Anda di halaman 1dari 30

F1: Promosi Kesehatan

PHBS

Tgl mulai kegiatan

Tgl akhir kegiatan

Peserta hadir :

Judul Laporan

Pemberian Penyuluhan dan Edukasi mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kepada
Masyarakat Desa Tembok Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Bali.

Latar Belakang

Latar belakang dilakukan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masayarakat ini karana
masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga
masih banyaknya kunjungan pasien terdiagnosa penyakit menular.

Permasalahan

Dari Latar belakang yang disebutkan maka dapat dilihat permasalahan yang terjadi di masyarakat
adalah kurangnya pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat yang mengakibatkan
masih tingginya angka kejadian penyakit menular.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Pemberian penyuluhan yang berisi informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang terdiri
dari pengertian, jenis perilaku hidup bersih dan sehat, pentingnya perilaku hidup bersih dan
sehat, resiko penyakit yang dapat diterima.

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan tanya jawab dilakukan pukul 09.00 sampai selesai di balai banjar Desa
Tembok Kecamatan Tejakula.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilakukan setiap 5 bulan dan evaluasi dilaksanakan saat kunjungan PISPK.
Hipertensi

Tgl mulai kegiatan

Tgl akhir kegiatan

Peserta hadir

Judul Laporan

Pemberian Penyuluhan dan Edukasi Hipertensi Kepada Lansia yang Berkunjung di Puskesmas
Tejakula 1 Kabupaten Buleleng Bali

Latar Belakang

Latar belakang dilakukan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masayarakat ini karana
masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi sehingga masih
banyaknya kunjungan pasien terdiagnosa baru dan tidak terkontrolnya penyakit hipertensi.

Permasalahan

Dari Latar belakang yang disebutkan maka dapat dilihat permasalahan yang terjadi di masyarakat
puskesmas Tejakula 1 adalah masih tingginya angka kejadian penyakit hipertensi dan tingginya
masyarakat dengan penyakit hipertensi yang tidak mengontrol penyakitnya secara teratur karena
kurang nya pengetahuan masyarakat tentang penyakit tersebut

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Pemberian penyuluhanyang berisi informasi tentang penyakit hipertensi yang terdiri dari
pengertian penyakit, tanda dan gejala penyakit, faktor resiko, makanan yang harus dihindari dan
bagaimana diet pada pasien hipertensi.

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan tanya jawab dilakukan pukul 09.00 sampai selesai di puskesmas
Tejakula 1 kabupaten buleleng.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilakukan pada semua pasien yang terdiagnosa penyakit Hipertensi apakah ada
perbaikan atau tidak dan untuk evalasi kegiatan agar diadakan kegiatan konsultasi pribadi antara
pasien dan dokter

Diabetes Melitus

Tgl mulai kegiatan :11 juni 2019


Tgl akhir kegiatan :11 juni 2019

Peserta hadir peserta : para peserta prolanis

Judul Laporan

Penyuluhan Kesehatan Mengenai Tanda, Gejala, Faktor Resiko, dan Cara Pengobatan Diabetes
Melitus Kepada Peserta Prolanis Puskesmas Tejakula 1 Kabupaten Buleleng

Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mempunyai karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena adanya kerja insulin, kelainan sekresi insulin, atau kedua-duanya dan
membutuhkan terapi pengobatan yang lama untuk mengurangi risiko kejadian komplikasi.
Tingginya jumlah penderita diabetes melitus disebabkan antara lain karena perubahan gaya
hidup masyarakat, tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran untuk melakukan deteksi
dini penyakit diabetes melitus yang kurang, minimnya aktivitas fisik, pengaturan pola makan
yang salah dengan komposisi makan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula,
garam, dan sedikit mengandung serat.

Menurut International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan pada tahun 2015 bahwa 1 dari 11
orang dewasa mengalami diabetes melitus dan diperkirakan setiap 6 detik satu orang meninggal
karena diabetes melitus (5juta kematian). Penderita diabetes melitus di dunia tahun 2015
diperkirakan mencapai 415 juta jiwa (usia 20-79 tahun). Indonesia menempati urutan ke tujuh
dunia setelah Amerika, Brazil, Rusia, dan Mexico, dengan jumlah penderita 10 juta jiwa.
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa pada tahun 2040, penderita
diabetes melitus di dunia menjadi 642 juta jiwa, 1 dari 10 orang dewasa akan menderita diabetes
melitus, dan penderita diabetes melitus di Indonesia diperkirakan menjadi 16 juta jiwa. Menurut
Riset Kesehatan Dasar, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang menderita diabetes
melitus tahun 2013 adalah 12 juta jiwa (usia 15 tahun ke atas). Penduduk Jawa Tengah yang
pernah didiagnosis diabetes melitus oleh dokter diperkirakan mencapai 385 ribu jiwa.

Permasalahan

Dari Latar belakang yang disebutkan maka dapat dilihat bahwa masih kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai tanda, gejala, dan cara pengobatan dari Diabetes mellitus. Sehingga Setiap
pasien diabetes melitus perlu mendapatkan informasi minimal yang diberikan setelah diagnosis
ditegakkan, mencakup pengetahuan dasar tentang diabetes melitus, pemantauan mandiri, sebab-
sebab tingginya kadar glukosa darah, obat hipoglikemia oral, perencanaan makan, pemeliharaan
kaki, kegiatan jasmani, pengaturan pada saat sakit, dan komplikasi.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Perencanaan dan pemilihan intervensi yang dilakukan adalah pemberian penyuluhan mengenai
tanda dan gejala penyakit, faktor resiko, cara pengobatan dan cara penanganan. Dalam
menyampaikan informasi, faktor yang perlu diperhatikan adalah kondisi pasien diabetes melitus,
baik kondisi fisik dalam hal ini beratnya penyakit maupun kondisi psikologis, karena itu dalam
pemberian penyuluhan kesehatan harus diamati secara terus menerus oleh petugas kesehatan
ataupun dokter. Tujuan pendidikan kesehatan bagi pasien diabetes melitus adalah meningkatkan
pengetahuan mereka karena pengetahuan merupakan titik tolak ukur perubahan sikap dan gaya
hidup mereka. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku pasien
diabetes melitus dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya meningkatkan kualitas hidup,
sehingga perlu kerjasama yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien diabetes melitus dan
keluarganya adar pengobatan diabetes dapat berhasil.

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan tanya jawab dilakukan pukul 09.00 sampai selesai di ruang Pertemuan
puskesmas Tejakula 1 kabupaten buleleng.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilakukan pada setiap peserta setiap bulannya akan dilakukan pengecekan pada
peserta yang mengalami tanda dan gejala DM untuk pemeriksaan gula darah; dan melakukan
monitoring keluhan dan gula darah bagi peserta dengan DM yang kemudian akan dinila apakah
gula darahnya terkontrol.

Osteoartritis

Latar belakang di laksanakannya program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan lansia
tentang penyakit osteoatritis mengingat masih adanya lansia yang terdiagnosa sebagai osteoatritis
saat berkunjung di puskesmas, selain itu untuk meningkatkan pemerataan kesehatan di wilajyah
kerja puskesmas banjar 1

Permasalahan

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan maka terdapat beberapa masalah yang ditemukan
antara lain masih adanya lansia yang terdiagnosa dengan osteoatritis saat berkunjung di
puskesmas

Perencanaan

melakukan penyuluhan tentang osteoatritis yang beriisikan materi tentang apa itu osteoatritis,
bagaimana osteoatritis bisa terjadi, apa saja fator resiko yang meningkatkan terjadinya
osteoatritis, bagaimana penangan dari osteoatritis
Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan di balai desa pura pukul 10.00 sampai selesai kemudian dilakukan tanya
jawab antar narasumber dan peserta

Monitoring

Monitoring dilakukan pada semua pasien lansia yang terdiagnosis dengan ostoatritis di
puskesmas banjar 1 yang beraal dari desa kaliasem apakah ada penurunan atau tidak

evaluasi dari program ini adalah sebaiknya disediakan bingkisan bagi para lansia yang mau
bertanya agar sesi tanya jawab semakin menarik

Pemberian Penyuluhan dan Edukasi Tentang Penyakit Asam urat Kepada Masyarakat
Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng Bali yang Berkunjung ke Puskesmas Tejakula 1
Kabupaten Buleleng Bali

Latar belakang

Latar belakang dilakukan kegiatan promosi kesehatan dan pemerdayan masayarakat ini karana
masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentag penyakit asam urat dan masih banyaknya
kunjungan pasien yang terdiagnosa penyakit asam urat

Permasalahan

Dari latar belakang yang sudah dijelaskan terdapat dua permsalahan yang mendasar yaiti
kuragnya pengetahuan masyarakat akan penyakit asam urat dan masih banyaknya pasien yang
terdiagnosa asam urat

Perencanaan

Pemberian penyuluhan tentang penyakit asam uarat yang terdiri dari penegertian penyakit asam
urat, tandan dan gejala penyakit asam urat, faktor resiko penyait asam urat, makanan yang harus
dihindari dan bagaimana diet pada pasien asam urat

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dan tanya jawab dilaksanakan pukul 08.00 wib sampai selesai di ruang
tunggu pasien di depan loket pendaftaran puskesmas banjar 1 kabupaten buleleng

Monitoring
Monitoring dilakukan pada semua pasien yang terdiagnosa penyakit asam urat apakah ada
perbaikan atau tidak dan untuk evalasi kegiatan agar diadakan kegiatan konsultasi pribadi antara
pasien dan dokter
F2 :Upaya Kesehatan Lingkungan

Jamban sehat

Tgl mulai kegiatan

Tgl akhir kegiatan

Peserta hadir :

Judul Laporan

Upaya Peningkatan Taraf Kesehatan Lingkungan dengan Penggunaan Jamban Sehat

Latar Belakang

Permasalahan yang dialami Indonesia terkait dengan masalah air minum, hygiene, dan sanitasi
masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development program (ISSDP) pada
tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berprilaku buang air besar di sungai, sawah,
kebun, dan tempat terbuka. Hanya 37% penduduk pedesaan mempunyai akses ke sanitasi yang
aman menurut laporan Joint Monitoring Program.

Jamban sehat adalah pembuangan tinja yang efektif untuk memutus mata rantai penularan
penyakit. Untuk mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan bila
memenuhi persyaratan sebagai berikut: tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban
tersebut, tidak mengotori air permukaan disekitarnya, tidak dapat terjangkau oleh serangga
terutama kecoa dan lalat, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana
desainnya, murah, dan dapat diterima pemakaiannya.

Permasalahan

1. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak BAB di sembarang tempat.


2. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai jamban sehat.
3. Kurangnya kepemilikan jamban sehat oleh masyarakat.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan

Pelaksanaan
Kegiatan penyuluhan dilakukan pada pukul 10.00 bertempat di balai banjar sembung desa
Tembok, yang berisikan informasi mengenai dampak dari BAB sembarangan, pentingnya ada
jamban sehat, dan strategi pengadaan jamban sehat.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilakukan setiap 6 bulan untuk mengevaluasi hasil penyuluhan dan edukasi yang
dilakukan pada saat kegiatan PISPK.

Melakukan Inspeksi Sanitasi Dasar Di Rumah Tangga di daerah dusun menasa Desa Dencarik
Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng

Latar belakang

Latar belakang dilakukannya kegitan ini adalah karana masih banyak sanitasi dasar dirumah
tangga yang tidak memenuhi standar salah satunya penggunaan jamban sehat, dimana keadaan
ini membuat masyarakat bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan berbahaya lainya
sehingga masyarakat terjauhi dari hidup sehat, hal ini memerlukan perhatian khusus terutama
bagi tenaga kesehatan setempat.

