Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN EVALUASI PROGRAM

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


PUSKESMAS I CILONGOK

PROGRAM PENANGANAN HIPERTENSI TERSTANDAR DI


PUSKESMAS I CILONGOK

Disusun oleh:
Anisa Aolina Rahayu G4A018070

Pembimbing Puskesmas:
dr. Nurul Eka Santi

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2019
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 3
BAB II ANALISIS SITUASI
A. Gambaran Umum ...................................................................................... 4
B. Situasi Derajat Kesehatan........................................................................... 6
C. Upaya Kesehatan ....................................................................................... 10
BAB III ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS
A. Analisis Sistem Pada Program Kesehatan ................................................. 19
B. Identifikasi Masalah dengan Analisis SWOT ........................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
A. Pembahasan Isu Strategis .......................................................................... 32
B. Alternatif Pemecahan Masalah .................................................................. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 35
B. Saran .......................................................................................................... 36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 37
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75 Tahun 2014
Tentang Puskesmas). Upaya untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, di antaranya adalah
dengan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar. Peran
puskesmas dan jaringannya sebagai institusi yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di jenjang pertama yang terlibat langsung dengan
masyarakat menjadi sangat penting. Puskesmas bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
(Kemenkes RI, 2017).
Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana
teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja. Pelayanan
kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi promotif (peningkatan kesehatan), preventif
(pencegahan), pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan
kesehatan) (Effendi, 2009). Puskesmas menjalankan berbagai program
berdasarkan 6 program pokok Puskesmas terdiri atas upaya Promosi
Kesehatan (Promkes), Kesehatan Lingkungan (Kesling), Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Perbaikan Gizi, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M), dan Pengobatan Dasar.
Namun, hingga saat ini tidak semua program pokok Puskesmas
berjalan secara optimal dikarenakan berbagai faktor antara lain adanya
keterbatasan dan hambatan baik dari sisi internal maupun eksternal dalam
pelaksanaan program pokok Puskesmas. Masalah yang masih menjadi

1
permasalahan utama pada Puskesmas I Cilongok yaitu penyakit hipertensi,
salah satu program adalah skrining, melakukan pengukuran tekanan darah
dan memberikan terapi pengobatan.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Infodatin, 2014). Adapun faktor risiko yang mempengaruhi kejadian
hipertensi. Faktor risiko terjadinya hipertensi terbagi dalam faktor risiko
yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti keturunan, jenis
kelamin, ras dan usia, sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi
yaitu obesitas, kurang berolahraga atau aktivitas, merokok, alkoholisme,
stress, dan pola makan (Infodatin, 2014).
Pada Puskesmas I Cilongok penanganan penderita hipertensi
terstandar masih menjadi permasalahan yang patut kita cermati. Pada data
indikator kinerja Puskesmas 1 Cilongok hanya mencapai 62,27% dari
target pencapaian 100%. Hal ini yang menyebabkan perlunya evaluasi
pada program ini.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui permasalahan dalam pelaksanaan program pokok di
Puskesmas I Cilongok
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui secara umum tentang program dan cakupan program
hipertensi Puskesmas I Cilongok.
b. Mengetahui pelaksanaan dan keberhasilan program hipertensi di
Puskesmas I Cilongok.
c. Melakukan analisis pemecahan permasalahan di Puskesmas I
Cilongok dalam melakukan intervensi program penanganan
hipertensi terstandar.

2
C. Manfaat

1. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada pembaca tentang penanganan
hipertensi terstandar.
b. Sebagai bahan untuk perbaikan Puskesmas kearah yang lebih baik
guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada masyarakat pada
umumnya dan individu pada khususnya.
2. Manfaat Teoritis
a. Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya bagi pihak yang
membutuhkan.
b. Bahan pertimbangan bagi Puskesmas I Cilongok dalam melakukan
evaluasi lebih lanjut terkait program penanganan hipertensi
terstandar.
c. Bahan pertimbangan bagi Puskesmas I Cilongok dalam melakukan
peningkatan mutu pelayanan Puskesmas 1 Cilongok

3
BAB II
ANALISIS SITUASI

A. Gambaran Umum Puskesmas I Cilongok


1. Keadaan Geografi
Wilayah kerja Puskesmas I Cilongok meliputi sebelas desa yang
berada di Kecamatan Cilongok, yaitu Desa Cilongok, Cikidang, Gunung
lurah, Kalisari, Karanglo, Karangtengah, Pernasidi, Panembangan,
Rancamaya, Sambirata dan Sokawera dengan luas wilayah kurang lebih
sebesar 62,13 Ha. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
berupa dataran tinggi (73,5% wilayah) dan dataran rendah sebanyak 26,5%.
Luas penggunaan lahan di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok terbanyak
adalah dalam bentuk tanah sawah (25%) dan tanah hutan (25%). Puskesmas
I Cilongok berada pada ketinggian 225 mdpl. Wilayah Puskesmas I
Cilongok berbatasan dengan :

Batas Utara :Karesidenan Pekalongan

Batas Selatan :Wilayah Kerja Puskesmas II Cilongok

Batas Timur :Wilayah Kerja Puskesmas II Cilongok dan Karang Lewas

Batas Barat :Wilayah Kerja Puskesmas II Ajibarang dan Pekuncen.

2. Keadaan Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dari hasil registrasi
pertumbuhan penduduk pada akhir tahun 2018. Jumlah penduduk di
wilayah Puskesmas I Cilongok adalah sebanyak 68.432 jiwa yang terdiri
dari 34.660 jiwa laki-laki dan 33.772 jiwa perempuan yang tergabung
dalam 16.900 KK. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk di wilayah
Puskesmas I Cilongok lebih banyak berjenis kelamin laki-laki (51%)

4
daripada perempuan. Jumlah penduduk tertinggi yang tercatat adalah di
desa Karangtengah yaitu sebanyak 10.756 jiwa sedangkan jumlah
penduduk terendah adalah di desa Cikidang sebanyak 3.347 jiwa. Rata-
rata jiwa per rumah tangga adalah sebesar 4 jiwa/rumah tangga.
b. Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
belum merata. Pada umumnya penduduk masih menumpuk di daerah
yang ramai. Rata-rata kepadatan penduduk di wilayah Puskesmas I
Cilongok adalah sebesar 1.101 jiwa setiap kilometer persegi. Desa yang
paling padat penyebaran penduduknya adalah Desa Kalisari dengan
tingkat kepadatan sebesar 3.554 jiwa/km2. Sedangkan desa dengan
tingkat kepadatan terendah adalah Desa Sambirata dengan tingkat
kepadatan sebesar 534 jiwa/km2.
c. Jumlah Penduduk menurut Golongan Umur
Golongan umur terbanyak di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
adalah golongan 15-19 tahun sebanyak 6.177 jiwa. Sedangkan golongan
usia terendah adalah usia 70-74 tahun sebanyak 1.527 jiwa.
3. Keadaan Sosial Ekonomi
a. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, penduduk di wilayah
kerja Puskesmas I Cilongok baik laki-laki maupun perempuan berusia 10
tahun ke atas yang memiliki tingkat pendidikan perguruan tinggi atau
sederajat adalah sejumlah 1.456 jiwa atau sekitar 3% dan tamat SMA
atau sederajat sebesar 5.444 jiwa atau sekitar 11%. Jumlah ini masih
relatif rendah dibandingkan penduduk yang hanya lulus SD yaitu sebesar
25.236 jiwa atau 50%. Tingkat pendidikan sebagian besar penduduk di
Wilayah Puskesmas I Cilongok ini akan juga berpengaruh terhadap
tingkat pengetahuan masyarakat khususnya tentang kesehatan.
b. Mata Pencaharian
Mata pencaharian sebagian besar penduduk di wilayah Puskesmas I
Cilongok adalah sebagai buruh tani yaitu sebesar 9,51%. Sedangkan
sebagai pengusaha hanya sebesar 3,56% sedangkan yang berpenghasilan

