PHBS
Peserta hadir :
Judul Laporan
Pemberian Penyuluhan dan Edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kepada
Masyarakat Desa Tembok Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Bali.
Latar Belakang
Latar belakang dilakukan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masayarakat ini karana
masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga
masih banyaknya kunjungan pasien terdiagnosa penyakit menular.
Permasalahan
Dari Latar belakang yang disebutkan maka dapat dilihat permasalahan yang terjadi di masyarakat
adalah kurangnya pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang mengakibatkan
masih tingginya angka kejadian penyakit menular.
Pemberian penyuluhan yang berisi informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang terdiri
dari pengertian, jenis perilaku hidup bersih dan sehat, pentingnya perilaku hidup bersih dan
sehat, resiko penyakit yang dapat diterima.
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dan tanya jawab dilakukan pukul 09.00 sampai selesai di balai banjar Desa
Tembok Kecamatan Tejakula.
Monitoring dilakukan setiap 5 bulan dan evaluasi dilaksanakan saat kunjungan PISPK.
Hipertensi
Peserta hadir
Judul Laporan
Pemberian Penyuluhan dan Edukasi Hipertensi Kepada Lansia yang Berkunjung di Puskesmas
Tejakula 1 Kabupaten Buleleng Bali
Latar Belakang
Latar belakang dilakukan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masayarakat ini karana
masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi sehingga masih
banyaknya kunjungan pasien terdiagnosa baru dan tidak terkontrolnya penyakit hipertensi.
Permasalahan
Dari Latar belakang yang disebutkan maka dapat dilihat permasalahan yang terjadi di masyarakat
puskesmas Tejakula 1 adalah masih tingginya angka kejadian penyakit hipertensi dan tingginya
masyarakat dengan penyakit hipertensi yang tidak mengontrol penyakitnya secara teratur karena
kurang nya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut
Pemberian penyuluhanyang berisi informasi tentang penyakit hipertensi yang terdiri dari
pengertian penyakit, tanda dan gejala penyakit, faktor resiko, makanan yang harus dihindari dan
bagaimana diet pada pasien hipertensi.
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dan tanya jawab dilakukan pukul 09.00 sampai selesai di puskesmas
Tejakula 1 kabupaten buleleng.
Monitoring dilakukan pada semua pasien yang terdiagnosa penyakit Hipertensi apakah ada
perbaikan atau tidak dan untuk evalasi kegiatan agar diadakan kegiatan konsultasi pribadi antara
pasien dan dokter
Diabetes Melitus
Judul Laporan
Penyuluhan Kesehatan Mengenai Tanda, Gejala, Faktor Resiko, dan Cara Pengobatan Diabetes
Melitus Kepada Peserta Prolanis Puskesmas Tejakula 1 Kabupaten Buleleng
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mempunyai karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena adanya kerja insulin, kelainan sekresi insulin, atau kedua-duanya dan
membutuhkan terapi pengobatan yang lama untuk mengurangi risiko kejadian komplikasi.
Tingginya jumlah penderita diabetes melitus disebabkan antara lain karena perubahan gaya
hidup masyarakat, tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran untuk melakukan deteksi
dini penyakit diabetes melitus yang kurang, minimnya aktivitas fisik, pengaturan pola makan
yang salah dengan komposisi makan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula,
garam, dan sedikit mengandung serat.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan pada tahun 2015 bahwa 1 dari 11
orang dewasa mengalami diabetes melitus dan diperkirakan setiap 6 detik satu orang meninggal
karena diabetes melitus (5juta kematian). Penderita diabetes melitus di dunia tahun 2015
diperkirakan mencapai 415 juta jiwa (usia 20-79 tahun). Indonesia menempati urutan ke tujuh
dunia setelah Amerika, Brazil, Rusia, dan Mexico, dengan jumlah penderita 10 juta jiwa.
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa pada tahun 2040, penderita
diabetes melitus di dunia menjadi 642 juta jiwa, 1 dari 10 orang dewasa akan menderita diabetes
melitus, dan penderita diabetes melitus di Indonesia diperkirakan menjadi 16 juta jiwa. Menurut
Riset Kesehatan Dasar, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang menderita diabetes
melitus tahun 2013 adalah 12 juta jiwa (usia 15 tahun ke atas). Penduduk Jawa Tengah yang
pernah didiagnosis diabetes melitus oleh dokter diperkirakan mencapai 385 ribu jiwa.
Permasalahan
Dari Latar belakang yang disebutkan maka dapat dilihat bahwa masih kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai tanda, gejala, dan cara pengobatan dari Diabetes mellitus. Sehingga Setiap
pasien diabetes melitus perlu mendapatkan informasi minimal yang diberikan setelah diagnosis
ditegakkan, mencakup pengetahuan dasar tentang diabetes melitus, pemantauan mandiri, sebab-
sebab tingginya kadar glukosa darah, obat hipoglikemia oral, perencanaan makan, pemeliharaan
kaki, kegiatan jasmani, pengaturan pada saat sakit, dan komplikasi.
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dan tanya jawab dilakukan pukul 09.00 sampai selesai di ruang Pertemuan
puskesmas Tejakula 1 kabupaten buleleng.
Monitoring dilakukan pada setiap peserta setiap bulannya akan dilakukan pengecekan pada
peserta yang mengalami tanda dan gejala DM untuk pemeriksaan gula darah; dan melakukan
monitoring keluhan dan gula darah bagi peserta dengan DM yang kemudian akan dinila apakah
gula darahnya terkontrol.
Osteoartritis
Latar belakang di laksanakannya program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan lansia
tentang penyakit osteoatritis mengingat masih adanya lansia yang terdiagnosa sebagai osteoatritis
saat berkunjung di puskesmas, selain itu untuk meningkatkan pemerataan kesehatan di wilajyah
kerja puskesmas banjar 1
Permasalahan
Dari latar belakang yang sudah dipaparkan maka terdapat beberapa masalah yang ditemukan
antara lain masih adanya lansia yang terdiagnosa dengan osteoatritis saat berkunjung di
puskesmas
Perencanaan
melakukan penyuluhan tentang osteoatritis yang beriisikan materi tentang apa itu osteoatritis,
bagaimana osteoatritis bisa terjadi, apa saja fator resiko yang meningkatkan terjadinya
osteoatritis, bagaimana penangan dari osteoatritis
Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan di balai desa pura pukul 10.00 sampai selesai kemudian dilakukan tanya
jawab antar narasumber dan peserta
Monitoring
Monitoring dilakukan pada semua pasien lansia yang terdiagnosis dengan ostoatritis di
puskesmas banjar 1 yang beraal dari desa kaliasem apakah ada penurunan atau tidak
evaluasi dari program ini adalah sebaiknya disediakan bingkisan bagi para lansia yang mau
bertanya agar sesi tanya jawab semakin menarik
Pemberian Penyuluhan dan Edukasi Tentang Penyakit Asam urat Kepada Masyarakat
Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Bali yang Berkunjung ke Puskesmas Tejakula 1
Kabupaten Buleleng Bali
Latar belakang
Latar belakang dilakukan kegiatan promosi kesehatan dan pemerdayan masayarakat ini karana
masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentag penyakit asam urat dan masih banyaknya
kunjungan pasien yang terdiagnosa penyakit asam urat
Permasalahan
Dari latar belakang yang sudah dijelaskan terdapat dua permsalahan yang mendasar yaiti
kuragnya pengetahuan masyarakat akan penyakit asam urat dan masih banyaknya pasien yang
terdiagnosa asam urat
Perencanaan
Pemberian penyuluhan tentang penyakit asam uarat yang terdiri dari penegertian penyakit asam
urat, tandan dan gejala penyakit asam urat, faktor resiko penyait asam urat, makanan yang harus
dihindari dan bagaimana diet pada pasien asam urat
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dan tanya jawab dilaksanakan pukul 08.00 wib sampai selesai di ruang
tunggu pasien di depan loket pendaftaran puskesmas banjar 1 kabupaten buleleng
Monitoring
Monitoring dilakukan pada semua pasien yang terdiagnosa penyakit asam urat apakah ada
perbaikan atau tidak dan untuk evalasi kegiatan agar diadakan kegiatan konsultasi pribadi antara
pasien dan dokter
F2 :Upaya Kesehatan Lingkungan
Jamban sehat
Peserta hadir :
Judul Laporan
Latar Belakang
Permasalahan yang dialami Indonesia terkait dengan masalah air minum, hygiene, dan sanitasi
masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development program (ISSDP) pada
tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berprilaku buang air besar di sungai, sawah,
kebun, dan tempat terbuka. Hanya 37% penduduk pedesaan mempunyai akses ke sanitasi yang
aman menurut laporan Joint Monitoring Program.
Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan
penyakit. Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan bila
memenuhi persyaratan sebagai berikut: tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban
tersebut, tidak mengotori air permukaan disekitarnya, tidak dapat terjangkau oleh serangga
terutama kecoa dan lalat, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana
desainnya, murah, dan dapat diterima pemakaiannya.
Permasalahan
Penyuluhan
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada pukul 10.00 bertempat di balai banjar sembung desa
Tembok, yang berisikan informasi mengenai dampak dari BAB sembarangan, pentingnya ada
jamban sehat, dan strategi pengadaan jamban sehat.
