PERENCANAAN - Pelaksanaan upaya bantuan dasar berupa puskesmas keliling di Desa Banget
DAN PEMILIHAN
INTERVENSI
PELAKSANAAN - Terlaksana kegiatan puskesmas keliling di desa Banget pada pukul 08.00-10.00
- Pelaksana kegiatan adalah dokter interensip, satu dokter umum dan satu perawat
puskesmas
- Pasien yang datang sebanyak 10 orang dengan diantaranya terdiagnosis ISPA,
migraine, myalgia, dyspepsia, hipertensi, ischialgia, osteoarthritis
- Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemberian terapi farmakologi dan
nonfarmakologi kepada pasien yg datang
MONITORING - Terdapat beberapa stok obat yang habis, disarankan agar dilakukan pengecekan
DAN EVALUASI kesediaan dan penyetokan obat secara berkala di puskesmas
-
BALAI PENGOBATAN UMUM PUSKESMAS SIDOREKSO
LATAR Skabies merupakan infestasi ektoparasit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes
BELAKANG scabei var. hominis yang termasuk pada kelas Arachnida. Transmisi skabies terjadi
akibat transfer tungau betina fertil melalui kontak kulit secara langsung yang bersifat
prolong (sekitar 5 menit) dengan orang yang telah terinfeksi scabies.
Pasien datang ke BP PKM Sidorekso dg keluhan gatal di telapak tangan dan kaki
sejak +- 1 minggu terakhir, awalnya gatal terasa di sela-sela jari tangan dan kaki lalu
lama kelamaan bertambah banyak dan menyebar hingga ke telapak. Gatal dirasakan
terutama malam hari. Keluhan serupa dialami oleh kakak dan adik pasien yang tidur
bersama pasien. Pasien merupakan murid di pesantren. Pasien menyagkal adanya
demam atau keluar nanah dari luka.
PELAKSANAAN 1. Medikamentosa
Scabimite salp ue in loc dol (dpt diulang jarak 1 mgg)
PO CTM 3x4mg
2. Non-medikamentosa
Edukasi mengenai perbaikan higien diri dan lingkungan seperti:
PERENCANAAN - Pelaksanaan upaya bantuan dasar berupa posyandu lansia di Desa Sidorekso
DAN PEMILIHAN
INTERVENSI
LATAR Dermatofitosis adalah infeksi jamur dermatofita yang memiliki sifat mencernakan
BELAKANG keratin di jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku. Penluaran terjadi melalui kontak langsung dan agen
penyebab. Sumber penularan dapat berasal dari manusia (jamur antropofilik),
binatang (jamur zoofilik) atau dari tanah (geofilik)
Klasifikasi dermatofitosis yang praktis adalah berdasarkan lokasi yaitu tinea kapitis,
tinea barbae, tine kruris, tinea pedis et manus, tinea unguium, dan tinea corporis
untuk bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas. Bila terjadi diseluruh
tubuh disebut dengan tinea imbrikata.
Tinea banyak didapatkan pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari memiliki
higienitas yang kurang baik sehingga tubuh sering berada dalam keadaan lembab,
atau orang yang memiliki kondisi immunocompromised.
PERMASALAHA Ny. RH, 51 tahun
N
PELAKSANAAN 1. Medikamentosa
Mikonazol krim 2dd ue (pada lesi)
CTM PO 3x4mg
2. Non-medikamentosa
Edukasi pasien mengenai penyakit Tinea Corporis, salah satu faktor resiko Tinea
yaitu obesitas yang dimiliki pasien sehingga pasien disarankan untuk mengatur pola
makan dan menurunkan berat badan. Pasien juga diminta untuk menaga higienitas,
hindari situasi yang dapat menyebabkan tubuh menjadi lembab, hindari penggunaan
baju berulang kali dan hindari pemakaian handuk/pakaian bersama dengan anggota
keluarga lainnya.
MONITORING - Menanyakan pemahaman pasien
DAN EVALUASI - Mengkonfirmasi jika terdapat pertanyaan dari pasien
- Meminta pasien untuk kembali lagi ke puskesmas apabila keluhan tidak
membaik setelah pengobatan
BALAI PENGOBATAN UMUM PUSKESMAS SIDOREKSO
LATAR Sindrom dyspepsia adalah kumpulan gejala yang mencakup satu atau lebih dari
BELAKANG gejala-gejala berikut: nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,
kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, atau rasa terbakar di ulu hati yang
dapat disebabkan atau didasari oleh berbagai penyakit.
Menurut profil data kesehatan Indonesia tahun 2011 yang diterbitkan oleh Depkes
RI pada tahun 2012, dispepsia termasuk dalam 10 besar penyakit rawat inap di
rumah sakit tahun 2010, pada urutan ke-5 dengan angka kejadian kasus sebesar
9.594 kasus pada pria dan 15.122 kasus pada wanita. Sedangkan untuk 10 besar
penyakit rawat jalan di rumah sakit tahun 2010, dispepsia berada pada urutan ke-6
dengan angka kejadian kasus sebesar 34.981 kasus pada pria dan 53.618 kasus pada
wanita, jumlah kasus baru sebesar 88.599 kasus
PERMASALAHA Nn. AL, 25 tahun
N
Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati, keluhan dirasakan sering hilang timbul
sejak 3 bulan yang lalu namun dalam 3 hari terkahir dirasakan terus menerus. Nyeri
dirasakan terutama saat pasien terlambat makan, dan membaik setelah pasien makan.
Selain itu pasien juga mengeluh perut terasa kembung, mual dan kadang disertai
muntah +- 1x/hari, muntah berupa makanan, tidak bercampur darah dan tidak
menyemprot. Pasien mengakui sering makan tidak teratur, dan menyukai makanan
pedas. Tidak ada keluhann terkait BAB.
Riwayat minum obat (-). Riwayat keluhan serupa dirasakan jika pasien tidak makan
teratur, riwayat alergi (-). Riwayat serupa pada keluarga terdapat pada ibu dan kakak
pasien.
PELAKSANAAN 1. Medikamentosa
Antasida tablet 3x1 dikunyah sebelum makan
Ranitidin 2x1
Domperidone 3x1 sebelum makan
2. Non-medikamentosa
Edukasi mengenai perbaikan higien diri dan lingkungan seperti:
Tidak menunda makan, mengatur pola makan dengan makan secara teratur dan
sebaiknya mengkonsumsi makanan berserat tinggi, bergizin, serta perbanyak
minum air putih
Kurangi mengkonsumsi makanan pedas, kecut, banyak mengandung gas yang
dapat menimbulkan peningkatan asam lambung (kubis, kol, kentang, semangka,
melon) dan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung
Menghindari konsumsi obat-obat yang dapat mengiritasi lambung seperti obat
anti inflamasi
Menghindari stress
MONITORING - Menanyakan pemahaman pasien
DAN EVALUASI - Mengkonfirmasi jika terdapat pertanyaan dari pasien
- Meminta pasien untuk kembali lagi ke puskesmas apabila keluhan tidak
membaik setelah pengobatan