PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PASIEN
2.2 Anamnesa
Keluhan Utama : Kelemahan anggota gerak sebelah kiri
Keluhan Tambahan : Sulit berbicara dengan normal (bicara
pelo), Nyeri kepala hilang timbul
rutin kontrol
Riwayat Keluarga
o Tidak ada riwayat penyakit serupa dalam keluarga
Riwayat Pengobatan
o Pengobatan yang didapat dari Klinik Dharma Husada (+) antara
lain: terapi infus RL 500cc/12jam, inj. citicoline 250mg/12jam,
amlodipine 5 mg 1x1, dan furosemide 1x1
b. Status Generalis
- Kepala
Muka : Simetris, normocephal
Rambut : dalam batas normal, allopecia (-)
Ubun-ubun besar : tidak cekung, tidak menonjol
Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-
Mata cekung -/-
Telinga : simetris, sekret (-)
Hidung : Simetris, tidak ada napas cuping hidung,
Mulut : sianosis (-), bibir kering (-)
Kesan : pemeriksaan kepala dalam batas normal
- Leher
Bentuk : Simetris
Trakea : deviasi (-)
KGB : Tidak terdapat pembesaran
Kesan : pemeriksaan leher dalam batas normal
- Thorax
Cor
o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Ictus cordis teraba normal
o Perkusi : Redup, batas jantung normal
o Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
o Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-)
o Palpasi : fremitus dextra et sinistra sama, NT tekan
(-)
o Perkusi : sonor pada kedua hemithorax
o Auskultasi : vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
Kesan : pemeriksaan thorax dalam batas normal
- Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, organomegali (-), NT epigastrium (-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Kesan : Pemeriksaan Abdomen dalam batas normal
- Ekstremitas
Tangan : Lengkap, tanpa cacat, tidak sianosis, tidak oedem
Kaki : Lengkap, tanpa cacat, tidak sianosis, tidak oedem
c. Status Neurologis
o GCS : Compos Mentis
o Gerakan Abnormal : -
o Leher : sikap baik, gerak baik ke segala arah
o Tanda Rangsang Meningeal
Kanan Kiri
Kaku kuduk (-)
Laseque <70o <70o
Kernig <135o <135o
Brudzinsky I (-) (-)
Brudzinsky II (-) (-)
1) Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
N. II ( Optikus )
Nistagmus - -
Diplopia - -
N.V (Trigeminus)
Membuka mulut + +
Menggerakan Rahang + +
Oftalmikus + +
Maxillaris + Berkurang
Mandibularis + Berkurang
N. VII ( Fasialis )
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
N. IX,X ( Vagus )
N.XI (Assesorius)
Menoleh Baik
N.XII ( Hipoglosus )
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik
Tonus Otot Normal Menurun
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 5 1
Ekstremitas Bawah
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot Eutrofik Eutrofik
Tonus Otot Normal Menurun
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 5 1
3) Refleks
Refleks Fisiologis
Bisep + +
Trisep + +
Patela + +
Achiles + +
Refleks Patologis
Babinski - -
Chaddok - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Klonus - -
Hoffman Tromer - -
4) Gerakan Involunter
KKanan Kiri
Tremor - -
Chorea - -
Athetosis - -
Myocloni - -
Ties - -
6) Fungsi Autonom
Miksi : baik
Defekasi : baik
Sekresi keringat : baik
c. Pencitraan Radiologis
CT Scan Kepala Tanpa Kontras (RSMW, 19 Oktober 2019)
2.5. Diagnosis
Hemiparese Sinistra ec Stroke Non Hemoragik
2.6. Penatalaksanaan
1. Umum
- Tirah baring disertai latihan mobilisasi
- Pertahankan perfusi jaringan dengan tanda vital stabil
- Makan dan minum teratur, serta rutin minum obat setiap hari
- Diet rendah garam gizi seimbang
2. Medikamentosa
- O2 3 L/menit
- IVFD NaCl 0,9% 500cc/24 jam
- Clopidogrel tab 4x75mg po extra, lanjutan 1x75mg
- Spironolakton tab 25mg 1-0-0
- Amlodipin tab 5mg 0-0-1
- Simvastatin 10mg 1x1 tab
- Vitamin B Kompleks 1x1 tab
2.7. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
- Skor Siriraj :
( 2,5 x derajat kesadaran ) + ( 2 x vomitus ) + ( 2 x nyeri kepala ) + ( 0,1 x
tekanan diastolik ) – ( 3 x petanda ateroma ) – 12 =
Hasil : SS > 1 = Stroke Hemoragik
-1 > SS > 1 = perlu pemeriksaan penunjang ( Ct-Scan )
SS < -1 = Stroke Non Hemoragik
Keterangan : - Kesadaran : sadar penuh (0), somnolen (1), koma (2)
- Nyeri kepala : tidak ada (0), ada (1)
- Vomitus : tidak ada (0), ada (1)
- Ateroma : tidak ada penyakit jantung, DM (0), ada (1)
Adapun hasil Siriraj Skor pada pasien ini yaitu:
( 2,5 x 0 ) + ( 2 x 0 ) + ( 2 x 1 ) + ( 0,1 x 100 ) – ( 3 x 1 ) – 12 =
0 + 0 + 2 + 10 – 3 – 12 = -3
Pada pasien ini didapatkan skor siriraj -3 maka termasuk pada kategori
stroke non hemoragik.
Penegakkan diagnosis stroke pada pasien ini sudah sesuai dengan defini
stroke yaitu berupa sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit
neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma, ataupun infeksi susunan
saraf pusat. Faktor resiko yang paling berperan menyebabkan stroke pada
pasien ini yaitu adanya hipertensi dan kadar kolesterol yang tidak terkontrol
yang dialami sejak tahun 2016. Tingginya kadar kolesterol disertai tekanan
darah yang tinggi meningkatkan resiko terbentuknya trombus, apabila
trombus terlepas menjadi emboli yang selanjutnya dapat menyumbat aliran
darah menyebabkan hipoksia neuron yang diperdarahinya. Selanjutnya daerah
tersebut akan mengalami iskemik dan berlanjut menjadi infark. Apabila
pembuluh darah yang tersumbat adalah aliran darah ke otak maka akan
menyebabkan infark cerebri.
Kelemahan anggota gerak sebelah kiri pada pasien ini terjadi karena
adanya infark cerebri pada corona radiata kanan, serta multipel infark lakuner
pada ganglia basalis terutama kanan sehingga impuls dari sistem saraf pusat
terganggu ke lengan dan tungkai sebelah kiri akibat neuron pada jaringan
tersebut telah mati. Selain itu, berdasarkan anamnesis, sebelumnya pasien
juga sering mengeluhkan sesak nafas dan batuk berdahak yang sulit keluar
serta kaki yang agak membengkak. Seminggu sebelumnya kaki sempat
membengkak dan sesak nafas namun sudah membaik setelah mengkonsumsi
obat. Bengkak pada kaki terlihat pada punggung kaki dan bagian depan
tulang kering. Sesak nafas dirasakan terutama saat berbaring dan diikuti batuk
yang berdahak namun susah keluar. Pasien sering merasakan keluhan sesak
nafas tersebut yang hilang timbul dan didiagnosa memiliki pembengkakan
jantung dan hipertensi sejak tahun 2016. Pada pemeriksaan fisik juga
didapatkan adanya denyut jantung yang irreguler, pembengkakan jantung, dan
adanya bunyi ronki, serta pemeriksaan penunjang EKG dan rontgen thoraks
yang menunjukkan adanya kesan gagal jantung, sehingga pasien didiagnosis
dengan CHF. Sesak nafas yang dirasakan pasien timbul karena adanya
peningkatan tekanan aliran darah balik ke pembuluh darah paru yang dapat
menyebabkan terjadinya kongesti paru sehingga terjadi edema paru,
dibuktikan dengan adanya bunyi rhonki serta hasil rontgen thoraks dimana
didapatkan kardiomegali degan bendungan paru. Hal ini yang menyebabkan
pasien mengeluhkan sesak nafas.
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak (GPDO) dengan awitan akut, disertai manifestasi klinis berupa defisit
neurologis dan bukan sebagai akibat tumor, trauma, ataupun infeksi susunan
saraf pusat. Stroke terbagi menjadi stroke non hemoragik (iskemik) dan
stroke hemoragik. Stroke non hemoragik terjadi akibat adanya sumbatan
aliran darah yang menyebabkan terjadinya iskemia yang berujung infark
sedangkan stroke hemoragik terjadi karena adanya perdarahan. Stroke non
hemoragik atau stroke karena penyumbatan, dapat disebabkan karena :
a. Trombosis serebri
- Emboli kardiogenik
- Emboli paradoksal (infeksi atau non-infeksi)
- Emboli arkus aorta
Biasanya ada kerusakan lokal pembuluh darah akibat
aterosklerosis. Proses aterosklerosis ditandai oleh plak berlemak pada
tunika intima arteri besar. Plak cenderung terbentuk pada percabangan dan
tempat yang melengkung. Pembuluh darah yang mempunyai resiko adalah
arteri karotis interna dan arteri vertebralis bagian atas. Hilangnya
tunika intima membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit akan menempel
pada permukaan yang terbuka sehingga permukaan dinding menjadi kasar.
Trombosit akan melepaskan enzim adenosin difosfat yang mengawali
proses koagulasi.
Adhesi trombosit (platelet) dapat dipicu oleh produk toksik yang
dilepaskan makrofag dan kerusakan moderat pada permukaan intima.
Trombosit juga melepaskan growth factors yang menstimulasi migrasi dan
proliferasi sel otot polos dan juga berperan pada pembentukan lesi
fibrointimal pada subendotelial.
b. Emboli serebri
Embolisme serebri biasanya terjadi pada orang yang lebih muda,
kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu trombus di jantung sehingga
masalah yang dihadapi sesungguhnya adalah perwujudan penyakit
jantung. Selain itu, emboli juga dapat berasal dari plak ateroma karotikus
atau arteri karotis interna. Setiap bagian otak dapat mengalami emboli,
tempat yang paling sering adalah arteri serebri media bagian atas.
O2 3 L/menit
Menjaga oksigenisasi pasien
IVFD RL 15 tpm
Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
Fisioterapi
Bertujuan untuk membantu pemulihan hemiplegi pada pasien
Penatalaksanaan pada pasien ini belum tepat karena pada pasien isi
tekanan sistolik <180 mmHg dan tekanan diastolik <105 mmHg maka
pemberian obat anti hipertensi sebaiknya ditangguhkan, namun pada pasien ini
tetap diberikan terapi lisinopril sebagai obat anti hipertesi sehingga
dikhawatirkan dalam keadaan pasien dengan tensi 100/80 mmHg dapat terjadi
hipotensi. Selain itu diperlukan adanya tambahan terapi berupa antiplatelet
pada 24-48 jam setelah awitan stroke berupa asam salisilat atau aspirin dengan
dosis 160-325 mg/hari atau clopidogrel dengan dosis 75 mg/hari. Antiplatelet
berperan sebagai salah satu cara untuk reperfusi. Reperfusi yaitu
mengembalikan aliran darah ke otak secara adekuat sehingga perfusi
meningkat dengan cara mencegah terbentuknya trombus karena adanya
penggumpalan trombosit darah.
DAFTAR PUSTAKA