Monitoring dilakukan setiap 6 bulan untuk mengevaluasi hasil penyuluhan dan edukasi yang
dilakukan pada saat kegiatan PISPK.
Melakukan Inspeksi Sanitasi Dasar Di Rumah Tangga di daerah dusun menasa Desa Dencarik
Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng
Latar belakang
Latar belakang dilakukannya kegitan ini adalah karana masih banyak sanitasi dasar dirumah
tangga yang tidak memenuhi standar salah satunya penggunaan jamban sehat, dimana keadaan
ini membuat masyarakat bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan berbahaya lainya
sehingga masyarakat terjauhi dari hidup sehat, hal ini memerlukan perhatian khusus terutama
bagi tenaga kesehatan setempat.
Permasalahan
permasalahan yang mendasar yang ada sehingga kegiatan ini harus telaksana adalah masih
banyaknya masyarakat yang tidak memenuhi standar sanitasi dasar seperti penggunaan jamban
sehat yang layak pakai
Intervensi yang dilakukan pada kegiatan ini adalah mengunjungi rumah - rumah warga,
memberikan penyuluhan secara individu dan mendata warga mana yang tidak memenuhi standar
penggunaan jamban sehat
Pelaksanaan
Kegiatan dilakukan mulai pukul 13.00 sampai selesai, kegiatan diawali dengan berkumpul dan
bertemu kepala dusun menasa dan perangkat dusun kemudian berpencar menuju rumah - rumah
warga satu persatu dan memberikan penyuluhan secara individu bagaimana syarat penggunaan
jamban sehat
Monitoring
Monitoring dilakukan enam bulan sekali untuk memastikan apakah sudah terpenuhi standar
penggunaan jamban sehat, monitoring dilakukan oleh pemegang program kesehatan lingkungan
puskesmas banjar 1 dan dibantu oleh darbin pemegang wilayah tersebut
F3: KIA dan KB
Peserta hadir
Judul Laporan
Latar Belakang
Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim. Kanker serviks
adalah salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker
payudara sebagai kanker yang sering menyerang wanita. Lebih dari 250.000 wanita
meninggal akibat kanker serviks pada tahun 2005. Dengan kejadian rata-rata 15 per 100.000
perempuan dengan jumlah kematian sebesar 7,8 % per tahun dari seluruh kanker pada wanita
di dunia.
Di Indonesia, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya,
sedangkan angka kematiannya diperkirakan 7500 kasus per tahun (Emilia, 2010).
Pada tahun 2004 jumlah pasien kanker yang berkunjung ke Rumah Sakit di Indonesia
mencapai 6.511 dengan proporsi kanker serviks dan lebih dari 70% kasus kanker serviks
datang dengan stadium lanjut (Depkes, 2005). Tingginya angka kejadian kanker serviks di
Indonesia merupakan beban kesehatan, ekonomi dan sosial bagi perempuan dimanapun.
Insiden kanker serviks menurut data dari Depkes, 100 per 100.000 penduduk per tahun,
sedangkan dari data Laboraturium Patologi Anatomi seluruh Indonesia, frekuensi kanker
serviks paling tinggi diantara kanker yang ada di Indonesia, penyebarannya terlihat bahwa
92,4% terakumulasi di Jawa dan Bali.
Permasalahan
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada pukul 10.00 di pada saat pengadaan puskesmas keliling dan
posyandu, kegiatan dilaksanakan di desa Les, yang berisikan materi mengenai pengertian,
penyebab, faktor resiko, gejala dan tanda, penatalaksanaan, dan pencegahan. Skrining
dilaksanakan di puskesmas setiap hari Kamis.
Monitoring dan evaluasi kegiatan dilihat dari kunjungan ke puskesmas saat hari kamis.
F4 : Upaya perbaikan Gizi Masyarakat
ASI Eksklusif
Peserta hadir
Judul Laporan
Meningkatkan Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 bulan
Latar Belakang
Masa keemasan dari perkembangan bayi dimulai sejak hari pertama bayi dilahirkan sampai
dengan 6 bulan. Hal ini dikarenakan, pada usia ini merupakan saat–saat dimana pertumbuhan
otak yang terpenting yang nantinya juga akan berpengaruh pada kecerdasan anak, dimana
pertumbuhan otak bayi dimulai dari baru lahir hingga mencapai 70 % dari otak dewasa saat
berusia 1 tahun. Namun sayangnya pada masa ini biasanya bayi masih sangat lemah dan juga
organ-organnya belum berfungsi dengan sempurna dan cenderung rentan terhadap penyakit
sehingga sangatlah penting diperhatikan nutrisi yang baik untuk si bayi (Roesli, 2007).
Permasalahan
Kurangnya pengetahuan ibu akan pentingya pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
Penyuluhan
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan saat pengadaan posyandu di desa sambirenteng pukul 10.00,
yang memberikan informasi mengenai pengertian ASI Eksklusif, kandungan ASI, serta manfaat
pemberian ASI Eksklusif bagi bayi dan ibu.
Monitoring dan Evaluasi
Latar Belakang
Makanan yang aman dan sehat merupakan hal yang sangat penting. Banyak penyakit
yang dapat ditimbulkan dari makanan, antara lain keracunan, diare, muntah, hepatitis, bahkan
kegemukan atau obesitas sering disebabkan karena pola makan yang tidak sehat. Makanan yang
sehat dan aman tidak harus mahal, banyak sekali bahan makanan yang sehat dan aman dapat
ditemukan di sekitar kita dengan harga yang terjangkau.
Saat ini banyak sekali makanan instant yang mengandung zat-zat kimia yang tidak baik
bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi setiap hari. Terutama jajanan-jajanan yang sering
ditemukan mengandung pengawet dan pewarna tekstil yang sangat berbahaya bagi tubuh. Oleh
karena itu, kita wajib berhati-hati dan senantiasa menjaga makanan yang kita makan sehari-hari,
baik dalam hal menyimpan dan mengolahnya.
Permasalahan
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia akan pentingnya mengkonsumsi makanan sehat
dan aman.
Pelaksanaan
Penyuluhan mengenai gizi pada lansia diadakan saat puskesmas keliling yang diadakan di desa
Penuktukan pada tanggal 3 September 2019 dari pukul 09.00- selesai. Penyuluhan berisikan
informasi mengenai makanan apa saja yang aman untuk di konsumsi pada lansia berikut cara
pengaturan diet.
Peserta hadir
Judul Laporan
Upaya Pencegahan dan Deteksi dini kasus TBC di Desa Kelodan Tejakula
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di
dunia terutama di negara berkembang hingga saat ini. Menurut Kemenkes RI (2012), meskipun
obat anti tuberkulosis (OAT) sudah ditemukan dan vaksin Bacillud Calmette-Guerin (BCG) telah
dilaksanakan, TB tetap belum bisa diberantas habis. Hal ini terbukti dengan terus meningkatnya
insindensi penyakit TB menjadi penyakit re-emerging.
Sebagai salah satu negara berkembang, saat ini Indonesia berada di peringkat kelima negara
dengan beban TB tertinggi di dunia. Beban TB tersebut masih terbilang tinggi karena setiap
tahunnya terdapat 450.000 kasus baru TB (Kemenkes RI, 2011). Hal ini didukung oleh hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menunjukkan bahwa penyakit TB di
Indonesia merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit stroke, baik di perkotaan
maupun di pedesaan (Depkes RI, 2008).
Permasalahan
1. Penyuluhan mengenai TB
2. Skrining dan pelayanan medis
Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan saat pengadaan puskesmas keliling di desa kelodan tejakula
pukul 10.00, yang memberikan informasi mengenai pengertian penyakit TB, penyebab, cara
penularan, pencegahan, dan pengobatan. Skrining dan pelayanan medis dilaksanakan untuk
mendeteksi secara dini pasien yang suspek terkena penyakit TB dan mengedukasi untuk esok
harinya ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan proses evaluasi dari hasil kegiatan di Desa Kelodan Tejakula dengan mendata
pasien yang suspek TB, serta mengevaluasi untuk keesokan harinya kehadiran pasien di
Puskesmas.
CAMPAK
Latarbelakang
Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus golongan Paramyxovirus. Pada
tahun 2013, di dunia terdapat145.700 orang meninggal akibat campak,sedangkan sekitar 400
kematian setiap hari sebagian besar terjadi pada balita(WHO, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit endemic di negara
berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 penyakit
yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943 kasus
campak. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus.
Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti demam, batuk,
coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau
putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Tanda khas
bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka,
kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan
pengelupasan kulit berwarna kecoklatan.
Permasalahan
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bahayanya penyakit campak
DM
Peserta hadir
Judul Laporan
Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mempunyai karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena adanya kerja insulin, kelainan sekresi insulin, atau kedua-duanya dan
membutuhkan terapi pengobatan yang lama untuk mengurangi risiko kejadian komplikasi.
Tingginya jumlah penderita diabetes melitus disebabkan antara lain karena perubahan gaya
hidup masyarakat, tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran untuk melakukan deteksi
dini penyakit diabetes melitus yang kurang, minimnya aktivitas fisik, pengaturan pola makan
yang salah dengan komposisi makan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula,
garam, dan sedikit mengandung serat.
Menurut International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan pada tahun 2015 bahwa 1 dari 11
orang dewasa mengalami diabetes melitus dan diperkirakan setiap 6 detik satu orang meninggal
karena diabetes melitus (5juta kematian). Penderita diabetes melitus di dunia tahun 2015
diperkirakan mencapai 415 juta jiwa (usia 20-79 tahun). Indonesia menempati urutan ke tujuh
dunia setelah Amerika, Brazil, Rusia, dan Mexico, dengan jumlah penderita 10 juta jiwa.
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa pada tahun 2040, penderita
diabetes melitus di dunia menjadi 642 juta jiwa, 1 dari 10 orang dewasa akan menderita diabetes
melitus, dan penderita diabetes melitus di Indonesia diperkirakan menjadi 16 juta jiwa. Menurut
Riset Kesehatan Dasar, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang menderita diabetes
melitus tahun 2013 adalah 12 juta jiwa (usia 15 tahun ke atas). Penduduk Jawa Tengah yang
pernah didiagnosis diabetes melitus oleh dokter diperkirakan mencapai 385 ribu jiwa.
Permasalahan
1. Masalah yang sering di temukan pada pasien diabetes mellitus khususnya di Puskesmas Tejakula
1 buleleng adalah kurangnya pemahaman pasien tentang pencegahan dan pengobatan dini
diabetes mellitus.
2. Hal lain yang masih menjadi masalah adalah kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dan
pentingnya kontrol setiap bulannya, banyak pasien yang menghentikan pengobatannya secara
langsung tanpa konsultasi ke dokter.
Perencanaan dan pemilihan intervensi
Pelaksanaan
Upaya pengobatan dasar yang telah dilakukan perlu monitoring dan evaluasi terhadap terapi
yang telah diberikan pasien diminta untuk kontrol setelah 2 minggu pengobatan. Apabila masih
jauh dari harapan pengobatan perlu dilakukan rujukan ke spesialis penyakit dalam untuk
penanganan lebih lanjut, mengingat sarana dan prasarana dan obat-obatan yang terbatas di
Puskesmas sehingga diharapkan adanya penanganan yang lebih baik sesuai displin ilmu
Ptiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superfisial kronis pada kulit yang ditandai
dengan macula hipopigmentasi dan skuama halus berwarna putih sampai coklat hitam. Biasanya
predileksi kelainan ini pada badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha,
lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Pitiriasis versikolor paling
banyak dijumpai pada daerah tropis karena tingginya temperatur dan kelembaban. Menyerang
hampir semua usia terutama remaja, terbanyak pada usia 16-40 tahun. Tidak ada perbedaan
antara pria dan wanita. Pada kulit terdapat flora normal yan berhubungan dengan timbulnya
pitiriasis versikolor, yaitu Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale
yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organism yang sama, dapat berubah sesuai dengan
lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban. Penderita pada umumnya hanya
mengeluhkan adanya bercak berwarna putih (makula hipopigmentasi) atau kecoklatan (makula
hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan, umumnya saat berkeringat. Ukuran dan bentuk lesi
sangat bervariasi, tergantung lamanya sakit dan luasnya lesi. Lokasi lesi umumnya pada bagian
tubuh dengan kelembaban tinggi dan tertutup paskaian, misalnya pada daerah dada, lengan atas,
tengkuk, perut, tungkai atas/ bawah.
Pada lesi baru sering dijumpai makula skuamosa folikular. Sedangkan lesi primer tunggal berupa
makula dengan batas sangat tegas tertutup skuama halus. Makula umumnya khas berbentuk bulat
atau oval. Pada kasus yang lama tanpa pengobatan, lesi dapat berbentuk gambaran pulau yang
luas berbentuk polisiklik. Beberapa kasus dapat sembuh total, pada sebagian besar kasus
pengobatan akan menyebabkan lesi berubah menjadi makula hipopigmentasi yang akan menetap
hingga beberapa bulan tanpa adanya skuama.
Tujuan terapi pada PV adalah untuk mengembalikan Malassezia sesuai jumlah komensalnya,
bukan untuk mengeradikasi Malassezia dari tubuh. Terapi topikal merupakan terapi pilihan
utama untuk pitiriasis versikolor. Terapi sistemik, dapat dipilih apabila penyakit melibatkan area
kulit yang luas, rekurensi, dan gagal terapi topikal. Studi menunjukkan, terapi dalam jangka
waktu yang lama, konsentrasi yang lebih tinggi pada terapi topikal dan dosis yang lebih tinggi
pada terapi oral, terbukti meningkatkan angka kesembuhan. Lesi hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi dapat bertahan dalam waktu lama sampai hitungan bulan, meskipun penyakit
telah sembuh, yang menyebabkan pasien merasa penyakit belum sembuh.Repigmentasi
memerlukan waktu lama dan dari segi kosmetik sering dirasakan mengganggu oleh pasien.
Tujuan tinjauan pustaka ini adalah menambah pemahaman mengenai mekanisme hipopigmentasi
yang terjadi pada PV, penatalaksanaan untuk PV dan repigmentasinya
Permasalahan
Anamnesa:
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang Puskesmas Banjar 1 dengan keluhan muncul bercak
keputihan bersisik halus pada kulit sejak beberapa bulan terakhir. Bercak keputihan tersebut
muncul pada dada, punggung, kedua lengan atas, dan perut. Awalnya bercak muncul di dada,
kemudian menyebar ke tempat lain. Selain itu, pasien mengeluh kadang-kadang teraba gatal di
bagian keputihan, terutama saat cuaca panas dan berkeringat.
Keluhan mati rasa atau kurang rasa pada bercak disangkal. Riwayat luka sebelumnya tidak ada,
riwayat bercak merah sebelumnya tidak ada, riwayat mengonsumsi obat dalam jangka waktu
lama tidak ada. Pasien sudah mengobati keluhan tersebut dengan membeli salep di apotek,
namun gejala belum hilang.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit yang sama disangkal, Riwayat penurunan berat
badan, sering lapas, haus, ke kamar kecil di malam hari disangkal
Riwayat Kebiasaan :Pasien mandi satu atau dua kali setiap hari dengan air pdam desa dan
memakai sabun mandi batang, Pasien sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek, menggunakan
pakaian berbahan tebal ketika bekerja, dan tidak mengganti pakaian saat berkeringat
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
Pemeriksaan Fisik
Suhu : afebris
- Status generalis
- Status lokalis
Status dermatologis : Makula hipopigmentasi, multiple, berbentuk bulat dan oval tidak teratur,
diameter bervariasi antara 2-4 cm, dengan skuama halus warna putih. Predileksi pada dada,
punggung, kedua lengan atas dan perut.
Pelaksanaan
Melakukan Pelaksanaan Upaya Pengobatan dasar pada tanggal 9 September 2019 Pada poli
umum puskesmas Tejakula 1, melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan memberikan
pengobatan dan edukasi pada pasien tentang pengobatan pasien.
Monitoring
Monitoring dilihat upaya keberhasilan terapi dan edukasi pada pasien tersebut.
Latar belakang
Faringitis merupakan peradangan pada dinding faring (Sidharti et.al., 2015). Faringitis dapat
disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang paling sering menyebabkan terjadinya faringitis
adalah Streptococcus group A. Penyebab lain nonbakteri, yaitu virus-virus saluran napas seperti
adenovirus, influenza, parainfluenza, rhinovirus dan respiratory syncytial virus (RSV) (Dewi,
et.al., 2013).
Faringitis mewakili sebagian besar kasus infeksi saluran pernafasan yang lazim terjadi di seluruh
dunia. Meskipun penyebab faringitis pada sebagian besar pasien adalah virus, yaitu 40-60% dan
5-40% disebabkan oleh infeksi bakteri (Sidharti et.al., 2015). Salah satu bakteri yang menjadi
penyebab tersering dari faringitis adalah bakteri Streptococcus β hemoliticus Group A yang
menginfeksi 5-15% pasien dewasa dan 20-30% pasien anak (Wineri et.al., 2014). Di Indonesia
pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus faringitis akut masuk dalam sepuluh besar kasus
penyakit yang dirawat jalan dengan presentase jumlah penderita 1,5% atau sebanyak 2.214.781
orang. (Sidharti et,al., 2015).
Dalam pengobatan faringitis sangat penting untuk memastikan penyebab dalam menentukan
pengobatan yang tepat. Salah satu obat utama untuk mengobati faringitis yang disebabkan oleh
bakteri adalah antibiotik. Penggunaan antibiotik yang kurang tepat dalam pengobatan faringitis
juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Ketidaktepatan peresepan dapat mengakibatkan
masalah seperti tidak tercapainya tujuan terapi, meningkatnya kejadian efek samping obat, dan
meningkatnya resistensi antibiotic. (Sidharti et.al., 2015). Salah satu bahan yang aman digunakan
yaitu bahan-bahan alami seperti tanaman herbal yang lebih minim efek samping.
Dalam penelitian ini akan digunakan larutan kumur yang merupakan suatu cairan atau larutan
yang digunakan secara rutin untuk membersihkan rongga mulut, antiseptic, dan juga untuk
menyegarkan rongga mulut, yang sediaannya mudah dijumpai, praktis, lebih cepat memberikan
efek dan mudah dalam penggunaanya di dalam rongga mulut. Larutan kumur dapat digunakan
untuk merawat infeksi, mengurangi inflamasi, meredakan sakit, dan mengurangi bau mulut
(Esimone et al., 2007; Farah et al., 2009).
Permasalahan
Anamnesa:
KU: Panas dan nyeri menelan sudah dari 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengetakan panas mulai dari 2 hari yang lalu panas mula
dari pagi di sertai nyeri menelan panas yang dirasakan naik turun, pada saat makan dirasakan
nyeri saat menelan
Riwayat Kebiasaan : Pasien suka makan makan snack yang di jula di warung dan suka minum es
the yang dijula di warung
Pemeriksaan Fisik
Suhu : 37,7
Td 110/70
- Status generalis
Perencanaan
Cefadroxil 2x500mg
Dexametason 3x0,5mg
Paracetamol 3x500mg
Pelaksanaan
Kegiatan di lakukan tgl 19 Juli 2019, kegiatan di akukan di poli umum puskesmas Tejakula,
kegiatan diawali dengan anamnesa , pemeriksaan fisik, pemeberian terapi
Monitoring
Peserta hadir
Judul Laporan
Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak
penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena masih banyak kasus
belum terselesaikan, bahkan beberapa penyakit menular yang semula dapat dikendalikan muncul
kembali dengan penyebaran tidak mengenal batasbatas daerah maupun batas antar negara. Dilain
pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit
akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif. Proporsi penyebab kematian karena
penyakit kardiovaskuler tahun 1986, 1992, 1995 dan 2001 cenderung meningkat. Faktor risiko
penyakit Kardiovaslerantara lain merokok, obesitas, diet rendah serat tinggi lemak dengan akibat
gangguan kadar lemak dalam darah, dan kurangnya olah raga. Diperoleh data bahwa di
Indonesia terdapat 28 % perokok pada usia 10 tahun ke atas, kurang aktivitas fisik merupakan
proporsi terbanyak yaitu 92% dari penduduk usia 15 tahun ke atas di pulau Jawa dan Bali
terutama untuk kelompok perempuan. Overweight dan obesitas lebih tinggi prevalensinya pada
perempuan dan cenderung meningkat dengan bertambahnya umur. Sedangkan angka penderita
Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti yang dilansir oleh The Lancet tahun
2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi. Angka ini terus
meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di
seluruh dunia yang menderita hipertensi. Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga
terbesar yang menyebabkan kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung
kongestif serta penyakit cerebrovaskuler. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup
seseorang, sering disebut sebagai the killer disease karena penderita tidak mengetahui kalau
dirinya mengidap hipertensi. Penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat
Hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan
berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah
faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi.
Permasalahan
Identitas Pasien Nama : Tn. S Umur : 57 tahun Alamat : Banjar Pekerjaan : Petani Tanggal
Periksa : 5 Juli 2019 II. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 5
julir Keluhan Utama Pusing 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan pusing
sejak 2 hari yang lalu. Pusing dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluh leher terasa
kencang sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien merupakan pasien rutin pengobatan hipertensi
sejak 1 tahun yang lalu. 3. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat hipertensi : (+) sejak 2 tahun
yang lalu b. Riwayat DM : disangkal c. Riwayat sakit jantung : disangkal d. Riwayat mondok :
disangkal e. Riwayat asma/alergi : disangkal 4. Riwayat Kebiasaan a. Riwayat merokok : (+)
sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal 5. Riwayat
Penyakit Keluarga a. Riwayat hipertensi : disangkal b. Riwayat DM : disangkal c. Riwayat
asma/alergi : disangkal d. Riwayat sakit jantung : disangkal
Pelaksanaan
Peserta hadir
Judul Laporan
Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) Upaya Pengobatan Dasar DYSPEPSIA
SYNDROME
Latar Belakang
Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan nyeri dan perasaantak nyaman di perut yang bersifat
menetap ataupun berulang di daerah epigastrium. Dyspepsiameski pun bukan termasuk penyakit
yangmengancam jiwa namun dapat mengurangi kualitashidup karena nyeri dan rasa tak nyaman
dapat mengganggu konsentrasi dalam pekerjaan maupun saat beristirahat. Diperlukan
penanganan yang adekuat agar pasien tidak sering mengunjungi fasilitas kesehatan untuk
berobat.
Permasalahan
Tujuan utama pengobatan dyspesia adalah mengurangirasa tak nyaman di perut. Berdasarkan
teori saat inipenyebab dyspepsia adalah peningkatan zat pelepashormon gastrin di lambung,
dismotilitas dan hipersensitivitasviseral, psikologis, infeksi bakteri serta pola diet danlingkungan.
Sehingga pengobatan terbagi dalam duakategori, farmakologi dan non farmakologis. Pengobatan
farmakologis:1. Antasida2. Agen penghambat asam: H2 blocker dan PPI3. Agen prokinetik4.
Antiemetik5. Antispasmodik6. Sitoprotektor Pengobatan non-farmakologis:1. Pengubahan pola
diet2. Manajemen stres
Pelaksanaan
Pada pasien ini, karena tidak bekerja dan sebagai ibu rumahtangga, faktor psikologis
kemungkinan besarperannya. Saran agar mengurangi pikiran – pikirantidak penting dan tidak
memendam uneg – unegseyogyanya diberikan. Pola makan yang tidakteratur dan seringnya
mengkonsumsi makananpedas, bersantan dan asam juga berperan pentingdan disarankan untuk
menghindarinya. Terapifarmakologis yang diberikan adalah antasida tabletkunyah tiga kali
sehari dikombinasikan dengancimetidine tablet dua kali sehari untuk menurunkankadar asam
lambung dan menghambatpengeluaran zat histamin yang menyebabkanhipersensitivitas viseral
LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent killer karena pada
umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak
mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi komplikasi (Chobanian dkk., 2004).
Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta atau 1 dari 3
penduduk pada tahun 2010.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).
Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari
estimasi tahun 2010. Data tahun 2010-2018 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5%
penderita hipertensi menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9%
menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan
darah sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg) dan 47,5% pasien yang tekanan
darahnya tidak terkontrol.
Persentase pria yang menderita hipertensi lebih tinggi dibanding wanita hingga usia 45
tahun dan sejak usia 45-64 tahun persentasenya sama, kemudian mulai dari 64 tahun ke
atas, persentase wanita yang menderita hipertensi lebih tinggi dari pria (Go dkk., 2014).
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terbesar penyebab morbiditas dan
mortalitas pada penyakit kardiovaskular (Kearney dkk., 2005). Sejak tahun 1999 hingga
2009, angka kematian akibat hipertensi meningkat sebanyak 17,1% (Go dkk., 2014)
dengan angka kematian akibat komplikasi hipertensi mencapai 9,4 juta per tahunnya
(WHO, 2013).
Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan
kematian jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan tepat (James dkk., 2014).
Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien stroke, dan 74% pasien congestive heart
failure (CHF) menderita hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHg (Go dkk., 2014).
Hipertensi menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan 51%
kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2018, tetapi yang terdiagnosis
oleh tenaga kesehatan dan atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini
menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan
terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2018). Profil data kesehatan Indonesia
tahun 2018 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan
kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2018, dengan proporsi kasus
42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2018).
Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang dapat terjadi jika
hipertensi tidak ditangani dengan tepat, maka penggunaan obat yang rasional pada pasien
hipertensi merupakan salah satu elemen penting dalam tercapainya kualitas kesehatan
serta perawatan medis bagi pasien sesuai standar yang diharapkan. Penggunaan obat
secara tidak rasional dapat menyebabkan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan,
memperparah penyakit, hingga kematian. Selain itu biaya yang dikeluarkan menjadi
sangat tinggi (WHO, 2004).
PERMASALAHAN
PERENCANAAN
A. Sasaran
Sasaran pada penyuluhan dan penjaringan ini adalah masyarakat yang hadir pada
program Puskesmas Keliling Desa Tejakula.
B. Pelaksanaan
08.00-09.00 Pembukaan
MONITORING
A. Monitoring
Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu monitoring. Dimana setiap orang
yang melakukan pemeriksaan, semuanya di catat dalam kartu monitoring, sehingga para
petugas kesehatan bisa mengkontrol dari kartu monitoring ini.
Monitoring dilakukan dengan pengukuran vital sign, berat badan, lemak tubuh dan lemak
perut. Selain itu, dilakukan pula perhitungan body mass index (BMI) atau IMT.
Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui penyuluhan dan diskusi, terlihat bahwa
peserta tampak antusias dan lebih leluasa bertanya kepada narasumber. Setelah diadakan
penyuluhan ini, peserta tampak lebih paham mengenai hipertensi dan diharapkan
kedepannya semakin memperlihatkan tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul sehingga
tidak terlambat mendapatkan penanganan di instalansi kesehatan.
B. Evaluasi
Dari hasil kegiatan penyeluhan terkait hipertensi dapat di evaluasi dengan menanyakan
pertanyaan dibawah ini:
Jawab :
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat memberikan gejala maupun tidak. Pada
pasien yang memiliki risiko tinggi hipertnsi sebaiknya rutin memeriksakan tekanan darah.
Hipertensi dapat bermanifestasi serius pada jantung, ginjal, otak, dan organ tubuh
lainnya, bahkan dapat menyebabkan kematian.