Anda di halaman 1dari 27

F1.

Promosi Kesehatan

Upaya Promosi Kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas Dramaga

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan perilaku yang dilakukan seseorang untuk
selalu memperhatikan kebersihan, kesehatan, dan
berperilaku sehat. Upaya peningkatan perilaku sehat di masyarakat belum menunjukkan hasil
optimal. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2014 menunjukkan bahwa
di Indonesia sebanyak 38,5% masyarakat masih merokok di dalam rumah ketika bersama
anggota keluarga yang lain. Perokok laki-laki lebih tinggi dari perempuan (72% dibanding 28%).
Selanjutnya 77,3% penduduk usia 15 tahun ke atas kurang melakukan aktivitas fisik dengan
katagori (82%) kurang bergerak dan (11%) tidak terbiasa melakukan aktivitas fisik.

Dampak dari pengetahuan dan pemahaman yang kurang tentang PHBS diduga menjadi salah
satu faktor penyebab tingginya kasus penyebaran
penyakit menular seperti diare, DBD, dan lain-lain. Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang
sangat berhubungan dengan peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat,
dan lingkungannya. Oleh karena itu, dengan berperilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari
akan menghindarkan kita dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi seperti diare.

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan dengan materi PHBS melalui media
leaflet.
Materi yang disampaikan mencakup 10 PHBS di rumah tangga:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

Penyuluhan dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang materi PHBS kepada


masyarakat yang datang ke Puskesmas Dramaga.

Penyuluhan terlaksana dengan baik dan masyarakat terlihat antusias dengan materi yang
disampaikan. Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat dan
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.
Promosi Kesehatan dan Pencegahan Hipertensi dan Perilaku Merokok di Desa Ciherang RT
05/ RW 07

Hipertensi atau yang sering disebut dengan tekanan darah tinggi merupakan salah satu
penyakit pada sistem peredaran darah dimana pada kondisi cukup istirahat dan tenang tekanan
darah sistol lebih dari 140 mmHg, tekanan darah diastol lebih dari 90 mmHg yang diukur 2 kali
dengan selang waktu 5 menit. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular
tetapi keberadaannya merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di beberapa kota di
Indonesia.
Salah satu perilaku yang meningkatkan kemungkinan terjadinya hipertensi adalah kebiasaan
merokok. Rokok adalah salah satu produk utama olahan tembakau yang diramu dengan
berbagai macam bahan sehingga dapat dinikmati dengan cara dihisap. Rokok dapat menjadi
pemicu terjadinya hipertensi karena bahan aktif nikotin yang terdapat di dalam rokok begitu
terhisap masuk ke darah maka akan segera mencapai otak. Akibat adanya nikotin ini akan
merangsang kelenjar adrenal mengeluarkan hormon adrenalin, akibat dari adanya hormon
adrenalin inilah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

Prevalensi hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8% dengan orang yang
mengalami hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis sedangkan 2/3 tidak terdiagnosis dan 0,7%
orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi dengan memiliki kebiasaan meminum obat
hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak menyadari
menderita hipertensi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor pada tahun 2014 hipertensi termasuk
dalam 10 besar penyakit dengan jumlah kasus sebanyak 48.929 kasus.

Intervensi dilakukan dengan pemberian materi tentang hipertensi dan cara pencegahan melalui
media slide dan leaflet.

Penyuluhan mengenai materi hipertensi dan pencegahannya dilakukan kepada masyarakat


warga Desa Ciherang RT 05 RW 07.

Penyuluhan terlaksana dengan baik. Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti
oleh masyarakat dan dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.
Skrining Kesehatan Jiwa di Puskesmas Dramaga

Menurut Undang-Undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014, kesehatan jiwa merupakan kondisi
dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial
sehingga individu tersebut menyadari akan kemampuan sendiri dan dapat berkontribusi untuk
komunitasnya. Menurut WHO, 25% penduduk dunia pernah mengalami masalah kesehatan
jiwa, 1% di antaranya adalah gangguan jiwa berat seperti waham, halusinasi, gangguan proses
berpikir. Di Indonesia sendiri, data menurut Riskesdas tahun 2013 menjelaskan bahwa
gangguan jiwa paling banyak didominasi oleh gangguan proses pikir dan tingkah laku aneh
seperti katatonik sebesar 14,3% di setiap provinsi dan 2,3% merupakan penderita gangguan
jiwa berat.

Beberapa lansia memiliki gangguan jiwa minor seperti cemas dan depresi yang membutuhkan
penatalaksanaan lebih lanjut dengan melakukan konsultasi ke dokter spesialis kejiwaan, namun
belum pernah dilakukan.

Intervensi dilakukan dengan menanyakan 29 pertanyaan terkait dengan skrining masalah


kejiwaan. Kemudian hasilnya dilakukan interpretasi sesuai dengan jawaban yang dipilih. Apabila
terdapat minimal 6 jawaban YA pada no 1-20 menandakan terdapat masalah psikologis seperti
cemas dan depresi. Apabila terdapat jawaban YA pada nomor 21 berarti terdapat penggunaan
zat psikoaktif/narkoba. Apabila terdapat satu atau lebih jawaban YA dari nomor 22-24 berarti
terdapat gejala gangguan psikotik (gangguan dalam penilaian realitas) yang perlu penanganan
serius. Apabila terdapat satu atau lebih jawaban YA dari no 25 berarti terdapat gejala-gejala
gangguan PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) / gangguan stress setelah trauma.

Skrining dilaksanakan di Puskesmas Dramaga dihadiri oleh 20 orang lansia.

Skrining Kesehatan Jiwa terlaksana dengan baik. Diharapkan kegiatan skrining ini dapat berguna
dalam mengontrol penyakit dari masing-masing lansia.

Penyuluhan Kesehatan Diabetes Melitus serta Penatalaksanaan Aplikasi Senam Kaki pada
Lansia di Wilayah Desa Sukawening RT 01 RW 03

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolik dimana ditemukan
ketidakmampuan untuk mengoksidasi karbohidrat, akibat gangguan pada mekanisme insulin
yang normal, menimbulkan hiperglikemia, glikosuria, poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan
kurus, kelemahan, asidosis, sering menyebabkan dispnea, lipemia, ketonuria dan akhirnya
koma.
Pada tahun 2000, berdasar laporan WHO dalam jurnal “Global Prevalence of Diabetes Estimates
for the year 2000 and Projections for 2030”, sekitar 171 juta penduduk diseluruh dunia telah
menderita diabetes. Angka tersebut setara dengan 2,8% dari total penduduk di seluruh dunia.
Insidensi kejadian diabetes memang mengalami peningkatan dengan cepat, dan diperkirakan
pada tahun 2030, jumlah penderita diabetes akan menigkat tajam menjadi 2 kali lipat.

Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh WHO menggunakan desain studi kohort di seluruh
dunia selama kurang lebih 11 tahun diperoleh data bahwa angka kematian akibat diabetes pada
tahun 2000 diperkirakan sekitar 2,9 juta kematian dimana 1,4 juta adalah laki-laki dan 1,5 juta
perempuan. Angka ini setara dengan 5,2% dari seluruh kematian dengan berbagai sebab di
seluruh dunia pada tahun 2000. Jika dipisahkan berdasarkan tingkat kemajuan sebuah negara,
maka didapatkan angka bahwa angka kematian akibat diabetes pada tahun 2000 di negara
maju
sebesar 1 juta orang dan di negara berkembang sebesar 1,9 juta orang. Pada seseorang dengan
umur kurang dari 35 tahun yang menderita diabetes, 75% diantaranya meninggal akibat
diabetes yang dideritanya; pada penduduk dengan usia 35-64 tahun yang menderita diabetes,
59% diantaranya meninggal akibat diabetes yang dideritanya; dan pada seseorang dengan usia
lebih dari 64 tahun yang menderita.

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan materi tentang diabetes melitus melalui
media slide dan leaflet.

Proses kerja penyuluhan kesehatan yang pertama adalah menyeleksi para lansia yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu lansia baik yang sudah dan belum terdiagnosa Diabetes Melitus.
Kemudian lansia dikumpulkan di Ruang PAUD Kenanga di RT 01 RW 03 Desa Sukawening,
dilakukan kegiatan pretest, penyuluhan tentang pengetahuan lansia tentang Diabetes Melitus,
membagikan leaflet, pemaparan penyuluhan, aplikasi senam kaki dengan melaksanakan role
play langsung oleh fasilitator dan diikuti oleh lansia serta evaluasi tingkat penyuluhan lansia dan
para kader lansia.

Penyuluhan terlaksana dengan baik dan masyarakat yang datang terlihat antusias. Diharapkan
materi yang disampaikan dapat dimengerti dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

F2. Kesehatan Lingkungan

Upaya Pelaksanaan Jamban Sehat di Desa Sukawening RT 01 RW 02

Masalah kesehatan lingkungan di Indonesia masih menjadi masalah utama di antaranya karena
pengelolaan sanitasi dasar yang buruk. Terutama air bersih dan jamban, meningkatnya
pencemaran, kurang higienisnya cara pengelolaan makanan, rendahnya perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) masyarakat, serta buruknya penatalaksanaan bahan kimia dan pestisida di
rumah tangga yang kurang memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Sanitasi
dasar yang buruk memicu timbulnya berbagai macam penyakit infeksi berbasis lingkungan
seperti disentri, kecacingan, berbagai penyakit infeksi kulit, hepatitis A dan yang paling sering
yakni diare.
Berdasarkan teori yang ditemukan bahwa terdapat banyak faktor yang berhubungan
kepemilikan jamban sehat pada masyarakat terutama masyarakat di Desa Gunung Malang RT
01 RW 02 Kabupaten Bogor. Dari sejumlah faktor tersebut,penelitian ini hanya memfokuskan
pada tingkat pengetahuan. Faktor tersebut dipilih karena sebagian besar masyarakatnya
berpendidikan rendah dan budaya yang sangat sulit untuk dirubah.
Sosial ekonomi sangat mempengaruhi kepemilikan jamban sehat. Masyarakat yang memiliki
penghasilan tinggi akan membuat jamban sehat karena membuat jamban membutuhkan dana
dan tempat yang tidak sedikit.

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan tentang jamban sehat melalui media
slide kepada masyarakat Desa Sukawening RT 01 RW 02

Penyuluhan dilakukan dengan memberikan materi tentang jamban sehat kepada masyarakat
Desa Sukawening RT 01 RW 02 tentang definisi jamban sehat, syarat jamban sehat, dan dampak
jika tidak menggunakan jamban sehat.

Penyuluhan dilaksanakan dengan baik. Masyarakat yang datang mendengarkan dengan


antusias. Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.

Pengelolaan Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas


Dramaga Kabupaten Bogor (Desa Ciherang RT 01 RW 02)

Lingkungan hidup yang bersih dan sehat merupakan dambaan bagi setiap warga masyarakat.
Lingkungan bersih dan sehat juga merupakan salah satu modal dasar penting bagi
pembangunan manusia Indonesia karena kualitas lingkungan sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu pemerintah bersama-sama dengan masyarakat
harus berupaya untuk menciptakan lingkungan menjadi bersih dan sehat

Banyak aktivitas manusia yang berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan, misalnya
pengelolaan sampah dan limbah yang kurang baik, meningkatnya penggunaan bahan-bahan
yang tidak mampu didegradasi oleh alam, meningkatnya jumlah dan penggunaan kendaraan
pribadi dan
kendaraan yang tidak layakjalan, dan operasi industri yang berpengelolaan buruk.

Kepedulian masyarakat yang rendah terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan semakin
memperparah kondisi lingkungan. Masih banyak masyarakat yang membuang sampah di sungai
atau selokan yang dapat menyebabkan meluapnya air sungai atau banjir yang tidak terduga.
Bahkan
banyak berdiri bangunan yalng tidak memikirkan saluran air pembuangan sehingga air tidak
mengalir normal atau sistem drainase yang tidak berjalan karena banyaknyapeyrmbatan.
Rendahnya kualitas lingkungan akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Lingkungan
yang tidak terawat, kumuh dan kotor akan menjadi tempat berkembangnya berbagai macam
mikroorganisme penyebab penyakit dan organisme vektor pembawa penyakit. Akibatnya
masyarakat menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit. Kondisi ini jelas akan
menghambat pembangunan yang sedang dijalankan.

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan materi melalui media slide tentang arti
penting kesehatan lingkungan, hubungan kesehatan dan lingkungan, dan teknik menjaga
kebersihan lingkungan.

Penyuluhan materi dilakukan kepada 30 masyarakat Desa Ciherang RT 01 RW 02 dan kader


setempat.

Penyuluhan terlaksana dengan baik dan masyarakat terlihat antusias dengan materi yang
disampaikan. Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti oleh masyarakat dan
dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik.

Penyuluhan 5 Pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Puskesmas Rangkasbitung

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tinggi, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomis. Salah satu permasalahan pembangunan kesehatan di Indonesia
adalah masalah kesehatan lingkungan.
Permasalahan kesehatan lingkungan yang mendominasi adalah masalah sanitasi. Tantangan
pembangunan sanitasi di Indonesia adalah sosial budaya dan perilaku penduduk yang terbiasa
buang air besar di sembarang tempat, khususnya ke badan air yang juga digunakan untuk
mencuci, mandi dan kebutuhan lainnya.

Program STBM merupakan upaya dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s)
tahun 2015 poin 7c, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara
berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses.
Data dari BPS dan KemenPU tahun 2012 menyebutkan bahwa capaian akses sanitasi layak
masyarakat Indonesia pada tahun 2012 sebesar 57,35% dengan target MDG’s 2015 sebesar
62,41% , yang artinya ada 5,06% akses sanitasi masyarakat kita yang masih menjadi perhatian
pemerintah sampai tahun 2015.

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan melalui media slide yang berisi materi
mengenai 5 pilar STBM yang mencakup : Stop Buang air besar Sembarangan, Cuci Tangan Pakai
Sabun, Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, Pengamanan Sampah Rumah
Tangga, dan Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga.

Penyuluhan dilakukan kepada lebih dari 40 orang di area wilayah kerja puskesmas
Rangkasbitung.
Penyuluhan terlaksana dengan baik. Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti dan
dapat dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat.

F3. KIA-KB

Penyuluhan ASI Eksklusif di Puskesmas Dramaga

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah memberikan hanya ASI
saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain
kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin.Namun bukan berarti
setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI
eksklusif pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi
berusia 2 tahun.
ASI merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, bersifat ilmiah. ASI eksklusif
adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan cairan lain, seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat , seperti
pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral, dan obat.

Di Indonesia sendiri, pada tahun 2010 Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 34 per 1000
kelahiran hidup (KH) dan Angka Kematian Balita (AKABA) 44/1000 KH. Walaupun angka ini telah
turun dari tahun 1990 (AKB 68/1000 KH) penurunan ini masih jauh dari targetmillenium
development gold’s
(MDG’s) tahun 2015 dimana AKB diharapkan turun menjadi 23/1000 KH dan AKABA 32 /1000
KH. Target 80% cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat jauh dari kenyataan.
Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak.
Manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development
Goals (MDGs) yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan Ibu. WHO
(2009) menyatakan sekitar 15% dari total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di
negara berkembang disebabkan oleh pemberian ASI secara tidak eksklusif. Berbagai masalah
gizi kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi berusia
6 bulan.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan. Sebuah
penelitian mengatakan kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang
menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melalui IMD. Hasil
penelitian menunjukan bahwa pengetahuan dan pengalaman ibu sangat penting dalam
menentukan pemberian ASI eksklusif pada bayinya.

Intervensi dilakukan dengan pemberian penyuluhan tentang ASI eksklusif melalui media slide
kepada masyarakat yang datang ke Puskesmas Dramaga.
Penyuluhan tentang ASI eksklusif mencakup materi tentang pengertian ASI ekslusif, komposisi
ASI, keuntungan ASI, upaya memperbanyak ASI, pentingnya ASI eksklusif, dan masalah dalam
menyusui dan cara penanganannya.

Penyuluhan tentang ASI eksklusif terlaksana dengan baik. Masyarakat yang hadir
mendengarkan dengan antusias. Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti dan
dilaksanakan oleh masyarakat dengan baik.

Penyuluhan Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Ibu Hamil di Desa Sukawening
(Posyandu Cesin 1 RT 04 RW 05)

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk sebanyak


252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km2 dan kepadatan penduduk sebesar
131,76 jiwa/km2 (Depkes RI, 2014). Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju
pertumbuhan penduduk yangrelatif masih tinggi. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan
salah satu program pemerintah yang diselenggarakan untuk membatasi kelahiran guna
mengurangi pertumbuhan penduduk dan menurunkan laju penduduk.Program KB diatur
berdasarkan UU No 10 Tahun 1992 dan disempurnakan lagi dengan terbitnyaUU No 52 Tahun
2009.

KB merupakan solusi untuk mengatasi pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu, program KB
yang dilakukan oleh wilayah sekitar Desa Sukawening yang merupakan wilayah kerja Puskesmas
Dramaga terdapat pencapaian KB yang optimal. Berdasarkan dari hasil pencapaian terhadap
penggunaan KB tersebut, masih sedikit belum tercapai. Karena masyarakat masih banyak yang
menggunaan alat kontrasepsi non jangka panjang dibandingkan jangka panjang. Karena
pencapaian yang diharapkan oleh wilayah Puskesmas Dramaga adalah semua masyarakat dapat
beralih KB dari non jangka panjang menjadi jangka panjang.

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan materi tentang KB. Materi yang
disampaikan mencakup faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan alat kontrasepsi dan
macam-macam KB.

Penyuluhan dilaksanakan kepada ibu yang datang ke Posyandu Cesin 1 RT 04 RW 05 Desa


Sukawening.

Penyuluhan terlaksana dengan baik dan semua masyarakat yang hadir mendengarkan dengan
antusias.

Upaya Pencegahan Kematian Ibu di Wilayah Puskesmas Dramaga (Posyandu Bayam)

Pelayanan Kesehatan Ibu di Puskesmas Dramaga meliputi cakupan pemeriksaan ibu Hamil K4,
persalinan ditolong tenaga kesehatan, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, cakupan
pelayanan nifas lengkap dan cakupan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam
menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara.12 Kematian ibu adalah kematian
selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua
sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan
disebabkan oleh kecelakaan/cedera.13 Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, ibu
merupakan anggota keluarga yang perlu mendapat prioritas.12 Di dunia, terdapat 830 wanita
meninggal akibat komplikasi selama kehamilan atau pasca kehamilan. Diperkirakan 303.000
wanita meninggal selama kehamilan atau sesudah kehamilan pada tahun 2015.

Kematian ibu merupakan masalah global yang juga menjadi masalah bagi Indonesia.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 84 periode 1991-2007
angka kematian ibu mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup.12 Namun berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) pada tahun 2015
terdapat 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, hal ini masih jauh dari target SDGs
pada tahun 2030.
Dari data pada program kesehatan ibu dan anak Puskesmas Dramaga didapatkan bahwa
cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani masih rendah yang disebabkan karena
pemahaman tentang definisi operasional neonatus dengan komplikasi yang masih belum jelas
dari petugas.
Penyebab potensial dari adanya peningkatan yang signifikan pada angka kematian ibu dapat
ditentukan menggunakan analisis faktor risiko dengan pendekatan Blum. Terdapat empat
faktor utama yang dapat mempengaruhi kesehatan menurut teori Blum. Empat faktor tersebut
yaitu perilaku sebesar 50%, genetik sebesar 20%, lingkungan sebesar 20%, dan pelayanan
kesehatan sebesar 10%. Perilaku memegang peranan terbesar diikuti keturunan, lingkungan,
dan yang terakhir adalah akses terhadap pelayanan kesehatan.

Salah satu cara penyelesaian kasus kematian ibu adalah dengan meningkatkan pengetahuan
dan kesadaran masyarakat dan kader terhadap penyebab kematian ibu. Upaya peningkatan
pengetahuan masyarakat mengenai kematian ibu bisa didapatkan dengan meningkatkan
pengetahuan kader sehingga kader tersebut bisa memberikan informasi dan penyuluhan
kepada masyarakat dan berperan aktif dalam mengurangi angka kematian ibu sebagai
perpanjangan tangan puskesmas.

Penyuluhan dilakukan di wilayah Desa Sukawening (Posyandu Bayam) dihadiri oleh 15 orang
masyarakat dan ibu RW setempat. Penyampaian materi menggunakan media visual berupa
presentasi slide dan kuis interaktif yang berisi informasi mengenai pencegahan komplikasi
kebidanan. Diharapkan media tersebut dapat membantu pencapaian tujuan penyuluhan ini.
Pada penyuluhan ini diadakan pula diskusi/tanya jawab dengan peserta penyuluhan.

Penyuluhan terlaksana dengan baik. Masyarakat yang hadir terlihat antusias dan
mendengarkan materi yang disampaikan. Diharapkan materi yang disampaikan dapat
diimplementasikan oleh masyarakat dengan baik.
Upaya Deteksi Dini dan Mengetahui Tanda Bahaya pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas Dramaga (Desa Ciherang Posyandu Beringin RT 04 RW 09)

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda atau gejala yang menunjukkan bahwa ibu dan bayi yang
dikandungnya dalam keadaan bahaya.
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi dibandingkan dengan AKI negara-
negara ASEAN lainnya. AKI di Indonesia
pada tahun 2010 sebanyak 228 per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2012 sebanyak
248 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu yang paling besar adalah perdarahan
28%, keracunan kehamilan/eklamsi (kaki bengkak dan darah tinggi) sebanyak 24% dan infeksi
sebanyak 11%. Pada tahun 2018 AKI masih cukup tinggi, yaitu 390 per 100.000 kelahiran hidup.

Fenomena angka kematian ibu yang masih tergolong tinggi tersebut salah satunya dapat
dipengaruhi oleh pendidikan ibu hamil yang nantinya
juga berpengaruh terhadap pengetahuan ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan.
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam
pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih
dewasa. Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan
berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi
keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.

Intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan kepada ibu hamil di Posyandu Beringin Desa
Ciherang RT 04 RW 09 melalui media slide dan leaflet.

Penyuluhan dengan pemaparan materi tentang tanda bahaya pada ibu hamil yang mencakup:
1) Tidak mau makan dan muntah terus-menerus
2) Mengalami demam tinggi
3) Pergerakan janin di kandungan berkurang
4) Beberapa bagian tubuh membengkak
5) Terjadi perdarahan
6) Air ketuban pecah sebelum waktunya

Penyuluhan terlaksana dengan baik dan ibu hamil yang datang ikut mendengarkan materi
dengan antusias. Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti dan meningkatkan
kesadaran pada ibu hamil akan tanda bahaya yang dapat terjadi dalam kehamilan.

Penyuluhan Program Keluarga Berencana di Posyandu Bayam Desa Ciherang

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk sebanyak


252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68 km2 dan kepadatan penduduk sebesar
131,76 jiwa/km2 (Depkes RI, 2014). Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju
pertumbuhan penduduk yangrelatif masih tinggi. Program Keluarga Berencana (KB) merupakan
salah satu program pemerintah yang diselenggarakan untuk membatasi kelahiran guna
mengurangi pertumbuhan penduduk dan menurunkan laju penduduk.Program KB diatur
berdasarkan UU No 10 Tahun 1992 dan
disempurnakan lagi dengan terbitnyaUU No 52 Tahun 2009.

KB merupakan solusi untuk mengatasi pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu, program KB
yang dilakukan oleh wilayah sekitar Posyandu Bayam Desa Ciherang terdapat pencapaian KB.
Pencapaian KB 42,15 % untuk KB non jangka panjang sedangkan untuk jangka panjang 42,0 %
diambil berdasarkan studi dokumentasi.
Berdasarkan dari hasil pencapaian terhadap penggunaan KB tersebut, masih belum tercapai.
Karena masyarakat masih banyak yang menggunaan alat kontrasepsi non jangka panjang
dibandingkan jangka panjang. Karena pencapaian yang diharapkan oleh wilayah Posyandu
Bayam Desa Ciherang adalah semua masyarakat dapat beralih KB dari non jangka panjang
menjadi jangka panjang.

Intervensi dilakukan dengan memberikan penyuluhan materi tentang KB. Materi yang
disampaikan mencakup faktor-faktor yang menentukan dalam pemilihan alat kontrasepsi dan
macam-macam KB.

Penyuluhan dilaksanakan kepada 20 orang ibu yang datang ke Posyandu Bayam Desa Ciherang.

Penyuluhan terlaksana dengan baik dan semua masyarakat yang hadir mendengarkan dengan
antusias.

F4. Gizi

Upaya Pencegahan Kurang Energi Protein (KEP) pada Balita di Posyandu Pinus 1 (Desa
CIherang RT 01 RW 10)

KEP (Kurang Energi Protein) merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di
Indonesia maupun di negara yang sedang berkembang lainnya. Prevalensi tertinggi terdapat
pada anak-anak balita, ibu yang sedang mengandung dan menyusui. Penderita KEP memiliki
berbagai macam keadaan patologis yang disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein
dalam proporsi yang bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul keadaan KEP pada
derajat yang ringan sampai yang berat.

Prevalensi KEP ditemukan pada usia balita dan puncaknya pada usia 1-2 tahun. Hal ini
dikarenakan kebutuhan gizi pada usia tersebut meningkat tajam sedangkan ASI sudah tidak
mencukupi. Selain itu, makanan sapihan tidak diberikan dalam jumlah dan frekuensi yang cukup
serta adanya penyakit diare karena konsumsi makanan yang diberikan.

Intervensi dilakukan dengan pemberian penyuluhan berupa materi tentang Kurang Energi
Protein pada Balita melalu media slide. Materi yang disampaikan mencakup definisi KEP,
etiologi KEP, dampak KEP, dan cara mencegah KEP.
Penyuluhan dilaksanakan pada 30 masyarakat dan kader setempat yang hadir di Posyandu
Pinus I Desa Ciherang RT 01 RW 10.

Penyuluhan terlaksana dengan baik. Masyarakat yang hadir mendengarkan materi dengan
antusias. Diharapkan materi yang disampaikan dapat dimengerti dan dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.

Pencegahan dan Pemberantasan Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Dramaga Posyandu


Rotan 1(Desa Ciherang RT 02 RW 06)

Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat di diagnosis
melalui indeks antropometri tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan
linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka
panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai. Stunting merupakan pertumbuhan linear yang
gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit
infeksi.
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi
dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat kematian lebih
tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting akan
mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan terganggu.

Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan laporan yang
dikeluarkan oleh UNICEF dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan
jumlah anak yang mengalami stunting tinggi.

Desa Ciherang merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor menunjukkan peningkatan
angka kejadian stunting, yang prevalensi anak pendek dan sangat pendek (TB/U) diatas
prevalensi nasional yaitu 20,32 % pada hasil laporan tahunan 2011 dan meningkat pada tahun
2012 sebesar 23,97 %.

Intervensi dilakukan dengan pemberian materi melalui penyuluhan dengan media slide dan kuis
interaktif.

Penyuluhan dilaksanakan pada 30 orang warga desa Ciherang di area Posyandu Rotan 1.

Pelaksaan penyuluhan berjalan dengan baik dan warga sangat antusias dengan materi yang
disampaikan. Diharapkan materi yang disampaikan dapat diimplementasikan dengan baik.
F5 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Upaya Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Rangkasbitung

Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai darigejala ringan
sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan SarsCoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).

Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.Tanda-tanda dan gejala klinis yang
dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami
kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru
(Kemenkes, 2020).

Semakin tingginya kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia dan kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya melakukan protokol kesehatan yang baik untuk melakukan
pencegahan terhadap COVID-19.

Melakukan penyuluhan terkait cara pencegahan COVID-19 yang terdiri dari:


1. Memakai masker tiap keluar rumah
2. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun / hand sanitizer
3. Hindari keramaian
4. Menjaga daya tahan tubuh dengan cara makan-makan bergizi, olahraga, dan istirahat yang
cukup

Penyuluhan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Rangkasbitung dihadiri oleh 40 orang


masyarakat dan kader setempat.

Penyuluhan terlaksana dengan baik dan sebagian besar masyarakat yang hadir mendengarkan
dan mencatat materi yang disampaikan.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Wilayah Kerja Puskesmas Dramaga (Desa
Ciherang RT 02 RW 05)
Corona virus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai darigejala ringan
sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS).Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis
baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab COVID-19 ini
dinamakan SarsCoV-2. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).

Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti
demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.Tanda-tanda dan gejala klinis yang
dilaporkan pada sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami
kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di kedua paru
(Kemenkes, 2020).

Semakin tingginya kasus COVID-19 yang terjadi di Indonesia dan kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya melakukan protokol kesehatan yang baik untuk melakukan
pencegahan terhadap COVID-19.

Melakukan penyuluhan terkait cara pencegahan COVID-19 yang terdiri dari:


1. Memakai masker tiap keluar rumah
2. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun / hand sanitizer
3. Hindari keramaian
4. Menjaga daya tahan tubuh dengan cara makan-makan bergizi, olahraga, dan istirahat yang
cukup

Penyuluhan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Dramaga (Desa Ciherang) dihadiri oleh 20
orang masyarakat dan kader setempat.

Penyuluhan terlaksana dengan baik dan sebagian besar masyarakat yang hadir mendengarkan
dan mencatat materi yang disampaikan.

Upaya Pencegahan dan Pengendalian TB Paru di Puskesmas Rangkasbitung

Rendahnya cakupan penemuan kasus baru TB BTA positif di Puskesmas Dramaga.


Global: Berdasarkan Global Tuberculosis Report WHO pada tahun 2017 terdapat 10 juta
penderita TB di dunia, dimana 1,3 juta dari penderita tersebut meninggal.
Nasional: Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017, Jawa Barat menjadi provinsi
dengan angka penemuan pasien baru TB BTA Positif tertinggi.
Lokal:
Case Detection Rate (CDR) di UPT Puskesmas Dramaga hanya 5,1%.
Penemuan kasus TB Aktif di Puskesmas Dramaga pada bulan Juni - Agustus 2020 hanya
sebanyak 2 kasus.
Permasalahan yang terjadi UPT Puskesmas Dramaga meliputi kurangnya kepedulian pegawai
Puskesmas dalam mendeteksi penemuan pasien baru TB, kurang terpaparnya tenaga di
Puskesmas tentang TB paru, kurangnya kesadaran masyarakat untuk berobat, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang TB paru, lingkungan masyarakat yang kumuh, stigma
masyarakat terhadap penderita TB paru buruk, sebagian besar masyarakat berasal dari status
sosioekonomi menengah ke bawah, pelaporan balik dari fasilitas kesehatan lain belum optimal,
dan penyuluhan tentang TB paru yang belum maksimal.

Metode intervensi yang dilakukan berupa penyuluhan dengan media slide kepada masyarakat
yang datang ke Puskesmas Rangkasbitung.

Penyuluhan dan pemberian materi yang interaktif dengan media slide kepada masyarakat yang
datang ke Puskesmas Rangkasbitung. Materi yang disampaikan mencakup definisi tuberkulosis,
cara penularan TB paru, dan cara pencegahan TB paru.

Pelaksanaan penyuluhan berjalan dengan baik dan masyarakat antusias mendengarkan materi
yang disampaikan. Diharapkan materi yang disampaikan dapat diimplementasikan dengan baik
oleh masyarakat di sekitar wilayah Puskesmas Rangkasbitung.

F6. Upaya Pengobatan Dasar

Sindrom Dispepsia

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan nyeri dan perasaantak nyaman di perut yang bersifat
menetap ataupun berulang di daerah epigastrium. Meskipun dispepsia bukan termasuk
penyakit yang mengancam jiwa namun dapat mengurangi kualitas hidup karena nyeri dan rasa
tak nyaman yang dapat mengganggu konsentrasi dalam pekerjaan maupun saat beristirahat.
Diperlukan penanganan yang adekuat agar pasien tidak sering mengunjungi fasilitas kesehatan
untuk berobat.

Identitas pasien
Nama : Ny. W
Usia : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Sukabakti RT 01 RW 06 Desa Sukawening

Anamnesis
Keluhan utama : Pasien merasakan perut terasa penuh
RPS : Pasien adalah penderita penyakit lambung lama.Keluhan saat ini perut terasa penuh dan
tidak nyaman 3 hariterakhir. Terkadang pasien merasakan mual dan kembung serta
bersendawa. Riwayat makan tidak teratur 1-4x perhari, sekali makan langsung porsi banyak.
RPD: Keseharian sebagai ibu rumah tangga, sering makan bersantan, pedas, asam dan minum
kopi terkadang.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : compos mentis, GCS E4V5M
Vital Sign
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Kepala dan Leher : anemis(-), icterus (-), cyanosis (-),dyspneu (-)
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, retraksi(-), gerak simetris
Palpasi : Simetris, fremitus kanan=kiri, gerak simetris
Perkusi : Sonor Auskultasi: Vesikuler, suara tambahan(-)
Cor
Inspeksi : IC tidak nampak
Palpasi : IC teraba di SIC V LMCS, pelebaran diameter(-)
Perkusi : cardiomegali(-)
Auskultasi: S1-2 murni, reguler, bising(-)

Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi: nyeri tekan epigastrium (+)
Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas: CRT< 2 detik

Diagnosis: sindrom dyspepsia

Tujuan utama pengobatan dispesia adalah mengurangi rasa tak nyaman di perut. Berdasarkan
teori saat ini penyebab dispepsia adalah peningkatan zat pelepas hormon gastrin di lambung,
dismotilitas dan hipersensitivitas viseral, psikologis, infeksi bakteri serta pola diet
danlingkungan. Sehingga pengobatan terbagi dalam dua kategori, farmakologi dan non
farmakologis.

Pengobatan farmakologis:
1. Antasida
2. Agen penghambat asam: H2 blocker dan PPI
3. Agen prokinetik
4. Antiemetik
5. Antispasmodik
6. Sitoprotektor
Pengobatan non-farmakologis:
1. Pengubahan pola diet
2. Manajemen stress

Pada pasien ini, karena tidak bekerja dan sebagai ibu rumah tangga, faktor psikologis
kemungkinan besar perannya. Saran agar mengurangi pikiran – pikiran tidak penting dan
disarankan agar tidak memendam banyak permasalahan. Pola makan yang tidak teratur dan
seringnya mengkonsumsi makanan pedas, bersantan dan asam juga berperan pentingdan
disarankan untuk menghindarinya. Terapi farmakologis yang diberikan adalah antasida table
tkunyah tiga kali sehari dikombinasikan dengan cimetidine tablet dua kali sehari untuk
menurunkan kadar asam lambung dan menghambat pengeluaran zat histamin yang
menyebabkan hipersensitivitas viseral.
Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya meliputi:
- Menjelaskan pasien tentang penyakitnya
- Menginformasikan tentang pentingnya makan teratur
- Menginformasikan tentang pantangan makanan dan minuman
- Menginformasikan tentang manajemen stres dan kepentingannya dalam pengobatan
penyakitnya

Hipertensi Derajat II
Saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini,
hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovaskuler.
Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai
the killer diseasekarena penderitatidak mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi.
Penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat Hipertensi. Hipertensi juga
dikenal sebagai heterogeneouse group of diseasekarena dapat menyerang siapa saja dari
berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat
urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat
meningkatkan angka kesakitan hipertensi.

Identitas Pasien
Nama:Tn. B
Umur:57tahun
Alamat: Desa Ciherang RT 02 RW 06
Pekerjaan:Pensiunan
Tanggal Periksa:24 September 2020

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 24 September 2020.
Keluhan Utama: Pusing

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan pusing sejak 2 hari yang lalu. Pusing dirasakan terus
menerus. Pasien juga mengeluh leher terasa kencang sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien
merupakan pasien rutin pengobatan hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat hipertensi: (+) sejak 5 tahun yang lalu
b.Riwayat DM: disangkal
c.Riwayat sakit jantung: disangkal
d.Riwayat asma/alergi : disangkal

4.Riwayat Kebiasaan
a.Riwayat merokok: (+) sudah berhenti sejak 2 tahun yang lalu
b.Riwayat konsumsi alkohol: disangkal

5.Riwayat Penyakit Keluarga


a.Riwayat hipertensi: disangkal
b.Riwayat DM: disangkal
c.Riwayat asma/alergi: disangkal
d.Riwayat sakit jantung: disangkal

Riwayat Gizi:
Pasien sehari –hari makan dengan nasi sayur tiga kali sehari @ 1piring dengan lauk tahu
tempe, kadang telur, jarang makan buah dan tidak minum susu.

Riwayat Sosial Ekonomi:


Pasien adalah seorang pensiunan. Pasien tinggal bersama istrinya. Saat ini, biaya perawatan
pasien menggunakan ASKES.

Pemeriksaan fisik:
KU : Sakit sedang
CM, GCS 15 E4M6V5
TD: 160/90 mmHg
HR : 96x/menit
RR : 20x/menit
T : 36.5 C
Saturasi: 98%

Kepala : Konj. Anemis -/- ; sklera ikterik -/-


Thorax :
Cor: BJ I dan II reguler, murmur (-);
Pulmo: Retraksi suprasternal (+), VBS ka=ki, ronkhi -/-, wheezing -/-, slem +/+
Abdomen : Datar, supel, BU (+) normal, NTE (-) H/L tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2
1.DIAGNOSIS : Hipertensi Stage II
2.PENATALAKSANAAN
Tatalaksana pengendalian hipertensi dilakukan dengan pendekatan:
a.Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam
pengendalian hipertensi.
b.Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas
fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi
rekurensi faktor risiko.
c.Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan.
Kematian mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan
dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan
disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan
pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi.
d.Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan
melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat
diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan
unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.

Terapi Non-farmakologis:
Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi,
hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a.Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
b.Mengurangi asupan garam didalam tubuh
c.Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur
d.Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Terapi famakologis:
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan
gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat
tunggal, masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya
mungkin dapat ditarnbahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan
obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon
penderita terhadap obat anti hipertensi. Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi
sebagai berikut : a.Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi
b.Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan
harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi. c.Upaya menurunkan
tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi. d.Pengobatan hipertensi
adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan seumur hidup.

Terapi farmakologis yang diberikan adalah:


-Terapi Oral: R/ Amlodipin 10 mgNo. XXIS 1dd 1 tab
R/Captopril 25 mgNo. XS 3 dd 1 tab

Edukasi yang diberikan kepada pasien:


a.Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat
sembuh namun dapat dikontrol dengan modifikasi gaya hidup dan obat
b.Mengontrol faktor risiko, antara lain menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi asupan
garam sehari-hari, menciptakan keadaan rileks, melakukan olah raga teratur
c.Meminum obat secara teratur dan kembali kontrol sebelum obat habis
d.Rujukan dilakukan bilamana terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat
mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit lainnya
akibat penyakit hipertensi

Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami
sudah berkurang atau belum.Memeriksa tekanan darah pasien. Ditanyakan apakah obat
masih ada atau tidak. Jika tekanan darah masih belum memenuhi sasaran setelah
beberapa kali pengobatan dan modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan
komplikasi dari hipertensi, maka pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis.

Asma Bronkiale Eksaserbasi Akut

Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan polahidup
masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam makanan.Salah
satu penyakit alergi yang banyak terjadi dimasyarakat adalah penyakit asma.
Asmamerupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik,
batuk,dan sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi
asma terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara-negara Asia
Pasifik seperti Indonesia.
Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius diseluruh dunia.
Prevalensi asma menurut laporan Word Health Organization (WHO) tahun 2013, saat ini sekitar
235 juta penduduk dunia terkena penyakit asma.

I. Identitas Pasien:
Nama: TN. R
Usia : 58 tahun
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Periksa : 25 September 2020

II. Anamnesis:
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 25 September 2020/
1. Keluhan UtamaSesak Nafas
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang mulai dirasakan 4 jamyang lalu. Keluhan
dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat maupun perubahan posisi.
Pasien masih dapat berbicara dalam bentuk kalimat, masih dapat berjalan sendiri. Pasien
belum mengkonsumsi obat untu kmengatasi keluhannya. Biasanya pasien mengkonsumsi
salbutamol bila sesak timbul.Pasien sudah merasakan keluhan tersebut sejak kecil. Keluhan
timbul bila terpapar cuaca/udara dingin. Sudah beberapa bulan keluhan tidak timbul.Namun
dalam satu bulan terakhir keluhan beberapa kali timbul. Serangan dapat terjadi dua kali dalam
satu minggu, namun dalam satu hari hanya satukali.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma : (+) d. Riwayat sakit jantung : disangkal
d. Riwayat alergi : (+) alergi udara dingin

4. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma/alergi : (+) ibu pasien menderita asma
d. Riwayat sakit jantung : disangkal

Pemeriksaan fisik:
CM, GCS 15 (E4M6V5)
TD: 130/80 mmHg
N: 120x/menit
R: 30x/menit
S: 36.1 C
Sat: 98%

Kepala : Konj. Anemis -/- ; sklera ikterik -/-


Mata: cekung (-) air mata (+)
Thorax : Cor: BJ I dan II reguler, murmur (-); Pulmo: VBS ka=ki, ronkhi -/-, wheezing +/+ saat
ekspirasi minimal
Abdomen : datar, lembut, BU (+) normal, NTE (+), H/L tidak teraba, turgor kembali cepat
Ekstremitas : akral dingin, CRT >2 detik

1. DIAGNOSIS : Asma Bronkial


2. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasiklinis dari
penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankankualitas hidup agar
penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalammelakukan aktivitas sehari-
hari. Global Initiative for Asthma (GINA, 2009) dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI, 2006) menganjurkan untuk melakukanpenatalaksanaan berdasarakan kontrol.Untuk
mencapai dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol terdapat duafaktor yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:
1. Medikasi (non farmakologis dan farmakologis)
2. Pengobatan berdasarkan derajat

Terapi Non-farmakologis:
Terapi non farmakologis meliputi 2 komponen utama, yaitu:- Kontrol terhadap faktor-faktor
pemicu serangan asma. Berbagai pemicu serangan asma antara lain adalah debu, polusi,
merokok, olahraga, perubahan temperatur secara ekstrim, termasuk penyakit-penyakit
yangsering mempengaruhi kejadian sama, seperti rinitis, sinusitis, GERD, dan infeksivirus.
Untuk memastikan alergen pemicu serangan pasien, maka direkomendasikan untuk
mengetahui riwayat kesehatan pasien serta uji alergipada kulit (skin prick test). - Edukasi pada
pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma.Setelah jenis alergen telah
diketahui, pasien perlu diedukasi mengenai berbagaicara untuk mencegah dan mengatasi saat
terjadi serangan asma. Edukasi juga meliputi pengetahuan tentang patogenesis asma,
bagaimana mengenal pemicuasma dan mengenal tanda-tanda awal keparahan asma, cara
penggunaan obatyang tepat, dam bagaimana memonitor fungsi paru nya. Selain itu pasien
dimintauntuk melakukan fisioterapi napas (senam asma), vibrasi dan atau perkusi toraksdan
batuk yang efisien.

Terapi famakologis:
Menurut PDPI (2006), medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai caraseperti inhalasi,
oral dan parenteral. Dewasa ini yang lazim digunakan adalah melaluiinhalasi agar langsung
sampai ke jalan napas dengan efek sistemik yang minimal ataupuntidak ada. Macam–macam
pemberian obat inhalasi dapat melalui inhalasi dosis terukur(IDT), IDT dengan alat bantu
(spacer), Dry powder inhaler (DPI), breath–actuated IDT,dan nebulizer. Medikasi asma terdiri
atas pengontrol (controllers) dan pelega (reliever).

Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi dan follow up mengenai keluhan yang
dialami sudah berkurang atau belum. Dilakukan pemeriksaan pada kedua lapang paru untuk
menilai apakah masih ada wheezing. Ditanyakan apakah obat masihada atau tidak. Pasien juga
direncanakan untuk dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan spirometri agar
dapat mengetahui fungsi paru, prognosis dan penatalaksaan selanjutnya.

Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit gangguan metabolik yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal.Terdapat beberapa tipe DM yang
diketahui dan umumnya disebabkan oleh suatu interaksi yang kompleks antara kompleks
genetik, lingkungan dan gaya hidup. Jika hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat terjadi
komplikasi metabolik akut maupun komplikasi vaskuler jangka panjang baik mikroangiopati
maupun makroangiopati.
Di Indonesia, berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi DM sebesar 1.5-2.3%
&*'9 pada penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi DM
sebesar 14.7% dan daerah rural sebesar 7.2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali
dibandingkan dengan negara maju, sehingga DM merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang serius.

Subjektif:
Identitas Pasien: Tn. E
Usia : 45 tahun

a) Keluhan utama: kaki sering kesemutan.


b) Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang dengan keluhan kaki dan tangan sering kesemutan
sejak 2 minggu belakangan ini. Keluhan dirasakan semakin lama semakin memberat kadang
disertai mati rasa daerah kaki. Keluhan juga disertai sering buang air kecil terutama malam hari.
BAK lancar warna kuning >5x/hari. Pasien juga merasa sering haus dan sering lapar. Pasien juga
mengeluh berat badan turun 5 kg dalam 4 bulan terakhir.
c) Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Pasien juga mempunyai penyakit hipertensi.
d) Riwayat Penyakit Keluarga :Riwayat penderita DM di keluarga disangkal

Pemeriksaan fisik:
Kes: CM, GCS 15 E4M6V5
KU : sakit sedang
TD: 130/100 mmHg
HR: 98x/menit
R: 22x/menit
S: 37 derajat celcius
SpO2: 98%

Kepala : Konj. Anemis -/- ; sklera ikterik -/-


Thorax :
Cor: BJ I dan II reguler ; Pulmo: VBS ka=ki, rhonki +/+ wheezing -/-
Abdomen : datar, supel, BU (+) baik, NTE (+)
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik

Pemeriksaan penunjang:
GDS: 324 mg/dL

Diagnosis: Diabetes Melitus Tipe 2

Metode intervensi yang digunakan dengan tahapan berikut :


1.Melakukan anamnesa
2. Melengkapi pemeriksaan fisik sederhana dan pemeriksaan penunjang terhadap pasien
3. Menyampaikan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
4. Menyampaikan hasil diagnosa dan rencana terapi
5. Edukasi mengenai pengetahuan dasar mengenai penaykit, pencegahan dan pengendalian
penyakit

a) Terapi non medikamentosa


Edukasi :
- Diet DM : rendah gula, rendah lemak, dan rendah karbohidrat
- Olahraga secara teratur dan perbanyak aktifitas fisik
- Minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur

b) Terapi medikamentosa
- Glibenclamide 1x5 mg sebelum makan
- Captopril 1x25 mg
- Neurobion 1x1 tablet

Monitoring
a.Memperhatikan respon pasien pada saat dilakukan anamnesa penyakit, penjelasan mengenai
hasil diagnosa, merencanakan terapi, pemberian edukasi mengenai pengetahuan, pengelolaan
dan pencegahan komplikasi penyakit.
b.Mengarahkan pasien untuk memberikan pertanyaan.
c. Menjawab pertanyaan yang diajukan.
d.Pasien bersedia untuk datang kembali setelah obat habis untuk memfollow up kondisi
kesehatan
e.Monitoring hasil pengobatan yang meliputi: tekanan darah, kadar glukosadarah, kadar
kolesterol, dan kadar trigliserid pasien. Selain itu monitoring adakah efek samping obat yang
mengganggu pasien serta komplikasi Diabetes Melitus.

Evaluasi:
a.Evaluasi Struktur:
Pasien mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan yang disampaikan.
b.Evaluasi Proses:
Pasien antusias dalam mengajukan pertanyaan mengenai penyakit yang dideritanya.
c. Evaluasi Hasil:
Pasien mengerti dan memahami setiap penjelasan yang diberikan.

Skabies
Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan Sarcoptes
scabiei varietas hominis. Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi.
Skabies dapat diderita semua orang tanpa membedakan usiadan jeniskelamin, akan tetapi
lebih sering ditemukan pada anak-anak usia sekolah dandewasa muda/remaja.

Skabies menular dengan dua cara yaitu secara kontak langsung dan tidaklangsung. Kontak
langsung terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita,misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan hubungan seksual. Sedangkankontak tidak langsung melalui benda yang telah
dipakai oleh penderita seperti pakaian, handuk, bantal, dan lain-lain.

Pasien yang menderita skabies butuh penjelasan tahap demi tahap dalammenggunakan terapi
yang spesifik, dimana pada anggota keluarga yang tidak punya keluhan dan tidak mengalami
kontak langsung dengan penderita jugamembutuhkan pengobatan. Kemudian pasien perlu
tahu bagaimana menjaga kebersihan lingkungannya dan juga termasuk mengelola pakaian,
selimut, handuk, lantai, matras, dan tempat pakaian.

Identitas Pasien
Nama : An. F
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
BB : 29 kg
Alamat : Desa Sukawening RT 03 RW 06
Status : Pelajar
Tanggal periksa : 28 September 2020

Anamnesis:
a. Keluhan Utama : gatal pada sela-sela jari tangan
b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang mengeluh gatal pada sela-sela jari tangan kanan
dan kiri. Keluhan dirsasakan sejak 1 minggu yang lalu. Gatal semakin parah pada malam hari.
Keluhan gatal pada sela jari kaki maupun kemaluan disangkal. Sebelumnya ± 2 minggu yang
lalu kakak pasien yang tinggal di pondok pesantren berkunjung ke rumah. Pasien bersama
kakaknya tidur di kasur yang sama dan sempat bertukar handuk. Pasien sempat memakai
salep yang diberli dari apotek namun gatal tidak berkurang. Riwayat kebiasaan mandi 2x
sehari dengan sabun antiseptik.
c. Riwayat penyakit serupa disangkal
d. Riwayat alergi disangkal
c. Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat sakit serupa (+) kakak dan ibu pasien
d. Riwayat Tumbuh Kembang dan Imunisasi: Riwayat tumbuh kembang baik dengan riwayat
imunisasi dasar lengkap
e. Riwayat kebiasaan : Pasien biasa mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun
antiseptik. Kebiasaan mengganti sprei 3 minggu sekali. Pasien sempat bertukar handuk
dengan kakaknya. Namun pasien tidak punya riwayat bertukar pakaian dengan orang lain

CM, GCS 15 (E4M6V5)


N: 120x/menit
R: 26x/menit
S: 38.2 derajat celcius
Kepala : Konj. Anemis -/- ; sklera ikterik -/-
Thorax : Cor: BJ I dan II reguler, murmur (-); Pulmo: VBS ka=ki, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, lembut, BU (+) normal, NTE (+), H/L tidak teraba, turgor kembali cepat
Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik

Status dermatologikus:
UKK : Regio manus dextra et sinistra tampak papul multiple, dengan kanalikuli halus berwarna
putih keabu-abuan, tersebar, diskret regional dengan erosi, dan eskorias

Diagnosis: Skabies

Intervensi yang diberikan yaitu secara farmakologis dan non farmakologis berupa edukasi.

Medikamentosa:
1. Permethrin cream 5% dioleskan pada seluruh tubuh kecuali wajah, didiamkan selama 8-
14 jam kemudian dibilas dengan sabun dan air. Bila lesi menetap dapat diulang 1 minggu
kemudian.

Non Medikamentosa:
1. Mengobati seluruh keluarga yang terkena scabies.
2. Mencuci sprei, handuk, dan baju dengan air panas kemudian menjemur di bawah sinar
matahari. Pencucian sprei, sarung bantal dan handuk minimal 2x dalam seminggu.
3. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun.

Setelah mendapat diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter dapat
memantau kondisi pasien dan efek obat yang diberikan pada pasien. Serta menganjurkan
pasien untuk melakukan kontrol saat obat habis.

Anda mungkin juga menyukai