5
sebagai PNS sebesar 1% atau Abri hanya sebesar 0,1%. Dari data
tersebut terlihat bahwa peningkatan UKBM masih harus terus
dikembangkan dengan meningkatkan kerjasama lintas sektoral secara
maksimal sehingga tingkat pendapatan dan daya beli penduduk akan
meningkat yang akhirnya juga akan meningkatkan kemampuan untuk
melakukan pengobatan sebaik mungkin.
c. Sarana Penunjang
Sarana penunjang laju perekonomian di wilayah Puskesmas I
Cilongok antara lain adalah adanya pasar tradisional, warung/toko, badan
kredit, lumbung desa dan koperasi unit desa. Sedangkan sarana
transportasi umum yang mendukung aktifitas penduduk di wilayah kerja
Puskesmas I Cilongok antara lain adalah angkutan perdesaan (angkudes),
angkutan bis dalam propinsi serta antar propinsi juga ojek.
Fasilitas tempat sarana peribadatan di wilayah kerja Puskesmas I
Cilongok antara lain adalah mushola dan masjid yang sebagian besar
pendiriannya merupakan swadana masyarakat. Sedangkan fasilitas
pendukung bagi peningkatan taraf pendidikan penduduk di wilayah
Puskesmas I Cilongok adalah adanya sarana kelompok bermain
(KB)/PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), taman kanak kanak (TK),
sekolah dasar (SD), madrasah ibtidaiyah (MI) dan sekolah menengah
pertama (SMP).

B. Situasi Derajat Kesehatan


Derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
pada tahun 2018 dapat dilihat dari:
1. Mortalitas
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat
dari kejadian kematian dalam masyarakat. Disamping itu kejadian kematian
juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka
kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagia survei

6
dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit yang
terjadi pada periode terakhir akan diuraikan dibawah ini.

7
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
Pada tahun 2018 terdapat 953 kelahiran. Dari seluruh jumlah
kelahiran terdapat sebanyak 947 kelahiran hidup dan 4 lahir mati.
Sedangkan jumlah balita mati pada tahun 2018 ditemukan 2 jiwa (tabel
5). Angka kematian bayi di Kabupaten Banyumas adalah 1,5 per 1000
kelahiran hidup. AKB di wilayah Puskesmas I Cilongok pada tahun 2018
adalah sebesar 6,3 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2017
sebesar 1,9 per 1000 kelahiran hidup, pada tahun 2016 sebesar 3,86 per
1000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 adalah sebesar 3,07 per 1000
kelahiran hidup. Jadi AKB Puskesmas I Cilongok mengalami kenaikan
dibanding tahun sebelumnya.
b. Angka Kematian Ibu (AKI)
Jumlah kematian ibu hamil pada tahun 2018 adalah sebanyak 0
(nol) orang. Sedangkan kematian ibu nifas terdapat 3 (tiga) kasus. Angka
kematian ibu Puskesmas I Cilongok pada tahun 2018 sebesar 316,8 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2017 adalah sebesar 0
per 100.000 penduduk, tahun 2016 adalah 96,6 per 100.000 kelahiran
hidup. AKI pada tahun 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2014 sebesar 96,89 per 100.000 kelahiran hidup dantahun
2013 adalah sebesar 190,8 per 100.000. Berdasarkan data tersebut
disimpulkan bahwa AKI Puskesmas I Cilongok mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya.
c. Angka kematian Balita (AKABA)
Jumlah kematian balita di wilayah Puskesmas I Cilongok pada
tahun 2018 ditemukan 2 (dua) kasus kematian atau sekitar 0,4 per 1000
Kh, sedangkan pada tahun 2017 ditemukan 2 (dua) kematian atau sekitar
1,9 per 1000 Kh, pada tahun 2016 ditemukan 1 (satu) kasus kematian
atau sekitar 0,97 per 1000 Kh, sehingga angka kematian balita di
Puskesmas I Cilongok dibanding tahun 2016 per 1000 kelahiran hidup
menunjukkan ada penurunan angka pada kasus kematian balita di
Puskesmas I Cilongok.

8
d. Angka Kecelakaan
Pada tahun 2018, dutemukan 525 kasus terdiri dari 327 laki-laki
dan 198 perempuan, sedangkan pada tahun 2017 ditemukan 315 kasus
yang terdiri dari 205 laki-laki dan 110 perempuan, sedangkan pada tahun
2016 ditemukan 286 kejadian kecelakaan yang ditangani, pada tahun
2015 ditemukan 588 kejadian kecelakaan yag ditangani dan pada tahun
2014 ditemukan 582 kejadian kecelakaan yang ditangani. Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya terjadi tren penurunan angka kecelakaan.
2. Morbiditas
a. Penyakit Malaria
Kasus malaria pada tahun 2018 pada wilayah Puskesmas I
Cilongok tidak terdapat malaria. Sedangkan pada tahun 2017 terdapat 1
kasus malaria atau sebesar 0,01 per 1000 penduduk. Dibandingkan tahun
2012 sebanyak 53 klinis 2 positif malaria sebesar 0,81 per 1.000
penduduk, tahun 2013 adalah sebesar 80 kasus atau 1,19 per 1000
penduduk maka terjadi penurunan kasus dari tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan program pengendalian vektor berupa kegiatan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang rutin dilakukan setiap minggu di
semua desa termasuk instansi wilayah kerja Puskesmas I Cilongok.
b. TB paru
Kasus TB Paru di Puskesmas I Cilongok yang ditemukan selama
tahun 2018 50 kasus dengan BTA (+) sebanyak 31 kasus, tahun 2017
sebanyak 48 kasus dengan BTA (+) sebanyak 31 kasus, sedangkan tahun
2016 sebnayak 57 kasus dengan BTA (+) sebanyak 30 kasus, dan tahun
2015 sebnayak 56 kasus dengan BTA (+) sebanyak 34 kasus. Kasus TB
Paru di wilayah Puskesmas I Cilongok masih sama dengan tahun
sebelumnya.
c. HIV
Dari hasil pemeriksaan HIV di Puskesmas I Cilongok selama tahun
2018 sebanyak 1057 ditemukan 2 positif. Kasus AIDS 2 (dua) kasus
yang positif.

9
d. Acute Flaccid Paralysis
Selama tahun 2018 kasus AFP di wilayah Puskesmas I Cilongok
tidak ada.
e. Demam berdarah dengue
Di wilayah Puskesmas I Cilongok pada tahun 2018 ditemukan 2
kasus. Pada tahun 2017 ini ditemukan 5 kasus, sedangkan pada tahun
2016 ditemukan 13 kasus, pada tahun 2015 ditemukan 5 kasus, pada
tahun 2014 ditemkan sebanyak 10 kasus.Dibandingkan tahun
sebelumnya terlihata adanya penurunan kasus DBD di wilayah
Puskesmas I Cilongok. Penurunan angka kasus DBD dapat dikatakan
hasil dari kegiatan PSN rutin yang dilakukan oleh petugas puskesmas
bersama masyarakat sekitar.
f. Diare
Di wilayah Puskesmas I Cilongok selama tahun 2018 kasus diare
yang ditangani sebanyak 836 kasus. Pada tahun 2017 kasus diare yang
ditangani sebanyak 569 kasus, sedangkan tahun 2016 yang ditangani
sebanyak 705 kasus, tahun 2015 kasus diare yang ditangani sebanyak 751
kasus, tahun 2014 kasus diare yang ditangai sebanyak 709 kasus, maka
angka kesakitan diare pada tahun 2016 mengalami penurunan. Kasus
diare mengalamai peningkatan pada tahun 2018 dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Peningkatan kasus dapat disebabkan akibat perubahan
cuaca yang tidak menentu, serta pola makan masyarakat yang tidak
teratur.
g. Status gizi
Upaya perbaikan gizi pada masyarakat pada hakekatnya adalah
untuk menangani permasalahan gizi yang ada di masyarakat.
Berdasarkan pemantauan status gizi Balita pada tahun 2018 di wilayah
Puskesmas I Cilongok didapatkan data sebagai berikut :
1) Jumlah seluruh balita 4.892
2) Jumlah balita yag ditimbang 4.423
3) Jumlah balita yang BGM 63
Sedangkan dari seluruh balita yang ditimbang didapatkan data :

10
1) Gizi Baik sebanyak 4.363 balita (89,18%)
2) Gizi kurang sebanyak 391 balita (7,99%)
3) Gizi buruk yang ditemukan sebanyak 10 balita dan mendapat
perawatan 10 balita.
4) Total KEP sebanyak 401 balita (8,19%)
Balita yang mengalami gizi kurang maupun gizi buruk seluruhnya
mendapat penanganan sesuai dengan prosedur yang diterapkan.

C. Upaya Kesehatan
1. Pelayanan Kesehatan Dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang
penting dalam memberik pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan
pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan
sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai
pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan adalah :
a. Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak
Peranan Ibu dalam tumbuh kembang bai dan balita sangatlah besar.
Manusia yang sehat berawal dari ibu hamil yang sehat pula.
1) Pelayanan K-4
Masa kehamilan adalah masa penting yang harus dipantau
secara rutin. Tumbuh kembang janin serta gangguan kesakitan pada
ibu selama kehamilan diharapkan dapat terus dipantau. Deteksi dini
terhadap kelainan pada janin maupun kesakitan pada ibu dapat
dilakukan dengan pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh ibu hamil.
Jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas I Cilongok pada tahun
2018 yang mendapat K4 sebanyak 88,9%, sedangkan pada tahun 2017
yang mendapatkan K4 sebanyak 92,5%, pada tahun 2016 yang
mendapat K4 sebanyak 98,5%, pada tahun 2015 yang mendapatkan
K4 sebanyak 97,3%. Sedangkan Target Standar Pelayanan Minimal
Kabupaten Banyumas Tahun 2017 adalah sebesar 90%. Sehingga
Puskesmas I Cilongok tahun 2017 sudah memenuhi Standar

11
Pelayanan Minimal. Namun terjadi penurunan pencapaian K4
dibandingkan tahun sebelumnya.
2) Pertolongan oleh Nakes
Komplikasi dan kematian pada ibu maternal serta bayi baru lahir
sangat ditentukan dari penolong persalinan terutama bidan yang
mempunyai kompetensi. Pertolongan persalinan yang tidak dilakukan
oleh nakes di fasilitas kesehatan akan meningkatkan resiko terjadinya
komplikai maupun kematian pada ibu bersalin maupun bayi.
Di wilayah Puskesmas I Cilongok pertolongan persalinan oleh
nakes selama tahun 2018 sebesar 92,1%, sedangkan tahun 2017
sebesar 92,6% pada tahun 2016 sebesar 101,6% tahun 2014 sebesar
83,79%, dan pada tahun 2014 sebesar 97,1%. Persentase persalinan
ditolong oleh nakes masih sama dengan tahun sebelumnya, tidak
mengalami kenaikan.
3) Bumil Resti di rujuk
Pada tahun 2017 jumlah bumil resti sebanyak 214 kasus atau
sebesar 19,07%, dan semua bumil resti ditangani.
4) Bayi dan Bayi BBLR
Pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 30 bayi BBLR dari 986
kelahiran atau sebesar 3,04%. Sedangkan tahun 2017 ditemukan
sebanyak 59 bayi BBLR dari 1050 kelahiran hidup atau sebesar 5,6%,
pada tahun 2016 ditemukan sebanyak 67 bayi BBLR dari sejumlah
1035 jumlah kelahiran atau sebesar 6,4%, tahun 2015 ditemukan
sebnayak 57 bayi BBLR dari sejumlah 982 jumlah kelahiran atau
sebesar 5,8%, dan tahun 2014 ditemukan sebanyak 51 bayi BBLR dari
sejumlah 1.027 jumlah kelahiran atau sebesar 4,96% maka kasus
BBLR di wilayah Puskesmas I Cilongok tahun 2018 mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, namun penurunan kasus BBLR
pada tahun 2017 belum signifikan. Hal tersebut dapat dilihat dari trend
line masih cenderung naik.

12
5) Pelayanan keluarga berencana
Pasangan usia produktif memiliki peranan penting dalam
meningkatkan jumlah penduduk, wanita usia subur berusia antara 15-
49 tahun. Untuk mengatur jarak kehamilan pada WUS dilakukan
dengan menggunakan alat kontrasepsi.
Berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2018 jumlah PUS
di Wilayah Puskesmas I Cilongok sebanyak 13.709. sedangkan pada
tahun 2017 jumlah PUS di Wilayah Puskesmas I Cilongok sebanyak
13.585, tahun 2016 jumlah PUS di Wilayah Puskesmas I Cilongok
sebesar 13.394, pada tahun 2015 PUS di Wilayah Puskesmas I
Cilongok sebesar 12.670 pada tahun 2014 PUS di Wilayah Puskesmas
I Cilongok sebesar 12.789, maka terjadi peningkatan jumlah PUS
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sedangkan peserta KB aktif di wilayah Puskesmas I Cilongok
pada tahun 3028 sebanyak 11.856 atau sebesar 86,5%, sedangkan
pada tahun 2017 sebanyak 10.896 atau sebesar 80,2%, tahun 2016
sebanyak 6.548 sebesar 48,9%, pada tahun 2015 sebanyak 9.978
sebesar 76% pada tahun 2014 sebanyak 9.720 sebesar 78,39%, maka
di wilayah Puskesmas I Cilongok mengalami peningkatan.
6) Pelayanan imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi pemberian imunisasi untuk
bayi umur 0-1 tahun (BCG, DPT, Polio, Campak, HB), imunisasi
untuk wanita usia subur/ibu hamil (TT) dan imunisasi untuk anak
sekolahSD (kelas 1: DT dan kelas 20-3: TT). Daerah binaan
Puskesmas I Cilongok selama 4 (tiga) tahun terakhir UCI yang dicapai
sebesar 100%, maka wilayah kerja Puskesmas I Cilongok UCI sudah
tercapai 100% sesuai standar.
2. Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Rujukan dan Penunjang
Pelayanan yang dilakukan di Puskesmas I Cilongok meliputi
pelayanan pada rawat jalan serta pelayanan rawat inap.

13
a. Rawat jalan
Pelayanan kesehatan pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap di
Puskesmas I Cilongok selama tahun 2018 terdapat 57.034 yang terdiri
dari 47.731 kunjungan lama dan 9.303 kunjungan baru, sedangkan pada
tahun 2017 terdapat 51.495 kunjungan yang terdiri dari 42.632
kunjungan lama dan 9.133 kunjungan baru, tahun 2016 terdapat 46.371
kunjungan, yang terdiri dari 33.698 kunjungan lama dan 9.051 kunjungan
baru, dan tahun 2014 terdapat 43.590 kunjungan, yang terdiri dari 33.420
kunjungan lama dan 10.170 kunjungan baru. Hal ini menunjukan tingkat
kepercayaan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan rawat jalan
di Puskesmas I Cilongok masih cukup tinggi. Dibawah ini adalah grafik
kunjungan pasien lama dan baru di Puskesmas I Cilongok dapat dilihat
dalam grafik kunjungan.
b. Rawat Inap
Pelayanan rawat inap kasus kunjungan baru pada Puskesmas I
Cilongok selama tahun 2018 sebesar 13,2%, sedangkan pada tahun 2017
sebesar 12,3%, tahun 2016 sebesar 61,4%, dibandingkan tahun
2015sebesar 2,2% dan tahun 2014 sebesar 2,2 dari keseluruhan
kunjungan di Puskesmas I Cilongok, maka kunjungan kasus baru pada
tahun 2016 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.
3. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, maka kasus AFP di
wilayah Puskesmas I Cilongok tidak ditemukan.
b. Pencegahan dan pemberantasan TB Paru
Di Puskesmas I Cilongok, pada tahun 2018 kasus TB Paru BTA (+)
yang ditemukan sebanyak 31 kasus dan angka kesembuhan sebanyak 19
kasus, angka pengobatan lengkap sebanyak 19 kasus, serta angka
keberhasilan pengobatan sebesar 122,58, sedangkan pada tahun 2017
kasus TB Paru BTA (+) yang ditemukan adalah sebnayak 31 kasus dan
angka kesembuhan sejumlah 26 kasus, angka pengobatan lengkap

14
sejumlah 23 kasus, serta angka keberhasilan pengobatan sebesar
158,06%.
c. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit ISPA
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, di Puskesmas I
Cilongok kasus Pneumonia selama tahun 2018 ditemukan dan ditangani
sebanyak 182 kasus pneumonia, sedangakan tahun 2017 ditemukan dan
ditangani sebanyak 186 kasus pneumonia dibandingkan tahun 2016
sebanyak 128 kasus maka terjadi sedikit penurunan kasus.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
Kasus DBD selama tahun 2018 di Puskesmas I Cilongok
ditemukan 2 kasus dan seluruhnya telah ditangani (100%).
e. Pengendalian penyakit malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat yang memiliki dampak pada
penurunan kualitas sumber daya manusia. Penegakkan diagnosa yang
tepat serta penanganan yang cepat merupakan salah satu upaya penting
dalam pengendalian vektor potensial. Selama tahun 2018 tidak
ditemukan kasus malaria.
f. Penyelenggaraan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
Pada tahun 2018 tidak terdapat kejadian KLB di wilayah
Puskesmas I Cilongok
g. Pengendalian Vektor
Pengendalian vektor yang dilakukan secara rutin dengan gerakan
PSN, abatisasi, Fogging dan penyuluhan. Tahun 2018 rumah/bangunan
bebas jentik sebanyak 77,3% dari 454 rumah yang diperiksa, pada tahun
2016 rumah/bangunan bebas jentik sebanyak 95,00% dari 18.299
rumah/bangunan yang diperiksa. Sedangkan pada tahun 2015 sebanyak
96,00% dari 14.812 rumah yang diperiksa dan tahun 2014
rumah/bangunan bebas jentik sebnyak 93,80% dari 11.150 rumah yang
diperiksa.

15
4. Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
a. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Jumlah institusi di wilayah Puskesmas I Cilongok yang terdiri
sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah dan perkantoran yang
dibina sebanyak 100% (55 sarana).
b. Pelayanan Hygiene Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Tempat-tempat umum yang diperiksa persyaratan kesehatan pada
tahun 2018 sebanyak 52 tempat dan yang memenuhi syarat sebanyak 45
(87%), sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 55 tempat, dan yang
memnuhi syarat sebanyak 46 (83,6%), pada tahun 2016 sebanyak 56
tempat, yang memenuhi persyaratan kesehatan sebanyak 56 (100%),
disbanding tahun 2014 sebanyak 48 yang memenuhi kesehatan 48
(100%) maka terlihat ada peningkatan jumlah TTU yang memenuhi
syarat kesehatan.
c. Rumah Sehat
Dari data yang berhasil dihimpun, pada tahun 2018 dari 18.299
rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat rumah sehat sebanyak
15.419 atau sebesar 84,26%. Sedangkan pada tahun 2017 dari 19.299
rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat sehat sebanyak 15.187 atau
sebesar 82,99%, pada tahun 2016 dari jumlah 18.299 rumah yang
diperiksa dan memenuhi syarat Rumah Sehat sebanyak 15.634 atau
sebesar 85,44%, tahun 2015 sebesar 1.745 stau sebessar 81,99% dan
tahun 2014 sebesar 9.642 atau 72,76% maka terlihat sedikit penurunan
dengan jumlah Rumah Sehat yang memnuhi syarat. Namun, berdasarkan
tren line menggambarkan rumah sehat yang diperiksa cenderung
mengalami peningkatan.
d. Perbaikan Gizi Masyarakat
1) Pemantauan Pertumbuhan Balita
Dari data pada tahun 2018 :
- Jumlah seluruh Balita (S) = 4.892
- Jumlah Balita yang ditimbang (D) = 4.423
- Jumlah Balita yang naik BB nya (N) = 1.284

16
Berdasarkan data diatas, maka tingkat partisipasi masyarakat
(D/S) pada tahun 2018 sebesar 90,4%, sedangkan tahun 2017 (D/S) =
89,4%, pada tahun 2016 = 84,4%, tahun 2015 =83,71%, tingka
partisipasi masyarakat mengalami peningkatan dibandingkan tahun
sebelumnya.
2) Pelayanan Gizi
a) Pemberian Kapsul Vitamin A
Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita
sebanyak 2 kali dalam setahun, dilakukan unuk mencegah
defisiensi vitamin A yang diperkirakan dapat terjadi. Di Puskesmas
I Cilongok, jumlah balita yang mendapat kapsul Vitamin A
sebanyak 2 kali pada tahun 2017 adalah sebanyak 100% dari 9.072
bayi dan balita yang ada. Pencapaian pada tahun 2018 dan 2017
sebanyak 100% bayi dan balita yang ada mendapat vitamin A.
b) Pemberian Tablet Besi
Untuk mengatasi kasus anemia pada ibu hamil, maka
dilakukan pemberian tablet besi (Fe) selama kehamilan. Selama
tahun 2017 jumlah ibu hamil yang mendapat tablet besi F1 (30
tablet) adalah sebanyak 98,04%, sedangkan F3 (90 tablet) sebanyak
88,9%.
5. Kefarmasian
Dalam pelaksanaan, pelayanan kepada masyarakat, obat-obat generik
yang tersedia selama tahun 2016 adalah sebesar 90%. Pemenuhan
kebutuhan obat dilakukan melalui droping obat oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas.

D. Sumber Daya Kesehatan


1. Sarana Kesehatan
Di wilayah Puskesmas I Cilongok, sarana pelayanan kesehatan yang
ada meliputi Puskesmas Perawatan (1 buah), Puskesmas Pembantu (1 buah),
Puskesmas Keliling (5 buah), Poskesdes (11 buah), dan Posyandu (103
buah), sedangkan sarana pelayanan kesehatan milik swasta yang ada di

17
wilayah Puskesmas I Cilongok meliputi Rumah Sakit Bersaln (1 buah),
Rumah bersalin (1 buah), Klinik Pratama (1 buah), Apotik (6 buah), praktek
dokter perorangan (5 buah).
2. Tenaga kesehatan
a. Tenaga Medis
Jumlah tenaga medis yang ada di Puskesmas I Cilongok pada tahun
2018 adalah sebanyak 6 orang (dr umum 5 dan 1 drg). Berdasarkan rasio
tenaga medis terhadap jumlah penduduk yaitu sebesar 7,3 per 100.000
penduduk, maka tenaga medis di wilayah Puskesmas I Cilongok masih
kurang.
b. Tenaga Perawat dan Bidan
Pada tahun 2018 jumlah perawat dan bidan yang ada di wilayah
Puskesmas I Cilongok sebanyak 35 orang. Rasio jumlah perawat dan
bidan terhadap penduduk di wilayah Puskesmas I Cilongok sebesar 5,11
per 10.000 penduduk. Rasio ini masih cukup rendah dibandingkan
dengan standar nasional yaitu sebesar 8,56 per 10.000 penduduk.
c. Tenaga Farmasi
Terdapat 1 (satu) tenaga farmasi di Puskesmas I Cilongok.
d. Tenaga Gizi
Terdapat 2 (dua) orang tenaga gizi di Puskesmas I Cilongok sejak
pertengahan tahun 2018.
e. Tenaga Teknis Medis
Puskesmas I Cilongok memiliki 1 (satu) orang tenaga analisis dan
sejak pertengahan tahun 2013 Puskesmas I Cilongok memiliki 1 (satu)
orang tenaga radiografer.
f. Tenaga Sanitasi
Pada tahun 2018 tenaga sanitasi di Puskesmas I Cilongok sebanyak
1 orang dengan rasio sebesar 1,4 per 100.000 penduduk. Maka rasio
tenaga sanitasi di Puskesmas I Cilongok menjadi masih jauh dari standar
rasio Nasional.
g. Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesmas di Puskesmas I Cilongok terdapat 3 (tiga) orang.

18
h. Pembiayaan Kesehatan
Pembiayaan untuk keluarga miskin dan masyakat rentan di wilayah
Puskesmas I Cilongok sejak tahun 2013 yang meliputi Jamkesmas dan
jamkesda sejak tahun 2015. Jumlah pemegang kartu jaminan kesehatan
di Wilayah Puskesmas I Cilongok pada tahun 2018 sebanyak 54.241
yang mendapat pelayanan rawatt jalan sebesar 50,57% serta rawat inap
sebesar 2,11%.
1. Sumber Daya Kesehatan Lainnya
a. Posyandu
Pada tahun 2018 jumlah Posyandu di wilayah Puskesmas I
Cilongok adalah sebanyak 103 Posyandu.
1) Posyandu Pratama
Jumlah posyandu dengan strata Pratama adalah sebanyak 2 posyandu
atau sebesar 1,94%.
2) Posyandu Madya
Pada tahun 2018 jumlah posyandu dengan Strata Madya adalah
sebanyak 14 posyandu atau sebesar 13,59%.
3) Posyandu Purnama
Posyandu dengan tingkat strata Purnama adalah sebanyak 38
posyandu atau sebesar 36,89%.
4) Posyandu Mandiri
Jumlah posyandu dengan tingkat starata Mandiri di wilayah
Puskesmas I Cilongok adalah sebanyak 49 Posyandu atau sebesar
47,57%.

19
BAB III
ANALISIS POTENSI DAN IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS

A. Analisis Sistem pada Program Kesehatan


Masalah adalah kesenjangan antara realitas (kenyataan) dengan keinginan
(target/standar) serta terdapat kehendak untuk merubah kesenjangan tersebut.
Analisis masalah pada program kesehatan Puskesmas dilakukan berdasarkan
pendekatan sistem. Sistem terdiri dari input (masukan), proses dan output
(luaran). Input terdiri dari 6 indikator yakni man (sumber daya manusia),
money (sumber dana), material (sarana-prasarana), method (panduan/pedoman
pelaksanaan), minute (waktu pelaksanaan) dan market (sasaran pelaksanaan).
Proses terdiri dari 3 indikator yakni: P1 (perencanaan), P2 (pelaksanaan dan
pengorganisasian) dan P3 (pengawasan, pengendalian, dan penilaian). Output
adalah angka pencapaian program dibandingkan dengan indikator keberhasilan
program. Analisis masalah pada program kesehatan Puskesmas dilakukan
dengan mengetahui masalah pada output kemudian dilakukan analisis penyebab
masalah pada input dan proses program kesehatan Puskesmas tersebut.
1. Input
a. Man (Tenaga Kesehatan)
Tenaga kesehatan merupakan sebuah indikator penting dalam
mencapai keberhasilan pembangunan bidang kesehatan. Jumlah tenaga
kesehatan dalam wilayah kerja Puskesmas I Cilongok adalah sebagai
berikut :
1) Tenaga Medis
Jumlah tenaga medis yang ada di Puskesmas I Cilongok pada
tahun 2018 adalah sebanyak 5 orang (dr umum 4 dan 1 drg).
Puskesmas I Cilongok memiliki lima orang dokter umum. Menurut
Permenkes No. 75 tahun 2014, jumlah tenaga medis di Puskesmas I
Cilongok sudah cukup karena berdasarkan standar untuk dokter

20
atau dokter layanan primer di puskesmas kawasan pedesaan dengan
pelayanan rawat inap adalah 2 orang dokter.
2) Tenaga Farmasi
Terdapat 1 (satu) tenaga farmasi di Puskesmas 1 Cilongok.
Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014, jumlah tenaga farmasi di
Puskesmas I Cilongok sudah cukup karena berdasarkan standar
untuk farmasi layanan primer di puskesmas kawasan pedesaan
dengan pelayanan rawat inap adalah 1 orang tenaga farmasi.
3) Tenaga Bidan dan Perawat
Pada tahun 2018 jumlah perawat berjumlah 14 termasuk
perawat gigi dan bidan berjumlah 21 yang ada di wilayah
Puskesmas I Cilongok. Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014,
jumlah tenaga bidan dan perawat di Puskesmas I Cilongok sudah
cukup karena berdasarkan standar untuk bidan dan perawat layanan
primer di puskesmas kawasan pedesaan dengan pelayanan rawat
inap adalah 7 orang bidan dan 8 orang perawat.
4) Tenaga Gizi
Terdapat 2 (dua) orang tenaga gizi di Puskesmas I Cilongok
sejak pertengahan tahun 2018. Menurut Permenkes No. 75 tahun
2014, jumlah tenaga gizi di Puskesmas I Cilongok sudah cukup
karena berdasarkan standar untuk tenaga gizi layanan primer di
puskesmas kawasan pedesaan dengan pelayanan rawat inap adalah
2 orang.
5) Tenaga Kesehatan Masyarakat
Tenaga Kesmas di Puskesmas I Cilongok terdapat 2 (dua)
orang. Menurut Permenkes No. 75 tahun 2014, jumlah tenaga
kesehatan masyarakat di Puskesmas I Cilongok sudah cukup karena
berdasarkan standar untuk tenaga kesehatan masyarakat layanan
primer di puskesmas kawasan pedesaan dengan pelayanan rawat
inap adalah 1 orang.

21
Pemegang program PTM penyakit hipertensi yaitu 1 orang
penanggung jawab yang merupakan koordinator penyelenggaraan
program yaitu Bapak Taqwa Amarulloh, AMK yang memiliki latar
belakang pendidikan keperawatan (perawat pelaksana lanjutan)
dibantu oleh dokter sebagai pelaksana program. Pemegang program
memiliki rangkap tugas sebagai penanggung jawab program PTM,
ISPA, Pneumonia, ODGJ.
b. Money (Pembiayaan Kesehatan)
Sumber daya pembiayaan Puskesmas berasal dari dana untuk
kegiatan program Puskesmas I Cilongok berasal dari Dinas Kesehatan
berupa BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), Bantuan Layanan
Umum Daerah (BLUD), kapitasi dan klaim BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial), retribusi pelayanan, Program
Keluarga Harapan (PKH), serta klaim KBS (Kartu Banyumas Sehat).
Anggaran untuk program penemuan penderita hipertensi seperti
pemberian obat-obatan anti hipertensi dan alat-alat pengukur tekanan
darah pendanaan diberikan dari BLUD.
c. Materials (Sarana Kesehatan)
Puskesmas 1 Cilongok memiliki 1 Puskesmas induk untuk
mendukung pelayanan kesehatan di puskesmas, 1 Puskesmas
Pembantu (PUSTU) di daerah Gunung Lurah, Pos Kesehatan Desa
(PKD) di semua 11 desa wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok,
Posyandu (52 buah). Puskesmas I Cilongok memiliki laboratorium
kesehatan, memiliki Ruang Gawat Darurat, dan memiliki 3 buah
ambulans dan sarana pelayanan kesehatan milik swasta yang ada di
wilayah Puskesmas I Cilongok meliputi Rumah Sakit Bersalin (1
buah), Rumah bersalin (1 buah), Klinik Pratama (1 buah), Apotik (6
buah), praktek dokter perorangan (5 buah). Alat pengukur tekanan
darah sudah tersedia dengan baik di puskesmas maupun pada kegiatan
luar dan penyediaan obat hipertensi sudah tersedia di puskesmas

22
maupun pada kegiatan luar puskesmas. Leaflet Hipertensi terdapat dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
d. Method
Metode pelaksanaan program penanganan hipertensi terstandar
dilakukan oleh pelaksana program dengan bekerja sama dengan tenaga
medis, bidan desa, dan kader kesehatan. Pelayanan kesehatan
diberikan kepada penyandang hipertensi di puskesmas, pustu,
posbindu, prolanis, dan PKD. Pasien datang ke puskesmas, pustu,
PKD, prolanis, posyandu lansia dan dengan urutan pendaftaran dan
pendataan, penimbangan berat dan tinggi badan, anamnesis,
pemeriksaan fisik, setelah pasien telah terdiagnosis oleh dokter
memiliki penyakit hipertensi, dokter memberikan terapi berupa
pemberian obat serta konseling tentang diet makanan dan aktivitas
fisik. Pasien yang memiliki penyakit hipertensi dengan komplikasi
akan dirujuk ke FKTRL untuk pencegahan komplikasi. Terdapat
kegiatan senam lansia rutin yang diadakan oleh Puskesmas setiap
1x/minggu yang dilaksanakan di lapangan Puskesmas 1 Cilongok.
Pelaksanaan program penanganan hipertensi terstandar langsung
dibina oleh pemegang program PTM. Program penanganan hipertensi
terstandar, pendataan penemuan penderita hipertensi dilakukan di
dalam Puskesmas dan diluar Puskesmas, kegiatan di dalam Puskesmas
seperti penemuan kasus hipertensi dilaporkan dari pasien rawat jalan
di balai pengobatan umum, serta data dari Puskesmas Pembantu di
Gunung Lurah, Prolanis. Sementara kegiatan di luar Puskesmas berupa
laporan dari pelayanan kesehatan di Poliklinik Desa (PKD), Posbindu,
dan Posyandu lansia. Pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh
petugas kesehatan 1x/bulan, data diberikan kepada pemegang
program PTM dan data harus dikirim ke dinas kesehatan
kabupaten sebelum tanggal 5 tiap bulannya. Kegiatan Skrining
Hipertensi umur >15 tahun sudah terlaksana oleh Puskesmas ke

23
tiap desa cakupan wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok oleh PIS-
PK setiap 1x/tahun. Untuk kegiatan penyuluhan yang bersamaan
dengan kegiatan posbindu, prolanis, posyandu lansia dilakukan oleh
pihak promkes.
e. Market
Sasaran pelaporan kasus hipertensi ini adalah semua penderita
hipertensi dari usia 15-59 tahun di seluruh wilayah kerja Puskesmas I
Cilongok.
f. Minute
Pelayanan kesehatan pada program penanganan hipertensi
terstandar sesuai hari kerja di Puskesmas, PKD, Pustu. Prolanis
diadakan setiap 1x/bulan di puskesmas, Posbindu diadakan 1x/bulan di
11 desa, dan Posyandu Lansia 52 pos diadakan 1x/bulan. Proses
pencatatan dan pelaporan kasus hipertensi dilakukan 1 kali/bulan
dari tenaga kesehatan di dalam puskesmas seerti BPU, Prolanis
maupun kegiatan diluar puskesmas seperti Pustu, Posyandu lansia,
PKD kepada pemegang program PTM Hipertensi di Puskesmas.

2. Proses
a. Perencanaan (P1)
Tahap perencanaan program penanganan hipertensi terstandar
dirasa cukup baik karena sesuai standar operasional prosedur. Proses
perencanaan program penanganan hipertensi terstandar dan pendataan
penyakit hipertensi melalui rapat perencanaan program dengan Kepala
Puskesmas ,tim mutu, dan pemegang program PTM yang mengacu
kepada Dinas Kesehatan Jawa Tengah sebagai dasar untuk
menjalankan program tersebut yang sudah ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Adapun langkah-langkah kegiatan penanganan hipertensi
terstandar sesuai Permenkes 43 Tahun 2016 tentang standar
operasional prosedur yaitu pendataan penderita hipertensi menurut

24
wilayah kerja FKTP, melakukan skrining faktor risiko hipertensi untuk
seluruh pasien di FKTP, melakukan pelayanan kesehatan sesuai
standar, berupa edukasi tentang diet makanan dan aktivitas fisik, serta
terapi farmakologi, melakukan rujukan ke FKRTL untuk pencegahan
komplikasi, pelatihan teknis pelayanan kesehatan tentang hipertensi
bagi tenaga kesehatan, termasuk pelatihan surveilans faktor risiko
hipertensi berbasis web, penyediaan peralatan kesehatan hipertensi,
penyediaan obat hipertensi, pencatatan dan pelaporan dan monitoring
dan evaluasi
b. Pelaksanaan dan Pengorganisasian (P2)
Tahap pelaksanaan program penemuan dan pendataan penyakit
hipertensi di Puskesmas I Cilongok pada tahun 2018 terdiri dari:
1. Petugas puskesmas, posbindu, bidan desa, petugas posyandu lansia
mengumpulkan data penemuan pasien hipertensi
2. Pasien yang memiliki gejala hipertensi datang ke Puskesmas, PKD,
Posbindu, Posyandu lansia, Pustu, Prolanis. Pasien yang
terdiagnosis hipertensi didata oleh tenaga kesehatan kemudian
diberikan pelayanan kesehatan sesuai standar prosedur, berupa
edukasi tentang diet makanan dan aktivitas fisik, serta terapi
farmakologi. Pasien yang memiliki hipertensi dengan komplikasi
dilakukan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut untuk
pencegahan komplikasi.
3. Pendataan program penanganan hipertensi terstandar diperoleh dari
pasien yang datang ke puskesmas, pustu, prolanis, PKD, posyandu
lansia dan posbindu, data dilaporkan oleh tenaga kesehatan ke
pemegang program penanganan hipertensi terstandar setiap 1 bulan
sekali dan pemegang program melaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas setiap tanggal 5. Petugas kesehatan
melaporkan hasil kegiatan ke kepala puskesmas dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas setiap bulan. Namun data belum

25
tersusun rapi dan kurang disiplin pelaporan penemuan penyakit
hipertensi kepada pemegang program PTM.
4. Skrining faktor resiko hipertensi sudah dilaksanakan oleh PIS-PK
setiap 1x/tahun.
5. Pelatihan surveilans faktor risiko hipertensi berbasis web oleh
penanggung jawab program PTM.
6. Penyediaan peralatan pengukur tekanan darah dan obat-obatan
sudah cukup.
7. Dilakukannya kegiatan senam lansia yang dilaksanakan 1x/minggu.
8. Terdapat penyuluhan yang diadakan saat kegiatan posbindu,
prolanis, posyandu lansia berlangsung.
Tahap pengorganisasian program penemuan dan pendataan
penyakit hipertensi di Puskesmas I Cilongok pada tahun 2018 terdiri
1) Penggalangan kerjasama antara bagian program PTM dengan
promkes, gizi, balai pengobatan umum.
2) Penggalangan kerjasama antara bagian program PTM dengan
seluruh bidan desa dan kader kesehatan Posyandu Lansia, Posbindu.
3) Penggalangan kerjasama antara puskesmas dengan RS yang ada
diwilayah Purwokerto, Banyumas dan Ajibarang serta RS swasta
lainnya.
4) Mempertimbangkan jumlah sumber daya manusia, beban kerja, dan
sarana prasarana.

c. Pengawasan- Pengendalian- Penilaian (P3)


Pemantauan program dilakukan secara berkala setiap bulan
dalam rapat koordinasi bulanan antara kepala puskesmas, dokter, bidan
desa dan pemegang program penanganan penderita hipertensi
terstandar di Puskesmas 1 Cilongok setiap bulannya. Lalu hasil rapat
tersebut dipaparkan di lokakarya mini bulanan bersama seluruh tenaga
kesehatan di Puskesmas 1 Cilongok. Lokakarya mini dengan lintas

26
sektoral dilakukan per 3 bulan. Selanjutnya penilaian program
dilakukan saat rapat koordinasi tahunan dengan menghitung angka
cakupan program, dan dibandingkan dengan target yang terdapat
dalam SPM Bidang kesehatan. Hasil penilaian dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas untuk diolah dan kemudian
dilakukan evaluasi lebih lanjut.

3. Output
Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
penanganan penanganan penderita hipertensi terstandar menurut
Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2016 tentang SPM Bidang
Kesehatan adalah 100%. Penanganan hipertensi terstandar yang ditangani
di Wilayah Kerja Puskesmas 1 Cilongok pada tahun 2018 adalah sebesar
62,27% (Target SPM 2018: 100%). Hal tersebut menunjukan bahwa
berdasarkan target indicator tersebut, penanganan hipertensi terstandar
yang ditangani di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun 2016 belum mencapai target.
Tabel 3.2. Data Laporan Kejadian Hipertensi, Kecamatan Cilongok,
Banyumas Tahun 2018
Triwulan Target capaian
(%)
1 40,88%
2 49,52%
3 55,87%
4 62,27&

4. Outcome

Dampak dari tidak tercapaiannya target program penanganan


penderita hipertensi terstandar yaitu peningkatan komplikasi akibat
penyakit hipertensi di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok. Hal tersebut
ditunjukan dari data rujukan penyakit komplikasi akibat hipertensi di

27
Puskesmas 1 Cilongok pada tahun 2018 meningkat yaitu sebanyak 192
rujukan, dibandingkan pada tahun 2017 terdapat 46 rujukan.
5. Lingkungan
Wilayah kerja Puskesmas I Cilongok meliputi sebelas desa yang
berada di Kecamatan Cilongok, yaitu Desa Cilongok, Cikidang, Gunung
lurah, Kalisari, Karanglo, Karangtengah, Pernasidi, Panembangan,
Rancamaya, Sambirata dan Sokawera dengan luas wilayah kurang lebih
sebesar 62,13 Ha. Sebagian besar wilayah kerja Puskesmas I Cilongok
berupa dataran tinggi (73,5% wilayah) dan dataran rendah sebanyak
26,5%.
Kondisi jalan utama desa-desa di wilayah kerja puskesmas I
Cilongok sudah beraspal. Semua pusat pemerintah desa dapat terjangkau
dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Alat transportasi umum yang
tersedia berupa bus dan ojek motor. Tingkat pendidikan masyarakat di
wilayah Puskesmas 1 Cilongok relatif rendah, sehingga berdampak pada
pengetahuan masyarakat.
Faktor yang berpengaruh terhadap penanganan hipertensi terstandar
dengan diadakannya posyandu lansia dan posbindu setiap 1 bulan sekali
yang dilaksanakan di 11 desa. Faktor lain yang berpengaruh yaitu
terdapatnya kader yang berjumlah 510 di wilayah kerja puskesmas 1
Cilongok. Puskesmas 1 Cilongok bekerjasama dengan jejaring puskesmas
seperti RSUD Banyumas, RSUD Ajibarag, RSUD Prof Margono
Soekarjo, RS Dadi Keluarga, RS Wiradadi, Rs Hermina dan rumah sakit
lainnya. Di wilayah kerja 1 Cilongok terdapat praktek dokter, apotik,
klinik pratama.

B. Identifikasi Isu Strategis (Analisis SWOT)


1. Strength
a. input
1. Man

28
a. Tenaga kesehatan seperti dokter umum, bidan, perawat sudah cukup
dan memenuhi syarat sesuai Permenkes 75 Tahun 2014.
b. Pemegang program penanganan hipertensi terstandar.memiliki latar
belakang pendidikan keperawatan (perawat pelaksana lanjutan) yang
memiliki kompetensi dalam mengelola program tersebut.
c. Tenaga kesehatan lain yang membantu berjalannya program ini
seperti dokter umum memiliki kompetensi melakukan
penatalaksanaan dan edukasi dalam penanganan hipertensi terstandar.
2. Money
Puskesmas memiliki anggaran yang cukup BLUD dan BOK
sehingga anggaran pengadaan alat pengukur tekanan darah sudah cukup
dan obat-obatan.
3. Materials
a. Puskesmas I Cilongok yang terdiri dari Puskesmas Perawatan (1
buah), Pembantu (1 buah), Poskesdes (11 buah), dan Posyandu (103)
buah. Puskesmas I Cilongok juga memiliki pelayanan Instalasi
Gawat Darurat (IGD), Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan
serta Instalasi Farmasi yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas I Cilongok.
b. Kelengkapan instrument berupa alat ukur tekanan darah sudah baik.
c. Obat-obatan tersedia cukup, dan tidak pernah kehabisan.
d. Terdapat 3 ambulance untuk sitem rujukan.
e. Leaflet hipertensi dari Dinas Kesehatan Banyumas.
4. Method
a. Penanganan penderita hipertensi terstandar dilakukan oleh individu
yang memiliki kompetensi dan diberi kewenangan seperti dokter
umum, bidan, perawat dan tenaga gizi.
b. Terdapat Puskesmas, Pustu dan PKD yang melayani penanganan
hipertensi terstandar serta posbindu, prolanis, posyandu lansia untuk
melaksanakan program penanganan hipertensi terstandar.

29
c. Terdapat senam lansia
d. Skrining faktor resiko hipertensi sudah dilakukan oleh PIS-PK 1
x/tahun.
5. Minute
a. Pelaksanaan program penanganan hipertensi terstandar rutin
dilakukan oleh posbindu setiap 1 kali/bulan di 11 desa, prolanis 1
kali/bulan di puskesmas, posyandu lansia 52 pos 1x/ bulan, PKD,
Pustu dan Puskesmas setiap hari di hari kerja.
b. Pencatatan dan pelaporan program hipertensi terstandar dilakukan 1
kali/bulan oleh pemegang program.
c. Terdapat senam lansia yang dilakukan rutin 1 kali seminggu.
d. Skrining faktor resiko hipertensi sudah dilakukan oleh PIS-PK 1
x/tahun.
6. Market
a. Sasaran dalam kegiatan poyandu lansia, prolanis dan posbindu sudah
baik.
b. Proses
1. Perencanaan
Perencanaan program ini telah direncanakan jauh-jauh hari
sebelum pelaksanaan yang di diskusikan bersama kepala puskesmas,
ketua mutu puskesmas dan tim perumus puskesmas melalui rapat
koordinasi dan mengikuti SPM (Standar Pelayanan Minimal) sehingga
telah dipersiapkan dengan matang. Pelaporan penyakit hipertensi
terstandar dilakukan setiap bulan kepada pemegang program PTM
yang kemudian dilaporkan ke Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyumas sebelum tanggal 5.

2. Penggerak-Pelaksana
a) Pelaksanaan program dilakukan oleh dokter, perawat, tenaga gizi di
pelayanan umum Puskesmas I Cilongok setiap hari selama jam kerja

30
dengan teknis pelayanan kesehatan penderita hipertensi yang
dilakukan sesuai standar berupa pendataan penderita hipertensi,
pemeriksaan fisik, pemberian obat-obatan serta konseling
b) Penderita hipertensi dengan komplikasi yang ditemukan pada saat
pelayanan kesehatan di Puskesmas akan dirujuk sesuai dengan SOP ke
FKRTL
c) Puskesmas I Cilongok sudah melakukan kerja sama dengan rumah
sakit jejaring Puskesmas seperti RSUD Ajibarang, RSUD Banyumas
dan RSUD Margono Soekarjo, dan rumah sakit lainnya untuk
penanganan sesuai sistem rujukan.

2. Weakness
a. Input
1. Man
Pemegang program memiliki rangkap tugas sebagai pemegang
program PTM, ISPA, Pneumonia, ODGJ.
2. Method
-Sistem pencatatan dan pelaporan kasus dari kegiatan posbindu,
posyandu lansia, prolanis, dan bidan desa belum rapi berkasnya.
-Pelaporan data penanganan penderita hipertensi terstandar belum berasal
dari dokter praktek mandiri, klinik pratama, dan apotek
-Penyuluhan saat kegiatan posbindu, prolanis, posyandu lansia tidak
terjadwalkan dengan baik.
-Pembagian leaflet tentang hipertensi belum luas sampai masyarakat.
- Pelatihan teknis pelayanan kesehatan tentang hipertensi bagi tenaga
kesehatan, termasuk pelatihan surveilans hipertensi berbasis web belum
mengikutsertakan semua tenaga kesehatan yang terlibat.

2. Minute
- Pelaporan kasus tidak teratur pelaporannya dan harus diingatkan.

31
- Tidak semua pemegang program melaporkan sebelum tanggal 5, data
dari luar puskesmas masuk lebih dari tanggal 5.
b. Proses
1. Perencanaan
- Pemegang program belum menentukan jadwal kegiatan penyuluhan
dan pengisi materi yang kegiatannya berbarengan dengan kegiatan
posbindu, posyandu lansia dan prolanis.
2. Pengorganisasian dan Pelaksanaan
- Koordinasi antara pemegang program dengan pemegang seluruh
tenaga kesehatan belum maksimal. Sehingga pemegang program
kesulitan dalam pencatatan laporan jumlah penanganan hipertensi
terstandar.
- Kegiatan penyuluhan dirasa kurang maksimal karena tidak adanya
penjadwalan pengisi materi.
- Pembagian leaflet tentang hipertensi belum luas sampai masyarakat.
3. Pengawasan- Pengendalian- Penilaian (P3)
- Pelaksanaan rapat koordinasi bulanan belum terjadwal dengan rutin
dan kadang tidak semua diikuti seluruh tenaga kesehatan karena
bentrok kegiatan lain sehingga tidak dihadiri oleh seluruh petugas di
Puskesmas 1 Cilongok.

3. Opportunity
a. Jumlah kader kesehatan wilayah Puskesmas 1 Cilongok berjumlah 510
kader, dan dirasa sudah cukup.
b. Sebagian besar warga berpartisipasi aktif dalam kegiatan program
puskesmas.
c. Terdapat kegiatan posyandu lansia, posbindu, prolanis wilayah kerja
Puskesmas I Cilongok yang presentasenya mencapai 100% dan bisa
sebagai sarana penyuluhan.

32
d. Terdapat anggaran dana dari BOK dan BLUD untuk kegiatan penanganan
hipertensi terstandar.
e. Adanya sistem perujukan BPJS yang konsisten dan teratur sehingga
mempermudah sistem rujukan hipertensi dengan komplikasi.
f. Akses jalan ke FKTP dan kegiatan diluar puskesmas baik.
g. Program PIS-PK yang dilaksanakan 1x/tahun untuk skrining factor resiko
hipertensi.
h. Terdapat klinik pratama, dokter praktek swasta, apotek untuk
mempermudah melakukan penangan hipertensi terstandar.
i. Adanya jejaring puskesmas yang sudah bekerja sama dengan Puskesmas I
Cilongok, seperti Rumah Sakit Umum Daerah Ajibarang, Rumah Sakit
Umum Banyumas, Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo,
Rumah Sakit Wiradadi, Rumah Sakit Dadi Keluarga, dan Rumah Sakit
lainnya untuk penanganan hipertensi yang memiliki komplikasi.

4. Threat
a. Tingkat pendidikan masyarakat cilongok yang rendah atau lulusan SD
sehingga berdampak terhadap rendahnya pengetahuan masyarakat.
b. Faktor ekonomi yang rendah memengaruhi daya beli masyarakat.
c. Tingkat pengetahuan kader yang berbeda-beda sehingga kegiatan
konseling mengenai hipertensi belum dapat berjalan dengan baik
d. Kader – kader posyandu masih didominasi orang-orang tua dibandingkan
dengan anak muda sehingga pengetahuan mengenai penyakit tidak
menular termasuk hipertensi belum banyak berkembang.
e. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi dan
skrining awal penyakit hipertensi
f. Masyarakat tidak semua memiliki JKN atau BPJS.

33
BAB IV

PEMBAHASAN ISU STRATEGIS DAN ALTERNATIF


PEMECAHAN MASALAH

A. Pembahasan Isu Strategis


Rendahnya capaian program penanganan hipertensi terstandar pada tahun
2018 yaitu sebesar 62,27% (Target SPM : 100%). Berdasarkan kajian, kekuatan
yang dimiliki Puskesmas dalam upaya meningkatkan program penanganan
hipertensi terstandar memiliki jumlah sumber daya manusia yang jumlahnya
sesuai standard dan mendapat bantuan dana dari Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) dan BLUD. Puskesmas juga sudah memiliki alat kesehatan penanganan
program hipertensi terstandar lengkap, sarana transportasi, ruang aula, dan
memiliki SOP sistem rujukan. Kondisi kurang beruntung yang terjadi adalah
sistem pencatatan dan pelaporang program penanganan hipertensi terstandar
kurang baik, dan tidak disiplinnya saat proses pelaporan kepada pemegang
program PTM. Saat penyuluhan dikegiatan posbindu, prolanis, ataupun posyandu
lansia, masyarakat tidak dilakukan pemberian leaflet tentang penyakit hipertensi.
Jadi masyarakat hanya mendengarkan, dan jika tidak ada catatan atau bacaan
mungkin materi yang disampaikan oleh pihak puskesmas jadi akan terlupakan.
Selain itu, tidak semua masyarakat di wilayah kerja Puskesmas 1 Cilongok
terdaftar BPJS sehingga menjadi hambatan dalam menjalankan system rujukan
yang sesuai dengan sistem BPJS. Selain itu, tingkat pendidikan masyarakat
cilongok yang rendah atau lulusan SD sehingga berdampak terhadap rendahnya
pengetahuan masyarakat, faktor ekonomi yang rendah memengaruhi daya beli
masyarakat, tingkat pengetahuan kader yang berbeda-beda sehingga kegiatan
konseling mengenai hipertensi. Kader – kader posyandu masih didominasi orang-
orang tua dibandingkan dengan anak muda sehingga pengetahuan mengenai
penyakit tidak menular termasuk hipertensi belum banyak berkembang dan

34
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi dan skrining awal
penyakit hipertensi.

B. Alternatif pemecahan masalah


Berdasarkan analisis SWOT, didapatkan isu strategis yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan alternatif pemecahan masalah, meliputi :
STRENGTH WEAKNESS
NITY OPPORTU

1. Bidan desa dapat melakukan 1. Bidan desa dan kader berkerjasama


penyuluhan kepada kader dalam proses pencatatan dan pelaporan
disetiap desa mengenai penyakit penyakit hipetensi, agar ketika bidan
1. Puskesmas
dan mengadakan
pentingnya 1.
desaPembagian leaflet yang
saatbersamaan,
kegiatan
THREAT

hipertensi memiliki kegiatan


penyuluhan tentang pentingnya posbindu, posyandu lansia, dan prolanis
JKN atau BPJS sebagai jaminan agar mempermudah masyarakat
kesehatan. memahami materi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Program kesehatan yang masih memiliki masalah dalam pelaksanaan dan
pencapaiannya di Puskesmas I Cilongok adalah program penanganan
hipertensi terstandar sebesar 62,27% (Target SPM : 100%).
2. Kekuatan yang dimiliki program antara lain seluruh posyandu, posbindu,
prolanis telah aktif dan memiliki dokter umum, ahli gizi serta bidan desa yang
mengikuti kegiatan luar puskesmas.
3. Kelemahan yang dimiliki program antara lain sistem pencatatan dan pelaporan
yang kurang baik, sehingga banyak kasus yang tidak terlaporkan.

35
4. Kesempatan yang dimiliki program antara lain adalah jumlah kader yang
cukup, partisipasi aktif warga dan kegiatan posyandu lansia, prolanis, serta
posbindu yang cakupannya 100%.
5. Ancaman yang ditemui pada program antara lain kurangnya pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya skrining hipertensi dan pengetahuan
tentang penyakit hipertensi.

B. Saran
1. Diperlukan pembekalan dari tenaga ahli terlatih kepada kader agar kualitas
kader dapat semakin baik.
2. Diperlukan kerjasama lintas sektoral dalam rangka penanganan hipertensi
terstandar seperti sektor ekonomi
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
4. Perlu dilakukan optimalisasi rapat antara pemegang progam dan seluruh tenaga
kesehatan untuk mengevaluasi program yang disertai dengan penyamaan
persepsi dengan seluruh tenaga kesehatan di puskemas, sehingga seluruh tenaga
kesehatan di puskesmas dapat turut membantu kegiatan penanganan hipertensi
terstandar.
5. Pemegang program penanganan hipertensi terstandar disarankan untuk fokus
memegang 1 program di Puskesmas agar bisa fokus dalam pelaksanaan
program tersebut.
6. Pemegang program harus lebih tegas kepada tenaga kesehatan lain yang akan
melaporkan data-data kasus hipertensi terstandar
7. Membuat jadwal penyuluhan PTM dan pemateri tenaga kesehatan lain selain
pemegang program untuk ikut serta berperan dalam penyuluhan PTM.

36
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, RI. 2014. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Hipertensi. Jakarta.

Kemenkes RI. 2015. Buku Panduan Petunjuk Teknis Survailans Penyakit Tidak
Menular.

Kemenkes RI. 2017. Buku Data Dasar Puskesmas Kondisi Desember 2016.

Kementriann Perencanaan Pembangunan Nasional. Rencana Pembangunan Jangka


Menengah 2015-2019 Buku I Agenda Pembangunan Nasional. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat.

37
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen


Puskesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat.

38

Anda mungkin juga menyukai