Permasalahan

permasalahan yang mendasar yang ada sehingga kegiatan ini harus telaksana adalah masih
banyaknya masyarakat yang tidak memenuhi standar sanitasi dasar seperti penggunaan jamban
sehat yang layak pakai

Perencanaan dan pemilihan

Intervensi yang dilakukan pada kegiatan ini adalah mengunjungi rumah - rumah warga,
memberikan penyuluhan secara individu dan mendata warga mana yang tidak memenuhi standar
penggunaan jamban sehat

Pelaksanaan

Kegiatan dilakukan mulai pukul 13.00 sampai selesai, kegiatan diawali dengan berkumpul dan
bertemu kepala dusun menasa dan perangkat dusun kemudian berpencar menuju rumah - rumah
warga satu persatu dan memberikan penyuluhan secara individu bagaimana syarat penggunaan
jamban sehat

Monitoring

Monitoring dilakukan enam bulan sekali untuk memastikan apakah sudah terpenuhi standar
penggunaan jamban sehat, monitoring dilakukan oleh pemegang program kesehatan lingkungan
puskesmas banjar 1 dan dibantu oleh darbin pemegang wilayah tersebut
F3: KIA dan KB

Tgl mulai kegiatan

Tgl akhir kegiatan

Peserta hadir

Judul Laporan

Meningkatkan pengetahuan Masyarakat mengenai Penyakit Kanker Serviks

Latar Belakang

Kanker serviks merupakan suatu penyakit keganasan pada leher rahim. Kanker serviks
adalah salah satu kanker yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia. Menurut
Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker serviks menempati urutan kedua setelah kanker
payudara sebagai kanker yang sering menyerang wanita. Lebih dari 250.000 wanita
meninggal akibat kanker serviks pada tahun 2005. Dengan kejadian rata-rata 15 per 100.000
perempuan dengan jumlah kematian sebesar 7,8 % per tahun dari seluruh kanker pada wanita
di dunia.

Di Indonesia, diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks terjadi setiap tahunnya,
sedangkan angka kematiannya diperkirakan 7500 kasus per tahun (Emilia, 2010).

Pada tahun 2004 jumlah pasien kanker yang berkunjung ke Rumah Sakit di Indonesia
mencapai 6.511 dengan proporsi kanker serviks dan lebih dari 70% kasus kanker serviks
datang dengan stadium lanjut (Depkes, 2005). Tingginya angka kejadian kanker serviks di
Indonesia merupakan beban kesehatan, ekonomi dan sosial bagi perempuan dimanapun.
Insiden kanker serviks menurut data dari Depkes, 100 per 100.000 penduduk per tahun,
sedangkan dari data Laboraturium Patologi Anatomi seluruh Indonesia, frekuensi kanker
serviks paling tinggi diantara kanker yang ada di Indonesia, penyebarannya terlihat bahwa
92,4% terakumulasi di Jawa dan Bali.

Permasalahan

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Kanker Serviks

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Penyuluhan dan skrining

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dilakukan pada pukul 10.00 di pada saat pengadaan puskesmas keliling dan
posyandu, kegiatan dilaksanakan di desa Les, yang berisikan materi mengenai pengertian,
penyebab, faktor resiko, gejala dan tanda, penatalaksanaan, dan pencegahan. Skrining
dilaksanakan di puskesmas setiap hari Kamis.

Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi kegiatan dilihat dari kunjungan ke puskesmas saat hari kamis.
F4 : Upaya perbaikan Gizi Masyarakat

ASI Eksklusif

Tgl mulai kegiatan

Tgl akhir kegiatan

Peserta hadir

Judul Laporan

Meningkatkan Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 bulan

Latar Belakang

Masa keemasan dari perkembangan bayi dimulai sejak hari pertama bayi dilahirkan sampai
dengan 6 bulan. Hal ini dikarenakan, pada usia ini merupakan saat–saat dimana pertumbuhan
otak yang terpenting yang nantinya juga akan berpengaruh pada kecerdasan anak, dimana
pertumbuhan otak bayi dimulai dari baru lahir hingga mencapai 70 % dari otak dewasa saat
berusia 1 tahun. Namun sayangnya pada masa ini biasanya bayi masih sangat lemah dan juga
organ-organnya belum berfungsi dengan sempurna dan cenderung rentan terhadap penyakit
sehingga sangatlah penting diperhatikan nutrisi yang baik untuk si bayi (Roesli, 2007).

Di Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui program perbaikan gizi


masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar 80%. Namun demikian
angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun
terus menurun.

Permasalahan

Kurangnya pengetahuan ibu akan pentingya pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

Perencanaan dan pemilihan intervensi

Penyuluhan

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan saat pengadaan posyandu di desa sambirenteng pukul 10.00,
yang memberikan informasi mengenai pengertian ASI Eksklusif, kandungan ASI, serta manfaat
pemberian ASI Eksklusif bagi bayi dan ibu.
Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dilaksanakan setiap dilakukan posyandu di desa sambirenteng untuk mengevaluasi


hasil dari penyuluhan dan edukasi yang telah diberikan.

Gizi Pada Lansia

Latar Belakang

Makanan yang aman dan sehat merupakan hal yang sangat penting. Banyak penyakit
yang dapat ditimbulkan dari makanan, antara lain keracunan, diare, muntah, hepatitis, bahkan
kegemukan atau obesitas sering disebabkan karena pola makan yang tidak sehat. Makanan yang
sehat dan aman tidak harus mahal, banyak sekali bahan makanan yang sehat dan aman dapat
ditemukan di sekitar kita dengan harga yang terjangkau.
Saat ini banyak sekali makanan instant yang mengandung zat-zat kimia yang tidak baik
bagi kesehatan tubuh jika dikonsumsi setiap hari. Terutama jajanan-jajanan yang sering
ditemukan mengandung pengawet dan pewarna tekstil yang sangat berbahaya bagi tubuh. Oleh
karena itu, kita wajib berhati-hati dan senantiasa menjaga makanan yang kita makan sehari-hari,
baik dalam hal menyimpan dan mengolahnya.

Permasalahan
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia akan pentingnya mengkonsumsi makanan sehat
dan aman.

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Penyuluhan tentang diet bagi lansia ini diharapkan akan meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai makanan apa saja yang aman untuk di konsumsi pada lansia berikut cara pengaturan
diet tersebut sehingga mereka dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari - hari. Hingga pada
akhirnya diharapkan dapat meningkatkan status kesehatan pada lansia.

Pelaksanaan
Penyuluhan mengenai gizi pada lansia diadakan saat puskesmas keliling yang diadakan di desa
Penuktukan pada tanggal 3 September 2019 dari pukul 09.00- selesai. Penyuluhan berisikan
informasi mengenai makanan apa saja yang aman untuk di konsumsi pada lansia berikut cara
pengaturan diet.

Monitoring dan Evaluasi


Proses penyuluhan berjalan cukup lancar. Para peserta penyuluhan juga cukup baik menyimak
penjelasan dan di akhir acara cukup aktif menanyakan berbagai macam pertanyaan seputar
makanan apa saja yang dapat dikonsumsi pada lansia.
F5 :P2M

Surveilans dan pelacakan kasus TB

Tgl mulai kegiatan

Tgl akhir kegiatan

Peserta hadir

Judul Laporan

Upaya Pencegahan dan Deteksi dini kasus TBC di Desa Kelodan Tejakula

Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di
dunia terutama di negara berkembang hingga saat ini. Menurut Kemenkes RI (2012), meskipun
obat anti tuberkulosis (OAT) sudah ditemukan dan vaksin Bacillud Calmette-Guerin (BCG) telah
dilaksanakan, TB tetap belum bisa diberantas habis. Hal ini terbukti dengan terus meningkatnya
insindensi penyakit TB menjadi penyakit re-emerging.

Sebagai salah satu negara berkembang, saat ini Indonesia berada di peringkat kelima negara
dengan beban TB tertinggi di dunia. Beban TB tersebut masih terbilang tinggi karena setiap
tahunnya terdapat 450.000 kasus baru TB (Kemenkes RI, 2011). Hal ini didukung oleh hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menunjukkan bahwa penyakit TB di
Indonesia merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit stroke, baik di perkotaan
maupun di pedesaan (Depkes RI, 2008).

Permasalahan

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit menular TB

Perencanaan dan pemilihan intervensi

1. Penyuluhan mengenai TB
2. Skrining dan pelayanan medis

Pelaksanaan

Kegiatan penyuluhan dilaksanakan saat pengadaan puskesmas keliling di desa kelodan tejakula
pukul 10.00, yang memberikan informasi mengenai pengertian penyakit TB, penyebab, cara
penularan, pencegahan, dan pengobatan. Skrining dan pelayanan medis dilaksanakan untuk
mendeteksi secara dini pasien yang suspek terkena penyakit TB dan mengedukasi untuk esok
harinya ke puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut
Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan proses evaluasi dari hasil kegiatan di Desa Kelodan Tejakula dengan mendata
pasien yang suspek TB, serta mengevaluasi untuk keesokan harinya kehadiran pasien di
Puskesmas.

CAMPAK

Latarbelakang

Penyakit campak merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan bayi dan anak. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus golongan Paramyxovirus. Pada
tahun 2013, di dunia terdapat145.700 orang meninggal akibat campak,sedangkan sekitar 400
kematian setiap hari sebagian besar terjadi pada balita(WHO, 2015).
Menurut Kemenkes RI (2015),campak merupakan penyakit endemic di negara
berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, campak masih menempati urutan ke-5 penyakit
yang menyerang terutama pada bayi dan balita. Pada tahun 2014 di Indonesia ada 12.943 kasus
campak. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2013 sebanyak 11. 521 kasus.

Campak adalah penyakit sangat menular dengan gejala prodromal seperti demam, batuk,
coryza/pilek, konjungtivitis dan bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau
putih kebiru-biruan dengan dasar kemerahan di daerah mukosa pipi (bercak koplik). Tanda khas
bercak kemerahan dikulit timbul pada hari ketiga sampai ketujuh, dimulai di daerah muka,
kemudian menyeluruh, berlangsung selama 4-7 hari, dan kadang-kadang berakhir dengan
pengelupasan kulit berwarna kecoklatan.

Permasalahan
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bahayanya penyakit campak

Perencanaan dan pemilihan intervensi


Penyuluhan mengenai penyakit campak dilaksanakan di puskesmas Tejakula 1 di ruang tunggu
pasien dari pukul 09.00-selesai, penyuluhan berisikan materi pengertian campak, penyebab,
gejala, pencegahan dan penanganan.

Monitoring dan evaluasi


Monitoring dan evaluasi dapat dilaksanakan berdasarkan kunjungan masyarakat untuk membawa
anaknya dalam pencegahan melalui imunisasi dan pengobatan penyakit campak ke puskesmas.
F6 : Upaya Pengobatan Dasar

DM

Tgl mulai kegiatan

Tgl akhir kegiatan

Peserta hadir

Judul Laporan

Upaya pengobatan dasar Diabetes Melitus Tipe II.

Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mempunyai karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena adanya kerja insulin, kelainan sekresi insulin, atau kedua-duanya dan
membutuhkan terapi pengobatan yang lama untuk mengurangi risiko kejadian komplikasi.
Tingginya jumlah penderita diabetes melitus disebabkan antara lain karena perubahan gaya
hidup masyarakat, tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran untuk melakukan deteksi
dini penyakit diabetes melitus yang kurang, minimnya aktivitas fisik, pengaturan pola makan
yang salah dengan komposisi makan yang terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula,
garam, dan sedikit mengandung serat.

Menurut International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan pada tahun 2015 bahwa 1 dari 11
orang dewasa mengalami diabetes melitus dan diperkirakan setiap 6 detik satu orang meninggal
karena diabetes melitus (5juta kematian). Penderita diabetes melitus di dunia tahun 2015
diperkirakan mencapai 415 juta jiwa (usia 20-79 tahun). Indonesia menempati urutan ke tujuh
dunia setelah Amerika, Brazil, Rusia, dan Mexico, dengan jumlah penderita 10 juta jiwa.
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa pada tahun 2040, penderita
diabetes melitus di dunia menjadi 642 juta jiwa, 1 dari 10 orang dewasa akan menderita diabetes
melitus, dan penderita diabetes melitus di Indonesia diperkirakan menjadi 16 juta jiwa. Menurut
Riset Kesehatan Dasar, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia yang menderita diabetes
melitus tahun 2013 adalah 12 juta jiwa (usia 15 tahun ke atas). Penduduk Jawa Tengah yang
pernah didiagnosis diabetes melitus oleh dokter diperkirakan mencapai 385 ribu jiwa.

Permasalahan

1. Masalah yang sering di temukan pada pasien diabetes mellitus khususnya di Puskesmas Tejakula
1 buleleng adalah kurangnya pemahaman pasien tentang pencegahan dan pengobatan dini
diabetes mellitus.
2. Hal lain yang masih menjadi masalah adalah kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan dan
pentingnya kontrol setiap bulannya, banyak pasien yang menghentikan pengobatannya secara
langsung tanpa konsultasi ke dokter.
Perencanaan dan pemilihan intervensi

Dengan adanya permasalahan tersebut, pengobatan dasar hipertensi dilakukan. Dimana


didalamnya diberikan penjelasan atau KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi) mengenai
definisi DM, penyebab, gejala, pencegahan mencakup pola hidup sehat dan pengobatan secara
dini serta komitmen kepada kepatuhan terhadap pengobatan DM.

Pelaksanaan

Pasien datang ke poliklinik untuk memeriksakan diri kemudia dilakukanan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pengobatan dasar di Puskesmas Tejakula 1 tanggal 5 Juli 2019 sebelum
memulai kegiatan terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien untuk mengikuti
alur kegiatan upaya pengobatan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pengobatan.
Setelah dilakukan anamnesis didapatkan hal-hal yang mendukung penegakan diagnosis
diantaranya : keluhan utama yaitu sering kencing pada malam hari, kencing setiap malam
kurang lebih 6 kali, merasa kesemutan.
Pemeriksaan fisik : Kesadaran baik compos mentis. Tanda tanda Vital :
Tensi : 130/80mmhg Nadi : 100 kali/menit RR: 20 kali/menit Suhu : 36.5c BB : 73kg TB ; 161cm
Status Generalisata : dalam batas normal
GDA: 350mg/dl
Diagnosis : Diabetes Melitus Tipe II
Pengobatan :
Metformin 3x500 mg
Vitamin B complex 1 x 1

Monitoring dan Evaluasi

Upaya pengobatan dasar yang telah dilakukan perlu monitoring dan evaluasi terhadap terapi
yang telah diberikan pasien diminta untuk kontrol setelah 2 minggu pengobatan. Apabila masih
jauh dari harapan pengobatan perlu dilakukan rujukan ke spesialis penyakit dalam untuk
penanganan lebih lanjut, mengingat sarana dan prasarana dan obat-obatan yang terbatas di
Puskesmas sehingga diharapkan adanya penanganan yang lebih baik sesuai displin ilmu

Melakukan Upaya Pengobatan dasar di Puskesmas Tejakula 1 (Pytiriasis Versikolor)

Ptiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superfisial kronis pada kulit yang ditandai
dengan macula hipopigmentasi dan skuama halus berwarna putih sampai coklat hitam. Biasanya
predileksi kelainan ini pada badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha,
lengan, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala yang berambut. Pitiriasis versikolor paling
banyak dijumpai pada daerah tropis karena tingginya temperatur dan kelembaban. Menyerang
hampir semua usia terutama remaja, terbanyak pada usia 16-40 tahun. Tidak ada perbedaan
antara pria dan wanita. Pada kulit terdapat flora normal yan berhubungan dengan timbulnya
pitiriasis versikolor, yaitu Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale
yang berbentuk oval. Keduanya merupakan organism yang sama, dapat berubah sesuai dengan
lingkungannya, misalnya suhu, media, dan kelembaban. Penderita pada umumnya hanya
mengeluhkan adanya bercak berwarna putih (makula hipopigmentasi) atau kecoklatan (makula
hiperpigmentasi) dengan rasa gatal ringan, umumnya saat berkeringat. Ukuran dan bentuk lesi
sangat bervariasi, tergantung lamanya sakit dan luasnya lesi. Lokasi lesi umumnya pada bagian
tubuh dengan kelembaban tinggi dan tertutup paskaian, misalnya pada daerah dada, lengan atas,
tengkuk, perut, tungkai atas/ bawah.

Pada lesi baru sering dijumpai makula skuamosa folikular. Sedangkan lesi primer tunggal berupa
makula dengan batas sangat tegas tertutup skuama halus. Makula umumnya khas berbentuk bulat
atau oval. Pada kasus yang lama tanpa pengobatan, lesi dapat berbentuk gambaran pulau yang
luas berbentuk polisiklik. Beberapa kasus dapat sembuh total, pada sebagian besar kasus
pengobatan akan menyebabkan lesi berubah menjadi makula hipopigmentasi yang akan menetap
hingga beberapa bulan tanpa adanya skuama.

Tujuan terapi pada PV adalah untuk mengembalikan Malassezia sesuai jumlah komensalnya,
bukan untuk mengeradikasi Malassezia dari tubuh. Terapi topikal merupakan terapi pilihan
utama untuk pitiriasis versikolor. Terapi sistemik, dapat dipilih apabila penyakit melibatkan area
kulit yang luas, rekurensi, dan gagal terapi topikal. Studi menunjukkan, terapi dalam jangka
waktu yang lama, konsentrasi yang lebih tinggi pada terapi topikal dan dosis yang lebih tinggi
pada terapi oral, terbukti meningkatkan angka kesembuhan. Lesi hipopigmentasi dan
hiperpigmentasi dapat bertahan dalam waktu lama sampai hitungan bulan, meskipun penyakit
telah sembuh, yang menyebabkan pasien merasa penyakit belum sembuh.Repigmentasi
memerlukan waktu lama dan dari segi kosmetik sering dirasakan mengganggu oleh pasien.
Tujuan tinjauan pustaka ini adalah menambah pemahaman mengenai mekanisme hipopigmentasi
yang terjadi pada PV, penatalaksanaan untuk PV dan repigmentasinya

Permasalahan
Anamnesa:

KU: muncul bercak keputihan di punggung dan dada

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang Puskesmas Banjar 1 dengan keluhan muncul bercak
keputihan bersisik halus pada kulit sejak beberapa bulan terakhir. Bercak keputihan tersebut
muncul pada dada, punggung, kedua lengan atas, dan perut. Awalnya bercak muncul di dada,
kemudian menyebar ke tempat lain. Selain itu, pasien mengeluh kadang-kadang teraba gatal di
bagian keputihan, terutama saat cuaca panas dan berkeringat.

Keluhan mati rasa atau kurang rasa pada bercak disangkal. Riwayat luka sebelumnya tidak ada,
riwayat bercak merah sebelumnya tidak ada, riwayat mengonsumsi obat dalam jangka waktu
lama tidak ada. