Anda di halaman 1dari 18

Tinea Corporis dan Capitis

Penyakit infeksi jamur, masih memiliki prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia,
mengingat negara kita beriklim tropis yang mempunyai kelembapan tinggi. Jamur bisa hidup dan
tumbuh di mana saja, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia. Jamur bisa
menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit tersebut antara lain mikosis
yang meyerang langsung pada kulit, mikotoksitosis akibat mengonsumsi toksin jamur yang ada
dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan oleh konsumsi jamur beracun.
Tinea corporiss adalah dermatofitosis pada area badan (batang tubuh). Kelainan ini dapat
bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup.
Kelainan kulit yang tampak pada paha dan perut serta kulit kepala merupakan lesi berbatas tegas.
Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam-
macam bentuk yang primer dan sekunder (polimorfi). Bila penyakit ini menjadi menahun dapat
berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan.
Kebanyakan Tinea penyebarannya pada musim panas dan banyak berkeringat. Paling
banyak di daerah tropis. Penyebab terseringnya Epidermophyton Floccosum, namun dapat pula
oleh T. Rubrum dan T. Mentagrophytes, yang ditularkan secara langsung atau tak langsung.
Laki-laki sering dijumpai daripada perempuan dengan perbandingan 3:1. Pada orang dewasa
lebih sering dijumpai daripada anak-anak. Pada daerah yang kebersihannya kurang diperhatikan
juga beresiko serta lingkungan yang kotor dan lembap.
Tinea corporiss adalah dermatofitosis pada area badan (batang tubuh). Kelainan ini dapat
bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit yang berlangsung seumur hidup
karena dapat berulang/kambuh-kambuhan (relaps).

• Nama : Tn. M
• Umur : 44 tahun
• Jenis kelamin : Pria
• Alamat : Ganjar Asri
• Agama : Islam
• Tanggal pemeriksaan :30 Juni 2020

2.2 Anamnesis
• Keluhan Utama:
Gatal di daerah paha dan lipat perut
• Riwayat Penyakit Sekarang (autoanamnesa):
Pasien mengeluhkan adanya gatal di daerah paha dan lipat perut. Gatal ini dirasakan sejak
kurang lebih 1 bulan yang lalu, gatal dirasakan terus menerus, tidak memberat pada malam hari.
• Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya
• Riwayat Pengobatan:
Pasien mendapat pengobatan dari Puskesmas setempat berupa salep, tetapi pasien
tidak tahu namanya. Setelah menggunakan salep tersebut, pasien tidak merasa membaik, dan
pasien merasakan gatalnya bertambah
• Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
• Riwayat Psikososial:
Pasien mandi 2 kali sehari menggunakan air sumur

• Keadaan umum : Baik


• Kesadaraan : Compos Mentis
• Kepala : Dalam Batas Normal
• Leher : Dalam batas Normal
• Thorax : Dalam Batas Normal
• Abdomen : Dalam Batas Normal
• Alat kelamin : Lihat Status Dermatologis
• Ekstermitas : Dalam Batas Normal

Status Dermatologis
• Lokasi: perut dan lipat paha serta kulit kepala
• Distribusi: Terlokalisir
• Ruam: Plak eritematosa, berskuama, batas tegas, ukuran diameter lebih dari 10
cm, tepian polisiklik dengan central healing
Diagnosis Banding
• Eritrasma
• Kandidosis intertriginosa

Diagnosis
Tinea corporis et capitis

Prognosis ad functionam: baik


Prognosis ad sanam: baik
Prognosisad kosmetikam: baik
1. Medikamentosa:
• Sistemik : ketoconazole tablet 200 mg / hari
• Topikal: ketoconazole 2% cream dipakai 2x sehari setelah mandi
2. Non Medikamentosa:
• Menggunakan pakaian dalam atau baju yang menyerap keringat
• Menjaga kebersihan badan
• Kontrol 2 minggu kemudian

Kegiatan Home visit dan pemberian tambahan makanan pada Bumil KEK
Tanggal: 10 Februari 2020
Background
Prevalensi Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil tahun 2013 secara nasional yaitu sebesar
24,2% dan menurun menjadi 17,3% pada tahun 2018. Berdasarkan Kemenkes RI tahun,
penyebab terbesar kematian ibu adalah pendarahan, hipertensi, infeksi, partus lama, dan abortus.
Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%), anemia dan
Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
pendarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu.
Salah satu bentuk faktor risiko pada ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK) dengan
lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa
kehamilan. Kurang Energi Kronis (KEK) merupakan keadaan dimana ibu menderita kekurangan
makanan yang berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan
kesehatan pada ibu sehingga kebutuhan ibu hamil akan zat gizi yang semakin meningkat tidak
terpenuhi. Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan
sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita dan merupakan masa
kehidupan yang penting.
Dampak Kurang Energi Kronis terhadap proses persalinan diantaranya akan berisiko terjadinya
persalinan lama, persalinan sebelum waktunya (premature), dan persalinan dengan operasi
cederung meningkat. Dampak Kurang Energi Kronis (KEK) terhadap janin diantaranya berisiko
terjadinya proses pertumbuhan janin terhambat, keguguran atau abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam
kandungan), lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Masalah ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) disebabkan konsumsi zat gizi yang masih
kurang. Penyebab lain terjadinya Kurang Energi Kronis (KEK) adalah penyakit infeksi, ibu
hamil yang asupan makannya cukup tetapi menderita suatu penyakit atau sakit maka mengalami
masalah yang ditandai dengan menurunnya nafsu makan yang menyebabkan asupan makan
berkurang dan ibu hamil yang asupan makannya kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh
sehingga mudah terserang penyakit. Kecukupan gizi saat kehamilan sangat berpengaruh pada
perkembangan fisik dan kognitif bayi yang akan dilahirkan dan berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan bayi dimasa yang akan datang. Selama masa kehamilan terjadi peningkatan
kebutuhan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal.

Permasalahan
1. Kurangnya asupan gizi yang cukup pada bumil KEK
2. Masih terdapat bumil yang tidak rutin melakukan pemeriksaan Anc ke puskes, bidan,
atau dokter
3. Kurangnya pengetahuan tentang KEK
4. Rendahnya minat baca bumil terhadap buku KIA yang banyak memberikan informasi
mengenai kehamilan dan perawatan bayi
Perencanaan
1. Membantu memenuhi kecukupan gizi bumil KEK dan zat besi serta Asam Folat
2. Mendorong bumil agar rutin melakukan pemeriksaan kehamilan maupun pemeriksaan
kesehatan selama hamil
3. Meningkatkan pengetahuan tentang KEK dan kehamilan dengan resiko tinggi
4. Memberikan penjelasan dan arahan agar bumil rajin membaca buku KIA selama hamil
karena penting untuk ibu maupun bayinya kelak.
Pemilihan Intervensi
1. Pembagian tablet tambah darah dan PMT jika ditemukan bumil dengan KEK
2. Pemeriksaan TTV
3. Pemeriksaan TD
4. Pemeriksaan ANC
5. Edukasi dan konseling
Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2020 dengan melakukan home visit pada bumil
oleh dokter internsip dan kader. Pada kegiatan ini dilaksanakan home visit ke masing-masing
rumah 7 orang bumil yang terdata masuk dalam cakupan puskesmas Ganjar Agung. Rangakain
kegiatan pada setiap kunjungan meliputi:
- Pemeriksaan TTV dan TD
- Pemeriksaan ANC dan DJJ
- Pemberian tablet tambah darah
- Edukasi dan konseling
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan Home visit bumil risti dan KEK sudah berjalan cukup baik.

Kegiatan Posyandu Cempaka III di Gajar Agung


Pertumbuhan bayi dan anak balita perlu dipantau sehingga tidak menderita gizi kurang atau gizi
buruk. begitupun ibu hamil yang perlu mendapatkan pelayanan kesehatan rutin. Posyandu
merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu,
bayi dan anak balita. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Kegiatan utama meliputi kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,
imunisasi, gizi, serta pencegahan dan penanggulangan diare. Sedangkan, Kegiatan
pengembangan/pilihan merupakan kegiatan yang mana masyarakat dapat menambah kegiatan
baru disamping lima kegiatan utama yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi.
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar yang ada di Posyandu
terutama bayi dan anak balita; ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui; pasangan usia subur;
ataupun pengasuh anak.
tugas dokter internsip pada posyandu ini adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan yang
meliputi pentingnya imunisasi dasar secara lengkap, pemantauan tumbuh kembang bayi dan
balita, gizi seimbang, memberikan imunisasi pentabio, polio, dan bcg pada balita sesuai dengan
jadwalnya, serta memberikan vitamin A pada bayi dan balita usia >= 6 bulan.
Permasalahan:
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 2018 ada sekitar 20 juta anak di dunia
yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap, bahkan ada yang tidak mendapatkan imunisasi sama
sekali. Padahal Untuk mendapatkan kekebalan komunitas (herd Immunity)  dibutuhkan cakupan
imunisasi yang tinggi (paling sedikit 95%) dan merata.
Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) saja hingga 11 bulan tidak cukup untuk memberikan
perlindungan yang optimal terhadap PD3I. Imunisasi lengkap adalah keadaan jika seorang anak
memperoleh imunisasi rutin secara lengkap mulai dari IDL pada usia 0-11 bulan, Imunisasi
Lanjutan berupa DPT-HB-Hib dan Campak Rubela pada usia 18 bulan, Imunisasi Lanjutan
Campak Rubela dan TD pada Kelas 1 Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah, dan Imunisasi
Tetanus Difteri (Td) pada kelas 2 dan 5 Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah.
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
mencapai 57,9%, imunisasi tidak lengkap sebesar 32,9% dan 9,2% tidak diimunisasi
Permasalahan kegiatan Posyandu, antara lain:
1. tidak tersedianya beberapa vaksin seperti vaksin campak
2. kurangnya kesadaran dan minat ibu hamil untuk hadir posyandu
3. kurangnya kedispilinan ibu balita, terlihat dari ada ibu baita yang tidak membawa buku kia
namun tetap ingin mendapat pelayanan.
4. Pada pengukuran berat badan masih ada anak yang tergolong obesitas
5. Pada pengukuran berat badan masih ada anak yang berat badannya tidak naik
Perencanaan
1. Meningkatkan peran kader dan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
posyandu balita
2. Meningkatkan pengetahuan ibu tetang pentingnya imunisasi lengkap serta ibu hamil
untuk cek kesehatan dan kehamilan tiap bulan sehingga diharapkan dapat meningkatkan
kesadaran.
3. Meningkatkan pengetahuan tetang obesitas pada anak
4. Mengingkatkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan stunting dan obesitas pada anak
5. Mendorong masyarakat untuk menerapkan pola makan gizi seimbang
Pemilihan intervensi
1. Penyuluhan
2. Pemeriksaan berat badan dan panjang badan/tinggi badan
3. Pemberian makanan tambahan
4. Konseling dan edukasi
Pelaksanaan
Pelaksanaan posyandu yaitu pada tanggal 10 Februari 2020 bertempat di Ganjar Agung
Kegiatan dilaksanakan dengan menrapkan 5 meja posyandu
1. Pendaftaran
Peserta posyandu wajib mendaftar terlebih dahulu kader yang bertugas serta
mengumpulkan buku kia.
2. Penimbangan dan pengukuran balita
Setelah mendaftar, balita ditimbang BB dan diukur panjang badan/tinggi badannya oleh
kader yang bertugas
3. Pencatatan hasil penimbangan dan pengukuran
Kemudian hasil penimbangan BB dan pengukuran TB/PB ditulis dibuku
4. Penyuluhan dan Pelayanan gizi
Dilakukan penyuluhan perorangan, pemberian makanan tambahan serta vitamin A pada
balita
5. Pelayanan KIA, Imunisasi
Petugas kesehatan pelakukan imunisasi dasar dan koseling serta edukasi
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring
- Monitoring Berat badan balita
- Monitoring Panjang badan balita
- Monitoring jadwal pemberian imunisasi
Evaluasi
Kegiatan posyandu ini sudah berjalan cukup baik, namun masih harus ditingkatkan mengenai
pengadaan vaksin serta memberikan pengarahan, bimbingan, dan semangat kepada kader unutk
berperan aktif demi meningkatkan kunjungan ibu hamil.

Kegiatan Penyuluhan Covid-19 di Puskesmas Ganjar Agung


18/3/2020
Background
Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus baru yang ditemukan
pada manusia pertama kali di Wuhan Cina, pada Desember 2019. Masa inkubasi rata-rata 5-6
hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Gejala yang paling umum adalah demam, rasa
lelah, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare, Gejala biasanya bersifat ringan dan
muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan
merasa tetap sehat. Sebagian besar (80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu
perawatan khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terinfeksi Covid-1 menderita sesak (pneumonia)
mengakibatkan sakit parah dan kesulitan bernapas. Orang dengan lanjut usia (lansia) dan orang
dengan kondisi medis tertentu (immunocompremise) memliki kemungkinan lebih besar
mengalami sakit lebih serius.
Pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah menetapkan sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat Yang Meresahkan Dunia/ Public Health Emergency of International Concern
(KKMMD/PHEIC). Penambahan jumlah kasus COVID-19 berlangsung cukup cepat dan sudah
terjadi penyebaran antar negara. Sampai dengan tanggal 25 Maret 2020, dilaporkan total kasus
konfirmasi 414.179 dengan 18.440 kematian (CFR 4,4%) dimana kasus dilaporkan di 192
negara/wilayah. Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus konfirmasi COVID-19
sebanyak 2 kasus. WHO sejak 11 Maret 2020 telah menetapkan COVID19 sebagai pandemi
global dimana terdapat lebih dari 118.000 kasus di 114 negara dan 4291 orang telah meninggal
dunia. Indonesia sendiri menetapkan penyakit COVID-19 sebagai bencana nasional sejak 14
maret 2020.
Berdasarkan berbagai penelitian ilmiah, COVID-19 ditularkan melalui kontak erat dan droplet,
kecuali jika ada tindakan medis yang memicu terjadinya aerosol (seperti bronkoskopi, nebulisasi
dan lain lain) dimana dapat memicu terjadinya risiko penularan melalui airborne. Cara terbaik
untuk mencegah dan memperlambat penularan adalah dengan edukasi tentang COVID-19, pola
hidup sehat dan melakukan kebersihan tangan secara benar. Meningkatkan kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya menerapkan Social Distancing / Personal Distancing.
Permasalahan
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai covid-19
2. Kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan termasuk Social
Distancing / Personal Distancing masih rendah
3. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai etika batuk yang benar
4. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai 6 langkah cuci tangan WHO
5. Pada saat penyuluhan masyarakat (dalam hal ini pasien/pengunjung Puskesmas) sebagai
peserta penyuluhan tampak kurang antusias, terlihat dari tidak adanya peserta yang
bertanya maupun menanggapi saat diberi pertanyaan.
Perencanaan
1. Meningkatakan pengetahuan masyarakat mengenai covid-19
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan pencegahan termasuk
Social Distancing / Personal Distancing
3. Meningkatakan pengetahuan masyarakat mengenai etika batuk yang benar
4. Meningkatkan pengetahuan dan memberikan demonstrasi mengenai 6 langkah cuci
tangan WHO
Pemilihan Intervensi
- Penyuluhan covid-19
- Penyuluhan etika batuk yang baik dan benar
- Demonstrasi 6 langkah cuci tangan WHO

Pelaksanaan
Kegiatan Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 18/3/2020 di PKM Ganjar Agung pada pukul
08.30 pada saat pasien menunggu pelayanan. Peserta penyuluhan adalah seluruh pengunjung
puskesmas Ganjar Agung yang datang pada jam tersebut. Media penyuluhan yaitu menggunakan
banner covid-19. Kegiatan diawali dengan penyuluhan covid-19. Kemudian diikuti dnegan
penyuluhan etika batuk yang baik, dan demonstrasi 6 lagkah cuci tangan WHO dan diikuti oleh
pada peseta. Dan diakhir sesi peserta diberikan kesempatan untuk bertanya atau diskusi.

Monitoring dan Evaluasi


Pelaksanaan kegiatan penyuluhan sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan lagi mengenai
media penyuluhan yang menarik seperti video atau sejenisnya untuk meningkatkan antusias atau
minat peserta.
Imunisasi DPT-HB-HiB di posyandu cempaka 3

Tanggal: 13 februari 2020


Background
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal terhadap suatu penyakit.
Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh agar
kebal terhadap penyakit tersebut. Bayi yang baru lahir memang sudah memiliki antibodi alami
yang disebut kekebalan pasif. Antibodi tersebut didapatkan dari ibunya saat bayi masih di dalam
kandungan. Akan tetapi, kekebalan ini hanya dapat bertahan beberapa minggu atau bulan saja.
Setelah itu, bayi akan menjadi rentan terhadap berbagai jenis penyakit.
Kini, konsep imunisasi di Indonesia diubah dari imunisasi dasar lengkap menjadi imunisasi rutin
lengkap. Imunisasi rutin lengkap atau imunisasi wajib terdiri dari imunisasi dasar dan imunisasi
lanjutan sesuai dengan jadwalnya masing-masing. Imunisasi dasar meliputi DPT, HB, HiB,
polio, bcg, dan campak. Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi
dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1
bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3
bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4
dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atauMR). Untuk imunisasi
lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan
Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5
SD/madrasah/sederajat diberikan (Td).
Vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna mencegah 6 penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, serta Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang selaput otak) yang
disebabkan infeksi kuman Hib. Vaksin DTwP-HB-Hib (Pentabio® buatan Bio Farma), yang
mengandung antigen pertusis sel utuh (whole cell), dapat diberikan menggantikan vaksin DTaP
(DTP acellular). Vaksin Pentabio® telah diteliti pada 600 bayi mulai usia 6-11 minggu di
Jakarta dan Bandung, menghasilkan respons imun (imunogenisitas) antara 85 – 100%. Vaksin
Pentabio®dapat diberikan sebagai imunisasi dasar pada anak usia 2, 3, 4 bulan ataupun 2, 4, 6
bulan. Vaksin DTP-HB-Hib (Pentabio®) inipun dapat diberikan sebagai penguat (booster) pada
usia 18 bulan.

Mengenai cakupan imunisasi, data Kementerian Kesehatan menyebutkan, sekitar 91% bayi di
Indonesia pada tahun 2017 telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Angka ini masih sedikit
di bawah target renstra (rencana strategis) tahun 2017, yaitu sebesar 92 persen. Sembilan belas
dari 34 provinsi di Indonesia juga belum mencapai target renstra. Papua dan Kalimantan Utara
menempati tempat terendah dengan capaian kurang dari 70%. Berdasarkan data tersebut,
diketahui juga bahwa hampir 9% atau lebih dari 400.000 bayi di Indonesia tidak mendapatkan
imunisasi dasar secara lengkap. Sedangkan untuk cakupan imunisasi lanjutan, persentase anak
usia 12-24 bulan yang telah mendapatkan imunisasi DPT-HB-HiB tahun 2017 mencapai sekitar
63 persen. Angka ini telah melampaui target renstra 2017 sebesar 45 persen. Puskesmas
merupakan penyelenggara posyandu yang melakukan kegiatan sesuai jadwal. Adapun salah satu
agenda wajib adalah melakukan imunisasi rutin.

Permasalahan
Kementerian Kesehatan RI menyatakan Indonesia memiliki target imunisasi pentavalen (DPT-
HB-Hib) Baduta sebesar 70% pada tahun 2018, sedangkan cakupan imunisasi pentavalen Baduta
terhitung Januari sampai Maret tahun 2018 hanya mencapai angka 10,8%. Untuk mencapai target
nasional dan global dalam eradikasi, eliminasi, dan reduksi terhadap Penyakit yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus,
hepatitis-B, serta pneumonia. Cakupan imunisasi harus dipertahankan setinggi-tingginya dan
merata sampai mencapai tingkat Population Immunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi.
Saat ini salah satu program pemerintah terbaru terkait pemberian imunisasi adalah penggunaan
vaksin kombinasi yang dikenal sebagai Vaksin Pentavalen. Vaksin ini merupakan gabungan
vaksin DPT-HB ditambah Hib. Di Indonesia, pelaksanaan pemberian imunisasi DPT-HB-Hib
baru dilaksanakan mulai tahun 2014, sehingga pencapaian cakupan imunisasi pentavalen ini
masih belum sesuai harapan . Pada tahun 2011, Indonesia menduduki peringkat kedua dengan
806 kasus difteri setelah India. Jumlah kasus difteri di Indonesia tersebar ke-18 provinsi
termasuk Provinsi Lampung.
Permasalahan yang temukan yaitu:
1. Cakupan imunisasi dasar yang masih kurang
2. Tidak semua bayi dan balita melakukan imunisasi di posyandu sehingga dalam pendataan
harus menyeluruh
3. Dalam pelaksanaannya didapatkan kendala ada balita yang telat mendapatkan vaksin
karena demam saat akan di imunisasi sehingga ditunda.
Perencanaan
1. Meningkatakan cakupan imunisasi dasar
2. Melakukan pendataan mengenai imunisasi secara teliti dan menyeluruh
3. Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai vaksin DPT-HB-HiB (pentabio)
manfaat dan efek sampingnya agar mengurangi rasa cemas.
Pemilihan Intervensi
- Imunisasi pentabio pada balita sesuai dengan jadwalnya
- Edukasi dn konseling
Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 13 februari 2020 di Posyandu cempaka III pukul 09.30
sd selesai. Kegiatan diawali dengan pendataan, peningmbangan berat badan, pengisian kurva di
buku KIA, dan imunisasi. Dalam hal ini dokter internsip melakukan injeksi pentabio dengan
dosis 0,5cc secara IM. Kemudian setiap bayi atau balita yang mendapatkan pentabo dibawakan
Paracetamol sirup untuk mengantisipasi apabila terdapat KIPI seperti demam yang paling sering
terjadi. Ibu balita diberikan edukasi untuk kompres tempat bekas suntian apabila bengkak dan
memberikan Paracetamol sirup bila demam pemberiannya sesuai dosis berdasarkan berat badan
anaknya.
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring :
- Monitoring jadwal pemberian imunisasi
- Monitoring KIPI
- Monitoring BB bayi/balita setiap posyandu
Evaluasi:
Kegiatan sudah berjalan dengan baik dan rutin dilaksakaan sesuai dengan jadwal posyandu.

Imunisasi BCG di posyandu kenanga 1

Tanggal: 11 Maret 2020


Background
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi adalah bentuk
kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan RI untuk mencegah terjadinya penyakit menular.
Imunisasi merupakan salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable
Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.
Imunisasi adalah suatu upaya pemberian kekebalan kepada seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit. Seseorang yang mendapatkan imunisasi berarti telah diberikan kekebalan terhadap
suatu penyakit tertentu, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan
sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Namun, anak kebal atau resisten terhadap suatu
penyakit belum tentu kebal terhadap penyakit yang lainnya. Lebih dari 1,4 juta anak di dunia
meninggal setiap tahunnya karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Imunisasi terdiri dari imunisasi wajib dan pilihan. Imunisasi wajib terbagi menjadi imunisasi
rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus. Imunisasi rutin terbagi atas imunisasi dasar dan
lanjutan.
Dalam Global Vaccine Action Plan tahun 2011-2020 yang dipublikasikan oleh World Health
Organization (WHO), imunisasi dapat mencegah sekitar 2,5 juta kematian setiap tahunnya.
Apabila individu mendapatkan imunisasi maka individu tersebut dapat terlindungi dari Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, campak,
polio, tetanus, hepatitis-B, serta pneumonia. Anak-anak yang telah diimunisasi memiliki
kesempatan lebih baik untuk berkembang dan mewujudkan potensi mereka dan keuntungan
tersebut semakin meningkat dengan melakukan imunisasi ulangan pada masa remaja dan
dewasa. Imunisasi termasuk bagian dari paket komprehensif intervensi untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit, sehingga merupakan investasi untuk masa depan dunia.
Imunisasi dasar meliputi DPT, HB, HiB, polio, bcg, dan campak. Pemberian imunisasi
disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam
diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0), usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3),
usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan
diberikan (Campak atauMR). Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18
bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat
diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td). Imunisasi
BCG (Bacillus Calmette guerin) adalah vaksin yang dapat mengurangi resiko terjadinya
Tuberculosis berat seperti meningitis TB dan Tuberculosis Milier.
Berdasarkan data Riskesdas didapatkan data cakupan imunisasi HB-0 (79,1%), BCG (87,6%),
DPT-HB-3 (75,6%), Polio-4 (77,0%), dan imunisasi Campak (82,1%). Survei ini dilakukan pada
anak usia 12–23 bulan. Menurut laporan tahunan dinas kesehatan provinsi Lampung, persentase
cakupan imunisasi Provinsi Lampung didapatkan data BCG (95,2%), DPT -3 (99,7 %), Polio-4
(99,4 %), dan Campak (99,6 %). Program imunisasi merupakan suatu upaya kesehatan
masyarakat yang terbukti paling cost effective dan perlu untuk terus ditingkatkan untuk
mencapai tingkat population immunity (kekebalan masyarakat). Imunisasi juga merupakan salah
satu bentuk intervensi kesehatan masyarakat yang efektif untuk mencegah penyakit dan
kematian.
Permasalahan
1. Cakupan BCG masih perlu ditingkatkan
2. Dalam pelaksanaannya terdapat kendala stok vaksin bcg yang kosng dalam beberapa
minggu, sehingga jadwal pemeberian vaksin bcg pada bayi dan balita diundur.
3. Pengetahuan masyarakat mengenai kemungkinan KIPI masih rendah
Perencanaan
- Meningkatkan dan mempertahankan cakupan BCG
- Mengusahakan pengadaan kembali vaksin BCG
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai KIPI untuk mengurangi kecemasan ibu
terhadap anaknya
Pemilihan Intervensi
- Imunisasi BCG sesuai jadwal imunisasi masing-masing bayi atau balita
- Edukasi mengenai risiko KIPI
- konseling
Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2020 di posyandu kenanga 1 pukul 09.30 sd
selesai. Kegiatan dihadiri oleh dokter internsip, bidan puskes, kader, serta bayi/balita dan ibunya.
Kegiatan diawali dengan pendataan, peningmbangan berat badan, pengisian kurva di buku KIA,
dan imunisasi bagi balita sesuai dengan jadwalnya. Dalam hal ini dokter internsip melakukan
injeksi vaksin BCG dengan dosis 0,05cc secara intrakutan pada lengan balita. Kemudian
dilakukan edukasi kepada ibu balita mengenai risiko KIPI agar tidak cemas.
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring
- Monitoring jadwal pemberian imunisasi
- Monitoring KIPI
- Monitoring BB bayi/balita
Evaluasi
Kegiatan ini sudah berjalan dengan baik.

Pemberian Makanan Tambahan pada balita di Posyandu


Tanggal: 6 Maret 2020
bertempat di Posyandu Mawar III
Background
Masalah gizi dapat terjadi pada setiap siklus kehidupan, dimulai sejak janin. hingga menjadi
bayi, anak, dewasa sampai usia lanjut. Saat ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yaitu
gizi kurang dalam bentuk Kurang energy Protein, kurang vitamin A, Anemia dan gangguan
akibat kurang Iodium dan gizi lebih berkaitan dengan timbulnya penyakit degenerative seperti
Diabetes Mellitus, jantung,hipertensi,dll. Masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor
penyebab kematian bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi
masyarakat tentang anak balita, pemerintah mengembangkan program Pemberian Makanan
Tambahan (PMT).
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan kepada balita dalam
bentuk kudapan yang aman dan bermutu beserta kegiatan pendukung lainnya dengan
memperhatikan aspek mutu dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai
dengan kebutuhan sasaran. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang
dibutuhkan oleh balita. PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan diberikan dalam
bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai
tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama.
Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan lokal
terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan
memperhatikan kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. Diuatamakan
berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal
dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari selama 90 hari berturut-
turut atau 3 bulan. Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT
pemulihan pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit yang
mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak usia 12 – 24 bulan, dengan
nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya mengandung 29
gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium.
Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yanitu berupa Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan ) dan makanan
tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga. PMT Penyuluhan
adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita yang disediakan oleh kader posyandu.
Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai sasaran penyuluhan kepada orang tua blita tentang
makanan kudapan ( snack ) yang baik diberikan untuk balita, sebagai sarana untuk membantu
mencukupi kebutuhan gizi balita, dan sebagai sarana untuk menggerakkan peran serta
masayarakat dalam mendukung kesinambungan penyelenggaraan posyandu
Permasalahan
1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gizi anak
2. Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pemberian makanan yang bergizi pada
anaknya
3. Dalam pelaksanaannya ada beberapa balita yang pulang duluan sehingga tidak mendapat
makanan tambahan saat posyandu
Perencanaan
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gizi anak
2. Meningkatkan kesadaran ibu untuk memberikan makanan bergizi jepada anaknya
3. Mengantarkan makanan tambahan ke rumah balita yang belum mendapatkan PMT
melalui kader
Pemilihan Intervensi
- Pemberian makanan tambahan penyuluhan berupa telur rebus dan susu yang diketahui
mengandung tinggi protein
- Edukasi
Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 2020 bertempat di Posyandu Mawar III.
Kegiatan dilakukan bersamaan dengan posyandu rutin. Kegiatan ini dihadri oleh dokter internsip,
bidan puskesmas, kader, dan para ibu dengan anaknya yang menghadiri posyandu. Susunan
kegiatan yang dilakukan adalah:
- Pendataan balita
- Penimbangan berat badan
- Pengisian grafik bb di buku kia masing-masing balita
- Imunisasi bagi balita sesuai jadwalnya
- Pemberian makanan tambahan
pembagaian maknanan tambahan ini dilakukan oleh kader. Untuk balita yang tidak
mendapatkan PMT karena pulang duluan dikarenakan alasan tertentu, maka kader akan
mengantarkan makanan tambahan tersebut ke rumah balita yang dituju.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan ini berjalan dengan lancar, namun untuk pemberian makanan tambahan selanjutnya
dipikirkan lagi mengenai jenis makanan agar lebih variatif sehingga bisa menjadi contoh untuk
ibu balita makanan tambahan apa saja yang bergizi baik yang sebaiknya diberikan untuk anaknya
sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai