Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KEGIATAN

LAPORAN F2. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

Topik : Inspeksi Depot Air Minum Isi Ulang

Diajukan dalam rangka praktek klinis dokter internsip sekaligus sebagai bagian dari
persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas Cebongan
Kota Salatiga

Disusun oleh:
dr. Taqiudin Miftakhurrohman

Periode April 2019 – Juli 2019


Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2018 - November 2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)


Laporan F2. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

Topik:
INSPEKSI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip sekaligus sebagai
bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter Indonesia di Puskesmas
Cebongan Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal Juli 2019

Mengetahui,
Dokter Internship, Dokter Pendamping

dr. Taqiudin Miftakhurrohman dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak,
bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi
agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain.
Pemanfaatkan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan
memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek
penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna
air.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air
untuk keperluan domestik yang semakin menurun.
Hingga saat ini, Indonesian telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990
tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri.
Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air
mendefinisikan beberapa peristilahan sebagai berikut.
1. Air, meliputi semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari sumber air
yang terdapat di atas permukaan tanah. Air yang terdapat di bawah permukaan
tanah dan air laut tidak temasuk dalam pengertian ini.
2. Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain yang ada atau harus ada dan atau ada unsur pencemar yang dapat
ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukkannya. Dsb.
Memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian kualitas air dari
penyedia air minum isi ulang dikarenakan dampak kesehatan yang luas terhadap
masyarakat.

B. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


Dalam upaya kesehatan lingkungan, yaitu untuk mengetahui penilaian kualitas air,
terutama air minum, maka dilakukan sampling kualitas air dari depot pengisian air minum
di beberapa wilayah. Program dilakukan dengan melakukan pengambilan sample air di 3
depot air minum yang ada di wilayah Ledok. Pemilihan subjek depot air minum
dilakukan berdasarkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kota Salatiga.

3
C. PELAKSANAAN
Pengambilan sampel air dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan dari Puskesmas
Cebongan dan dilaksanakan di wilayah Ledok pada hari Rabu, 10 April 2019.
Pengambilan sampel air dilaksanakan pada pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul
10.00 WIB. Pengambilan sampel air meliputi:
1. Kunjungan ke rumah dan melakukan wawancara sesuai borang kualitas air minum
2. Melihat surat-surat perizinan terkait izin depot air minum
3. Pengambilan sampel air
4. Mengirimkan sampel air ke DKK Salatiga untuk diteruskan kepada DKK Provinsi

D. MONITORING DAN EVALUASI


1. Kegiatan : Pengambilan sampel air oleh petugas kesehatan lingkungan dari
Puskesmas Cebongan di wilayah Ledok pada hari Rabu, 10 April 2019 pada pukul
08.00 WIB dan berakhir pada pukul 10.00 WIB.
2. Sasaran : 3 depot air minum di wilayah kerja Puskesmas Cebongan.
3. Monitoring :
Pengambilan sampel air dilakukan oleh petugas kesehatan lingkungan dari Puskesmas
Cebongan pada Rabu, 10 April 2019 pada pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul
10.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa depot air minum isi ulang di
wilayah Ledok Pengambilan sampel air berjalan dengan baik dan lancar. Pihak
pengusaha depot air minum memberikan respon yang baik terhadap petugas dan
sudah memahami soal prosedur pemeriksaan rutin depot air minum isi ulang. Salah
satu depot air minum tidak jadi diteliti dikarenakan tutup.
4. Evaluasi :
Sampel air dikirimkan ke DKK Salatiga, untuk dilakukan uji kualitas air. Sampai saat
ini belum didapatkan hasil uji kualitas air dari DKK Salatiga.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. AIR DALAM KEHIDUPAN


Dari sudut pandang biologi, air memiliki sifat-sifat yang penting untuk adanya
kehidupan. Air dapat memunculkan reaksi yang dapat membuat senyawa organik untuk
melakukan replikasi. Semua makhluk hidup yang diketahui memiliki ketergantungan
terhadap air. Air merupakan zat pelarut yang penting untuk makhluk hidup dan adalah
bagian penting dalam proses metabolisme. Air juga dibutuhkan dalam fotosintesis dan
respirasi. Fotosintesis menggunakan cahaya metahari untuk memisahkan atom hidrogen

