Anda di halaman 1dari 8

Penyuluhan MP-ASI

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat
kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Usia 0-24 bulan
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai
periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi
dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila
bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode
emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak,
baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama
memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi
berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6
bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau
lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari
bahan pangan yang murah dan mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food).

Permasalahan

Pemberian MP-ASI secara sesuai masih belum disadari oleh ibu-ibu. Seringkali ibu memberikan anak
usia <1 tahun makanan ringan yang tidak sesuai dan gizinya kurang. Pengetahuan mengenai
pentingnya MP-ASI juga masih kurang dipahami.

Perencanaan

Intervensi dilakukan dengan cara penyuluhan. Materi disampaikan oleh dokter menggunakan alat
bantu.

Materi yang disampaikan antara lain:

-definisi MP ASI

-MP ASI sesuai usia

-cara mempersiapkan MP ASI

Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan di desa Leboto saat posyandu. Penyuluhan disampaikan oleh dokter. Peserta
adalah ibu-ibu yang membawa anaknya berjumlah 10 orang. Setelah penyuluhan, ibu-ibu
dipersilahkan bertanya.
Monev

1. Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses

Peserta yang hadir kurang lebih 10 orang. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan
walaupun masih ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta
penyuluhan dirasa cukup antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif
dalam kegiatan ini dengan memberikan pertanyaan.

3. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta
penyuluhan tertarik dan memperhatikan penyuluhan yang telah diberikan.

Penyuluhan KB

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan
utama bagi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu
usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang
sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-
metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB,
kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi.

Pelayanan Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan
Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan. Dengan telah berubahnya paradigma dalam pengelolaan masalah kependudukan dan
pembangunan dari pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan
yang berfokus pada kesehatan reproduksi serta hak reproduksi. Maka pelayanan Keluarga Berencana
harus menjadi lebih berkualitas serta memperhatikan hak-hak dari klien/masyarakat dalam memilih
metode kontrasepsi yang diinginkan .Sebenarnya ada cara yang baik dalam pemilihan alat
kontrasepsi bagi ibu. Sebelumnya ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB
berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu cara
kontrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan
efisien. KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak
pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak yang
diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase kesuburan.

Berbagai jenis alat kontrasepsi diantaranya pil, suntik, susuk, tubektomi, dan vasektomi. Alat
kontrasepsi bawah kulit atau yang biasa disebut dengan AKDR dan juga biasa dikenal dengan susuk
KB (Implan) adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silatik yang berisi hormon levonorgestrel yang
dapat mencegah terjadinya kehamilan (BKKBN, 2006).
Metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka yang memang tidak ingin
atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan). Disebut permanen karena metode kontrasepsi
ini hampir tidak dapat dibatalkan (reversal) bila kemudian anda ingin punya anak lagi.

Tubektomi/Kontrasepsi mantap adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan
yaitu memotong tuba fallopii/tuba uterine yang mengakibatkan orang atau pasangan yang
bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi dan bersifat permanen.

Vasektomi adalah operasi kecil (bedah minor) yang dilakukan untuk mencegah transportasi sperma
pada testis dan penis. Vasektomi merupakan prosedur yang sangat efektif untuk mencegah
terjadinya kehamilan karena bersifat permanen. Prosedur vasektomi mempunyai konsep bahwa
saluran (vas deferens) tersebut dipotong dan kedua ujung saluran diikat, sehingga sperma tidak
dapat mengalir dan bercampur dengan cairan semen.

Susuk KB disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan atas, alat
kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam. Bentuknya semacam tabung-
tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api. Hormon
yang dikandung dalam susuk ini adalah progesterone, yakni hormon yang berfungsi menghentikan
suplai hormon estrogen yakni hormon yang mendorong pembentukan lapisan dinding lemak dan
dengan demikian menyebabkan terjadinya menstruasi.

Alat KB yang ditempatkan di bawah kulit ini efektif mencegah kehamilan dengan cara mengalirkan
secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya. Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam tubuh
lewat pembuluh-pembuluh darah. Susuk KB bekerja efektif selama 5 tahun. Jika dalam waktu
tersebut si pemakai menginginkan kehamilan, maka susuk dapat segera diangkat. Tapi jika tidak, si
pemakai tidak perlu repot-repot lagi menggunakan alat KB lain. Hanya sesekali ia perlu
memeriksakan kesehatan ke dokter atau bidan yang memasangkan susuk tersebut. Pemakaian susuk
dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti setiap tahun. Penggunaan
kontrasepsi ini biayanya ringan. Pencabutan bisa dilakukan sebelum waktunya jika memang ingin
hamil lagi. Berbentuk kapsul silastik (lentur), panjangnya sedikit lebih pendek daripada batang korek
api. Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit.
Namun demikian, efek sampingan yang dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakai
harus mengkonsultasikan riwayat dan kondisi kesehatannya terlebih dulu kepada dokter.

Kontrasepsi yang popular dengan nama “susuk KB” ini berisi lovonorgestrel, ada yang terdiri dari 6
kapsul, 2 kapsul, dan 1 kapsul. Yang diinsersikan di bawah kulit lengan atas bagian dalam, kira-kira 6-
10 cm dari lipat siku. Levonorgestrel adalah suatu progestin yang telah banyak dipakai dalam pil KB
seperti ovral dan nordette. Setiap kapsul mengandung 38 mg lovonorgestrel. Setiap hari ke enam
kapsul akan melepas 50 mikro gram levonorgestrel. Dan akan efektif sebagai kontrasepsi untuk 5
tahun

Permasalahan

Pengurangan fertilitas berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat dan peningkatan
jenjang. Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB diantaranya dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang
KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan yang baik, demikian
sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang. Sehingga
penyampaian informasi oleh tenaga ahli sangat penting.
Seringkali wanita usia subur juga belum mengetahui jenis KB apa yang cocok, sehingga
membutuhkan konseling lebih lanjut.

Sebagian besar masalah yang berkaitan dengan pencabutan disebabkan oleh pemasangan yang tidak
tepat, oleh karena itu, hanya petugas klinik yang terlatih (dokter, bidan, dan perawat) yang
diperbolehkan memasang maupun mencabut implan. Untuk mengurangi masalah yang timbul
setelah pemasangan, semua tahap proses pemasangan harus dilakukan secara hati-hati.

Perencanaan

Intervensi dilakukan dengan penyuluhan ke lapangan yang dilakukan saat kegiatan posyandu. Sambil
menunggu anak-anaknya diperiksa dan divaksinasi, ibu-ibu hamil maupun tidak hamil yang berusia
subur diajak berdiskusi bersama. Materi dibawakan oleh dokter dan bidan dengan alat bantu
contoh-contoh kontrasepsi.

Pelaksanaan

Kegiatan dilakukan di posyandu desa Pontolo pada bulan April 2019, dengan jumlah peserta ibu
hamil sebanyak 10 orang. acara diawali dengan perkenalan terhadap fungsi KB, dilanjutkan dengan
jenis-jenis KB. Ibu-ibu diperbolehkan melakukan tanya jawab. Setelah penyuluhan, ibu hamil diajak
untuk memasang KB di puskesmas bila setuju.

Monev

1. Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses

Peserta yang hadir kurang lebih 10 orang. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan
walaupun masih ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta
penyuluhan dirasa cukup antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif
dalam kegiatan ini dengan memberikan pertanyaan.

3. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta
penyuluhan tertarik dan memperhatikan penyuluhan yang telah diberikan.

STUNTING

Stunting adalah kondisi ketika anak lebih pendek dibandingkan anak-anak lain seusianya, atau
dengan kata lain, tinggi badan anak berada di bawah standar. Standar yang dipakai sebagai acuan
adalah kurva pertumbuhan yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).Di Asia Tenggara,
Indonesia menempati posisi ke-3 untuk jumlah stunting terbanyak. Pada tahun 2018, walaupun
jumlahnya turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, masih ada 3 dari 10 balita Indonesia yang
mengalami stunting. Stunting terjadi karena kurangnya asupan gizi pada anak dalam 1000 hari
pertama kehidupan, yaitu semenjak anak masih di dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya asupan protein.Stunting pada anak bisa disebabkan oleh
masalah pada saat kehamilan, melahirkan, menyusui, atau setelahnya, seperti pemberian MPASI
yang tidak mencukupi asupan nutrisi. Selain nutrisi yang buruk, stunting juga bisa disebabkan oleh
kebersihan lingkungan yang buruk, sehingga anak sering terkena infeksi. Pola asuh yang kurang baik
juga ikut berkontribusi atas terjadinya stunting. Buruknya pola asuh orang tua sering kali disebabkan
oleh kondisi ibu yang masih terlalu muda, atau jarak antar kehamilan terlalu dekat. Salah satu fokus
masalah kesehatan saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak
Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai
kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan
berkompetisi di tingkat global.

Permasalahan

Kejadian balita stunting (pendek) merupakan masalah gizi utama yang dihadapi Indonesia.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, pendek memiliki
prevalensi tertinggi dibandingkan dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan gemuk.
Prevalensi balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada
tahun 2017. Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung statis. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan prevalensi balita pendek di Indonesia sebesar 36,8%. Pada
tahun 2010, terjadi sedikit penurunan menjadi 35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali
meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. Prevalensi balita pendek selanjutnya akan
diperoleh dari hasil Riskesdas tahun 2018 yang juga menjadi ukuran keberhasilan program yang
sudah diupayakan oleh pemerintah.

Perencanaan

Intervensi direncnakan di desa pontolo pada kegiatan Posyandu. Materi disampaikan melalu
gambar-gambar dan slide pada ipad yang disampaikan oleh dokter pada ibu-ibu usia produktif.

Pelaksaanan

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 18 Maret 2019 di desa Pontolo. Jumlah peserta kegiatan yang
datang adalah 10 orang ibu. Penyampaian materi dilakukan oleh dokter. Penyuluhan berjalan efektif
dengan partisipasi aktif tanya jawab dari penduduk setempat.

Monev

Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penyuluhan.

Evaluasi Proses

Peserta yang hadir kurang lebih 10 orang. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan
walaupun masih ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta
penyuluhan dirasa cukup antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif
dalam kegiatan ini dengan memberikan pertanyaan.
Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta
penyuluhan tertarik dan memperhatikan penyuluhan yang telah diberikan.

KELAS IBU HAMIL

Kesehatan ibu dan anak menjadi target dalam tujuan Milineium Development Growth (MDG),
tepatnya pada tujuan 4 dan 5 yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan
ibu. Program kesehatan ibu dan anak merupakan unsur penting pembangunan, hal ini mengandung
pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon penerus bangsa yang akan dapat
memberikan manfaat bagi bangsa maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak yang sehat. Dalam
upaya pencapaian MDG dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu
diprioritaskan yaitu dengan menurunkan angka kematian ibu.

Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas.
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program
Safe Motherhood yang mendapat perhatian besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam
maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya
menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS)
yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000.

Salah satu program dari Kementrian Kesehatan dalam upaya pencapaian MDG yaitu berupa
peningkatan pelayanan kesehatan ibu dengan memprioritaskan pada menurunkan angka kematian
ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 1992. Untuk mempercepat pencapaian program MDG ini, diperlukan upaya percepatan
penurunan kematian ibu dan bayi melalui peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku ibu dan
keluarga.

Permsalahan

Program yang diselenggarakan oleh kementererian kesehatan untuk mendukung langkah tersebut
kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil adalah sarana belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu
mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, dan perawatan bayi baru lahir.

Kurangnya interaksi antara ibu hamil serta antar ibu hamil dan petugas kesehatan menjadi salah satu
alasan dilaksanakannya kelas ibu hamil ini. Selain itu, dengan kelas ibu hamil ini diharapkan adanya
peningkatan pengetahuan dan pemahaman ibu hamil tentang kehamilan dan persalinan serta
perawatan bayi.

Perencanaan

Kegiatan kelas ibu hamil dilaksanakan di rumah sebelah puskesmas Molingkapoto pada tanggal 10
Maret 2019, dengan jumlah peserta sebanyak 18 orang ibu hamil. Materi disampaikan oleh dokter
dan bidan mengenai ASI eksklusif serta antenatal care. Materi disampaikan menggunakan alat bantu
dan tanya jawab interaktif.
Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Kelas Ibu Hamil diikuti oleh 18 ibu hamil. Susunan kegiatan pada kelas ibu amil
adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan mengenai antenatal care (ANC), penyakit yang dapat menyertai selama
kehamilan, persiapan persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif

2. Interaksi dalam bentuk tanya jawab antara petugas kesehatan dengan ibu hamil setealah
materi diberikan

3. Pembagian makanan untuk penambahan gizi ibu

4. Pemeriksaan antenatal rutin

Monev

1. Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses

Peserta yang hadir kurang lebih 18 orang. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan
walaupun masih ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta
penyuluhan dirasa cukup antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif
dalam kegiatan ini dengan memberikan pertanyaan.

3. Evaluasi Hasil

Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta.

PMT Ibu Hamil dan Balita

Pembangunan kesehatan periode 2015-2019 difokuskan pada empat program yaitu penurunan
angka kematian ibu dan bayi, penurunan prevalensi balita pendek (stunting), pengendalian penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Situasi gizi terkait pada semua program tersebut, karena status
gizi berkaitan dengan kesehatan fisik maupun kognitif , risiko infeksi, penyakit menular dan PTM.

Permasalahan

Rerata kecukupan energi penduduk indonesia hanya sebesar 76,6 persen dengan 45,7 persen
mengonsumsi energi <70 AKE (angka kecukupan energi). Ibu hamil dengan LILA <23,5 cm (berisiko
kurang energi kronis/KEK) adalah 24,2%. Ibu dengan KEK berisiko melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) yang dapat meningkatkan rsiko kematian, gangguan pertumbuhan bayi
dan perkembangannya.

GIzi pada balita (5 tahun pertama) sangat penting karena merupakan masa perkembangan dan
pertumbuhan yang akan memengaruhi perkembangan di masa berikutnya. Pada Riskedas 2013,
11,1% bayi 0-59 bln memiliki berat lahir <2500 gram.
Prencanann

Intervensi dilakukan pada kegiatan posyandu. Target peserta adalah ibu hamil dan ibu usia produktif
yang mebawa balita. Intervensi dilakukan dengan konseling dan pembagian PMT balita dan ibu
hamil. Pemberian PMT dijelaskan oleh bidan/dokter yang bertugas di lapangan. Pada ibu hamil,
dilakukan juga pengukuran lingkar lengan atas (LiLA), dan ibu yang mengalami kurang energi kronik
selain diberikan PMT juga disarankan konsultasi dokter.

Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada tangal 6 Maret 2019 di desa Ombulodata. Jumlah peserta yang
datang adalah sebanyak 11 orang ibu yang membawa balita dan 9 ibu hamil. Pembagian PMT
berjalan lancar dan peserta memahami fungsi dan cara konsumsi PMT.

Monev

1. Evaluasi Struktur

Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan PMT ibu hamil dan balita.

2. Evaluasi Proses

Peserta yang hadir kurang lebih 20 orang. Kegiatan pembagian dan konseling berjalan lancar pada
saat pelaksanaan.

3. Evaluasi Hasil

Peserta yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta penyuluhan tertarik
dan memperhatikan konseling yang disampaikan.

Anda mungkin juga menyukai