalah
penggunaan media, seperti pembagian selebaran,pemasangan
poster atau penayangan video yang berkaitan dengan penyakit
pasien. Dengan demikian, mereka dapat membantu menyampaikan
informasi yang diperoleh kepada pasien.

Puskesmas Singgalang 7
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

3. Advokasi
Merupakan upaya atau proses yang terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(tokoh-tokoh masyarakat informal dan formal) agar masyarakat di
lingkungan puskesmas berdaya untuk mencegah serta
meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat.
4. Kemitraan
Dalam pemberdayaan, bina suasana dan advokasi, prinsip-
prinsip kemitraan harus ditegakkan. Kemitraan dikembangkan antara
petugas kesehatan Puskesmas dan sasarannya (pasien atau pihak
lain) dalam pelaksanaan pemberdayaan, bina suasana dan
advokasi.

3.1.2 Fasilitas dan Pendukung Pelayanan


1. Metode dan Media
Metode komunikasi yang dilakukan harus memperhatikan
kemasan informasi, keadaan penerima informasi serta hal lain
seperti ruang dan waktu. Media atau sarana informasi juga harus
dipilih mengikuti metode yang telah ditetapkan, memperhatikan
sasaran atau penerima informasi. bila penerima informasi tidak bisa
membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika digunakan media
yang penuh tulisan, atau bila penerima informasi hanya memiliki
waktu yang sangat dingkat, tidak akan efektif jika diberikan poster
yang memiliki kalimat yang panjang.
2. Sumber Daya
Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1114/Menkes/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi
Kesehatan di Daerah disebutkan bahwa standar tenaga khusus
promosi kesehatan untuk puskesmas adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kualifikasi Sumber Daya Manusia Promosi Kesehatan
Tahun 2022

Kualifikasi Jumlah Kompetensi Umum


D 3 Kesehatan + minat 1 orang a. Membantu tenaga
& bakat di bidang kesehatan lain
promosi merancang
pemberdayaan
masyarakat
b. Melakukan bina
suasana dan advokasi

Puskesmas Singgalang 8
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Sedangkan untuk standar sarana/peralatan promosi


kesehatan Puskesmas minimalnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Standar Sarana Promosi Kesehatan
Tahun 2022

No Jenis Sarana / Peralatan Jumlah


1. Flipchart dan stands 1 set
2. Overhead Projektor ( OHP ) 1 buah
3. Amplifier dan wireless microphone 1 set
5. Megaphone/ Public address System 1 set
6. Portable generator 1 buah
7. Tape/cassette recorder/player 1 buah
8. Papan informasi 1 Buah

3.1.3 Kegiatan Promosi Kesehatan di Dalam Gedung Puskesmas


Promosi kesehatan yang dilaksanakan di lingkungan dan
gedung puskesmas seperti di tempat pendaftaran, poliklinik, ruang
perawatan, laboratorium, kamar obat, tempat pembayaran dan
halaman puskesmas.
1. Tempat Pendaftaran
Dapat dilakukan dengan penyebaran informasi melalui
media seperti poster, leaflet, selebaran yang dapat
dipasang/diletakkan didepan loket pendaftaran. Adapun jenis
informasi yang disediakan yaitu :
a. Alur pelayanan puskesmas
b. Jenis pelayanan kesehatan
c. Denah poliklinik
d. Informasi masalah kesehatan yang menjadi isu pada saat itu
e. Peraturan kesehatan seperti dilarang merokok, dilarang meludah
sembarangan, membuang sampah pada tempatnya, daln lain-
lain.
Memberikan salam kepada pengunjung puskesmas
termasuk dari kegiatan promosi karena sudah terjadi komunikasi
awal yang menimbulkan kesan yang baik.
2. Poliklinik
Petugas kesehatan puskesmas yang melayani pasien
meluangkan waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
pasien berkenaan dengan penyakitnya atau obat yang harus
ditelannya. Guna memudahkan pemberdayaan dalam pelayanan
medis, harus disediakan berbagai media (alat peraga) seperti
misalnya lembar balik, poster, gambar-gambar atau model-model
anatomi, dan brosur yang bisa dibawa pasien.
Puskesmas Singgalang 9
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Pihak yang paling berpengaruh terhadap pasien rawat jalan


adalah orang yang mengantarkannya ke Puskesmas. Oleh karena
itu, khususnya di Ruang tunggu perlu dipasang media seperti poster,
selebaran yang berisi informasi tentang berbagai penyakit dan
pencegahannya.
3. Ruang Pelayanan KIA & KB
Sebagian besar pengunjung adalah ibu-ibu dan balita yang
tidak sakit, yaitu ibu-ibu yang memeriksakan kehamilannya atau
hendak bersalin, atau mereka yang memerlukan pelayanan
kontrasepsi. Oleh karena itu perlu dipasang poster atau selebaran
tentang berbagai penyakit, khususnya yang menyerang bayi dan
balita. Disamping itu, tentang pentingnya memeriksakan kehamilan
teratur, pentingnya tablet Fe, imunisasi yang lengkap bagi bayi,
pemberian ASI Eksklusif, memantau tumbuh kembang balita, dan
lain-lain.
4. Laboratorium
Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah
pentingnya melakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu :
a. Bagi pasien untuk ketepatan diagnosis yang dilakukan dokter
b. Bagi pengunjung sehat lainnya yaitu untuk memantau kondisi
kesehatan, agar dapat diupayakan untuk tetap sehat.
Oleh karena itu, perlu dipasang poster dan leaflet yang dapat
diambil gratis.
5. Ruang Pelayanan Obat
Kesadaran yang ingin diciptakan dalam diri mereka adalah
terutama tentang :
a. Manfaat obat generik dan keuntungan jika menggunakan obat
generik.
b. Kedisiplinan dan kesabaran dalam menggunakan obat sesuai
dengan petunjuk dokter.
c. Pentingnya memelihara Taman Obat Keluarga (TOGA) dalam
rangka memenuhi kebutuhan akan obat-obatan sederhana.
Selain dipasang poster dan disediakan leflet tentang
informasi kesehatan, ditempat ruang ini dapat dioperasikan tape
recorder yang menyampaikan pesan-pesan tersebut.
6. Klinik Khusus
Beberapa prinsip pemberian informasi melalui konseling
kepada pasien ;
a. Memberikan suasana gembira dan semangat hidup.
b. Menghargai pasien/klien sepenuh hat
c. Melihat pasien atau individu sebagai subyek
d. Mengembangkan dialog yang menyentuh perasaan
e. Memberikan keteladanan
7. Halaman
Puskesmas Singgalang 10
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

a. Di tempat parkir, seperti Seruan petugas tentang Kesehatan,


bahaya merokok, melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
dll
b. Di taman Puskesmas, bisa digunakan untuk menanam Tanaman
Obat Keluarga (TOGA)
c. Di dinding Puskesmas bisa dipasangkan poster-poster tentang
kesehatan
d. Di pagar pembatas Puskesmas, dapat dipasang spanduk-
spanduk untuk menggalakkan kampanye kesehatan, seperti
kampanye Hari Kesehatan Nasional, Kampanye Hari AIDS, dll.
e. Di tempat ibadah, bisa disampaikan pesan-pesan yang berkaitan
dengan kesehatan jiwa (yang dikaitkan dengan perintah agama)
dan pentingnya menjaga kebersihan/kesehatan lingkungan.
Selain di tempat-tempat yang disebutkan diatas, di Puskesmas
juga bisa dilakukan penyuluhan di dalam gedung dengan
memanfaatkan tape recorder sebagai media penyuluhan. Tape
recorder bisa digunakan untuk memutar penyuluhan-penyuluhan
kesehatan sehingga semua orang yang ada di dalam gedung
Puskesmas akan mendengar penyuluhan yang sedang diputar. Selain
itu, penyuluhan juga bisa dilakukan oleh petugas langsung secara
bergantian menggunakan pengeras suara disaat pasien sedang ramai
menunggu antrian berobat.
3.1.4 Kegiatan Promosi Kesehatan di Luar Gedung Puskesmas
Promosi kesehatan di luar gedung adalah promosi kesehatan
yang dilakukan puskesmas di luar gedung puskesmas. Artinya promosi
kesehatan dilakukan untuk masyarakat yang berada di wilayah kerja
puskesmas.
Pelaksanaan promosi kesehatan di luar gedung dilakukan oleh
Puskesmas bekerjasama dengan berbagai pihak potensial lainnya,
yaitu :
1) Promosi Kesehatan melalui pendekatan individu
2) Promosi Kesehatan melalui pendekatan kelompok ( Tim Penggerak
PKK, posyandu, karang taruna, majelis taklim, dan lain-lain)
3) Promosi kesehatan melalui pendekatan organisasi massa (seperti
kelompok kesenian tradisional dan lain-lain)
4) Penggerakkan dan pengorganisasian masyarakat.
Kerja sama yang dilakukan oleh Puskesmas dengan berbagai
pihak bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang sehat di wilayah
kerja Puskesmas. Sehat bukan hanya bebas dari penyakit fisik, karena
keluhan-keluhan yang dilontarkan seseorang kepada tenaga kesehatan
sangat dipengaruhi oleh hal-hal lain diluar gangguan fisiknya, seperti
mental emosional, sosial, dan ekonomi. Untuk mewujudkan masyarakat
sehat tidak bisa dilaksanakan oleh Pemerintah saja, tetapi juga dibantu
oleh Lembaga Swadaya Masyarakat.
Puskesmas Singgalang 11
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

UKBM LSM
LSM Air
Perilaku Hidup
Serat Mikro
Mineral Bersih dan Sehat
Vitamin KSM

Protein Makro
Lemak Pendapatan
Karbohidrat
tinggi Mutu Layanan
Gizi Seimbang Yang Baik

Proses Masyarakat Bayi,


Produktivitas Anak sekolah,
Sehat meningkat Pekerja
Lingkungan Sehat Bumil,
Pemerintah Pasien,
Lansia,
- Air Bersih Pendapatan
- Jamban sehat tinggi
- Pengelolaan Sampah
- Pembuangan limbah sehat KSM
LSM Perilaku Hidup
LSM
UKBM Bersih dan Sehat

Untuk mewujudkan Konstruksi Sehat, paradigma yang dipakai


adalah paradigma sehat (aku akan menjaga kesehatanku agar aku bisa
produktif bekerja), bukan paradigma sakit (bila aku sakit, maka aku
akan berobat). Prioritas program utama adalah Promotif dan preventif
(peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit), bukan
kuratif (pengobatan).
Dari skema di atas terlihat bahwa, kesehatan masyarakat bisa
diwujudkan dengan penekanan prioritas pada perilaku hidup bersih dan
sehat, keseimbangan pola konsumsi, terbangunnya lingkungan yang
sehat, dan terciptanya mutu pelayanan kesehatan yang baik.
Untuk mewujudkan Konstruksi Sehat, maka perlu diwujudkan
“Program Nagari Sehat” secara komprehensif. Program Nagari sehat
mempunyai standar – standar dan indikator. Dasar hukum Program
Nagari Sehat adalah :
1. Kepmendagri No. 650/174 Tahun 1998 Tentang Pembentukan
Kelompok Kerja Pembinaan Pelaksanaan Program Kabupaten/Kota
Sehat
2. Kepmendagri No. 650-185 Tahun 2002 Tentang Pembentukan
Kelompok Kerja Pembinaan Pelaksanaan Program Kabupaten/Kota
Sehat
3. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan
Nomor 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/MENKES/PB/VIII/2005
Tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat

1. Pengertian Nagari Sehat


Nagari Sehat adalah suatu kondisi dari suatu wilayah yang
bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan
Puskesmas Singgalang 12
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

mengoptimalkan potensi di dalam masyarakat yang saling


mendukung melalui koordinasi Kelompok Kerja (Pokja) Nagari Sehat
dan difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan
masing-masing.
Kawasan sehat adalah suatu kondisi wilayah yang bersih,
nyaman, aman dan sehat bagi masyarakat, melalui peningkatan
suatu kawasan potensial dengan berbagai kegiatan yang terintegrasi
yang disepakati masyarakat, kelompok usaha dan pemerintah
daerah.
Forum Kabupaten Sehat dan Forum Komunikasi Nagari
Sehat adalah wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi dan
menyalurkan aspirasinya. Di Kabupaten disebut Forum Kabupaten
sehat atau nama lain yang disepakati masyarakat. Forum Kabupaten
Sehat berperan menentukan arah, prioritas, dan perencanaan
pembangunan wilayahnya yang mengintegrasikan berbagai aspek,
sehingga dapat mewujudkan wilayah yang bersih, nyaman, aman
dan sehat untuk dihuni oleh warganya. Di Kecamatan disebut Forum
Komunikasi Nagari Sehat (FKNS) atau nama lain yang disepakati
masyarakat. FKNS mempunyai peran mengkoordinasikan,
mengintegrasikan, mensinkronkan dan mensimplikasikan perioritas,
perencanaan antara Nagari satu dengan Nagari lainnya di wilayah
Kecamatan yang dilakukan oleh masing-masing Pokja Nagari Sehat.
Kelompok Kerja (Pokja) Nagari Sehat adalah wadah bagi
masyarakat di nagari yang bergerak dibidang usaha ekonomi, sosial
dan budaya, dan kesehatan untuk menyalurkan aspirasinya dan
berpartisipasi dalam kegiatan yang disepakati mereka.

2. Tujuan Nagari Sehat


Tujuan Program Nagari Sehat pada dasarnya adalah
tercapainya kondisi Kabupaten, Kecamatan, dan Nagari untuk
hidup dengan bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan
bekerja bagi warganya dengan terlaksananya berbagai program-
program kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan
sarana dan produktifitas dan perekonomian masyarakat.

3. Sasaran Nagari Sehat


a. Terlaksananya program kesehatan dan sektor terkait yang sinkron
dengan kebutuhan masyarakat, melalui perberdayaan Kelompok
Kerja (Pokja) yang disepakati masyarakat.
b. Terbentuknya Kelompok Kerja (Pokja) masyarakat yang mampu
menjalin kerjasama antar masyarakat, pemerintah Kecamatan,
Kabupaten, dan pihak swasta, serta dapat menampung aspirasi
Puskesmas Singgalang 13
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

masyarakat dan kebijakan pemerintah secara seimbang dan


berkelanjutan dalam mewujutkan sinergi pembangunan yang baik.
c. Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial –
budaya, perilaku, dan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
secara adil, merata dan terjangkau dengan memaksimalkan
seluruh potensi sumber daya di Nagari tersebut secara mandiri.
d. Terwujudnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk
meningkatkan produktifitas masyarakatnya sehingga mampu
meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat menjadi
lebih baik.
4. Ciri-ciri Nagari Sehat
a. Program Nagari Sehat dilaksanakan dengan menempatkan
masyarakat sebagai pelaku melalui pembentukan Kelompok
Kerja(Pokja) yang disepakati masyarakat dengan dukungan
pemerintah daerah dan mendapatkan fasilitasi dari sektor terkait
melalui program yang telah direncanakan.
b. Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi
c. Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat,
sedangkan pemerintah sebagai fasilitator.
d. Mengutamakan proses, tapi tetap punya target – target antara,
tidak mempunyai batas waktu, berkembang sesuai sasaran yang
diinginkan masyarakat.
e. Menyelenggarakan semua program yang menjadi permasalahan
di Nagari, secara bertahap, dimulai dengan kegiatan yang menjadi
prioritas bagi masyarakat di Nagari didasarkan kesepakatan dari
masyarakat (Toma, LSM setempat).
f. Perencanaan yang disusun juga merupakan Master Plan Nagari.
g. Perlu komitmen kuat dari Pemerintah Kabupaten yang merupakan
partner kunci pelaksanaan kegiatan
h. Dalam pelaksanaan kegiatan harus terintegrasi kondisi fisik,
geografis, dan budaya setempat.
i. Setiap Desa menetapkan tatanan potensial sebagai entry point“
yang dimulai dengan kegiatan sederhana yang disepakati
masyarakat”, kemudian berkembang dalam aspek yang lebih luas,
menuju Nagari Sehat.
j. Kesepakatan tentang pilihan tatanan Naagri Sehat dengan
kegiatan yang menjadi pilihan serta jenis dan besaran
indikatornya ditetapkan oleh Kelompok Kerja.
k. Program-program yang belum menjadi pilihan masyarakat
diselenggarakan secara rutin oleh masing-masing sektor dan
secara bertahap program-program tersebut disosialisasikan
secara intensif kepada masyarakat dan sektor terkait melalui
pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh Kelompok
Kerja.
Puskesmas Singgalang 14
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

l. Pelaksanaan kegiatan Nagari Sehat sepenuhnya dibiayai dan


dilaksanakan oleh Nagari yang bersangkutan bekerjasama
dengan sektor terkait.
m. Evaluasi kegiatan Nagari Sehat dilakukan oleh Pemerintahan
Nagari bersama Pokja, pemerintah daerah, LSM, dan para
pelaku pembangunan lainnya.
5. Strategi
a. Melibatkan semua potensi yang ada di masyarakat untuk terlibat
dalam Pokja, sebagai penggerak kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan.
b. Pokja didampingi oleh sektor tekhnis sesuai dengan potensi
tatanan sehat, dengan melakukan advokasi kepada penentu
kebijakan.
c. Mengembangkan kegiatan yang sesuai dengann visi dan misi
potensi Nagari dengan berbagai simbol, moto, dan semboyan
yang dipahami dan memberikan rasa kebanggaan bagi warganya.
d. Mengembangkan informasi dan promosi yang tepat sesuai
dengan kondisi setempat baik berupa media tradisional,media
cetak, elektronik, dan melalui internet,.
e. Meningkatkan potensi ekonomi Nagari dengan kegiatan yang
menjadi kesepakatan masyarakat.
f. Menjalin kerjasama antar Pokja yang melaksanakan program
Nagari Sehat.
6. Tatanan Nagari Sehat
a. Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum Sehat.
b. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib & Pelayanan Transportasi
Sehat.
c. Kawasan Industri & Perkantoran yang Sehat.
d. Kawasan Kawasan Pariwisata Sehat.
e. Kawasan Pertambangan Sehat.
f. Kawasan Hutan Sehat.
g. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri.
h. Ketahanan Pangan dan Gizi.
i. Kehidupan Sosial yang Sehat.
Puskesmas Singgalang melalui Promosi Kesehatan juga ikut
berperan aktif dalam meningkatkan peran serta kelompok-kelompok
masyarakat untuk menciptakan Nagari Sehat. Adapun pendekatan
yang dilakukan oleh Puskesmas Singgalang adalah melalui :

1. Posyandu Balita
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh untuk dan bersama masyarakat dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
Puskesmas Singgalang 15
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam


memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Tujuan Posyandu :
a. Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya
pemberdayaan masyarakat.
b. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI
dan AKB.
c. Meningkatkan peran lintas sektor dalam penyelenggaraan
Posyandu terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
d. Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Sasaran Posyandu :
a. Bayi
b. Anak Balita
c. Ibu hamil, melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia subur (PUS)
Fungsi Posyandu :
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi
dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar
sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI
dan AKB
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB
Manfaat Posyandu :
a. Bagi Masyarakat
 Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar terutama berkaitan dengan
penurunan AKI dan AKB
 Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan
masalah kesehatan terutama terkait dengan kesehatan ibu dan
anak
 Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan sektor
lain terkait
b. Bagi Kader,Pengurus Posyandu dan Tokoh Masyarakat
 Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan
yang terkait dengan AKI dan AKB
 Dapat mewujudkan aktualitas dirinya dalam membantu
masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan.
c. Bagi Puskesmas

Puskesmas Singgalang 16
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

 Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak


pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, upaya pelayanan kesehatan strata pertama
 Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan sesuai dengan kondisi
setempat.
 Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui
pemberian pelayanan secara terpadu.
d. Bagi Sektor Lain
 Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah sektor terkait.
 Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara
terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor lain
Puskesmas Singgalang memiliki 20 Posyandu yang
berdasarkan tingkat perkembangannya sudah berstatus Purnama.
Adapun Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Singgalang
adalah sebagai berikut

Tabel 3.3
Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Singgalang
Tahun 2022

N Nama Jorong Nagari


o Posyandu
1 Aia Mancua Singgalang
2 Raflesia I Sikabu Singgalang
3 Raflesia II Layah Sikabu Singgalang
4 Raflesia III Batang Tombong Sikabu Singgalang
5 Kamboja Subarang Singgalang
6 Tulip Luhuang Singgalang
7 Mawar Solok Singgalang
8 Anggrek Koto Singgalang
9 Melati Gantiang Singgalang
10 Dahlia Sikadunduang Singgalang

Kegiatan yang dilaksanakan di Posyandu di wilayah kerja


Puskesmas Singgalang terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Kegiatan utama yang dilakukan di Posyandu
meliputi :
1) Pelayanan kesehatan untuk Ibu dan Anak (KIA).
2) Keluarga Berencana
Puskesmas Singgalang 17
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

3) Imunisasi
4) Gizi
5) Pencegahan dan penanggulangan Diare

Kegiatan pengembangan yang dilakukan di posyandu adalah :


1) Bina Keluarga Balita
2) Penemuan dini dan pengamatan penyakit Potensial Kejadian Luar
biasa (KLB), misalnya : ISPA, DBD, gizi buruk, polio, dan lain-lain.
3) Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)
4) Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan
pemanfaatan pekarangan, malalui tanaman obat keluarga
(TOGA).

2. Posyandu Lansia
Umur Harapan hidup di Indonesia meningkat dari 68,6 th
(2004) menjadi 69,8 th (2010) (BPS) dan menjadi 70,8 th (2015), dan
diperkirakan akan meningkat menjadi 72,2 th (2030-2035). Salah
satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah
masalah kesehatan sehingga diperlukan pembinaan kesehatan pada
kelompok pra lanjut usia dan lanjut usia, bahkan sejak usia dini.
Tujuan umum Kebijakan Program Kesehatan Lanjut Usia
adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia untuk
mencapai lansia yang sehat, mandiri, aktif, produktif dan berdaya
guna bagi keluarga dan masyarakat. Tujuan khususnya adalah :
1) Meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan santun
Lansia
2) Meningkatnya koordinasi Lintas program, Lintas Sektor,
organisasi profesi, organisasi masyarakat dan pihak terkait.
3) Meningkatnya ketersediaan data dan informasi di bidang
kesehatan lansia.
4) Meningkatnya peran serta dan pemberdayaan
keluarga,masyarkat dan lansia dalam upaya peningkatan
kesehatan lansia
5) Meningkatnya peran serta Lansiadalam upaya peningkatan
kesehatan keluarga dan masyarakat
Adapun Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia :
1) Menjadi Lansia sehat adalah hak asasi setiap manusia
2) Pelayanan Kesehatan Primer adalah ujung tombak untuk
tercapainya Lansia sehat yang didukung oleh pelayanan rujukan
yang berkualitas
3) Partisipasi lansia perlu diupayakan dalam setiap kegiatan baik
dikeluarga maupun masyarakat berupa kegiatan sosial ekonoomi
sesuai dengan kemampuan, minat dan kondisi kesehatannya

Puskesmas Singgalang 18
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

4) Pelayanan bagi lansia diupayakan secara lintas disiplin dan lintas


sektor
5) Pelayanan bagi lansia perlu dilaksanakan dengan memperhatikan
gender dan kesamaan hak.
Posyandu Lansia adalah suatu wadah pelayanan lanjut usia
di masyarakat dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya
dilakukan oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan kebutuhan
masyarakat itu sendiridan dilaksanakan bersama oleh masyarakat,
kader, lembaga swadaya masyarakat, lintas sektor, swasta dan
organisasi sosial menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif.
Adapun jenis pelayanan yang diberikan
1) Pelayanan kesehatan
2) Pemberian Makanan Tambahan
3) Kegiatan olah raga

3. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu


PTM)
Peningkatan prevalensi PTM menjadi ancaman yang serius
dalam pembangunan di bidang kesehatan karena mengancam
pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, upaya
pengendalian PTM ditekankan pada upaya mencegah masyarakat
yang sehat agar tidak jatuh ke fase berisiko atau menjadi sakit
berkomplikasi.
Agar upaya tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan
partisipasi masyarakat sehingga dikembangkanlah suatu model
pengendalian PTM yang berbasis masyarakat yaitu Posbindu PTM.
Posbindu PTM merupakan kegiatan secara terintegrasi
untuk mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM berbasis
masyarakat sesuai sumber daya dan kebiasaan masyarakat.
Kegiatan mencakup deteksi dini dan tindak lanjut terhadap faktor
risiko PTM serta upaya promosi kesehatan melalui berbagai
kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan terutama dalam
tatanan Nagari Sehat.
Pelaksana kegiatan deteksi dini dan tindak lanjut faktor
resiko PTM adalah anggota masyarakat itu sendiri, yaitu Kader
Posbindu PTM dan dibina oleh Puskesmas.
Jenis kegiatan yang dilaksanakan di Posbindu PTM
meliputi :
1) Kegiatan penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta,
aktivitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, serta
informasi lainnya.

Puskesmas Singgalang 19
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

2) Kegiatan pengukuran IMT, lingkar perut, serta analisa lemak


tubuh dilakukan 1 kali dalam sebulan.
3) Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling
sedikit diselenggarakan tiga tahun sekali dan bagi yang sudah
mempunyai faktor resiko PTM atau penyandang diabetes mellitus
paling sedikit satu tahun sekali.
4) Kegiatan pmeriksaan kolesterol total darah dan trigliserida bagi
yang sehat dilakukan 6 bulan – 1 tahun sekali, bagi yang memiliki
faktor resiko 1 – 3 bulan sekali.
5) Kegiatan pemeriksaan IVA dilakukan minimal 5 tahun sekali
6) Kegiatan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap
Posbindu PTM diselenggarakan.
7) Kagiatan aktifitas fisik atau olahraga dilakukan setiap minggu.
8) Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di
wilayahnya.
Puskesmas Singgalang sudah memiliki 8 Posbindu PTM di
wilayah kerja puskesmas Singgalang, yaitu :
1) Posbindu Jrg. Aia Mancua
2) Posbindu Jrg. Sikabu
3) Posbindu Jrg. Subarang
4) Posbindu Jrg. Luhuang
5) Posbindu Jrg Solok
6) Posbindu Jrg Koto
7) Pobindu Jrg Gantiang
8) Posyandu Jrg Sikadunduang

4. Pos Gizi
Kasus gizi buruk perlu penanganan yang serius karena
memberi dampak yang buruk terhadap perkembangan sel-sel otak
dan memberi kontribusi yang besar terhadap kematian anak.
Berbagai metode telah dilakukan di Puskesmas Singgalang, seperti
penyuluhan gizi, pembinaan melalui kunjungan rumah, konseling gizi
dan pemberian PMT, namun hal tersebut belum memperlihatkan
hasil yang memuaskan.
Salah satu upaya lain yang dilakukan untuk mengatasi
masalah gizi tersebut adalah melalui pelaksanaan program gizi yang
berkesinambungan dengan memperhatikan sumber daya yang ada.
Positive Deviance dan Pos Gizi merupakan program gizi yang
berbasis keluarga dan masyarakat bagi anak yang beresiko kurang
energi protein.
PD merupakan penyimpangan perilaku yang positif yaitu
mengidentifikasi berbagai perilaku positif dari ibu yang memiliki anak
bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu dan menularkan
Puskesmas Singgalang 20
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

kebiasaan tersebut kepada keluarga kurang mampu lainnya yang


memiliki anak kurang gizi disuatu masyarakat. Pos Pemulihan Gizi
merupakan tempat atau rumah yang digunakan untuk mengadakan
kegiatan pemulihan dan pendidikan gizi.

Tujuan dilakukannya kegiatan Positive Deviance adalah :


1) Menurunkan prevalensi kasus gizi buruk dan gizi kurang
2) Mengetahui penyebab terjadinya gizi buruk dan gizi kurang pada
balita
3) Mengetahui perilaku positif ibu balita kurang mampu dan memiliki
anak bergizi baik
4) Mencegah gangguan tumbuh kembang berkelanjutan.
5) Pemberdayaan masyarakat dalam mengentaskan gizi buruk dan
gizi kurang.
Langkah-langkah kegiatan Positive Deviance :
1) Survey Mawas Diri (SMD)
SMD dilakukan oleh kader dengan cara mengolah data
penimbangan balita 3 bulan berturut-turut, sehingga didaptkan
balita yang berada di Bawah Garis Merah serta balita yang berada
di pita kuning pada Kartu Menuju sehat.
2) Musyawarah Masyarakat Jorong (MMJ)
MMJ dilakukan dengan dihadiri oleh Perangkat Nagari,
Tokoh Agama, PKK, Tokoh Masyarakat, Petugas Puskesmas
serta ibu balita yang balitanya akan diikut sertakan pada Pos Gizi.
Pada kegiatan ini disampaikan hasil pengumpulan data yang telah
dilakukan oleh kader dan memusyawarahkan upaya-upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan jumlah balita gizi kurang
3) Focus Group Discussion (FGD)
Focuss Group Discussion (FGD) adalah diskusi yang
dilakukan oleh ibu yang memiliki balita kurang gizi dengan ibu
yang memiliki balita bergizi baik dan sama-sama berasal dari
keluarga kurang mampu. Dari hasil kegiatan FGD tersebut
didapatkanlah perilaku positif dari ibu yang memiliki balita bergizi
baik yang nantinya akan ditularkan ke ibu yang memiliki balita
bergizi kurang.
Dalam pelaksanaannya pos gizi dilaksanakan selama 12
hari berturut-turut. Setiap hari ibu balita akan membawa balita ke
Pos Gizi dan ikut memasak makanan bersama kader untuk diberikan
kepada balita yang bergizi kurang. Selama proses memasak
makanan yang dilakukan oleh kader bersama dengan orang tua,
maka balita akan diberikan permainan edukasi.

Puskesmas Singgalang 21
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan


dilakukan pada hari pertama dan terakhir pelaksanaan Pos Gizi.
Balita dinyatakan lulus Pos Gizi jika terjadi kenaikan berat badan
balita minimal 200 gram.

5. Pos Usaha Kesehatan Kerja (Pos UKK)


Pos UKK adalah bentuk pemberdayaan masyarakat di
kelompok pekerja informal utamanya di upaya promotif, preventif
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan dan pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
bekerja. Prinsip Pos UKK adalah dari, oleh, untuk kelompok pekerja
informal di masyarakat.
Pos UKK dilaksakan oleh kader yang berasal dan dipilih oleh
masyarakat pekerja dan sudah dilatih oleh Petugas Puskesmas.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Kader Pos UKK :
1) Mempersiapkan dan melaksankan pertemuan tingkat desa
2) Mempersiapkan dan melaksanakan serta membahas Survey
Mawas Diri bersama Petugas Puskesmas serta Lembaga
Masyarakat Desa.
3) Menyajikan hasil SMD dalam kelompok pekerja di desa dalam
MMD
4) Menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan kerja.
5) Menentukan lokasi Pos UKK
6) Membuat perencanaan upaya kesehatan kerja
7) Kegiatan penyuluhan peningkatan kesehatan kerja dan
pencegahan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja
8) Memberikan pertolongan pertama pada penyakit dan kecelakaan
akibat kerja
9) Merujuk penderita yang memerlukan perawatan lebih lanjut ke
Puskesmas
10) Kegiatan Pencatatan dan pelaporan
11) Membina hubungan baik dengan pekerja binaannya, LMD,
Petugas PPL dan Petugas Puskesmas
12) Mengelola keuangan Pos UKK
13) Membina kemampuan diri.

6. Usaha Kesehatan Sekolah


Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah upaya membina
dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara
terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di
sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam
rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan
sekolah.
Alasan perlunya Upaya Kesehatan Sekolah :
Puskesmas Singgalang 22
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

1) Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan


terhadap masalah kesehatan.
2) Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan
kebiasaan hidup sehat.
3) Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi
dengan baik.
4) Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh
terhadap prestasi belajar yang dicapai.
5) Anak sekolah merupakan kelompok terbesar dari kelompok usia
anak-anak yang menerapkan wajib belajar.
6) Pendidikan kesehatan melalui anak-anak Sekolah sangat efektif
untuk merubah perilaku dan kebisaan ibu sehat umumnya.
Tujuan upaya kesehatan sekolah adalah untuk memupuk
kebiasaan hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta
didik yang mencakup:
1) menurunkan angka kesakitan anak sekolah
2) meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental maupun
sosial.
3) agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta
berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di
sekolah.
4) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan terhadap anak
sekolah.
5) meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh
buruk narkotika, rokok, alkohol dan Obat berbahaya lainnya.
Sasaran pembinaan UKS adalah :
1) peserta didik
2) pembina UKS (teknis dan nonteknis)
3) sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan
kesehatan lingkungan sekolah.
Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah disebut dengan
Trias UKS, yang terdiri dari:
1) pendidikan kesehatan
2) pelayanan kesehatan
3) pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.
Adapun pembinaan program UKS, pada tingkat Kabupaten
dan Kecamatan dibentuk dengan membentuk Tim Pembina
Usaha Kesehatan Sekolah (TPUKS). Beberapa kegiatan TPUKS
tersebut antara lain :
1) Pembinaan sarana keteladanan gizi, seperti kantin sekolah,
pembagian tablet Fe.
2) Pembinaan sarana keteladanan lingkungan, seperti pemelihraan
dan pengawasaan pengelolaan sampah, SPAL, WC dan kamar
Puskesmas Singgalang 23
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

mandi, kebersihan kantin sekolah, ruang UKS dan ruang kelas,


usaha mencegah pengendalian vektor penyakit.
3) Pembinaan personal higiene peserta didik dengan pemeriksaan
rutin kebersihan kuku, telinga, rambut, gigi serta dengan
mengajarkan cara gosok gigi yang benar.
4) Pengembangan kemampuan peserta didik untuk berperan aktif
dalam pelayanan kesehatan antara lain dalam bentuk kader
kesehatan sekolah dan dokter kecil.
5) Penjaringan kesehatan peserta didik baru
6) Pemeriksaan kesehatan secara periodik
7) Imunisasi, pengawasan sanitasi air, usaha P3K di sekolah
8) Rujukan medik, penanganan kasus anemia
9) Forum komunikasi terpadu dan pencatatan dan pelaporan.
Pelaksana program UKS antara lain meliputi guru UKS,
peserta didik, Tim Uks Puskesmas, serta masyarakat sekolah
(komite sekolah). Pada tingkat Puskesmas, dengan seorang
kordinator pelaksana terdiri dari dokter, perawat, petugas imunisasi,
pelaksana gizi serta sanitarian.
Prinsip-prinsip dalam pengelolaan UKS adalah :
1) Mengikutsertakan peran serta masyarakat sekolah, yang antara
lain meliputi guru, peserta didik, karyawan sekolah, Komite
Sekolah.
2) Kegiatan yang terintegrasi, dengan pelayanan kesehatan
menyeluruh yang menyangkut segala upaya kesehatan pokok
puskesmas sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan peserta didik.
3) Melaksanakan rujukan, dengan mengatasi masalah kesehatan
yang tak dapat diatasi di sekolah ke fasilitas kesehatan seperti
Puskesmas atau rumah sakit.
4) Kolaborasi tim, dengan melibatkan kerjasama lintas sektoral
dengan pembagian tugas pokok dan fungsi yang jelas.
Kegiatan-kegiatan UKS yang dilaksanakan antara lain :
1) Pemeriksaan kesehatan (kesehatan gigi dan mulut, mata, telinga
dan tenggorokan, kulit dan rambut.
Kegiatan UKGS ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu:
a. Tahap I ( Paket Minimal)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD
yang belum terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi
yang ada di puskesmas. Kegiatan yang dilakukan pada tahap
ini berupa:
 Pendidikan /penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang
dilakukan oleh guru sesuai dengan kurikulum dari
Departemen Pendidikan Nasional.

Puskesmas Singgalang 24
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

 Pencegahan penyakit gigi dan mulut berupa kegiatan


bimbingan pelihara diri bagi murid, minimal untuk kelas I, II
dan III, berupa sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi
yang mengandung fluor minimal 1 kali dalam sebulan.
 Rujukan kesehatan gigi dan mulut bagi yang memerlukan.
b. Tahap II ( Paket Standart)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD
yang sudah terjangkau oleh tenaga kesehatan, sedangkan
fasilitas kesehatan gigi puskesmas masih terbatas. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap II ini berupa :
 Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang
kesehatan gigi (terintegrasi)
 Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh
guru sesuai dengan kurikulum.
 Pencegahan penyakit gigi dan mulut minimal untuk murid
kelas I, II dan III berupa sikat gigi massal dengan memakai
pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali dalam
sebulan dam pembersihan karang gigi.
 Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I SD
diikuti pencabutan gigi susu yang telah waktunya
lepas/tanggal dan pengobatan darurat untuk menghilangkan
rasa sakit.
 Pelayanan medis gigi dasar bagi murid yang membutuhkan
perawatan.
 Rujukan bagi yang memerlukan.
c. Tahap III (Paket Optimal)
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi murid SD
yang sudah terjangkau oleh tenaga kesehatan dan fasilitas
kesehatan gigi yang dimiliki puskesmas sudah memadai.
Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini berupa :
 Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang
kesehatan gigi (terintegrasi)
 Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai
dengan kurikulum.
 Pencegahan penyakit gigi dan mulut minimal untik kelas I, II
dan III berupa sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi
yang mengandung fluor minimal 1 kali dalam sebulan dan
pembersihan karang gigi.
 Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti
pencabutan gigi susu yang telah waktunya tanggal/lepas.
 Pelayanan medis gigi dasar atas permintaan dari murid
kelas I sampai dengan kelas VI.

Puskesmas Singgalang 25
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

 Pelayanan medis gigi dasar pada murid kelas terpilih/selektif


sesuai kebutuhan.
 Rujukan bagi yang memerlukan.
Selain 3 tahapan diatas, cakupan pelaksanaan UKGS
dalan ketentuan Depkes RI tahun 2000 juga dijelaskan bahwa :
1. Frekwensi pembinaan petugas UKGS ke SD minmal 2 kali
dalam setahun.
2. Minimal 75 % murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan
gigi dan mulut.
3. Minimal 80 % murid SD mendapatkan perawatan medis gigi
dasar dari seluruh murid SD yang telah terjaring untuk
mendapatkan perawatan lanjutan.
Kegiatan UKGS dilaporkan dengan menggunakan
variabel kegiatan sebagai berikut :
1. Jumlah murid SD kelas I, II dan III yang mendapat DHE
2. Jumlah murid kelas I, II dan III yang melaksanakan sikat gigi
massal dengan pasta gigi yang mengandung fluor.
3. Jumlah guru atau dokter kecil yang mendapat pelatihan UKGS.
4. Jumlah murid kelas I yang dilakukan penjaringan kesehatan.
5. Jumlah murid kelas I yang dicabut giginya yang sudah
waktunya tanggal.
6. Jumlah yang mendapatkan pengobatan darurat dari guru.
7. Jumlah yang kelas I sampai kelas VI yang mendapat DHE.
8. Jumlah murid kelas I dan II yang yang mendapat surface
protection.
9. Jumlah murid kelas I sampai kelas VI yang mendapatkan
pelayanan medik gigi dasar atas permintaan.
Semua data kegiatan dapat ditampilkan dengan
menggunakan diagram batang, dan kegiatan ini
didokumentasikan melalui foto-foto kegiatan dan rekaman video
2) Pemeriksaan perkembangan kecerdasan
3) Pemberian imunisasi
4) Penemuan kasus2 dini
5) Pengobatan sederhana
6) Pertolongan pertama
7) Rujukan

7. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM)


Kwalitas pelayanan kesehatan sangat ditentukan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan yang ada didalamnya.Dalam
rangka meningktkan derajat kesehatan gigi masyarakat Indonesia,
dokter gigi diharapkan dapat memberikan semua jenis pelayanan
yang sesuai dengan kompetensinya.
Puskesmas Singgalang 26
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Berdasarkan undang-undang no: 36 tahun 2009 tentang


kesehatan, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi,
pengobatan penyakit gigi dan pemulihan kesehatan gigi yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.
Salah satu tindakan yang dilakukan untuk pengembangan
kesehatan gigi dan mulut adalah Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat
(UKGM). Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan UKGM adalah :
1) Meningkatnya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat
2) Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut
masyarakat
3) Meningkatnya sikap/kebiasaan pemeliharaan sehehatan gigi dan
mulut
4) Ibu hamil dan masyarakat mendapatkan pelayanan medis gigi
dasar.

Kegiatan UKGMD meliputi:


1) Kegiatan promotif meliputi: Upaya promotif dilakukan dengan
pelatihan kader UKGMD dan petugas kesehatan dalam bidang
kesehatan gigi serta pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut .
2) Kegiatan preventif meliputi: pemeriksaan dan sosialisasi cara
menyikat gigi yang baik dan benar.
Bentuk kegiatan UKGMD adalah penyuluhan dan
pemeriksaan gigi kepada seluruh sasaran, mempraktekkan cara
menyikat gigi yang benar pada balita. Kegiatan UKGMD dapat
dilaksanakan secara terintegrasi dengan kegiatan kelas ibu balita,
kelas ibu hamil, kegiatan posyandu,posyandu lansia, kegiatan
DDTK, puskesmas keliling, posbindu. Cakupan pelayanan kegiatan
UKGMD meliputi :
1) Jumlah ibu hamil dengan kelainan gigi dan mulut.
2) Jumlah ibu hamil yang dirujuk.
3) Jumlah ibu hamil yang mendapat perawatan.
4) Jumlah balita yang bebas karies.
5) Jumlah balita yang dirujuk.
6) Jumlah balita yang mendapat perawatan.
7) Jumlah penduduk yang dirujuk kader.
8) Jumlah penduduk yang mendapatkan pengobatan sederhana.
9) Jumlah kunjungan petugas untuk pembinaan.
Laporan kegiatan UKGMD bersifat kumulatif, dan data dapat
ditampilkan dengan digram batang. Semua kegiatan dapat
didokumentasikan melalui audio visual atau visual saja.

Puskesmas Singgalang 27
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

8. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


Menurut Wordl Health Organization (WHO) yang termasuk
edalam kelompok remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun,
dan secara demografis kelompok remaja dibagi menjadi kelompok
usia 10-14 tahun dan kelompok usia 15-19 tahun. Sementara
Undang-Undang No.23 tentang Perlindungan Anak
mengelompokkan setiap orang yang berusia sampai dengan 18
tahun sebagai ‘anak’, sehingga berdasarkan Undang-Undang ini
sebagian besar remaja termasuk dalam kelompok anak.
Berdasarkan undang-undang No.23 tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak bahwa sasaran pengguna layanan PKPR adalah
kelompok remaja usia 10 – 18 tahun. Waluaupun demikian
mengingat batasan usia remaja menurut WHO adalah 10-19 tahun,
maka Kementerian Kesehatan menetapkan sasaran pengguna
layanan PKPR meliputi remaja berusia 10 sampai 18 tahun,tanpa
memandang status pernikahan.
Fokus sasaran layanan puskesmas PKPR adalah berbagai
kelompok remaja, antara lain :
1) Remaja di sekolah : sekolah umum, madrasah, pesantren,
sekolah luar biasa
2) Remaja diluar sekolah : karang taruna, saka bakti husada, palang
merah remaja, panti yatim piatu/rehabilitasi, kelompok belajar
mengajar, organisasi remaja, rumah singgah, kelompok
keagamaan.
3) Remaja putri sebagai calon ibu dan remaja hamil tanpa
mempermasalahkan status pernikahan.
4) Remaja yang rentan terhadap penularan HIV, remaja yang sudah
terinfeksi HIV, remaja yang terkena dampak HIV/AIDS, remaja
yang menjadi yatim/piatu terkena AIDS.
5) Remaja yang berkebutuhan khusus, yang meliputi kelompok
remaja sebagai berikut :
 Korban kekerasan, korban traficking, korban eksploitasi seksual
 Penyandang cacat, di lembaga pemasyarakatan (LAPAS),
anak jalanan, dan remaja pekerja.
 Di daerah konflik (pengungsian), dan diaerah terpencil.
Paket pelayanan remaja yang sesuai dengan kebutuhan
meliputi palayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
harus diberikan secara komprehensif di semua tempat yang akan
melakukan pelayanan remaja dengan pendekatan PKPR. Intervensi
meliputi :
1) Pelayanan kesehatan reproduksi remaja (meliputi infeksi
manular seksual/IMS, HIV&AIDS) termasuk seksualitas dan
pubertas.

Puskesmas Singgalang 28
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

2) Pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada remaja


3) Pelayanan gizi (anemia, kekurangan dan kelebihan gizi)
termasuk konseling dan adukasi
4) Tumbuh kembang remaja
5) Skrining status TT pada remaja
6) Pelayanan kesehatan jiwa remaja, meliputi : masalah
psikososial, gangguan jiwa, dan kualitas hidup.
7) Pencegahan dan penggulangan NAPZA
8) Deteksi dan penanganan kekerasan terhadap remaja
9) Deteksi dan penanganan tuberkulosis
10) Deteksi dan penanganan kecacingan.

3.2 Tatalaksana Upaya Kesehatan Ibu dan Anak & Keluarga Berencana

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan


jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan
pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan antenatal sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di
semua fasilitas kesehatan.
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten
diarahkan ke fasilitas kesehatan.
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standar di semua
fasilitas kesehatan ataupun melalui kunjungan rumah.
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan
neonatus oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
6. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan neonatus secara
adekuat dan pengamatan secara terus-menerus oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan.
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standar di
semua fasilitas kesehatan.
8. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak balita sesuai standar
di semua fasilitas kesehatan.
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar.

3.2.1 Pelayanan Antenatal


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga
kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar
meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan

Puskesmas Singgalang 29
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam


penerapannya terdiri atas:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.
2. Ukur tekanan darah.
3. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
4. Ukur tinggi fundus uteri.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus
Toksoid  (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.
8. Test laboratorium (rutin dan khusus).
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan
golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa.
Pemeriksaan khusus dilakukan di daerah prevalensi tinggi dan atau
kelompok ber-risiko, pemeriksaan yang dilakukan adalah hepatitis B,
HIV, Sifilis, malaria, tuberkulosis, kecacingan dan thalasemia.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan
antenatal disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan
serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi
pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan
ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut
:
 Minimal 1 kali pada triwulan pertama.
 Minimal 1 kali pada triwulan kedua.
 Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor
risiko, pencegahan dan penanganan komplikasi.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan antenatal kepada Ibu hamil adalah : dokter spesialis
kebidanan, dokter, bidan dan perawat.

3.2.2. Pertolongan Persalinan


Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah
pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan di lapangan, masih
terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan
dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara
bertahap seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan
kompeten dan diarahkan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Puskesmas Singgalang 30
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan


hal-hal sebagai berikut :
1. Pencegahan infeksi
2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
3. Manajemen aktif kala III
4. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang
lebih tinggi.
5. Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
6. Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis
kebidanan, dokter dan bidan.

3.2.3 Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh
tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas
diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas dengan
melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan
waktu :
 Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3
hari setelah persalinan.
 Kunjungan nifas ke dua dalam waktu 2 minggu setelah
persalinan (8 – 14 hari).
 Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu 6 minggu setelah
persalinan (36 – 42 hari).
Pelayanan yang diberikan adalah :
1. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
2. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
3. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
4. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
5. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam
pemberian kapsul Vitamin A pertama.
6. Pelayanan KB pasca salin
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan ibu nifas adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan
dan perawat.

3.2.4 Pelayanan Kesehatan Neonatus


Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten
kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28

Puskesmas Singgalang 31
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan


rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 –
48 Jam setelah lahir.
2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari
ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses
neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus.
Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya.
Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk
tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara
komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi
baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen
Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan
sehat, yang meliputi :
1. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik :
-     Lihat postur, tonus, dan aktifitas bayi.
-     Lihat pada kulit bayi.
-     Hitung pernafasan dan lihat tarikan dinding dada ketika bayi
sedang tidak menangis.
-     Hitung detak jantung dengan stetoskop. Stetoskop diletakkan
pada dada kiri bayi setinggi apeks.
-     Lakukan pengukuran suhu ketiak dengan termometer.
-     Lihat dan raba bagian kepala.
-     Lihat pada mata.
-     Lihat bagian dalam mulut (lidah, selaput lendir)
Jika bayi menangis, masukkan satu jari yang menggunakan
sarung tangan ke dalam dan raba langit-langit.
-     Lihat dan raba pada bagian perut
Lihat pada tali pusat.
Lihat pada punggung dan raba tulang belakang.
-     Lihat pada lubang anus, hindari untuk memasukkan alat atau jari
dalam melakukan pemeriksaan anus.
-     Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar.
-     Lihat dan raba pada alat kelamin bagian luar.
Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air kecil.
Puskesmas Singgalang 32
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

-     Timbang bayi.


Timbang bayi dengan menggunakan selimut, hasil timbangan
dikurangi selimut.
-     Mengukur panjang dan lingkar kepala bayi.
Jelaskan cara dan alat.
-     Menilai cara menyusui, minta ibu untuk menyusui bayinya.

Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM


 Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI.
 Pemberian Vitamin K1, Imunisasi Hepatitis B0 bila belum
diberikan pada waktu perawatan bayi baru lahir.
 Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir di rumah termasuk perawatan tali pusat dengan
menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan neonatus adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan dan
perawat.

3.2.5 Deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonatus
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat.
Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan
yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor
risiko dan komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses
reproduksi yang normal , tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya
komplikasi. Oleh karenanya deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan
masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta
penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang
dilahirkannya.
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anak lebih dari 4.
3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2
tahun.
4. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang
dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa
kehamilan.
5. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk
panggul dan tulang belakang
Puskesmas Singgalang 33
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum


kehamilan ini.
8. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain :
tuberkulosis, kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan
endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus, dll),
tumor dan keganasan
9. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik
terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat
kongenital
10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio
sesarea, ekstraksivakum/ forseps.
11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan,
Infeksi masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).
12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan
riwayat cacat kongenital.
13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah
9 – 12 kg selama masa kehamilan
Komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas antara lain :
1. Ketuban pecah dini.
2. Perdarahan pervaginam :
 Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio plasenta
 Intra Partum : robekan jalan lahir
 Post Partum : atonia uteri, retensio plasenta, plasenta
inkarserata, kelainan pembekuan darah, subinvolusi uteri
3. Hipertensi dalam Kehamilan (HDK): Tekanan darah tinggi (sistolik >
140 mmHg, diastolik > 90 mmHg), dengan atau tanpa edema pre-
tibial.
4. Ancaman persalinan prematur.
5. Infeksi berat dalam kehamilan : demam berdarah, tifus abdominalis,
Sepsis.
6. Distosia: Persalinan macet, persalinan tak maju.
7. Infeksi masa nifas.
Sebagian besar kematian ibu dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat di fasilitas pelayanan kesehatan. Faktor
waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam
merujuk kasus risiko tinggi. Oleh karenanya Deteksi faktor risiko pada
ibu baik oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat merupakan salah
satu upaya penting dalam mencegah kematian dan kesakitan ibu.
Faktor risiko pada neonatus adalah sama dengan faktor risiko
pada ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki faktor risiko akan
Puskesmas Singgalang 34
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada neonatus. Deteksi dini


untuk Komplikasi pada Neonatus dengan melihat tanda-tanda atau
gejala-gejala sebagai berikut :
1. Tidak Mau Minum/menyusu atau memuntahkan semua
2. Riwayat Kejang
3. Bergerak hanya jika dirangsang/Letargis
4. Frekwensi Napas < = 30 X/menit dan >= 60x/menit
5. Suhu tubuh <= 35,5 C dan >= 37,5 C
6. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat
7. Merintih
8. Ada pustul Kulit
9. Nanah banyak di mata
10. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
11. Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat
12. Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat
13. Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah
pemberian ASI
14. BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram
15. Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
1. Prematuritas dan BBLR (bayi berat lahir rendah < 2500 gr)
2. Asfiksia
3. Infeksi Bakteri
4. Kejang
5. 5. Ikterus
6. 6. Diare
7. Hipotermia
8. Tetanus neonatorum
9. Masalah pemberian ASI
10.Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan kongenital,

3.2.6 Pelayanan neonatus dengan komplikasi


Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan
neonatus dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan
kesakitan, kecacatan dan kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di
polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin dan rumah
sakit pemerintah/swasta.
Diperkirakan sekitar 15% dari bayi lahir hidup akan mengalami
komplikasi neonatal. Hari Pertama kelahiran bayi sangat penting, oleh
karena banyak perubahan yang terjadi pada bayi dalam menyesuaikan
diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan di luar rahim. Bayi
baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk,
sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian.

Puskesmas Singgalang 35
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Kematian bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu


pertama kemudian bulan pertama kehidupannya.
Faktor resiko pada neonatus akan meningkatkan resiko
terjadinya komplikasi, deteksi dini untuk Komplikasi pada Neonatus
dengan melihat tanda-tanda atau gejala-gejala sebagai berikut :
- Tidak mau minum/ menyusu atau memuntahkan semua
- Riwayat kejang
- Bergerak hanya jika dirangsang / Letargis.
- Frekwensi napas ≤ 30 x/menit dan ≥ 60 x/menit.
- Suhu tubuh  ≤ 35,5°C dan ≥ 37,5°C
- Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat.
- Merintih.
- Ada pustule kulit.
- Nanah banyak di mata.
- Pusar kemerahan meluas ke dinding perut.
- Mata cekung dan cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
- Timbul kuning dan atau tinja berwarna pucat.
- Berat badan menurut umur rendah dan atau ada masalah
pemberian ASI.
- BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah < 2500 gram)
- Kelainan Kongenital seperti ada celah di bibir dan langit-langit.
Komplikasi pada neonatus antara lain :
- Asfiksia bayi baru lahir.
- Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
 Hipotermi
 Hipoglikemia
 Ikterus
 Masalah pemberian minum
- Gangguan napas
- Kejang
- Infeksi Neonatus
- Klasifikasi dalam MTBM :
 Infeksi bakteri (termasuk klasifikasi Infeksi Bakteri Lokal dan
Penyakit Sangat Berat atau Infeksi Bakteri Berat)
 Ikterus (termasuk klasifikasi Ikterus Berat dan Ikterus)
 Diare (termasuk klasifikasi Diare Dehidrasi Berat dan Diare
Dehidrasi Ringan/Sedang)
 Berat badan rendah menurut umur dan atau masalah
pemberian ASI.
 Trauma lahir, sindroma gangguan pernapasan, kelainan
kongenital, dll.

Puskesmas Singgalang 36
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses


dan kualitas penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain
penyediaan puskesmas mampu PONED dengan target setiap
kabupaten harus mempunyai minimal 4 (empat) puskesmas mampu
PONED.
Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang
memiliki kemampuan serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk
memberikan pelayanan terhadap ibu hamil, bersalin dan nifas serta
kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan komplikasi baik yang datang
sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan di desa, Puskesmas
dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak
mampu ditangani.
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan
RSU Kabupaten mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan
neonatal emergensi komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam.
Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi
dasar dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level
II serta transfusi darah.
Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS mampu
PONEK maka kasus – kasus komplikasi kebidanan dan neonatal dapat
ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan
neonatus.

3.2.8 Pelayanan Kesehatan Bayi


Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4
kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan.
- Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan.
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila
terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan,
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan kualitas hidup
bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan demikian hak anak
mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
 Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1,2,3,4, DPT/HB
1,2,3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.
 Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).

Puskesmas Singgalang 37
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

 Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan).


 Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, 
tanda – tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah
menggunakan Buku KIA.
 Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan bayi adalah : dokter spesialis anak, dokter, bidan , perawat
dibantu oleh tenaga kesehatan lainnya seperti petugas gizi.

3.2.9 Pelayanan Kesehatan Anak Balita


Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan
intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan
atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan
keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual
yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi
sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan
rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat
penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah
gangguan ke arah yang lebih berat .
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan
dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Tumbuh Kembang Anak  (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti  dokter, bidan
perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter
derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab
kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana di
tingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan
menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), di tingkat
pelayanan kesehatan dasar. Bank Dunia, 1993 melaporkan bahwa
MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi
masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan
Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering
merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian balita, Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO
telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996
dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33
provinsi.

Puskesmas Singgalang 38
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada


anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan sesuai standar yang meliputi :
a. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah
pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada
Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-
turut atau berat badan anak balita di bawah garis merah harus
dirujuk ke sarana pelayanan kesehatan.
b. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi
pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali pertahun (setiap 6 bulan).
Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan
kesehatan) maupun di luar gedung.
c. Pemberian Vitamin A dosis tinggi (200.000 IU), 2 kali dalam setahun.
d. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA oleh setiap anak balita
e. Pelayanan anak balita sakit sesuai standar dengan menggunakan
pendekatan MTBS.

3.2.10 Pelayanan KB Berkualitas


Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar
dengan menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan
sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam menurunkan angka
kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan) bagi
pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta
meningkatkan fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan)
kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan
dan/atau menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode
kontrasepsi yang meliputi :
 KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus
interuptus).
 Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
 Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan
tubektomi).
Sampai saat ini di Indonesia cakupan peserta KB aktif
(Contraceptive Prevalence Rate/CPR) mencapai 61,4% (SDKI 2007)
dan angka ini merupakan pencapaian yang cukup tinggi diantara
negara-negara ASEAN. Namun demikian metode yang dipakai lebih
banyak menggunakan metode jangka pendek seperti pil dan suntik.
Menurut data SDKI 2007 akseptor KB yang menggunakan suntik
sebesar 31,6%, pil 13,2 %, AKDR 4,8%, susuk 2,8%, tubektomi 3,1%,
vasektomi 0,2% dan kondom 1,3%. Hal ini terkait dengan tingginya
Puskesmas Singgalang 39
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

angka putus pemakaian (DO) pada metode jangka pendek sehingga


perlu pemantauan yang terus menerus. Disamping itu pengelola
program KB perlu memfokuskan sasaran pada kategori PUS dengan
“4 terlalu” (terlalu muda, tua, sering dan banyak).
Untuk mempertahankan dan meningkatkan cakupan peserta
KB perlu diupayakan pengelolaan program yang berhubungan dengan
peningkatan aspek kualitas, teknis dan aspek manajerial pelayanan
KB. Dari aspek kualitas perlu diterapkan pelayanan yang sesuai
standard dan variasi pilihan metode KB, sedangkan dari segi teknis
perlu dilakukan pelatihan klinis dan non-klinis secara
berkesinambungan. Selanjutnya aspek manajerial, pengelola program
KB perlu melakukan revitalisasi dalam segi analisis situasi program KB
dan sistem pencatatan dan pelaporan pelayanan KB.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan KB
kepada masyarakat adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan
dan perawat.

3.2.11 Indikator Pemantauan


Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS
KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan
pokok dalam program KIA. Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA
berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah
(misalnya: Untuk provinsi memakai sasaran provinsi, untuk kabupaten
memakai sasaran kabupaten).
1. Akses Pelayanan Antenatal (cakupan K1)
Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk
mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal
oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu X 100%
tertentu
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh


melalui Proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil
dengan menggunakan rumus  :
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka
terakhir CBR kabupaten yang diperoleh dari kantor perwakilan
Badan Pusat Statistik (BPS) di kabupaten. Bila angka CBR
kabupaten tidak ada maka dapat digunakan angka terakhir CBR
Puskesmas Singgalang 40
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data


Penduduk Sasaran Program Pembangunan Kesehatan 2007 – 2011
(Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu hamil di nagari X di
kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2 .000 jiwa dan
angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000 penduduk, maka :
Jumlah ibu hamil = 1,10 X 0,027 x 2.000 = 59,4.
Jadi sasaran ibu hamil di nagari X adalah 59 orang.

2. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K4)


Adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling sedikit empat kali
dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada
trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan
antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan
program KIA.

Rumus yang dipergunakan adalah :


Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali
sesuai standar
oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah dalam 1 tahun

3. Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan (Pn)


Adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan, di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan
yang ditangani oleh tenaga kesehatan dan ini menggambarkan
kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan
sesuai standar.

Rumus yang digunakan sebagai berikut :


Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Puskesmas Singgalang 41
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun dihitung dengan


menggunakan rumus :
1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Contoh : untuk menghitung perkiraan jumlah ibu bersalin di nagari X
di kabupaten Y yang mempunyai penduduk sebanyak 2.000
penduduk dan angka CBR terakhir kabupaten Y 27,0/1.000
penduduk maka :
Jumlah ibu bersalin = 1,05 X 0,027 x 2.000 = 56,7.
Jadi sasaran ibu bersalin di nagari X adalah 56 orang.

4. Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenaga Kesehatan (KF3)


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam
sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3
kali dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42
hari setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan
nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati
waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan jangkauan dan
kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas, di samping menggambarkan
kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas
sesuai standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu X 100%
Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu nifas sama dengan jumlah sasaran ibu
bersalin.
5. Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN 1)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.Dengan indikator ini dapat diketahui
akses/jangkauan pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada
6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan
jumlah perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah
penduduk
Contoh : untuk menghitung jumlah perkiraan bayi di suatu
desa Z di Kota Y Propinsi X yang mempunyai penduduk sebanyak

Puskesmas Singgalang 42
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

1.500 jiwa dan angka CBR terakhir Kota Y 24,8/1.000 penduduk,


maka :
Jumlah bayi = 0,0248 x 1500 = 37,2.
Jadi sasaran bayi di desa Z adalah 37 bayi.

6. Cakupan Pelayanan Neonatus Lengkap (KN Lengkap).


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali
pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28
setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas
pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan
kunjungan neonatal
sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

7. Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh Masyarakat


Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau
komplikasi  yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau
masyarakat  serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa keluarga ataupun
ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan
masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu
hamil, bersalin dan nifas.

Rumus yang dipergunakan :


Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun
bayi atau masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu X 100%
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun

8. Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK)


Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara
definitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten
pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Penanganan definitif
adalah penanganan/pemberian tindakan terakhir untuk
menyelesaikan permasalahan setiap kasus komplikasi kebidanan.
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional
kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.
Puskesmas Singgalang 43
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Rumus yang dipergunakan :


Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan
definitive di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1
tahun

9. Neonatus dengan Komplikasi yang Ditangani


Adalah cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani
secara definitif oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian tindakan
akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang pelaporannya
dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi yang ditangani
adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat hasilnya hidup
atau mati.
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan dalam menangani kasus – kasus kegawatdaruratan
neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya, atau dapat dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan
definitif
di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu X 100%
15 x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

10. Cakupan Kunjungan Bayi (29 hari – 11 bulan)


Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan
paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari – 2 bulan, 1
kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada umur 6 – 8 bulan dan
1 kali pada umur 9 – 11 bulan dan sudah mendapatkan Imunisasi
dasar lengkap serta mendapatkan vitamin A biru 1 kali sesuai
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan
indikator ini dapat diketahui efektifitas, continuum of care dan
kualitas pelayanan kesehatan bayi.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan
sesuai standardi suatu wilayah kerja pada
X 100%
kurun waktu tertentu
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

11. Cakupan Pelayanan Anak Balita (12 – 59 bulan).

Puskesmas Singgalang 44
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang


memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan
pertumbuhan/penimbangan minimal 8x setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x
setahun
Rumus yang digunakan adalah :
Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

12. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang Dilayani


dengan MTBS
Adalah cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang
berobat ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.

Rumus yang digunakan adalah :


Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan sesuai
tatalaksana MTBS di Puskesmas di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu
Jumlah seluruh anak balita sakit yg berkunjung ke Puskesmas di X 100%
suatu wilkerja dalam 1 tahun
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita sakit
yang datang ke puskesmas (register rawat jalan di Puskesmas).
Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan standar
diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS
13. Cakupan Peserta KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate)
Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang
masih aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon)
dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini menunjukkan jumlah
peserta KB baru dan lama yang masih aktif memakai alokon terus-
menerus hingga saat ini untuk menunda, menjarangkan kehamilan
atau yang mengakhiri kesuburan.
Rumus yang dipergunakan:
Jmlh peserta KB aktif di suatu wilker pada kurun waktu ttt X 100%
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
3.2.12 Pengumpulan, Pencatatan dan Pengolahan Data KIA
1. Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS
KIA adalah :
Puskesmas Singgalang 45
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

a. Data Sasaran :
 Jumlah seluruh ibu hamil
 Jumlah seluruh ibu bersalin
 Jumlah ibu nifas
 Jumlah seluruh bayi
 Jumlah seluruh anak balita
 Jumlah seluruh PUS
b. Data pelayanan :
 Jumlah K1
 Jumlah K4
 Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
 Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga
kesehatan
 Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan
pada umur 6-48 jam
 Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan
lengkap pada umur 0-28 hari (KN 1, KN 2, KN 3)
 Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan factor
risiko/komplikasi yang dideteksi oleh masyarakat
 Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
 Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
 Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada
umur 29 hari–11 bulan sedikitnya 4 kali
 Jumlah anak balita (12–59 bulan) yang mendapatkan
pelayanan kesehatan sedikitnya 8 kali
 Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar
 Jumlah peserta KB aktif

2. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran
(proyeksi) yang dihitung berdasarkan rumus. Berdasarkan data
tersebut, Bidan di Desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader
melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari :
 Register kohort ibu
 Register kohort bayi
 Register kohort anak balita
 Register kohort KB

3. Pengolahan Data

Puskesmas Singgalang 46
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum


dalam buku kohort dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan
KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas menerima laporan bulanan
tersebut dari semua BdD dan mengolahnya menjadi laporan dan
informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA.
Informasi per nagari dan per kecamatan tersebut disajikan dalam
bentuk grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan
Koordinator.
Langkah pengolahan data adalah : Pembersihan data,
Validasi dan Pengelompokan.
1. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran
pengisian formulir yang tersedia.
2. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
3. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus
dilaporkan.

Contoh :
 Pembersihan data : Melakukan koreksi terhadap laporan
yangmasuk dari Bidan di nagari mengenai duplikasi nama,
duplikasi alamat, catatan ibu langsung di K4 tanpa melewati
K1.
 Validasi : Mecocokkan apabila ternyata K4 & K1 lebih besar
daripada jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar
daripada ibu hamil.
 Pengelompokan : Mengelompokkan ibu hamil anemi
berdasarkan nagari untuk persiapan intervensi, ibu hamil
dengan KEK untuk persiapan intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk :
Narasi, Tabulasi, Grafik dan Peta.
1. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau
profil suatu wilayah kerja, misalnya dalam Laporan PWS KIA
yang diserahkan kepada instansi terkait.
2. Tabulasi : dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam
bentuk lampiran.
3. Grafik : dipergunakan untuk presentasi dalam
membandingkan keadaan antar waktu, antar tempat dan
pelayanan. Sebagian besar hasil PWS disajikan dalam
bentuk grafik.
4. Peta : dipergunakan untuk menggambarkan kejadian
berdasarkan gambaran geografis.
Puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk
mengolah data KIA maka data dari kartu- kartu pelayanan bidan di
nagari, dimasukkan ke dalam komputer sehingga proses pengolahan

Puskesmas Singgalang 47
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

data oleh bidan di nagari dan bidan koordinator Puskesmas akan


terbantu dan lebih cepat.

3.2.13 Pembuatan Grafik PWS KIA


PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang
dipakai, yang juga menggambarkan pencapaian tiap nagari dalam tiap
bulan.
Di bawah ini dijabarkan cara membuat grafik PWS KIA untuk
tingkat puskesmas, yang dilakukan tiap bulan, untuk semua nagari.
Langkah – langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :
1. Penyiapan data
Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap
indikator diperoleh dari catatan ibu hamil per nagari, register
kegiatan harian, register kohort ibu dan bayi, kegiatan pemantauan
ibu hamil per nagari, catatan posyandu, laporan dari bidan / dokter
praktik swasta, rumah sakit bersalin dan sebagainya.

Untuk grafik antar wilayah, data yang diperlukan adalah :


a. Data cakupan per nagari dalam kurun waktu yang sama
Misalnya: untuk membuat grafik cakupan K4 bulan juni di
wilayah kerja puskesmas X, maka diperlukan data cakupan K4
nagari A, nagari B, nagari C, dst pada bulan Juni.

Untuk grafik antar waktu, data yang perlu disiapkan adalah:


b. Data cakupan per bulan

Untuk grafik antar variabel diperlukan data variabel yang


mempunyai korelasi misalnya:
c. K1, K4 dan Pn

2. Membuat Grafik
a. Menentukan target rata2 per bulan untuk menggambarkan skala
pada garis vertikal (sumbu Y), caranya target 1 tahun/12
b. Hasil perhitungan cakupan kumulatif, dimasukan kedalam lajur
% kumulatif secara berurutan sesuai peringkat (tertinggi sebalah
kiri)
c. Nama desa ditulis pada lajur desa, menyesuaikan lajur kumulatif
d. Hasil perhitungan bulan ini dan bulan lalu untuk tiap desa
dimasukan ke lajur masing2
e. Gambar anak panah untuk mengisi lajur trend,
f. Bila bulan ini lebih tinggi dari bulan lalu maka trend naik (↑)
g. Bila bulan ini lebih rendah dari bulan lalu maka trend turun (↓)
h. Bila bulan ini sama dari bulan lalu maka trend tetap (−)

Puskesmas Singgalang 48
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

3.2.14 Analisis dan Tindak Lanjut


Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana
hingga analisis lanjut sesuai dengan tingkatan penggunaannya.
1. Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar
wilayah terhadap target dan kecenderungan dari waktu ke waktu.
Analisis sederhana ini bermanfaat untuk mengetahui nagari mana
yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang harus
dilakukan.

Contoh analisis sederhana


Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada
pemantauan bulan Juni 2018 dapat digambarkan dalam matriks
seperti di bawah ini

Desa Cakupan Terhadap Status


terhadap target cakupan bulan Desa
lalu
Diatas Dibawah Naik Turun Tetap
A + + Baik
+
B + Baik
+
C + Kurang
+
D + Cukup
+
E + Jelek

Dari matriks diatas dapat disimpulkan adanya 4 macam


status cakupan Desa, yaitu :
1) Status baik.
Adalah Desa dengan cakupan diatas target yang
ditetapkan untuk bulan Juni 2018, dan mempunyai
kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat atau tetap
jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa - desa ini
adalah Desa A dan Desa B. Jika keadaan tersebut berlanjut,
maka Desa - desa tersebut akan mencapai atau melebihi target
tahunan yang ditentukan.
2) Status kurang.

Puskesmas Singgalang 49
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Adalah Desa dengan cakupan diatas target bulan Juni


2018, namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan
yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu.
Desa dalam kategori ini adalah Desa C, yang perlu
mendapatkan perhatian karena cakupan bulan lalu ini hanya
5% (lebih kecil dari cakupan bulan minimal 7,5%). Jika cakupan
terus menurun, maka Desa tersebut tidak akan mencapai target
tahunan yang ditentukan.
3) Status cukup.
Adalah Desa dengan cakupan dibawah target bulan
Juni 2008, namun mempunyai kecenderungan cakupan
bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan cakupan
bulan lalu. Desa dalam kategori ini adalah Desa D, yang perlu
didorong agar cakupan bulanan selanjutnya tidak lebih
daripada cakupan bulanan minimal 7,5%. Jika keadaan
tersebut dapat terlaksana, maka Desa ini kemungkinan besar
akan mencapai target tahunan yang ditentukan.

4) Status jelek.
Adalah Desa dengan cakupan dibawah target bulan
Juni 2008, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan
yang menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Desa dalam
kategori ini adalah Desa E, yang perlu diprioritaskan untuk
pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya dapat
ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal agar dapat
mengejar kekurangan target sampai bulan Juni, sehingga dapat
pula mencapai target tahunan yang ditentukan.
2. Analisis Lanjut
Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan variable
tertentu dengan variable terkait lainnya untuk mengetahui hubungan
sebab akibat antar variable yang dimaksud.
Contoh analisis lanjut : Analisis grafik PWS KIA K1, K4, Pn
Desa Cakupan Cakupan K4 Cakupan Pn Keterangan
K1
A 70 % 60 % 50 % DO K4
B 85 % 70 % DO Pn
C
D
E
Apabila Drop Out (DO) K1 - K4 lebih dari 10 % berarti
wilayah tersebut bermasalah dan perlu penelusuran dan intervensi
lebih lanjut. Drop Out tersebut dapat disebabkan karena ibu yang

Puskesmas Singgalang 50
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

kontak pertama (K1) dengan tenaga kesehatan, kehamilannya


sudah berumur lebih dari 3 bulan. Sehingga diperlukan intervensi
peningkatan pendataan ibu hamil yang lebih intensif.

3.2.15 Rencana Tindak Lanjut


Bagi kepentingan program, analisis PWS KIA ditujukan untuk
menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi
puskesmas. Keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk
rencana operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi sesuai dengan spesifikasi daerah.

Skema Alternatif Tindak Lanjut (Alt)


Rencana operasional tersebut perlu dibicarakan dengan semua
pihak yang terkait :
1. Bagi Desa yang berstatus baik atau cukup, pola
penyelenggaraan pelayanan KIA perlu dilanjutkan, dengan
beberapa penyesuaian tertentu sesuai kebutuhan antara lain
perbaikan mutu pelayanan.
2. Bagi Desa berstatus kurang dan terutama yang berstatus jelek,
perlu prioritas intervensi sesuai dengan permasalahan.
3. Intervensi yang bersifat teknis (termasuk segi penyediaan
logistik) harus dibicarakan dalam pertemuan mini lokakarya
puskesmas dan/atau rapat dinas kesehatan kabupaten (untuk
mendapat bantuan dari kabupaten).
4. Intervensi yang bersifat non-teknis (untuk motivasi, penggerakan
sasaran, dan mobilisasi sumber daya di masyarakat) harus
dibicarakan pada rapat koordinasi kecamatan dan/atau rapat
dinas kesehatan kabupaten (untuk mendapat bantuan dari
kabupaten).
Sumber :
Sub Direktorat Kesehatan Ibu yang merupakan pembahasan akhir dan
hasil editing dari dr. Andi Ayusianto dan dr. Kirana

3.2.16 Pelayanan Kesehatan Bayi


1. Pelayanan Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir
Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir mengacu pada
pedoman Asuhan Persalinan Normal yang tersedia di puskesmas,
pemberi layanan asuhan bayi baru lahir dapat dilaksanakan oleh
dokter, bidan atau perawat. Pelaksanaan asuhan bayi baru lahir
dilaksanakan dalam ruangan yang sama dengan ibunya atau rawat
gabung (ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, bayi berada dalam
jangkauan ibu selama 24 jam).
Asuhan bayi baru lahir meliputi:
Puskesmas Singgalang 51
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

1. Pencegahan infeksi (PI)


2. Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi pada bayi
3. Pemotongan dan perawatan tali pusat
4. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
5. Pencegahan kehilangan panas melalui tunda mandi selama 6
jam, kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh
bayi.
6. Pencegahan perdarahan melalui penyuntikan vitamin K1 dosis
tunggal di paha kiri
7. Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB 0) dosis tunggal di paha
kanan
8. Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata
antibiotika dosis tunggal
9. Pemeriksaan bayi baru lahir
10. Pemberian ASI eksklusif
11. Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
2. Pelayanan Kesehatan Bayi
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan
sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi
sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan
setelah lahir.
Pelaksana pelayanan kesehatan bayi :
a. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari – 2 bulan
b. Kunjungan bayi satu kali pada umur 3 – 5 bulan
c. Kunjungan bayi satu kali pada umur 6 – 8 bulan
d. Kunjungan bayi satu kali pada umur 9 – 11 bulan
Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin
bila terdapat kelainan pada bayi sehingga cepat mendapat
pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit
melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta peningkatan
kualitas hidup bayi dengan stimulusi tumbuh kembang. Dengan
demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi.
Pelayanan kesehatan tersebut meliputi :
1. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, Polio 1, 2, 3, 4,
DPT/HB 1, 2, 3, Campak) sebelum bayi berusia 1 tahun
2. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK)
3. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 – 11 bulan)
4. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI,
tanda-tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah
menggunakan Buku KIA
5. Penanganan dan rujukan kasus bila di perlukan

Puskesmas Singgalang 52
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan


kesehatan bayi adalah dokter spesialis anak, dokter, bidan dan
perawat.
3. Bentuk Pelayanan kesehatan pada bayi :
a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
IMD adalah memberikan pelayanan kesehatan pada anak
dengan mendekapkan bayi diantara kedua payudara ibunya
segera setelah lahir. Memberikan kesempatan bayi menyusui
sendiri segera setelah lahir dengan meletakkan bayi di dada atau
perut dan kulit bayi melekat pada kulit ibu (skin to skin contact)
setidaknyaselama 1-2 jam sampai bayi menyusui sendiri. Hal ini
dapat menghindari kematian bayi dan penyakit yang menyerang
bayi, karena kandungan antibodi yang ada pada colostrum dan
ASI. Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan
bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan) :
1. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar
bersalin
2. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di
dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata
bayi setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi
diberi topi.
4. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan
biarkan bayi sendiri mencari puting susu ibu.
5. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali
perilaku bayi sebelum menyusu.
6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal
selama satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam,
biarkan bayi tetap di dada ibu sampai 1 jam
7. Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam
posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan
biarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit.
Setelah IMD selesai, maka dilanjutkan langkah berikut :
1. Dilakukan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata
dan imunisasi Hepatitis B (HB 0).
2. Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada
periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan
dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan atau
perawat.
3. Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg intramuskuler di paha kiri, untuk
Puskesmas Singgalang 53
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang


dapat dialami oleh sebagian BBL.
4. Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi
mata (Oxytetrasiklin 1%).
5. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah
penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati.
b. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di
fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di
fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi
baru lahir dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya,
oleh dokter/ bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah,
ibu atau keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang
memeriksa.
c. Pencegahan Infeksi
Pemotongan tali pusat pada BBL normal dilakukan sekitar
2 menit setelah bayi baru lahir atau setelah penyuntikan oksitosin
10 IU intramuskular kepada ibu. Hindari pembungkusan tali pusat
atau jika di bungkus tutupi dengan kassa steril dalam keadaan
longgar, agar tetap terkena udara dan akan lebih mudah kering.
d. Pencegahan hilangnya panas tubuh bayi
Pastikan bayi selalu dalam keadaan hangat dan hindari
bayi terpapar langsung dengan suhu lingkungan
e. Kunjungan Neonatal
Adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus sedikitnya
3 kali yaitu :
1. Kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai dengan 48
jam setelah lahir
2. Kunjungan neonatal II (KN2) pada hari ke 3 s/d 7 hari
3. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari
Pelayanan kesehatan diberikan oleh
dokter/bidan/perawat, dapat dilaksanakan di puskesmas atau
melalui kunjungan rumah. Pelayanan yang diberikan mengacu
pada pedoman Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada
algoritma bayi muda (Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM)
termasuk ASI ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan
mata, perawatan tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi
HB-0 diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur
7 hari (bila tidak diberikan pada saat lahir).
4. Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK)
Puskesmas Singgalang 54
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Hipotiroid Kongenital adalah kekurangan hormon tiroid pada


bayi baru lahir. Kekurangan hormon tiroid pada bayi dan masa awal
kehidupan, bisa mengakibatkan hambatan pertumbuhan (cebol) dan
retardasi mental (keterbelakangan mental). Lebih dari 90 % bayi
dengan HK tidak memperlihatkan gejala saat dilahirkan. Kalaupun
ada sangat samar dan tidak khas. Komponen yang sangat penting
dalam system skrining BBL adalah :
1. KIE (Konseling Informasi Edukasi)
Tenaga kesehatan yang menolong persalinan bayi dan
pelaksanaan asuhan perinatal bertanggung jawab untuk
memberikan KIE kepada orang tua bayi tentang SHK
2. Proses Skrining
a. Persiapan : mendorong orang tua untuk mau melakukan
SHK
b. Persetujuan (informed consent)
c. Penolakan (dissent consent)
d. Pengambilan specimen yang harus diperhatikan :
 Waktu pengambilan (timing) : paling ideal umur bayi 48 –
72 jam (KN2), jangan lakukan dalam 24 jam I karena
kadar TSH masih tinggi, sehingga hasil nya menjadi
positif palsu,.
 Data : isi kartu identitas bayi dengan lengkap dan benar
dalam kartu informasi
 Metode dan tempat pengambilan darah : Metode
pengambilan darah dari tumit bayi, teteskan darah ke
tengah bulatan kertas saring sampai bulatan terisi penuh
dan tembus kedua sisi. Kertas saring berada di bagian
atas kartu identitas bayi.
 Pengiriman/transportasi specimen : Kertas saring di
masukkan ke dalam amplop, langsung dikirim melalui pos
ekspres, tidak boleh lebih dari 7 hari sejak specimen di
ambil, perjalanan tidak boleh lebih 3 hari.
 Proses Skrining di laboratorium
 Koreksi terhadap kemungkinan kesalahan dalam
pengambilan specimen
Hal pertama yang harus dilakukan jika mendapatkan hasil
test positif adalah sesegera mungkin menghubungi orang tua bayi
yang bersangkutan. Tugas dari tim tindak lanjut bayi dengan hasil
test positif ialah mencari tempat tinggal bayi tsb dan memfasilitasi
pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis.
3.2.17 Pelayanan Kesehatan Pada Anak Balita
Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan
intelektual berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan

Puskesmas Singgalang 55
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

atau golden period dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan


keindraan, berfikir, berbicara serta pertumbuhan mental intelektual
yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada masa ini stimulasi
sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ tubuh dan
rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat
penting agar dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah
gangguan ke arah yang lebih berat.
Bentuk pelaksanaan tumbuh kembang anak di lapangan
dilakukan dengan mengacu pada pedoman Stimulasi, Deteksi dan
Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan di puskesmas dan jajarannya seperti dokter, bidan
perawat, ahli gizi, penyuluh kesehatan masyarakat dan tenaga
kesehatan lainnya yang peduli dengan anak.
Kematian bayi dan balita merupakan salah satu parameter
derajat kesejahteraan suatu negara. Sebagian besar penyebab
kematian bayi dan balita dapat dicegah dengan teknologi sederhana
ditingkat pelayanan kesehatan dasar, salah satunya adalah dengan
menerapkan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), ditingkat
pelayanan kesehatan dasar. Bank dunia, 1993 melaporkan bahwa
MTBS merupakan intervensi yang cost effective untuk mengatasi
masalah kematian balita yang disebabkan oleh Infeksi Pernapasan
Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi dan yang sering
merupakan kombinasi dari keadaan tersebut.
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian balita, Departeman Kesehatan RI bekerja sama dengan WHO
telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996
dan implementasinya dimulai 1997 dan saat ini telah mencakup 33
provinsi.
Pelayanan kesehatan anak balita meliputi pelayanan pada
anak balita sakit dan sehat. Pelayanan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan sesuai standar yang meliputi :
1. Pelayanan pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun yang
tercatat dalam Buku KIA/KMS. Pemantauan pertumbuhan adalah
pengukuran berat badan anak balita setiap bulan yang tercatat pada
Buku KIA/KMS. Bila berat badan tidak naik dalam 2 bulan berturut-
turut atau berat badan anak balita dibawah garis merah dirujuk ke
sarana pelayanan kesehatan.
2. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
minimal 2 kali dalam setahun. Pelayanan SDIDTK meliputi
pemantauan perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian minimal 2 kali setahun (setiap 6 bulan).

Puskesmas Singgalang 56
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Pelayanan SDIDTK diberikan di dalam gedung (sarana pelayanan


kesehatan) maupun di luar gedung.

Index : SDIDTK (STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI


TUMBUH KEMBANG)
Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang (SDIDTK) merupakan revisi dari program Deteksi Dini
Tumbuh Kembang (DDTK) yang telah dilakukan sejak tahun 1988
dan termasuk salah satu program pokok Puskesmas Kegiatan ini
dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam
bentuk kemitraanan tara keluarga, masyarakat dengan tenaga
professional Tidak ada perbedaan yang signifikan antara SDIDTK
dengan DDTK, hanyalah perbedaan istilah.
Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh
kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui
kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh
kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang
tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat
(kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya
masyarakat) dengan tenaga professional kesehatan, pendidikan dan
sosial).
SDIDTK adalah pembinaan tumbuh kembang anak secara
komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan
intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun
pertama kehidupan . Diselenggarakan dalam bentuk kemitraan
antara : keluarga, masyarakat dengan tenaga professional
(kesehatan, pendidikan dan sosial).
Indikator keberhasilan program SDIDTK adalah 90% balita
dan anak prasekolah terjangkau oleh kegiatan SDIDTK pada tahun
2018.Tujuan agar semua balita umur 0–5 tahun dan anak
prasekolah umur 5-6 tahun tumbuh dan berkembang secara optimal.
1. Pengertian Pertumbuhan, Perkembangan, dan Stimulasi
 Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel
serta jaringan, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur
tubuh sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur
dengan satuan panjang dan berat.
 Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
 Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak
umur 0 – 6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara
optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini

Puskesmas Singgalang 57
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi


tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh ibu, ayah,
pengganti orang tua/pengasuh anak, anggota keluarga lain
atau kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga
masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Prinsip Dasar Stimulasi Tumbuh Kembang Anak
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada
beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu :
 Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih
sayang.
 Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena akan
meniru tingkah laku orang-orang yang terdekat dengannya.
 Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.
 Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain,
bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak
ada hukuman.
 Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai
umur anak , terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.
 Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada
di sekitar anak.
 Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan
perempuan.
 Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas
keberhasilannya.
3. Jenis Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat
dikerjakan oleh tenaga kesehatan di puskesmas dan jaringannya,
berupa:
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk
mengetahui/menemukan status gizi kurang/buruk dan
mikrosefali/makrosefali. Deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan dilakukan dengan pengukuran Berat Badan
terhadap Tinggi Badan dengan tujuan untuk memnetukan
status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Selain
itu, juga dilakukan pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA)
dengan tujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam
batas normal atau diluar batas normal.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk
mengetahui gangguan perkembangan anak (Keterlambatan),
gangguan daya lihat, gangguan daya dengar.  Deteksi dini
penyimpangan perkembangan dilakukan dengan :
 Skrining/Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan
Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) dengan
Puskesmas Singgalang 58
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau


ada penyimpangan.
 Tes Daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan
gangguan pendengaran sejak dini, agar dapat segera
ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak.
 Tes daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi
secara dini kelainan daya dengar agar segera dapat
dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk
mengetahui adanya masalah mental emosional, autisme dan
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Ada
beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara
dini adanya penyimpangan mental emosional pada anak,
yaitu; Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME) bagi anak
umur 36 bulan sampai 72 bulan. Tujuannya untuk mendeteksi
secara dini adanya penyimpangan/masalah mental emosional
pada anak prasekolah. Alat yang digunakan adalah :
 Ceklist Autis anak praseolah  (Checklist for Autism in
Toddler/CATT) bagi anak umur 18 bulan samapai 36 bulan.
Tujuan untuk mendeteksi secara dini adanya Autis pada
anak umur 18 bulan – 36 bulan.
 Formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktivitas (GPPH) menggunakan Abreviated Conner
Rating Scale bagi anak umur 36 bulan ke atas.
d. Sasaran deteksi dini :
a. Sasaran Langsung : Semua anak umur 0-6 tahun yang ada
di wilayah kerja Puskesmas
b. Sasaran Tidak Langsung : Tenaga kesehatan yang berkerja
di lini terdepan (Dokter, Bidan, Perawat, Ahli Gizi,
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat dan sebagainya),
Tenaga pendidik, Petugas lapangan KB, Petugas sosial
yang terkait dengan pembinaan tumbuh kembang anak,
Petugas sektor swasta dan profesi lainnya.
e. Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak
Rujukan diperlukan jika masalah/penyimpangan
perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah
dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh
kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut:
 Tingkat keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota
keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk membawa

Puskesmas Singgalang 59
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau


Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan
pemantauan tumbuh kembang buku KIA.
 Tingkat Puskesmas dan jaringannya
Pada rujukan dini, bidan dan perawat di posyandu,
Polindes, Pustu termasuk Puskesmas keliling, melakukan
tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku
pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata
memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke
tim medis di Puskesmas.
 Tingkat Rumah Sakit Rujukan
Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di
tangani di Puskesmas maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit
Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang
anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta
laboratorium/pemeriksaan penunjang diagnostic. Rumah
Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan
memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh
tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata,
THT, rehabilitasi medik, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog.

Index : PELAYANAN KESEHATAN LAIN PADA BALITA


1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan Buku KIA
Buku KIA adalah alat yang sederhana dan murah, yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan
anak. Oleh karenanya Buku KIA harus disimpan oleh ibu balita di
rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi
posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan
dokter. Buku KIA menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu
dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak
terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan
pada anak. 
Buku KIA juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang
bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang
tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk
mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan-
nya. Buku KIA berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare,
pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian
ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian
makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. Buku
KIA juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi
orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya
Puskesmas Singgalang 60
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

2. Pemberian Kapsul Vitamin A 


Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin
yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan
mata. Kekurangan vitamin A bisa terjadi karena serapan vitamin A
pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan
pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea
mata ). Vitamin A juga berguna untuk meningkatkan daya tahan
tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare dan infeksi lain.
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi
yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan
yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan
vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari
seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan
terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari
keluarga menengah kebawah.
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
a. Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang
berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun
b. Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita 
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia (mata
kering).
3. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu
untuk balita mencakup :
a. Penimbangan berat badan
b. Penentuan status pertumbuhan
c. Penyuluhan
d. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas, dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang,
apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
4. Manajemen Terpadu Balita Sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated
Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan
yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan
fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara
Puskesmas Singgalang 61
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan


tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.
Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang
ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian
sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit
rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya
termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS
tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang
sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia.
Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan
penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan
upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan
masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia
WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok
diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. 
Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan dalam 2
kategori, yaitu :
a. Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM (Usia 1 hari sampai 2
bulan)
Pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai 2 bulan
ini, meliputi penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi
dan tingkat kegawatan, penentuan tindakan dan pengobatan,
pemberian konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut.
Dalam manajemen terpadu bayi muda ini, dilakukan
pengelolaan terhadap penyakit-penyakit yang lazim terjadi
pada bayi muda, antara lain adanya kejang, gangguan nafas,
hipotermi, kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, gangguan
saluran cerna, diare serta kemungkinan berat badan rendah
dan masalah pemberian ASI.
b. Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5
Tahun
Tahapan pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit
pada usia 2 bulan sampai 5 tahun ini sama seperti manajemen
terpadu bayi muda, yaitu penilaian tanda dan gejala,
penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan, penentuan
tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian
pelayanan dan tindak lanjut. Dalam MTBS usia 2 bulan sampai
5 tahun ini, dilaksanakan pengelolaan terhadap beberapa
penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Beberapa
penyakit yang lazim terjadi pada anak usia 2 bulan sampai 5
tahun, aantara lain adanya tanda bahaya umum ( tidak bias
minum atau menetek, muntah, kejang, letargis, atau tidak sadar
Puskesmas Singgalang 62
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

), batuk dan sukar bernafas, diare, demam, masalah telinga,


status gizi buruk ( malnutrisi dan anemia ).
5. Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah : 
a. Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
b. Pemberian makanan bayi
c. Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
d. Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
e. Peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan
pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak
mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan

3.3 Tatalaksana Upaya Gizi Masyarakat


3.3.1 Jenis Pelayanan Gizi
1. Penanggulangan Gizi Buruk
Gizi Buruk pada Balita dapat menyebabkan penurunan
kecerdasan dan daya tahan tubuh bahkan dapat menyebabkan
kematian. Sedangkan pada ibu hamil dapat menyebabkan bayinya
BBLR. Penanggulangan Gizi Buruk perlu dilakukan secara terpadu.
Keterlibatan lintas sektor dan lintas program merupakan penentu yang
amat penting dalam keberhasilan penanggulangan gizi buruk.
Pelayanan diberikan terhadap Balita (0-59 Bulan) dengan status gizi
buruk (BB/PB <-3 SD dan BB/TB < -3 SD) dan ibu hamil dengan LILA
kurang dari 23,5 cm. Pelayanan yang diberikan berupa konseling gizi,
pemberian Makanan Tambahan Pemulihan dan pemantauan status
gizi.
2. Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)
GAKI menyebabkan pembesaran kelenjar gondok (tiroid),
hambatan pertumbuhan jasmani maupun mental yang ditandai
dengan cebol, dungu atau bodoh. Kekurangan Iodium terutama terjadi
didaerah pegunungan. Beberapa daerah di Kabupaten Lima Puluh
Kota termasuk daerah endemik. Penanggulangan masalah GAKI
secara khusus dilakukan melalui pemberian kapsul minyak beriodium
kepada seluruh Wanita Usia Subur dan Anak Sekolah yang berada
pada wilayah endemik. Secara umum penanggulanagn GAKI
dilakukan dengan Iodisasi garam dapur. Pemeriksaan garam dapur
dilakukan di sekolah ataupun dengan melakukan kunjungan ke
rumah-rumah yang dilakukan oleh petugas dengan menggunakan
Iodina Test.
3. Penanggulangan Kurang Vitamin A
Kekurangan Vitamin A yang berat dapat menyebabkan
kebutaan, mengurangi daya tahan tubuh sehingga mudah terkena
infeksi yang sering menyebabkan kematian. Penanggulangan KVA
perlu dilakukan secara dini melalui pemberian kapsul vitamin A pada
Puskesmas Singgalang 63
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

ibu nifas, bayi dan anak balita. Pemberian Vitamin A diberikan kepada
bayi dan anak balita 2 kali dalam setahun, pada bulan Februari dan
Agustus.
4. Penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB)
AGB menyebabkan penurunan kemampuan fisik atau
produktifitas kerja, penurunan kemampuan berpikir dan antibodi.
Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan pendarahan pada proses
persalinan yang beujung pada kematian ibu. Penanggulangan AGB
dilakukan dengan pemberian tablet Fe kepada ibu hamil dan remaja
putri.
5. Penanggulangan Gizi Lebih
Gizi lebih pada orang dewasa dapat menyebabkan
meningkatkan resiko penyakit degeneratif seperti jantung koroner,
diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit hati. Status gizi orang
dewasa dinilai dengan IMT (indeks Massa Tubuh). Orang dewasa
dikategorikan gemuk apabila IMTnya lebih dari 25. Penanggulangan
Gizi lebih dilakukan dengan pengaturan makanan (diet).

6. Konsultasi Gizi
Konsultasi gizi dilakukan diunit pelayanan kesehatan.
Pelayanan diberikan kepada pasien yang menderita penyakit yang
memerlukan pengaturan makanan oleh ahli gizi. Kegiatan dalam
konsultasi berupa pengukuran antropometri, penentuan status gizi,
menggali permasalahan dan membuat kesepakatan dengan klien
serta menentukan kebutuhan gizi klien.

3.3.2 Bentuk Pelayanan


1. Pemberian Makanan Tambahan dan Makanan Pendamping ASI
Pemberian PMT kepada balita gizi buruk berupa Pan-enteral
atau dengan pemberian Formula WHO bertahap sesuai dengan fase
perawatan yang dilakukan terhadap anak. Pemberian PMT
berlangsung selama 90 hari secara terus menerus. Pemantauan Berat
Badan dan Status Gizi anak dilakukan setiap 15 hari. Pemberian PMT
kepada Ibu Hamil KEK berupa susu ibu hamil selama 90 hari berturut-
turut. Selama pemberian PMT ibu dipantau Berat Badan, LILA dan
kadar haemoglobin darahnya.
2. Pemberian Vitamin A
Vitamin A diberikan kepada Bayi usia 6-11 bulan dengan dosis
100.000 IU berupa 1 butir kapsul dengan warna biru dan kepada anak
balita usia (1-5) tahun dengan dosis 200.000 IU berupa 1 butir kapsul
dengan warna merah pada bulan februari dan agustus. Ibu nifas juga
diberikan Vitamin A 2 butir yang harus diminum 1 butir segera setelah
persalinan dan satu butir lagi 24 jam berikutnya.
Puskesmas Singgalang 64
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

3. Pemeriksaan Garam
Pemeriksaan garam dilakukan di Sekolah Dasar disetiap
jorong. Murid-murid dengan jumlah 26 orang disetiap sekolah diminta
membawa garam kesekolah, kemudian diwawancarai mengenai
beberapa hal tentang garam misalnya: tempat membeli garam, wadah
penyimpanan, tempat meletakkan dan juga dilakukan pemeriksaan
iodium dengan menggunakan iodine tes. Pemeriksaan garam ini
dilakukan setiap bulan februari dan agustus.
4. Pemberian Tablet Fe
Tablet Fe diberikan kepada ibu hamil dengan jumlah 90 butir
selama kehamilan dengan ketentuan trimester pertama diberikan 30
butir, trimester kedua 30 butir dan trimester ketiga 30 butir. Ibu nifas
juga diberikan tablet Fe sebanyak 30 butir selama nifas dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya anemia gizi besi pada ibu hamil dan
menyusui. Remaja putri juga diberikan tablet Fe yang harus diminum
sebanyak 1 butir setiap hari selama 10 hari yang dimulai pada hari
pertama menstruasi.

5. Konsultasi Gizi
Kegiatan yang dilakukan pada konsulasi gizi adalah sebagai
brikut
a. Pasien datang berdasarkan rujukan dari BP/KIA/KB atau datang
dengan keinginan sendiri.
b. Melakukan pengukuran Antopometri (BB & TB) Cari IMT untuk
menentukan status gizi.
c. Anamnesa Kebiasaan Makan Pasien
d. Recall 24 jam konsumsi makanan pasien
e. Tentukan kebutuhan gizi pasien
f. Penjelasan Diet Pasien
g. Review kepada pasien
6. Penyuluhan Gizi
Penyuluhan gizi dilakukan dipuskesmas, diposyandu, disekolah
dan tempat umum lainnya. Materi penyuluhan desesuaikan dengan
keadaan sasaran. Penyuluhan dilakukan menggunakan media seperti
flipcahart, lembar balik, lapto, proyektor dan lain sebagainya. Umumnya
materi yang disampaikan adalah mengenai menu seimbang orang
dewasa lansia dan anak, manfaat garam beriodium, manfaat vitamin A,
cara memilih dan mengolah makanan yang baik, kadarzi dan lain
sebagainya.
7. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah dilakukan apabila ada kasus yang misalnya
gizi buruk. Balita gizi buruk dikunjungi kerumahnya bersama tim
Puskesmas Singgalang 65
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

penanggulangan gizi buruk yang terdiri dari: Petugas gizi, petugas


promkes, pengelola anak, dokter, perawat.

3.3.3 Fasilitas Pendukung Pelayanan


1. PMT dan MP-ASI
PMT berupa biskuit, susu ibu hamil dan Pan-Enteral. MP-ASI
berupa bubur bayi dan biskuit.
2. Vitamin A
Vitamin A biru (100.000IU) dan Vitamin A merah (200.000IU)
3. Iodina Test
Cairan untuk menguji ketersediaan iodium pada garam.

4. Tablet Fe
Tablet tambah darah untuk membantu pembentukan sel
darah merag guna mencegah anemia gizi besi
5. Media Penyuluhan (lembar balik, liflet, laptop,dll)
6. Media Konsultasi Gizi (food model, timbangan injak, microtois, alat
ukur panjang badan, pita LILA, liflet diet.)

3.3.4 Format Pelaporan


1. Laporan LB3 Gizi
2. Laporan Identitas Gizi Buruk
3. Laporan Semester (F6)
4. Laporan Perkembangan Balita Gizi Buruk yang Mendapat PMT
5. Laporan Perkembangan Ibu Hamil yang Mendapat PMT
6. Laporan MP-ASI

3.3.5 Visualisasi Data


1. Grafik pencapaian
 Grafik Cakupan D/S, N/D’ dan BGM/D
 Grafik Cakupan ASI ekslusif
 Grafik Cakupan Vitamin A bayi, balita dan bufas
 Grafik Cakupan Garam beriodium
 Grafik pencapaian Fe1 dan Fe3
2. Laporan bulanan
 LB3 Gizi
 Identitas Gizi Buruk
 Perkembangan Gizi Buruk
3. Laporan semester
 Vitamin A
 ASI Ekslusif
4. Laporan tahunan

Puskesmas Singgalang 66
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

3.4 Tatalaksana Upaya Kesehatan Lingkungan


Dalam upaya meningkatkan kebutuhan sanitasi masyarakat terhadap
sanitasi dilakukan melalui perubahan perilaku higiene dan sanitasi
masyarakat. Oleh karena itu program/kegiatan penyehatan lingkungan di
puskesmas diharapkan dapat merubah perilaku masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat.
1. Pembinaan dan Pengawasan Kualitas Air
Sesuai dengan amanat yang terkandung dalam Undang-Undang
Kesehatan nomor 36 Tahun 2009, khususnya yang terkait dengan
penyehatan air dan tujuan penyediaan air bersih, maka pengawasan
kualitas air dan pengamanan kualitas air dalam kaitannya membantu
penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, penyuluhan
kesehatan dalam kaitannya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
penyediaan dan pemanfaatan air bersih merupakan kegiatan yang strategis
untuk mencapai tujuan tersebut.
Tujuan umum pengawasan kualitas air adalah diketahuinya
gambaran mengenai keadaan sanitasi sarana dan kualitas air sebagai data
dasar untuk memberikan rekomendasi untuk pengamanan kualitas air.
Adapun tujuan khusus adalah :
a. Tersedianya informasi keadaan sanitasi sarana air bersih dan kualitas
air
b. Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya
perlindungan pencemaran, perbaikan kualitas air dan penyuluhan
kepada pihak terkait.
Sasaran kegiatan pembinaan dan pengawasan kualitas air adalah
sebagai berikut :
a. Air Minum (Depot Air Minum)
b. Air bersih yang digunakan masyarakat untuk keperluan rumah tangga
(minum, masak, cuci alat rumah tangga)
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan untuk pembinaan dan
pengawasan kualitas air adalah :

a. Inspeksi sanitasi
Inspeksi sanitasi dilakukan untuk air minum dengan sistem
perpipaan, depot air minum dan air minum bukan jaringan perpipaan,
melalui:
 Penetapan lokasi titik dan frekuensi inspeksi sanitasi;
Pengamatan dan peniaian terhadap sarana air minum dengan
menggunakan formulir inspeksi sanitasi sarana air minum
(terlampir); dan
 Menetapkan tingkat resiko pencemaran berdasarkan penilaian.
b. Pemeriksaan kualitas air bersih
Pemerikasaan kualitas air dilakukan dengan cara
pengambilan sampel air minum.
Puskesmas Singgalang 67
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Tata cara pengambilan sampel adalah sebagai berikut :


 Penetapan lokasi titik pengambilan sampel dilakukan berdasrkan
hasil inspeksi sanitasi;
 Titik-titik sampel menyebar dan mewakili kualitas air dari sistem
penyediaan air bersih;
 Sampel diambil, disimpan dan dikirim dalam wadah yang steril dan
bebas dari kontaminasi;
 Pengiriman sampel dilakukan dengan segera;
 Sampel yang diambil dilengkapi dengan data rinci sampel yang
diambil.
Penetapan jumlah dan frekuensi pengambilan sampel air
minum sesuai dengan yang diatur pada lampiran Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010
tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum.
c. Pembinaan pemakai air
Pembinaan pemakai air dilakukan untuk pengamanan kualitas
air sebagai tindak lanjut pengawasan kualitas air melalui upaya
penyuluhan. Kegiatan penyuluhan penyehatan air terdiridari :
 Penyuluhan penyehatan air bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran penduduk akan pentingnya penggunaan dan
penanganan air bersih secara higienis dalam kehidupan sehari-
hari, diperolehnya perubahan perilaku hidup sehat yang
berhubungan dengan penyediaan air bersih, dan melembaganya
kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan,
pemeliharaan, perbaikan, serta pengembangan sarana air bersih
dimasyarakat.
 Peningkatan kegiatan kelompok pemakaiair (Pokmair).
 Penerapan upaya penyehatan air melalui pendekatan desa
percontohan kesehatan lingkungan.
2. Pembinaan dan Pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
Tujuan pembinaan dan pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
adalah sebagai berikut :
a. Tersedianya informasi keadaan sanitasi TTU.
b. Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya
pencegahan penyakit yang disebabkan oleh TTU yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.
c. Sebagai data dasar untuk penyuluhan kepada pihak terkait.
Bentuk kegiatan pembinaan dan pengawasan TTU adalah inspeksi
sanitasi pada TTU, diantaranya adalah :
a. Inspeksi sanitasi sekolah
b. Inspeksi sanitasi pondok pesantren
c. Inspeksi sanitasi hotel
d. Inspksi sanitasi Pasar
Puskesmas Singgalang 68
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

e. Inspeksi sanitasi sarana ibadah


f. Inspeksi sanitasi salon/pangkas rambut
g. Inspeksi sanitasi sarana pelayanan kesehatan
h. Inspeksi sanitasi kolom renang
Inspeksi sanitasi TTU dilakukan dengan menggunakan formulir
inspeksi sanitasi TTU tersendiri, sesuai dengan jenis TTU sebagaimana
terlampir. Sebagai alat bantu dalam inspeksisanitasi TTU juga dapat
digunakan sanitarian kids.
Hasil inspeksi sanitasi TTU akan mengambarkan permasalahan
yang ada pada TTU tersebut dan merupakan rekomendasi bagi petugas
dalam pelaksanaan penyuluhan guna mengubah perilaku yang terkait
dengan TTU tersebut. Salah satu bentuk metode dalam mengubah perilaku
yang dapat dilakukan di TTU seperti di sekolah, pondok pesantren dan
masyarakat sekitarnya adalah dengan methodology for participatory
assesment (MPA) dan participatory hygiene and sanitation transformation
(PHAST) yang disingkat dengan MPA-PHAST.
MPA adalah suatu metode/cara yang digunakan untuk melakukan
suatu kajian atau penilaian terhadap keadaan atau kondisi sarana sanitasi
suatu kelompok masyarakat dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
PHAST adalah suatu metode yang digunakan untuk mencapai perubahan
perilaku ke arah perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
mengembangkan sarana sanitasi.
Mengapa digunakan metode MPA-PHAST? Atau apa kelebihan
dari MPA-PHAST? :
a. Masyarakat dapat mengekspresikan “voice dan choicenya”.
b. Memungkinkan bagi yang buta huruf untuk mengekpresikan
pandangannya.
c. Kesinambungan dan efektifitas suatu program.
Peralatan yang diperlukan dalam Metode MPA-PHAST adalah
gambar-gambar yang mengambarkan sarana sanitasi yang digunakan
masyarakat, perilaku masyarakat dalam pemanfaatan sarana sanitasi, alur
penyakit yang bisa disebabkan oleh perilaku tersebut, dan alur pencegahan
penyakit. Permasalahan dan pemecahan masalah di dapat dari
masyarakat, petugas menyimpulkan sampai ada suatu komitmen
perubahan perilaku ke arah PHBS.
3. Pembinaan dan Pengawasan Lingkungan Pemukiman
Tujuan pembinaan dan pengawasan lingkungan pemukiman
adalah sebagai berikut :
a. Tersedianya informasi keadaan sanitasi lingkungan pemukiman.
b. Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya
pencegahan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan pemukiman
yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan upaya perbaikan ligkungan
pemukiman.

Puskesmas Singgalang 69
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

c. Sebagai data dasar penyuluhan untuk pihak terkait serta perencanaan


pengembangan pemukiman yang sehat.
Salah satu bentuk kegiatan pembinaan dan pengawasan
lingkungan pemukiman adalah inspeksi sanitasi rumah, didalamnya
tercakup masalah jamban, air bersih, limbah cair dan pengolahan sampah.
Inspeksi sanitasi rumah dilaksanakan dengan menggunakan formulir
inspeksi sanitasi sebagaimana terlampir.
Dari inspeksi sanitasi rumah dapat diketahui cakupan masyarakat
yang telah menggunakan jamban sehat, akses terhadap air bersih, perilaku
masyarakat dalam pengolahan limbah cair dan sampah. Untuk
meningkatkan higienitas dan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia,
serta untuk mendukung tercapainya Millinium Development Goals (MDGs)
tahun 2015, Pemerintah Indonesia mencanangkan kegiatan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM). Lingkup sanitasi dalam STBM meliputi 5
pilar yaitu :
a. Stop Buang Air Besar Sembarangan
b. Cuci tangan pakai sabun
c. Penggelolaan air minum dan makan dalam rumah tangga
d. Pengelolaan sampah rumah tangga
e. Pembuangan salurann limbah cair rumah tangga secara aman.
Dalam upaya meningkatkan kebutuhan STBM dilakukan melalui
perubahan perilaku hygiene dan sanitasi masyarakat. Perubahan perilaku
ini digunakan 2 metode pendekatan yaitu metode promosi sanitasi
menggunakan komunikasi perubahan perilaku (behavior change
communication/BBC) dan metode pemicuan (Community Lead Total
Sanitation/CLTS).
Metode pemicuan (CLTS) pada prinsipnya adalah pemicuan
terhadap rasa jijik, rasa malu, rasa takut sakit, rasa berdosa dan rasa
tanggug jawab yang berkaitan pada kebiasaan buruk seperti buang air
besar sembarangan. Untuk membantu pemicuan digunakan beberapa
komponen seperti pemetaan, alur kontaminasi, alur penyakit dan simulasi
lainnya. Alat bantu yang diperlukan dalam pelaksanaan pemicuan (CLTS)
adalah :
a. Tanah lapang atau halaman
b. Bubuk putih untuk membuat batas desa
c. Potongan-otongan kertas untuk menggambarkan rumah penduduk
d. Bubuk kuning untuk menggambarkan kotoran
e. Spidol
f. Kapur tulis berwarna untuk garis akses penduduk terhadap sarana
sanitasi.
Dengan metode CLTS diharapkan adanya pemahaman dan
persamaan persepsi individu maupunkelompok tentang tiga komponen
STBM yang saling terkait (komponen peningkatan kebutuhan/demand,

Puskesmas Singgalang 70
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

perbaikan penyediaan/spply, dan penciptaan lingkungan yang mendukung)


dalam pelaksanaan program STBM.
4. Pembinaan dan Pengawasan Tempat Pengolahan Makanan

Tujuan pembinaan dan pengawasan tempat pengolahan makanan


(TPM) adalah sebagai berikut :
a. Tersedianya informasi keadaan sanitasi TPM
b. Tersedianya rekomendasi untuk tindak lanjut terhadap upaya
pencegahan penyakit yang disebabkan oleh TPM yang tidak memenuhi
syarat kesehatan.
c. Sebagai data dasar penyuluhan untuk pihak terkait
Bentuk kegiatan pembinaan dan pengawasan tempat pengolahan
makanan adalah :
a. Inspeksi sanitasi pada rumah makan, jasa boga, warung kopi, makanan
jajanan, dan industri rumah tangga. Inspeksi sanitasi dilakukan dengan
menggunakan formulir inspeksi sanitasi sesuai dengan tempat
pengolahan makanan sebagaimana terlampir.
b. Pemeriksaan sampel makanan
Makanan yang diperiksa jika dicurigai mengandung bahan-bahan
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana dapat
membahayakan kesehatan yang mengkonsumsinya, diambil sampelnya
untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Bentuk pencatatan dan pelaporan dari inspeksi sanitasi TPM, dan
visualisasi data ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.

5. Klinik Sanitasi
Tujuan pelaksanaan klinik sanitasi adalah suatu upaya penyehatan
lingkungan dan pembenrantasan penyakit berbasis lingkungan. Dengan
klinik sanitasi maka upaya penyehatan lingkungan difokuskan pada
kelompok resiko tinggi penyakit berbasis lingkungan.
Alur merujuk pasien penyakit berbasis lingkungan ke klinikk sanitasi
adalah sebagai berikut :
a. Pengunjung mendaftar di loket
b. Petugas loket mengisi kartu status
c. Pasien menuju ke poliklinik dengan membawa kartu status
d. Petugas poliklinik (perawat, dokter, bidan) memeriksa pasien sesuai
prosedur yang berlaku dipuskesmas
e. Apabila dari hasil emeriksaan diduga menderita penyakit yang berbasis
lingkungan (diare, kecacingan, ISPA, malaria, DBD, TB Paru,
kulit/gatal-gatal, keracunan makan, minuman dan pestisida) dan
diakibatkan oleh pengaruh lingkungan, maka pemeriksa memberikan
kartu rujukan/kartu status kepada pasien untuk menuju ke petugas
klinik sanitasi

Puskesmas Singgalang 71
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

f. Penderita menuju dan memberikan kartu rujukan/kartu status pasien ke


petugas klinik sanitasi.
Alur pelaksanaan wawancara petugas klinik sanitasi dengan pasien
adalah sebagai berikut :
a. Pasien yang dirujuk menyerahkan rujukann/kartu status ke petugas
klinik saniitasi
b. Petugas klinik sanitasi mempelajari kartu pasien untuk mengetahui
penyakit penderita
c. Lakukan wawancara dengan menggunkan daftar pertanyaan sesuai
penyakit yang diderita pasien
d. Simpulkan hasil wawancara apakah penyakit yang diderita pasien itu
ada indikasi berhubugan dengan faktor lingkungan
e. Berikan saran pemecahan yang sederhana, mudah dilaksanakan
danmurah sesuai dengan masalahnya
f. Adakan kesepakatan kapan bisa berkunjung ke rumah pasien jika
penyakit disebabkan oeh faktor lingkungan
g. Pasien ambilobat di apotik dan pulang
h. Petugas klinik sanitasi mengisi kartu status kesehatan ligkungan
berdasarkan kartu status penderita dan mencatat ke dalam buku
registrasi.

Masyarakat juga boleh langsung berkunjung ke klinik sanitasi tanpa


pemeriksaan di poliklinik. Alur kunjungan ke klinik sanitasi adalah :
a. Klien langsung ke ruang kerja kliniksanitasi (disesuaikan dengan
kondisi daerah, perlu mendaftarkan ke loket atau langsung ke klinik
sanitasi).
b. Petugas melakukan wawancara dengan klien sesuai dengan
permasalahan yang disampaikan dan hasilnya dicatat.
c. Simpulkan hasil wawancara apakah permasalahan yang disampaikan
berhubungan dengan faktor lingkungan.
d. Berikan saran pemecahan yang sederhana, murah dan mudah
dilaksanakan sesuai dengan masalahnya.
e. Apabila diperlukan adakan kesepakatan kapan berkunjung ke rumah
klien.
f. Klien pulang.
g. Petugas kliniksanitasi mengisi buku register berdasarkan penjelasan
klien.
Persiapan kegiatan klinik sanitasi di luar gedung (kunjungan
rumah) adalah sebagai berikut :
a. Pelajari hasil wawancara.
b. Siapkan formulir kunjungan lapangan sesuai denggan penyyakkit
pasien/klienn yang akan dikunungi.
c. Koordinasi lintas sektor terkait dan perhatikann hal-hal sebagai berikut :
 Apa masalahnya dan apa pesan yang ingin disampaikan?
Puskesmas Singgalang 72
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

 Media penyuluhan yang diperlukan


 Peralatan yang diperlukan sesuai dengan permasalahan
 Sarana transportasi yang diperlukan
Alur pelaksanaan kegiatan kunjungan rumah oleh petugas klinik
sanitasi adalah :
a. Petugas langsung kunjungan ke rumah pasien/klien sesuai dengan
jadwal yang telah disepakati.
b. Gunakan formulir (panduan lapangan) sesuai dengan penyakit/masalah
pasien/klien.
c. Simpulkan hasil kunjungan kepada sasaran (keluarga dan masyarakat
sekitar).
d. Berikan saran pemecahan yang sederhana, murah dan mudah
dilaksanakan.
Apabila hasil kunjungan menyangkut sekelompok keluarga (5
keluarga atau lebih) informasikan kepada petugas kesehatan di desa dan
kepada ketua RT/Rw atau lintas sektor untuk dapat ditindaklanjuti bersama.

3.5 Tatalaksanan Upaya Kesehatan P2P


Saat ini Indonesia dihadapkan dengan beban ganda terhadap
masalah kesehatan, dimana penyakit-penyakit menular belum bisa diatasi
dengan baik sekarang dihadapi dengan Penyakit Tidak Menular. Program
Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit ditujukan untuk menurunkan
angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak
menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah demam
berdarah dengue, tubercolusis paru, HIV/AIDS, kusta, pneumonia, diare,
malaria, filariasis . Prioritas penyakit tidak menular yang ditanggulangi
adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes melitus dan
kanker.
Tujuan Program Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
bertujuan :
1. Menurunnya angka kesakitan, Kecacatan dan kematian akibat penyakit
menular dan penyakit tidak menular
2. Memutuskan rantai penularan penyakit
3. Meningkatnya perilaku masyarakat dalam pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko Penyakit Tidak Menular
Sasaran pelaksanaan Program Pengendalian dan Pemberantasan
Penyakit, meliputi :
1. Masyarakat
2. Penderita
3. Keluarga Penderita
4. Petugas Kesehatan / Lintas Program
5. Lintas Sektoral

Puskesmas Singgalang 73
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Kegiatan yang dilaksanakan pada Pelayanan Pengendalian dan


Pemberantasan Penyakit terdiri dari :
1. Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Tuberculosis Paru
2. Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Kusta
3. Pengendalian dan Pemberantasan Rabies
4. Pengendalian dan Pemberantasan HIV/AIDS
5. Pengendalian dan Pemberantasan Ispa
6. Pengendalian dan Pemberantasan Diare
7. Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Tidak Menular
8. Pengendalian dan Pemberantasan DBD
9. Pengendalian dan Pemberantasan Malaria
10. Pengendalian dan Pemberantasan Filariasis

3.5.1 Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit TB Paru


Hasil Riskesdas menyatakan bahwa penyakit TB merupakan
penyebab kematian ke 2 setelah penyakit stroke baik diperkotaan
maupun di pedesaan. Kondisi ini diperparah oleh kejadian HIV yang
semakin meningkat dan bertambahnya jumlah kasus kekebalan ganda
kuman TB terhadap OAT atau MDRTB bahkan XDR TB, keadaan ini
akan memicu epidemi TB yang sulit dan terus menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang utama.
TB Bisa disembuhkan jika pasien minum obat secara teratur
sehingga memerlukan layanan petugas kesehatan yang berkualitas.
Keterlibatan Petugas Kesehatan dengan penderita TB terjadi dibeberapa
titik pelayanan, yaitu : Loket, Poliklinik, Laboratorium atau petugas yang
melakukan kunjungan rumah.
Yang dimaksud dengan pengendalian dan pencegahan infeksi
TB (PPI TB) adalah upaya khusus untuk mengendalikan penularan
khusus untuk TB sehingga dapat menurunkan resiko penularan dari
seseorang pasien TB kepada Petugas kesehatan maupun orang lain.
Gambar. Faktor resiko Kejadian TB

Jumlah Kasus TB BTA + Resiko menjadi TB bila


Faktor Lingkungan : Dengan HIV :
- Ventilasi - 5 s/d 10 % setiap tahun
- Kepadatan Hunian
- Perilaku

HIV ( + )

SEMBUH
Puskesmas Singgalang 74
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

PAJANAN INFEKSI TB
10%
MATI

Kosentrasi Kuman
Lama kontak
 Keterlambatan Diagnosis
 Tatalaksana tak memadai
 Kondisi kesehatan
 Malnutrisi
 Penyakit DM, dll

1. Tujuan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit TB Paru :


 Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian TB
 Memutus rantai penularan TB
 Mencegah terjadinya MDR ( Multi Drug Resisten ) TB
2. Sasaran Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit TB Paru :
 Masyarakat
 Penderita TB
 Keluarga Penderita
 Petugas Kesehatan
 Lintas Sektoral

3. Kegiatan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit TB Paru :


1) Tatalaksana dan Pencegahan TB :
 Penemuan Kasus Tuberkulosis ; Pemeriksaan Sputum
 Pengobatan
 Pemantauan Hasil Pengobatan
 Pengendalian Infeksi pada sarana pelayanan kesehatan
 Pencegahan Tuberkulosis
2) Manajemen Program :
 Perencanaan Program Tuberkulosis
 Monitoring dan Evaluasi Program Tuberkulosis : KPP PRM ,
Supervisi
 Manajemen Logistik
 Pengembangan ketenagaan program Tuberkulosis
 Promosi Program Tuberkulosis ; Nagari Peduli TB, Pos TB Desa
3) Pengendalian TB Komprehensif :
 Kolaborasi TB – HIV
 Pemberdayaan masyarakat dan pasien tb
 Manajemen TB resisten obat
4) Upaya Pengendalian TB dengan Strategi DOTS :

Puskesmas Singgalang 75
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Ada 5 (lima) komponen kunci strategi DOTS ( Directly


Observed Treatmen Short-Course) , Yaitu ;
 Komitmen politis
 Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak yang terjamin
mutunya
 Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi
pasien
 Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif
 Sistem Monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu
memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan
kinerja program

Index : POJOK DOTS TB


 Adalah sarana bagi tenaga kesehatan untuk memberikan
sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit TB
 DOTS TB ( Directtly Observed Treatment Shourchor ) adalah
strategi penyembuhan TB jangka pendek dengan pengawasan
lansung yang telah direkomendaskan oleh WHO

Tujuan Pokok DOTS :

 Jangka Pendek : Untuk memperingati hari hari TB


 Jangka Panjang :
1. Untuk meningkatkan jejaring TB di Unit Pelayanan Kesehatan
2. Memberikan Edukasi dan memberdayakan petugas dan
masyarakat agar ikut menjadi kader aktif dalam
penanggulangan TB
3. Menurunkan angka insiden TB karena masyarakat telah
mengetahui penularan dan pencegahan
4. Meningkatkan tingkat edukasi penderita TB oleh petugas
kesehatan dan masyarakat
5. Meninngkatkan angka kesembuhan dan menurunkan angka
kematian karena TB
6. Menurunkan angka putus berobat , angka kekambuhan kasus
gagal dan kebal obat TB ( MDR – TB )
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan
OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk
menjamin kelangsungan pengobatan diperlukan seorang PMO.
1. Persyaratan PMO :
 Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh
petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus dihormati
dan disegani pasien
 Seseorang yang tinggal dekat dengan rumah pasien
Puskesmas Singgalang 76
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

 Bersedia membantu pasien dengan sukarela


 Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-
sama dengan pasien
2. Siapa yang bisa jadi PMO :
 Petugas kesehatan, misal : Bidan desa, Perawat, perkarya,
jurim dan lain-lain
 Kader kesehatan
 Guru
 Anggota keluarga
 Tokoh masyarakat

3. Tugas PMO :
 Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur
sampai selesai pengobatan
 Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat
 Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu
yang telah ditentukan
 Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang
mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera
memeriksakan dirim ke fasilitas kesehatan.
Tugas seorang Pengawas Minum Obat (PMO) bukanlah
untuk menggantikan kewajiban pasien mengambil obat dari unit
pelayanan kesehatan.
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
TB Paru :
Dalam Manajemen Program Pengendalian TB, logistik /
fasilitas pendukung dikelompokan menjadi 2, yaitu ;
a. Logistik Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Sediaan OAT lini pertama ada 2 macam Yaitu Kombinasi
Dosis Tetap (KDT) dan Kombipak
 OAT KDT : Kombinasi Isoniasid dengan Rifampisin (HR) atau
empat jenis ; Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol
(HRZE) dalam satu tablet yang disesuaikan dengan berat badan.
 OAT Kombipak Paket Obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol yang dikemas dalam bentuk
blister
Paduan OAT yang digunakan oleh Program : Katergori 1,
Kategori 2 dan kategori anak
b. Logistik Non OAT

Puskesmas Singgalang 77
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

 Alat Laboratorium : Mikroskop, Pot dahak, kaca sediaan, oli


emersi, eter alkohol, tisu, lampu spritus, ose, pipet, kertas saring,
Boks Slide dan lain-lain.
 Bahan diagnostik : Reagensia ZN, PPD RT (tuberkulin)
 Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan
pelaporan, brosur, poster, lembar balik, kertas, tinta printer, map
dan lain-lain.

Gambar. Alur Permintaan, distribusi dan pelaporan Logistik

Program TB Surat Perintah Pengiriman


Gudang Binfar
Nasional dan P2PL
Laporan OAT
Pengiriman
Pengiriman
Dinkes propinsi Dinkes
TB13 Kab/Kota

LPLPO LPLPO
Permintaan/pengiriman Permintaan/ Pengiriman
RS/Klinik Puskemas

5. Format Pelaporan Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit TB


Paru
Formulir pencatatan dan pelaporan Program Nasional
Pengendalian TB :
1. TB 01 : Kartu Pengobatan Penderita
2. TB 02 : Kartu Identitas Penderita
3. TB 03 : Register TB / Kabupataten / Kota
4. TB 04 : Register Laboratorium
5. TB 05 : Formulir Permohonan Laboratorium untuk pemeriksaan
dahak
6. TB 06 : Daftar tersangka / Suspek TB yang diperiksa dahak SPS
7. TB 07 : Laporan Triwulan Penemuan dan Pangobatan pasien TB
8. TB 08 : Laporan triwulan hasil pengobatan TB
Puskesmas Singgalang 78
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

9. TB 09 : Formulir Rujukan / Pindah pasien TB


10. TB 10 : Formulir hasil pengobatan pasien TB Pindahan
11. TB 11 : Laporan Triwulan Hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
akhir tahap intensif
12. TB 12 : Formulir jaga mutu pemeriksaan laboratorium
13. TB 13 : Laporan Triwulan OAT
Sistem pencatatan dan Laporan pada Program menggunakan
formulir tersebut diatas dan juga menggunakan media elektonik
(komputerisasi) dengan program TB Elektronik dan Program SITT.

6. Visualisasi Data :
Jenis – jenis data yang akan di disajikan pada papan cakupan
Program di Puskesmas atau di dinas Kesehatan meliputi :
a. Peta Wilayah Kasus TB : BTA +, TB Anak, Rongent +, TB Mangkir
b. Grafik Jumlah penderita TB : BTA +, TB Anak, Rongent +, TB
Mangkir dibuat berdasarkan Waktu., tempat, Kelompok umur dan
jenis Kelamin.
c. CDR masing-masing Nagari atau Puskesmas
d. Protap / SOP : penatalaksanaan penderita TB
e. Alur Pelayanan dan Rujukan

Puskesmas Singgalang 79
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

3.5.2 Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Kusta


Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang
menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang ditimbulkan
bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial,
ekonomi, budaya, dan keamanan. Penyakit Kusta sampai saat ini masih
ditakuti oleh masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas
kesehatan. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan /
pengertian, kepercayaan masyarakat yang keliru terhadap kusta dana
cacat yang ditimbulkannya.
Dengan kemajuan teknologi, seharusnya tidak lagi menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Akan tetapi mengingat kompleksnya
masalah penyakit kusta, maka diperlukan program pengendalian secara
menyeluruh dan terpadu dengan melibatkan lintas program, lintas
sektoral dan elemen masyarakat. Selain itu juga perlu diperhatikan
rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial ekonomi untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita kusta maupun mantan penderita kusta.
1. Tujuan :
a. Menurunkan angka kesakitan dan kecactan akibat penyakit kusta
dengan memutus rantai penularan
b. Tercapainya penemuan tersangka penyakit kusta sedini mungkin
c. Ditemukannya penderita kusta dengan cacat tingkat nol
d. Tercapainya penyebaran informasi tentang penyakit kusta secara
menyeluruh kepada masyarakat.
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita Kusta
c. Keluarga Penderita
d. Petugas Kesehatan
e. Lintas Sektoral
3. Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan :
a. Survei Cepat Kusta / RVS
Kegiatan Survei Cepat dilakukan untuk mendeteksi sedini
mungkin penderita kusta di masyarakat. Survei dilakukan di Nagari
yang di temukan penderita kusta. Rincian kegiatan Survey sebagai
berikut :
- Sosialisasi kepada Tokoh Masyarkat, Tokoh Agama,
Pemerintahan Nagari/Jorong dan Tenaga Kesehatan.
- Pemeriksaan kelainan kulit kepada masyarakat dan anak
sekolah
b. Pemeriksaan kontak

Puskesmas Singgalang 80
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Pemeriksaan kontak dilakukan oleh petugas kesehatan


Puskesmas kepada semua kontak penderita kusta baik itu kontak
serumah, dilikungan kerja maupun sekolah.
c. Promosi Kesehatan
Penyuluhan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan
penegetahuan masyarakat dan lintas sektor terkait tentang
penyakit kusta, sehingga terbentuknya prilaku yang baik dari
masyarakat tentang penyakit kusta.
d. Pembentukan Kelompok Perawatan Diri Penderita Kusta
Kelompok perawatan diri dibentuk bertujuan untuk melatih
para penderita kusta dan keluarga agar dapat melakukan
perawatan diri sendiri agar tercipta personal hygiene yang baik dan
mencegah terjadi infeksi ulangan pasca pengobatan.
e. Kegiatan Pencegahan cacat dirumah
Dilakukan oleh penderita sendiri dirumah, petugas hanya
memberikan penjelasan dan memperagakan tindakan-tindakan
perawatan diri.
Prinsip pencegahan cacat pada dasarnya adalah 3 M :
 Memeriksa mata, tangan dan kaki secara teratur
 Melindungi mata, tangan dan kaki dari trauma fisik
 Merawat diri
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit
Kusta
a. Logistik berupa Obat ;
Obat kusta dikemas dalam bentuk blister Obat Kusta di
kelompokkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu ; Obat untuk Kusta Basah
(MB) dan Obat untuk Kusta Kering (PB) yang di bagi dalam 2 Dosis
yaitu ; obat kusta untuk anak dan Dewasa
b. Logistik Non Obat
 Alat Laboratorium : Mikroskop, kaca sediaan, alkohol, tisu,
kapas, dan lain-lain.
 Bahan diagnostik : Reagensia Zeil Nelsen
 Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan
pelaporan, Kartu Penderita Kusta, brosur, poster, lembar balik
dan lain-lain.
 Perawatan untuk KPD ( kelompok perawatan diri ) ; Waskom,
Ember, Kain handuk, sikat/bros, sabun, cairan desinfektan dan
lain-lain.
5. Pengelolaan Logistik :
Merupakan suatu rangkaia kegiatan meliputi : Perencanaan
Kebutuhan, Pengadaan, Penyimpanan, pendistribusian, penggunaan,
pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi.
Perencanaan Kebutuhan

Puskesmas Singgalang 81
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Penggunaan Penyimpanan &


Di UPK Ketersediaan Pendisribusian

Monitoring & Evaluasi

6. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Kusta
- Register dan Kartu penderita kusta
Alur Pelaporan program Kusta

Ditjen PP & PL

Propinsi

Kabupaten

Puskemas UPK Lain RSU

7. Visualisasi Data
Data yang disajikan adalah :
- Peta Penderita Kusta
- Jumlah Penderita Kusta Type MB dan PB, berdasarkan tempat,
umur dan jenis kelamin.

Puskesmas Singgalang 82
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

3.5.3 Pengendalian dan Pemberantasan Rabies


Penyakit Anjing gila ( Rabies ) merupakan penyakit infeksi akut
pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus terutama pada
anjing, kucing dan kera.
Penyakit ini bila sudah menunjukan gejala klinis pada hewan
atau manusia selalu diakhiri dengan kematian, sehingga menibulkan
rasa cemas dan takut bagi orang-orang yang terkena gigitan dan
kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya.
Program pembebasan rabies merupakan kesepakatan nasional
dan merupakan kerjasama 3 (tiga) Kementrian, yaitu : kementrian
Kesehatan, Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Pertenakkan.
1. Tujuan :
a. Menekan serendah rendahnya kesakitan dan kematian akibat
rabies
b. Penemuan dan penatalaksanaan dini kasus gigitan Hewan Penular
Rabies ( anjing, Kucinng,dan kera ) dengan perawatan cuci luka
memakai sabun dan pemberian VAR atau kombinasi VAR & SAR
sesuai indikasi

2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita / Tergigit
c. Keluarga Penderita/tergigit
d. Petugas Kesehatan
e. Lintas Sektoral
3. Kegiatan pelayanan yang dilaksanakan :
a. Pelacakan Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies ( HPR )

Puskesmas Singgalang 83
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

- Untuk melaksanakan penatalaksanaan sedini mungkin terhadap


kasus gigitan HPR agar tidak menimbulkan keresahan bagi
penderita, keluarga maupun masyarakat dan untuk mencegah
terjadinya KLB.
- Pengambilan dan Pemeriksaan Spesimen
Pengambilan dan pemeriksaan dilakukan bekerjasama dengan
dinas peternakan kecamatan / kabupaten
b. Pembentukan Puskesmas Rabies Center
Puskesmas Rabies center dibentuk dengan Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan. Bertujuan untuk
mempermudah akses pelayanan kesehatan terhadap kasus-kasus
gigitan HPR. Selain itu juga rabies center dibentuk agar dapat
lebih mudah untuk melakukan Monitoring dan evaluasi terhadap
pelayanan yang diberikan, ketersediaan logistik untuk
penatalaksanaan kasus gigitan. Puskesmas Rabies Center berfugsi
untuk melayani puskesmas yang ada disekitarnya antara 1 sampai
dengan 5 Puskesmas. Puskesmas Rabies Center dibentuk dengan
mempertimbangkan :
- Letak Lokasi / Geografis suatu daerah,
- Transportasi
- Ketersediaan Tenaga yang kompeten dan sudah dilatih,
- Ketersedian Sarana dan Prasarana untuk penyimpanan VAR
dan SAR
c. Penyuluhan / Pertemuan/ Sosialisasi program tingkat Nagari,
Kecamatan dan Tingkat Kabupaten.
Kegiatan ini merupakan pemberian materi dan evaluasi
tetang Program Rabies. Hal ini untuk melihat dan memantau
permasalahan permasalahan program rabies dan sekaligus untuk
mengkoordinasikan antara rabies center dengan puskesmas satelit.
Kegiatan ini di ikuti oleh Petugas Pengelola Rabies, Kepala
Puskesmas dan petugas Rumah Sakit umum. Pada pertemuan ini
juga akan dihadiri oleh petugas dari Dinas Peternakan.
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan Rabies
a. Logistik berupa Obat ; VAR dan SAR
b. Logistik Non Obat
 Bahan Pembersih luka gigitan : Hands Scone, Betadine, Sabun
Deterjen / Cairan Antiseptik, yodium, kasa steril
 Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan
pelaporan, brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
1. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan : Laporan Kasus gigitan, Laporan
Pemakaian VAR / SAR
- Register Kasus dan Formulir Pelacakan kasus
2. Visualisasi Data
Puskesmas Singgalang 84
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

- Peta Wilayah Kasus Gigitan HPR


- Grafik Kasus Gigitan HPR berdasarkan ; Umur, Jenis
Kelamin, Wilayah /tempat dan berdasarkan Waktu
- Grafik Kasus Gigitan yang meninggal dan kasus Diberi
VAR / SAR
3.5.4 Pengendalian dan Pemberantasan Filariasis
Penyakit Kaki Gajah ( Filariasis ) adalah penyakit menular menahun yang
disebabkan karena infeksi cacing filaria yang hidup dalam saluran dan kelenjar
getah bening yang dapat menyebabkan gejala akut dan kronis.
Penyakit kaki gajah merupakan penyebab utama kecacatan, stigma sosial,
hambatan psikososial yang menetap dan penurunan produktifitas kerja individu,
keluarga dan masyarakat sehingga menibulkan kerugian ekonomi.
1. Tujuan :
a. Memutus rantai penularan
b. Penemuan penderita dan tata laksana kasus
c. Menurunkan angka mikrofilaria < 1%
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita
c. Keluarga Penderita
d. Petugas Kesehatan
e. Lintas Sektoral

Puskesmas Singgalang 85
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

3. Kegiatan Pelayanan yang dilaksanakan :


a. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan :
 Meniadakan sumber penularan dengan mencari / pelacakan kasus dan
mengobati semua penderita
 Pengobatan Massal Filariasis
 Survey Darah Jari ( SDJ ) :
Rapid Diagnostik Test ( RDT ) merupakan evaluasi dari pengobatan
massal filariasis, sasaran untuk RDT ini adalah siswa kelas I dan kelas
II SD, petugas yang melaksanakan adalah petugas kesehatan
( Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten ) yang akan mengambil
sampel darah kepada sasaran.
 Sosialisaasi dan Pelaksanaan TAS ( Transmission Assesment Survey)
Kegiatan TAS Juga Merupakan evaluasi dari pengobatan massal
filariasis, kegiatan ini dilaksanakan setelah 5 (lima) tahun pengobatan
massal dikaksanakan
b. Pendidikan Kesehatan kepada Masyarakat
Melakukan kegiatan sosialisasi / penyuluhan di masyarakat, di sekolah
maupun di tempat-tempat umum lain.
c. Memberantas Vektor dan Larvanya
Pemberantasan vektor dapat dilakukan secara biologis, Fisik maupun
kimiawi
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan Filariasis
a. Logistik berupa Obat ; DEC, Albendazol, Paracetamol
b. Logistik Non Obat
 RDT Filariasis
 Alat Laboratorium : Mikroskop, kaca sediaan, alkohol, kapas, Boks
Slide, Hand Scone dan lain-lain.
 Bahan diagnostik : Giemsa, cairan Buffer
 Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan,
brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
5. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Filariasis
- Laporan Pengobatan Massal Filariasis
- Register Kasus dan Formulir Pelacakan kasus

Puskesmas Singgalang 86
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus Filariasis
- Grafik Kasus Filariasis berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah
/tempat
- Grafik Hasil Pengobatan Massal Filariasis
4. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN DEMAM BERDARAH DENGUE
(DBD)
Setiap tahun ribuan orang meninggal karena Demam Berdarah dengue
(DBD) dan sering menyebabkan kejadian luar biasa. Penyakit ini bersifat musiman
dan biasanya kasusnya meningkat pada musim hujan. DBD masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius karena angka kesakitan pada semua
kelompok umur cukup tinggi.
Masih tingginya angka kesakitan dan kematian DBD disebabkan karena
ketidak pedulian masyarakat dalam upaya menanggulangi DBD, sebagian
masyarakat sudah tahu cara pencegahannya tetapi tidak melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk mencegah DBD. Faktor – faktor
yang mempengaruhi penyebar luasan DBD, antara lain : Prilaku masyarakat,
Perubahan iklim, pertumbuhan ekonomi, ketersediaan air bersih.
1. Tujuan :
a. Memutus rantai penularan
b. Penemuan penderita dan tata laksana kasus
c. Menurunkan angka Kesakitan dan kematian akibat DBD
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita DBD
c. Keluarga Penderita DBD
d. Petugas Kesehatan
e. Lintas Sektoral
3. Kegiatan Pelayanan yang dilaksanakan :
a. Pengendalian Vektor
 Pengendalian Fisik ; PSN
 Pengendalian Biologis
 Pengendalian Kimiawi :
 Larvasida
 Penyemprotan / Fogging
Demam Berdarah Dengue ditularkan terutama oleh Nyamuk Aedes Aegypti.
Cara pencegahan / pemberantasan yang dapat dilakukan saat ini adalah
dengan memberantas vektor ( Nyamuk penularnya ), karena vaksin untuk
mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum tersedia. Salah satu
kegiatan pencegahan yang dilaksanakan adalah dengan melakukan
penyemprotan terhadap vektor penular. Penyemprotan dilakukan apabila
ditemukan kasus positif DBD yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dari
Rumah Sakit dan ditemukan jentik disekitar rumah tempat tinggal penderita.

Puskesmas Singgalang 87
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Kegiatan penyemprotan dilakukan dalam 2 kali periode di satu wilayah yang


dilakukan fogging dengan interval waktu 1 Minggu.
b. Sosialisasi / Pelatihan Jumantik (Juru Pemantau Jentik )
Pelatihan Jumantik dapat dilakukan pada Masyarakat dan Anak Sekolah.
Tujuannya adalah :
 Meningkatkan Pengetahuan masyarakat / kader dan Petugas tentang
penyakit BDB dan penanggulangannya.
 Meningkatkan Partisipasi masyarakat dan penanggulangan penyakit
DBD
c. Surveilans Kasus
Miningkatan Sistem Surveilans di tingkat Puskemas dan Rumah sakit serta
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
d. Penemuan dan tatalaksana kasus
e. Penyuluhan / Pendidikan Kesehatan
Penyuluhan dapat dilakukan di : Sarana Kesehatan, Sekolah, di
Masyarakat dan di tempat umum.
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan DBD
a. Logistik berupa Obat , Cairan Infus, Oksien
b. Logistik Non Obat
 RDT DDB : IgG, IgM, Ns1
 Alat Laboratorium : Mikroskop, kaca sediaan, alkohol, kapas, dan lain-
lain.
 Bahan diagnostik : Giemsa, cairan Buffer
 Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan,
brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
 Peralatan dan Perlengkapan Fogging
 Insektisida untuk pengendalian Vektor
5. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan DBD
- Laporan Penyelidikan Epidemiologi
6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus DBD
- Grafik Kasus DBD berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah /tempat
dan Waktu

Puskesmas Singgalang 88
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Puskesmas Singgalang 89
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Tatalaksana DBD :

5. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN MALARIA


Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Setiap athun lebih dari 500 juta manuasia
terinfeksi malaria dan lebih dari 1 juta diantaranya meninggal dunia. Penyakit ini
berpengaruh terhadap tingginya angka kematian bayi, balita dan wanita hamil
serta menurunkan produktivitas sumber daya manusia.
Upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui
program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain ; diagnosis dini,
pengobatan yang cepat dan tepat, surveilan dan pengendalian vektor yang
semuanya ditujukan untuk memutuskan rantai penularan malaria.
Keterbatasan SDM kesehatan untuk dapat menjangkau semua penduduk
diwilayah kerjanya menyebabkan cakupan penemuan masih rendah dan sering
terjadi KLB. Oleh sebab itu perlu adanya kepedulian masyarakat untuk berperan
aktif dalam upaya penanggulangan malaria dengan melibatkan seluruh elemen
masyarakat dan kader sebagai ujung tombak masyarakat.
1. Tujuan :
a. Menemukan dan Menurunkan angka kesakitan Malaria
b. Memutus rantai penularan Malaria
c. Melakukan Pengobatan yang tepat ( ACT ) untuk mencegah terjadinya
kematian akibat malaria
2. Sasaran :
Puskesmas Singgalang 90
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

a. Masyarakat
b. Penderita Malaria
c. Keluarga Penderita
3. Kegiatan Pelayanan yang dilaksanakan :
a. Penemuan dan pengobatan penderita.
Kegiatan penemuan dan pengobatan penderta dapat dilakukan secara
aktif maupun pasif dan melalui kegiatan survey, bentuk kegiatannya
antara lain :
1. Active Case Detection ( ACD )
Penemuan penderita dengan cara Petugas / JMD/ Kader secara aktif
mencari penderita dengan mendatangi rumah penduduk secara rutin
dalam siklus waktu tertentu berdasarkan tingkat insiden kasus malaria
di daerah tersebut.
2. Pasif Case Detection ( PCD )
Upaya penemuan penderita secara pasif menunggu penderita datang
berobat, dilakukan oleh tenaga kesehatan di unit pelayanan
kesehatan.
3. Mass Fever Survey ( MFS )
Kegiatan pengambilan sediaan darah pada semua oprang yang
menunjukkan gejala klinis malaria di suatu wilayah.
4. Mass Blood Survey ( MBS )
Upaya pencarian dan penemuan penderita malaria melalui survey
didaerah endemis yang penduduknya tidak lagi menunjukkan gejala
spesifik malaria.
Pada kegiatan ini dapat juga dilaksanakan sosialisasi bagi petugas,
kader dan tokoh masyarakat.
5. Kontak Survey
Pengambilan sediaan darah pada orang-orang yang tinggal serumah
dengan penderita Positif malaria atau orang-orang tinggal disekitar
rumah penderita malaria.
6. Surveilan Migrasi
Kegiatan pengambilan sediaan darah pada orang-orang yang
menunjukkan gejala klinis malaria yang datang dari daerah endemis
malaria.
b. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dan kajian
epidemiologis secara terus menerus dan sistematis
c. Melaksanakan Peneyelidikan Epidemiologi
d. Melakukan Intervensi untuk pengendalian Vektor dengan kegiatan ;
Larvasidasi, Penyemprotan dan Kelambunisasi
e. Pelatihan Kader
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan Malaria
a. Logistik berupa Obat : ACT ( Darplex, Arterakine, OAM ), Obat Non ACT (
Kina, Primakuine, Artermeter )

Puskesmas Singgalang 91
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

b. Logistik Non Obat/ Bahan dan alat diagnostik : RDT, Giemsa, Microslide,
Blood Lancet, Hand scone, Mikroskop, Kelambu LLIN’s, boks slide dan
rak slide.
c. Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan,
brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
5. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Kasus Malaria
- Laporan Logistik Malaria
- Laporan Penyelidikan Epidemiologi

6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus Malaria
- Grafik Kasus Malaria berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah / tempat
dan Waktu
Alur Penemuan Penderita Malaria
Pasien datang dengan Gejala
Klinis Demam atau Riwayat
Demam dari 7 hari lalu

Periksa Darah Dengan :


RDT / Miskroskop

Hasil Postif Hasil Negatif

Malaria Ulangi Pemeriksaan Cari Etiologi


Obati sesuai standar Darah setiap 24 Jam – 48 Demam yang Lain
Jam
Hasil Positif Therapi sesuai Etiologi

Malaria Obati sesuai standar

Puskesmas Singgalang 92
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

6. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN DIARE


Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di indonesia, beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya
penyakit diare disebabkan oleh kuman melalui kontaminasi makanan/minuman
yang tercemar tinja atau kontak lansung dengan penderita, sedangkan faktor
lainnya meliputi faktor lingkungan dan penjamu.
Kegiatan Pengendalian dan pemberantasan diare dilaksanakan untuk
menurunkan angka kesakitan, kematian dan pennggulangan KLB dengan
meningkatkan kerjasma lintas program dan lintas sektoral serta partisipasi aktif
masyarakat.
1. Tujuan :
a. Menemukan dan Menurunkan angka kesakitan Diare
b. Melakukan Pengobatan yang tepat untuk mencegah terjadinya KLB /
kematian akibat Diare.
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita Diare dan Keluarga
c. Lintas program dan sektor
3. Kegiatan Pelayanan yang dilaksanakan :
a. Pengamatan terhadap kasus dan faktor resiko
b. Penyuluhan kesehatan yang intensif secara kelompok dan keliling dalam
pencegahan dan pembuatan media sederhana
c. Menyiapkan Stock Oralit (Logistik ) dan mendistribusikan ke Bidan Desa
dan Posyandu
d. Desiminasi informasi kepada kepala wilayah dan kepala desa serta
masyarakat
e. Penatalaksanaan / Penangggulangan kasus dengan cepat dan tepat
f. Perbaikan kualitas air dan lingkungan melalui inspeksi sanitasi (IS) dan
pengambilan sampel
g. Pembentukan Pojok Oralit

Puskesmas Singgalang 93
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Penentuan Tingkat Dehidrasi akibat Diare


DERAJAT DEHIDRASI
Penilaian
Tanpa Dehidrasi Ringan/ Dehidrasi berat
Dehidrasi Sedang
Bila terdapat dua tanda atau lebih
Keadaan Baik/ Sadar Gelisah / Rewel Lesu, Lunglai/tidak
Umum sadar
Mata Tidak Cekung Cekung Cekung

Keinginan Normal Ingin minum terus Malas minum


untuk minum
Turgor Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat
lambat

4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan Diare


a. Logistik berupa Obat : Oralit, Zinc, Cairan Infus
b. Logistik Non Obat : Peralatan Infus set
c. Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan,
brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
5. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Kasus Diare
- Laporan Penyelidikan Epidemiologi
6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus Diare
- Grafik Kasus Diare berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah / tempat
dan Waktu
- Grafik Cakupan proporsi penderita diberi oralit dan diberi RL

7. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN ISPA / PNEUMONIA


Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan pneumonia merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ISPA juga merupakan
salah satu penyebab utama kunjungan pasien disarana kesehatan, sekitar 15 –
30 % kunjungan rawat jalan dan rawat inap disebabkan oleh ISPA.
Dalam pelaksanaan P2P ISPA memerlukan komitmen pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dukungan lintas program, lintas sektoral serta peran serta
masyarakat termasuk dunia usaha.

1. Tujuan :
a. Menemukan dan Menurunkan angka kesakitan Ispa/Pneumonia
b. Melakukan Pengobatan yang tepat untuk mencegah terjadinya kematian
akibat Ispa / Pneumonia

2. Sasaran :
Puskesmas Singgalang 94
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

a. Masyarakat
b. Penderita ISPA
c. Keluarga Penderita ISPA
3. Kegiatan Pelayanan yang dilaksanakan :
a. Penemuan dan tatalaksana Kasus ; Penemuan secara pasif maupun aktif
b. Surveilans
c. Pemberdayaan Masyarakat : Pelatihan kader
d. Penyuluhan yang intensif tentang ISPA
e. Rujukan kasus
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan ISPA
a. Logistik berupa Obat : Kontrimoksazol, Paracetamol, Amoksilin
b. Alat Bantu Tata Laksana : Sound Timer, Oksigen Konsentrator.
c. Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan,
brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
d. VCD
5. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Kasus Ispa
- Registrasi Penderita Ispa
- Laporan Penyelidikan Epidemiologi

6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus ISPA dan Pneumonia
Puskesmas Singgalang 95
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

- Grafik Kasus ISPA berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah / tempat


dan Waktu
- Grafik Cakupan proporsi Penderita Ispa / Pneumonia yang di tangani dan
dirujuk.
- Grafik Pengunaan Obat-Obatan

9. PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN HIV/AIDS


HIV dan AIDS adalah masalah darurat Global yang merupakan salah satu
ancaman terbesar terhadap pembangunan sosial ekonomi, stabilitas dan
keamanan negara. Situasi epidemi yang semakin meluas memberikan berbagai
dampak terhadap kehidupan negara.
Harus diingat bahwa belum ada vaksin untuk mencegah HIV/AIDS, dan
pengobatannya juga belum ada. Pencegahan sangat tergantung pada kampanye
kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu dalam lingkungan yang
mendukung, yang memerlukan waktu dan kesabaran

Puskesmas Singgalang 96
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

1. Tujuan :
a. Menemukan dan Menurunkan angka kesakitan karena HIV /AIDS
b. Melakukan Pengobatan yang tepat untuk mencegah terjadinya kematian
akibat HIV / AIDS
2. Sasaran :
a. Masyarakat
b. Penderita dan keluarga
c. Lintas program dan Lintas sektor terkait.
3. Kegiatan Pelayanan yang dilaksanakan :
a. Penemuan dan tatalaksana Kasus ; Penemuan secara pasif maupun aktif
b. Rujukan kasus
c. Pemberdayaan Masyarakat
d. Penyuluhan dan sosialisasi yang intensif tentang HIV / AIDS kepada
masyarakat dan ditingkat sekolah
e. Pelayanan Gizi dan Laboratorium
f. Klinik VCT
g. Perawatan dirumah
h. Pelatihan Petugas : Konselor
i. Pengembangan Layanan Komprehensif HIV & IMS yang
berkesinambungan (LKB).
LKB adalah Upaya yang meliputi upaya promotif, prenventif, kuratif dan
rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS. Pelayanan yang
diberikan sejak dari rumah atau komunitas , fasilitas kesehatan dan kembali ke
rumah atau komunitas ; juga selama perjalanan infeksi HIV ( semenjak belum
terinfeksi sampai stadium terminal). Dimana kegiatan dilaksanakan harus
melibatakan seluruh aspek terkait baik pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Komponen utama dalam pengendalian HIV adalah ; Pencegahan,
Perawatan, Pengobatan, dukungan dan konseling. Layanan Komprehensif dan
berkesinambungan juga memberikan dukungan baik aspek manajerial, medis,
psikologi maupun sosial ODHA selama perawatan dan pengobatan untuk
mengurangi atau menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
4. Fasilitas Pendukung Pengendalian dan Pemberantasan HIV/AIDS
a. Obat-Obatan : ARV
b. Alat Diagnostik : Rapid Test / RDT
c. Alat APD untuk Petugas Kesehatan
d. Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan,
brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
5. Format Pelaporan
- Laporan Bulanan Puskesmas
6. Visualisasi Data
- Peta Wilayah Kasus HIV AIDS
- Grafik Kasus HIV/ ADIS berdasarkan ; Umur, Jenis Kelamin, Wilayah /
tempat dan Waktu

Puskesmas Singgalang 97
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

Strategi Pencegahan Penularan HIV


dari Ibu Ke Bayi dan Kegiatan
Pendukungnya

Program Surveilens, imunisasis dan wabah bencana ditujukan untuk


menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular
dan tidak menular kurang dari 24 jam. Prioritas penyakit menular harus
ditanggulangi 100% sesuai dengan Permenkes nomor ;1501 Tahun 2010 adalah
leptospirosis, hepatitis, demam berdarah dengue, Kolera, Pes, Campak,
H1N1(Avian Influensa Baru, Antrak, Rabies, Polio, Pertusis, Difteri, Malaria,
Maningitis, Yellow Fiver, chikungunya, dan penyakit menular tertentu lainya ;
tubercolusis paru, HIV/AIDS, kusta, pneumonia, filariasis .
Penyakit tidak menular yang ditanggulangi adalah BBLR, Kematian Ibu,
Kematian Bayi/Neonatus, Anemia, Bumil Lila,Persalinan, BGM, Kwashiokort,
Marasmus, Gizi Buruk, dan lain-lain penyakit jantung dan gangguan sirkulasi,
diabetes melitus dan kanker. Rencana kerja indikatif berupa kegiatan pokok
dalam rangka pelaksanaan program Surveilens, Imunisasi dan wabah bencana
antara lain :
1. Penyelidikan Epidemiologi
2. Pelacakan, Peningkatan penemuan kasus penyakit menular yang dapat
menimbulkan wabah dan penanggulangan wabah dan KIPI
3. Penemuan secara pasif dan aktif melalui Penyeldikan epidemiologi /
kunjungan lapangan penyakit
4. Pengambilan dan pengiriman sampel penyakit
5. Peningkatan Imunisasi
6. Melaksanakan vaksinasi balita dan anak sekolah
7. Pencegahan dan penanggulangan faktor resiko < 24 jam
8. Melaksanaan Pelatihan Siaga Bencana untuk tenaga Puskesmas dan
Kabupaten
B. TUJUAN DAN SASARAN KEGIATAN :
1. Tujuan :
a. Menurunnya angka kesakitan, Kecacatan dan kematian akibat penyakit
menular dan penyakit tidak menular < 24 jam
b. Merekomendasikan untuk Memutuskan mata rantai penularan penyakit
c. Merekomendasikan untuk Meningkatkan perilaku masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko Penyakit Tidak Menular
2. Sasaran Kegiatan :
Sasaran dalam pelaksanaan kegiatan, meliputi :
a. Masyarakat
b. Penderita

Puskesmas Singgalang 98
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

c. Keluarga Penderita
d. Petugas Kesehatan / Lintas Program / Lintas Sektoral

C. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan yang dilaksanakan pada program surveilens, imunisasi dan wabah
bencana terdiri dari :
1. Peningkatan Surveilens Epidemiologi dan penaggulangan wabah
a. Tujuan :
 Mencegah terjadinya penularan penyakit dan wabah penyakit
 Mencegah, menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan angka
kematian akibat penyakit menular dan tidak menular < 24 jam
 Mencegah wabah penyakit menular dan tidak menular melalui
penyeledikan epidemiologi
 Merekomendasikan untuk melakukan pemutusan mata rantai
penularan penyakit pada lintas program dan lintas sektor terkait
 Melalukan Investigasi / kunjungan lapangan kelokasi terjangkit
penyakit
 Melakukan pengumpulan data, pengolahan dan menganalisa data
dan membuat kesimpulan dan mendistribusikan kepada yang
berkepentingan.
b. Sasaran :
 Masyarakat
 Penderita
 Keluarga Penderita
 Petugas Kesehatan
 Lintas Program dan Lintas Sektoral
c. Kegiatan yang akan dilaksanakan :
1. Melakukan Pertemuan Surveilens, Siaga Bencana, Petugas /tim
Pemeriksa haji tingkat Kabupaten dan Pertemuan Zona surveilens
tingkat Kecamatan dan tingkat nagari bagi petugas kesehatan, kader
kesehatan.
2. Pengambilan dan pengiriman sampel, kegiatan meliputi :
 Kunjungan rumah kepada seluruh kepala keluarga & anggota
keluarga
 Pengambilan sampel
 Pengiriman sampel
3. Penyelidikan epidemiologi / Penyelidikan KLB :
Penemuan Kasus dini dilaksanakan di setiap Puskesmas, Pustu
Pembantu, Polindes dan Rumah sakit dan dimasyarakat. Tujuan
pokok dari penyelidikan KLB adalah untuk mengetahui cara
mencegah penularan lebih lanjut dari penyebab penyakit.
4. Pelaksanaan Surveilans Terpadu Penyakit
Surveilens Terpadu Penyakit merupakan proses kegiatan yang terus
menerus dan sistematis yang membutuhkan dukungan perencanaan,
Puskesmas Singgalang 99
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi serta dukungan sumber


daya yang memadai, kegiatan penyelenggaraan Surveilens Terpadu
meliputi :
 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Data untuk Surveilens bersumber dari register rawat jalan, raway
inap, Puskesmas Pembantu serta dari masyarakat
 Analisa serta Rekomendasi Tindak lanjut
Analisa dilakukan baik secara mingguan, bulanan maupun
tahunan
 Umpan Balik
Mengirim umpan balik bualanan dan permintaan perbaikan data
ke Puskesmas Pembantu dan jejaringnya.
 Laporan
2. Peningkatan Imunisasi dan Pelayanan Imunisasi pada Anak Sekolah
a. Tujuan :
 Terlaksananya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
dan wabah
 Turunnya angka PD3I melalui kegiatan BIAS dan Penanggulangan
KIPI
 Menurunkan AKI dan AKABA melalui PD3I
 Memutus mata rantai penularan penyakit melalui Vaksinasi balita dan
anak sekolah
 Terjaringnnya Kasus KIPI dan Penanganan kasus KIPI 100%
 Teraksananya Penyeleidikan Epedemiologi penemuan kasus
tersangka penyakit menular sedini mungkin atau < 24 jam
 Dicegahnya penderita cacat/lumpuh layuh menetap melalui imunisasi
 Tersosisialisasi / terdistribusinya penyebaran informasi tentang PD3I
penyakit menular secara menyeluruh kepada masyarakat.
b. Sasaran :
 Masyarakat : Bayi, Balita dan Anak Sekolah
 Petugas Kesehatan
 Lintas Program dan Lintas Sektoral
c. Kegiatan yang dilaksanakan :
1. Melakukan Pertemuan Imunisasi Tingkat Puskesmas / Tingkat
Kecamatan bagi petugas dan Bidan Desa
2. Pelayanan Imunisasi Rutin
3. Pelaksanaan Imunisasi Rutin dilaksanakan di Posyandu dan di
Puskesmas yang dilaksanakan 1 ( satu ) bulan sekali sesuai jadwal
yang telah ditetapkan oleh masing-masing Puskesmas melalui
kesepatan dengan masyarakat.
4. Pelaksanaan Imunisasi TT untuk Bumill dan Calon Pengantin
5. Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas dengan melibatkan lintas
program terkait yaitu Petugas KIA/ KB Puskesmas.
6. Pelacakan KIPI ( Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi )
Puskesmas Singgalang 100
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

7. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui KIPI yang terjadi dan


Penatalaksanaan KIPI sedini mungkin.
8. Bulan Imunisasi Anak Sekolah ( BIAS )
9. Kegiatan BIAS ini merupakan program yang dilaksanakan oleh
Puskesmas dengan jajarannya terutama pada sekolah dasar kelas I, II
dan Kelas III. Vaksinasi yang diberikan adalah Vaksin Campak untuk
anak kelas I dan Vaksin DT dan TD untuk anak kelas I, II dan III.
10. Sosialisasi dan Penyuluhan tentang Program Imunisasi
11. Sosialisasi dan penyuluhan dapat dilakukan di tingkat Puskesmas,
Nagari maupun di posyandu waktu pelaksanaan posyandu untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat dan petugas tentang program
imunisasi.
12. Sweeping Imunisasi / Dofu( dropout follow up)
Kegiatan sweeping/dofu dilakukan untuk pemberian imunisasi pada
balita yang tidak datang ke posyandu untuk imunisasi

Puskesmas Singgalang 101


Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

3. Pelayanan Kesehatan Haji dan Bencana


a. Tujuan :
 Terlaksana pelaksanaan pelayanan kesehatan haji yang baik
 Telaksana sistem manajemen bencana di tingkat Puskemas /
Kecamatan.
b. Sasaran :
 Masyarakat
 Calon Jemaah Haji
 Petugas Kesehatan
 Lintas Sektor terkait
c. Kegiatan yang dilaksanakan :
1. Pemeriksaan Kesahatan Haji
Pemeriksaan Kesehatan Jemaah Haji dilaksanakan untuk mengetahui
kesehatan jemaah haji, deteksi dini penyakit pada calon jemaah haji
dan penatalaksaan lanjutan terhadap calon jemaah haji yang
mempunyai masalah terhadap kesehatannnya dan sekembalinya
jemaah haji dari Mekah dilkakukan kembali pelacakan terkait dengan
masalah kesehatannya.
2. Vaksinasi bagi Calon Jemaah Haji
Vaksinasi merupakan upaya preventif untuk perlindungan terhadap
jemaan haji waktu pelaksanaan haji sehingga tidak tertular penyakit
dan menjadi sumber penularan penyakit sewaktu pulang dari ibadah
haji.
3. Pencatatan dan Pelaporan
Dokumentasi Haji sangat diperlukan dan merupakan salah satu syarat
yang harus dilengkapi sebelum berangkat haji.
4. Pelatihan Manajemen Bencana Tingkat Puskesmas
Pelatihan Manajemen bencana bertujuan agar Puskesmas dan
Jaringan mengatahui tata cara / langkah-langkah yang harus
dilakukan bila terjadi bencana diwilayah kerjanya.
D. FASILITAS PENDUKUNG
1. Program Surveilans
a. Bahan / Alat :
 Senter Surveilans untuk pemeriksaan jentik
 Botol spesimen, Slide dan Bok Slide untuk spesimen
 Alat APD untuk Petugas Kesehatan
 Reagen untuk pemeriksaan spesimen
 Termometer
 Tensi meter
 Obat-obatan ; misal ; anti racun binatang berbisa ketika PE,dll
b. Barang cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan,
brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.

Puskesmas Singgalang 102


Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

2. Program Imunisasi
a. Bahan / Alat Imunisasi :
 Vaksin Imunisasi dan Pelarut : Campak, Polio, DPT-HIB, TT, DT dan
Td, BCG, HB0
 Vaksin Carier / Termos Vaksin
 Kulkas Vaksin
 Ice cold
 Safety Box
 Hand Scone
 Spuid / Jarum Suntik
 Kapas alkohol
 Termometer untuk Kulkas Vaksin/fristeg/fridge-tag
b. Barang Cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan,
brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
3. Program Haji
a. Bahan / Alat Imunisasi :
 Vaksin Haji : Meningitis, Influenza
 Spuid / Jarum suntik
 Safety Box
 Hand Scone
 Kapas Alkohol
 Coldbox
b. Barang Cetakan : Buku Pedoman, Buku Haji, Formulir pencatatan dan
pelaporan, brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
4. Program Bencana
a. Bahan / Alat :
 Peralatan P3K
 Alat Resusitasi
 Peralatan untuk pertolongan pertama pada Gangguan Kesehatan dan
Penyakit
 Obat-Obatan
 Radio Orari/HT/Hp
 Logistik pedukung lain ; Tandu, Oksigen, Tensi meter, Termometer
b. Barang Cetakan : Buku Pedoman, Formulir pencatatan dan pelaporan,
brosur, poster, lembar balik dan lain-lain.
c. Media Tranportasi/Mobil Ambulance/Motor
E. FORMAT – FORMAT PELAPORAN
a. Format Laporan Surveilans :
 Laporan W1
 Laporan W2
 Laporan Surveilans Campak
 List Penderita AFP
 Laporan Surveilans Integrasi AFP dan PD3I
 Laporan Kelengkapan dan Ketepatan
Puskesmas Singgalang 103
Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

 Surveilans Terpadu Puskesmas


b. Format Laporan Imunisasi :
 PWS Imunisasi ( Software )
 Monitoring Vaksin 1 dan 2
 Laporan Bias Campak, Laporan Bias DT dan Td
c. Format Laporan Haji dan Bencana
 Laporan Rekapitulasi Jemaah Haji
 Laporan Penjaringan Kesehatan Jemaan Haji
 Laporan Kejadian Bencana
F. VISUALISASI DATA
a. Peta Wilayah :
 Peta Cakupan Imunisasi
 Peta Wilayah Rawan Bencana
 Peta KLB / Wabah
b. Grafik pencapaian :
 Cakupan Imunisasi Rutin : HBO,BCG, Polio, DPT-HB-Hib Campak,
TT, Cakupan BIAS : Campak, DT dan Td
 Grafik Suhu Vaksin
 Grafik Kejadian Luar Biasa
 Grafik Surveilens Terpadu Puskesmas

Puskesmas Singgalang 104


Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat Tahun 2022

BAB IV
PENUTUP

Pada prinsipnya pedoman pelaksanaan Upaya Kegiatan Masyarakat


adalah “TULIS YANG DIKERJAKAN DAN KERJAKAN YANG DITULIS, BISA
DIBUKTIKAN SERTA DAPAT DITELUSURI DENGAN BUKTINYA”. Namun pada
penerapannya tidaklah semudah itu. Penyusunan kebijakan, pedoman/ panduan,
standar operasional prosedur dan program selain diperlukan komitmen Kepala
Puskesmas, juga diperlukan staf yang mampu dan mau menyusun dokumen
akreditasi tersebut. Dengan tersusunnya Pedoman/Panduan pelaksanaan Upaya
Kegiatan Masyarakat (UKM) diharapkan dapat membantu pelaksanaan kegiatan
sesuai yang dianjurkan.

Puskesmas Singgalang 105

Anda mungkin juga menyukai