4
dengan oksigen. Hidrogen akan digunakan untuk membentuk glukosa dan oksigen akan
dilepas keudara (Chandra, 2006).
Air merupakan salah satu tolok ukur atau sarana dalam meningkatkan status
kesehatan masyarakat, sebab di samping sebagai kebutuhan utama manusia, air juga
menjadi salah satu media penularan penyakit. Air yang digunakan masyarakat untuk
keperluan sehari-hari, terutama untuk kebutuhan air minum harus syarat kesehatan dalam
mencegah timbulnya berbagai penyakit khususnya water borne disease (Atmodjo, 2007).
Disebutkan pada permenkes No 416 tahun 1990 mengenai syarat kualitas air minum dan
pengawasan kualitas air disebutkan bahwa kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan
meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia dan radiokatif. Dengan hal ini harus
diadakan pengawasan kualitas air yang bertujuan untuk mencegah penurunan kualitas
dan penggunaan air yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan, serta
meningkatkan kualitas air. Kegiatan pengawasan kualitas air diharapkan mampu
menciptakan dan menjamin suatu sistem yang akan melaksanakan tindakan lanjut
penanggulangan, agar diperoleh pelayanan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan
atau dengan risiko kesehatan yang sekecil- kecilnya
Pada Millenium Development Goals (MDGs) pada goalnya yang ke-7 yakni
menjamin kelestarian lingkungan hidup target 10 yaitu menurunkan separuh proporsi
penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta
fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015, terdapat 2 indikator pemantau pencapaian target,
yaitu proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum
yang terlindungi dan berkelanjutan dan proporsi penduduk atau rumah tangga dengan
akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam
memantau akses air minum yakni akses terhadap air perpipaan, akses terhadap sumber
air minum terlindung, dan akses terhadap penyediaan air minum. Salah satu indikator
akses terhadap air minum adalah sumber air tidak terlindung, satu diantaranya adalah air
isi ulang (Depkes RI a, 2010).
Peningkatan jumlah depot air minum idealnya berpengaruh positif terhadap
peningkatan akses air minum yang memenuhi syarat kualitas. Namun kenyataannya hal
tersebut belum dapat terwujud oleh karena masih banyaknya ditemui air minum dari
depot yang tidak memenuhi syarat. Beberapa hasil penelitian yang menyebutkan
banyaknya depot air minum yang memproduksi air minum yang tidak syarat kesehatan
menunjukkan lemahnya fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan depot air minum.
Permasalahan ini harus segera diatasi dengan serius melalui fungsi pengawasan yang

5
baik oleh pemilik depot air minum, pemerintah, maupun masyarakat mengingat air
minum merupakan hal yang vital bagi kehidupan manusia.

B. PEMANTAUAN KUALITAS AIR


Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi
beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut
peruntukannya adalah sebagai berikut.
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung
,tanpa pengolahan terlebih dahulu.x
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuik keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Depkes RI, 1990).

C. DEPOT AIR MINUM


Depot air minum didefinisikan sebagai usaha industri yang melakukan proses
pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Depot
air minum sebagai salah satu penyelenggara penyediaan air minum di dalam
memproduksi air minum wajib memenuhi persyaratan kualitas air minum yang aman
bagi kesehatan, yakni memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan
radioaktif sebagaimana yang telah ditentukan dalam Permenkes no
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Proses pengolahan air pada depot air minum dilakukan melalui unit pengolahan
yaitu:
1. Tangki penampung air baku
2. Unit pengolahan air (water treatment) yang terdiri dari :
a) Prefilter
Alat ini berfungsi menyaring partikel kasar.
b) Karbon filter
Alat ini berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan
organik.
c) Filter lain
Filter ini berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 micron,
dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan tertentu.
d) Alat desinfektan yang berfungsi untuk membunuh kuman patogen.

6
3. Alat pengisian, berfungsi memasukkan air minum kedalam wadah (Kemenperindag,
2004).
Proses pengolahan air minum isi ulang terdiri dari penampungan air baku,
penyaringan, desinfeksi/sterilisasi dan pengisian. Proses pengolahan air minum pada
intinya harus dapat menghilangkan semua jenis polutan baik pencemar fisik kimia
maupun pencemar biologi (Yudo dan Raharjo, 2014).

D. PENGAWASAN DEPOT AIR MINUM


Peningkatan jumlah depot air minum idealnya berpengaruh positif terhadap
peningkatan akses air minum yang memenuhi syarat kualitas. Namun kenyataannya hal
tersebut belum dapat terwujud oleh karena masih banyaknya ditemui air minum dari
depot yang tidak memenuhi syarat. Beberapa hasil penelitian yang menyebutkan
banyaknya depot air minum yang memproduksi air minum yang tidak syarat kesehatan
menunjukkan lemahnya fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan depot air minum.
Permasalahan ini harus segera diatasi dengan serius melalui fungsi pengawasan yang
baik oleh pemilik depot air minum, pemerintah, maupun masyarakat mengingat air
minum merupakan hal yang vital bagi kehidupan manusia.
Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan
tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja
yang telah ditetapkan tersebut. Jadi fungsi pengawasan adalah penetapan standard kinerja
dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai standar kinerja yang telah ditetapkan
sebelumnya, dengan demikian dalam melakukan pengawasan, ada tiga langkah penting
yang perlu diterapkan, yaitu:
1. Pengukuran terhadap hasil yang telah dicapai
2. Hasil kerja dibandingkan dengan tolok ukur yang telah dibuat dalam perencanaan
3. Perbaikan segera terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan mencari faktor
penyebab dan menentukan langkah dalam mengatasinya (Sule dkk, 2005).
Pemerintah telah menetapkan standar kualitas air minum dan setiap pelaku usaha
yang memproduksi air minum, termasuk usaha depot air minum wajib mematuhi
peraturan tersebut. Hal ini berarti sudah jelas ada standar yang harus dicapai yakni
kualitas air minum yang diproduksi harus memenuhi syarat fisik, kimia, mikrobiologis,
dan radiologis. Tugas besar yang harus segera dilakukan adalah bagaimana upaya yang
harus dilakukan oleh pemilik usaha depot air minum dan pemerintah untuk mencapai
standar kualitas air minum tersebut, disinilah pentingnya fungsi pengawasan yang
sungguhsungguh baik oleh pelaku usaha terlebih oleh pemerintah sebagai regulator.

7
Menurut Kepmenperindag RI No 651/MPP /Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis
Depot Air Minum dan Perdagangannya, dikatakan bahwa pengawasan terhadap depot
diantaranya penggunaan air baku, proses produksi, mesin dan peralatan, dan
perdagangannya yang dilaksanakan secara berkala atau sewaktu jika penting. Selain itu
pemantauan juga dilakukan pada aspek sanitasi lingkungan diantaranya kebersihan
lingkungan pengolahan, bangunan, tempat cuci tangan, pembuangan sampah dan saluran
pembuangan limbah, aspek personal hygiene karyawan, dan kualitas bakteriologis pada
depot air minum isi ulang (Kemenperindag, 2004).
Pengawasan terhadap depot air minum dilakukan secara internal dan secara eksternal.
Berdasarkan subjek yang melakukan pengawasan, maka jenis pengawasan terdiri dari 2
(dua) jenis, pertama pengawasan internal dan kedua, pengawasan eksternal. Pengawasan
internal (internal control) adalah pengawasan yang dilakukan secara mandiri terhadap
tugas yang dibebankan kepada setiap pekerja, sedangkan pengawasan eksternal adalah
pengawasan yang dilakukan terhadap seseorang atau bagian oleh orang lain. Jadi
pengawasan secara internal terhadap depot air minum dilakukan oleh penyelenggara air
minum sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
atau oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) khusus untuk wilayah kerja KKP (Depkes
RI, 2010).
Pengawasan eksternal terhadap depot air minum dapat dilakukan secara optimal
melalui pendekatan sistem., yang terdiri dari komponen- komponen:

1. Input (Masukan)
Input adalah sumber daya yang dikonsumsikan oleh suatu sistem, meliputi:
a. Sumber Daya Manusia (Man)
Pengawasan depot air minum secara eksternal oleh dinas kesehatan dilakukan
oleh sumber daya manusia yang telah ditetapkan secara terstruktur
berdasarkan aturan atau kebijakan pemerintah. Petugas pengawasan depot air
minum pada dinas kesehatan yang menangani langsung pengawasan depot air
minum berada di seksi penyehatan lingkungan sedangkan petugas pengawasan
dari puskesmas berada di seksi sanitasi (Sule dkk, 2005).
b. Dana (Money)
Dana merupakan anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu
program. Aspek keuangan berperan penting dalam terlaksananya program
pengawasan depot air minum, dalam hal ini pemerintah tentu harus
mengalokasikan anggaran keuangan untuk pelaksanaan pengawasan tiap
tahunnya, tanpa keuangan yang terencana dengan baik, tidak akan berjalan
program pengawasan, padahal pengawasan harus ketat dilakukan sebab
8
kecenderungan untuk terjadinya produksi air minum dari depot yang tidak
sesuai standar akan berpotensi besar. Biaya yang diperlukan sehubungan
dengan pelaksanaan pengawasan depot air minum dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Purba, 2015).
c. Sarana dan Prasarana (Material)
Sarana dan Prasarana merupakan alat yang dibutuhkan dalam menunjang
pelaksanaan kegiatan pengawasan penyelenggaraan depot air minum berupa
bangunan laboratorium yang memenuhi standar nasional, sarana transportasi,
komunikasi, teknologi komputer serta tersedia software sebagai alat untuk
pencatatan dan pelaporan kegiatan pengawasan (Purba, 2015).
d. Metode (Method)
Metode adalah suatu prosedur dan cara yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan program pengawasan secara langsung maupun tidak langsung.
Pengawasan depot air minum oleh dinas kesehatan dilakukan dengan metode
secara langsung berupa observasi menggunakan check list dan buku
pedoman pengawasan kualitas air minum. Pengawasan tidak langsung
dilakukan melalui laporan puskesmas setiap bulannya (Purba, 2015).
2. Proses (Process)
Proses pengawasan depot air minum isi ulang meliputi:
a. Perencanaan (Planning)
Perancanaan merupakan suatu proses yang diawali dengan menetapkan
tujuan organisasi, menentukan strategi untuk mencapai tujuan organisasi
secara menyeluruh serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh
untuk mengintregrasikan dan mengkoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi
hingga tercapai tujuan organisasi. Jelas terlihat perencanaan berguna untuk
merumuskan sesuatu yang ingin dicapai oleh suatu organisasi serta bagaimana
cara mewujudkannya melalui rangkaian rencana kegiatan (Purba, 2015).
Sebelum melakukan pengawasan terhadap depot air minum, tentu banyak
aspek penting yang perlu direncanakan secara matang, yang meliputi Sumber
Daya Manusia secara kualitas maupun kuantitas, program kerja dan tugas
pokok dan fungsi, pendanaan, sarana dan prasarana, pembahasan rencana kerja
seksi, serta perencanaan waktu pelaksanaan program (Purba, 2015).
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dilakukan dengan mengalokasikan keseluruhan sumber
daya organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya
berdasarkan kerangka kerja organisasi. Jadi pengorganisasian merupakan
proses pengaturan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam

9
mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian terdiri dari pembagian
pekerjaan, penugasan, pengalokasian sumber daya dan koordinasi pekerjaan
(Wijayanto, 2012).
c. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan (actuating) merupakan usaha untuk menciptakan kerja sama
diantara pelaksana kegiatan untuk tercapainya tujuan organisasi dengan efektif
dan efisien. Pengawasan terhadap depot meliputi penggunaan air baku, proses
produksi, mesin dan peralatan, serta perdagangannya dilakukan secara berkala
atau sewaktu-waktu diperlukan (Kepmerindag, 2004). Pengawasan terhadap
depot air minum mencakup beberapa aspek yakni aspek sanitasi lingkungan
diantaranya kebersihan lingkungan pengolahan, bangunan, tempat cuci tangan,
pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah, aspek personal hygiene
karyawan, dan kualitas bakteriologis pada depot (Purba, 2015).
Pengawasan eksternal dan internal dapat dilakukan dengan dua cara yakni
secara berkala dan atas indikasi pencemaran. Pengawasan eksternal berkala
dilaksanakan pada unit pengisian wadah air minum, sedangkan untuk
pengawasan internal berkala dilakukan pada unit pengolahan dan unit
pengisian wadah air minum (Depkes RI c, 2010).
Inspeksi sanitasi air minum dari depot dilakukan dengan ketentuan yang
didasarkan pada lokasi titik dan frekuensi minimal. Lokasi titik inspeksi
terdiri dari asal air baku, alat pengangkut air baku, tendon, dan pencucian
galon, yang masing-masing dilakukan 4 (empat) kali dalam setahun (Depkes
RI c, 2010).

d. Pengawasan (Controlling) dan Evaluasi (Evaluation)


Program pengawasan depot air minum dalam pelaksanaannya perlu dilakukan
pengawasan oleh kepala dinas kesehatan dibantu oleh Kepala Bidang Pengendalian
Masalah Kesehatan (PMK) dengan tujuan untuk menjaga agar kegiatan tetap
mengarah pada tujuan dan mencegah terjadinya kesalahan. Pengawasan dilakukan
terhadap laporan kegiatan yang berupa dokumentasi, laporan lisan dan dokumen
laporan tertulis kegiatan yang dilakukan. 19 Controlling terhadap kegiatan pengawasan
depot air minum dilakukan saat kegiatan berlangsung, dalam hal ini perlu segera
dilakukan perbaikan jika seandainya ditemukannya penyimpangan pada pelaksanaan
kegiatan pengawasan.
Evaluasi pada program pengawasan depot air minum dilakukan dengan
membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome)

10
terhadap rencana dan standar kegiatan pengawasan depot air minum yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat capaian
dari program pengawasan depot air minum serta sebagai dasar penetapan rencana
tindak lanjut.
e. Output
Output atau hasil yang diharapkan dari pengawasan depot air minum adalah
tercapainya pengawasan yang optimal terhadap penyelenggaraan depot air minum isi
ulang. Tercapai atau tidaknya pengawasan yang optimal terhadap penyelenggaraan
depot perlu dievaluasi sehingga dengan demikian dapat diberikan feedback untuk
perbaikan berbagai unsur dalam sistem pengawasan.

f. Out come
Out come merupakan hasil atau dampak tidak langsung dari proses suatu
sistem. Tercapainya pengawasan yang optimal terhadap depot air minum akan
menimbulkan dampak positif bagi tercapainya produksi air minum yang aman dengan
kualitas yang memenuhi syarat. Peningkatan jumlah depot yang memproduksi air
minum yang memenuhi standard kualitas tentu akan berbanding lurus dengan
peningkatan jumlah masyarakat yang dapat mengakses air minum yang syarat dengan
kesehatan. Peningkatan akses masyarakat akan air minum yang memenuhi standard
kualitas akan berpengaruh positif dalam penurunan angka kesakitan pada kejadian
water borne disease (Purba, 2015).

11
DAFTAR PUSTAKA

Atmodjo Noto. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.

Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Andi

Depkes RI. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat
dan Pengawasan Kualitas Air. Menteri Kesehatan, Jakarta.

Depkes RI a. 2010. Laporan Riset kesehatan dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Depkes RI b. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 /MENKES/PER/IV/2010 tentang


Persyaratan Kualitas Air Minum.

Depkes RI c. 2010. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No 736 Tentang Tata Laksana
Pengawasan Kualitas Air Minum.

Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia nomor 651/MPP


/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya

Purba I G, 2015. Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Depot Air Minum Dalam Menjamin
Kualitas Air Minum Isi Ulang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Volume 6, Nomor 02 Juli
2015

Sule, E.T., Saefullah, Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen, Edisi Pertama. Jakarta:
Prenada Media

Wijayanto, D. 2012. Pengantar manajemen. Jakarta : PT. Gramedia pustaka Utama

Yudo, S, Raharjo, PN. Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang di DKI Jakarta. Diakses dari
http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/view/48 Vol 1 No. 3

12
Depkes RI. 2004.
Keputusan Kementerian
Kesehatan RI
No.1240/MENKES/SK
/X/2004 tentang
Pesyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
Jakarta: Depkes RI.
Direktorat penyehatan air,
Ditjen PPM& PLP Depkes
RI. 1998. Pedoman Upaya
penyehatan Air bagi
Petugas Sanitasi
Puskesmas.

13
http://inspeksisanitasi.blog
spot.co.id/2009/08/sumur-
sehat.html
http://repository.usu.ac.id/
bitstream/123456789/341
37/4/Chapter%20II.pdf
pada
tanggal 10 Oktobr 2015
Nugroho, Hermawan Adi.
2012. Pengertian Sumur
Pompa Tangan. Diakses
dari
http://hermawankesling.bl
ogspot.co.id/2012/05/peng
ertian-sumur-pompa-
tangan.html pada tanggal
9 Oktober 2015.

14
Permenkes No. 416
tahun 1990 tentang
Syarat-syarat dan
Pengawasan
Kualitas Air
Permenkes No. 736 tahun
2010
Putra, B. 2010. Diakses
melalui
http://repository.usu.ac.id/
bitstream/
123456789/19496/4/Chapt
er%20II.pdf pada tanggal 8
Oktobr 2015
Sanropie, Djasio, dkk.
1983. Pedoman Bidang
Studi: Penyediaan Air
Bersih
15
Sekolah Pembantu
Penilik Hygiene (S.P.P.H).
Proyek Pengembangan
Pendidikan Tenaga
Sanitasi Pusat, Pusat
Pendidikan dan Latihan
Pegawai Departemen
Kesehatan R.I
Sinulingga, S. 2013.
Diakses melalui
http://repository.usu.ac.id/
bitstream /
123456789/38270/4/Chapt
er%20II.pdf pada tanggal
10 Oktobr 2015
Soemirat, Juli. 20000.
Kesehatan Lingkungan.

16
Bandung: Gadjah Mada
University
Press.
Sugiharto. 1983.
Penyediaan Air Bersih
Bagi Masyarakat. Proyek
Pengembangan
Pendidikan Tenaga
Sanitasi Pusat, Pusat
Pendidikan
dan Latihan Pegawai
Departemen Kesehatan R.

17
LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai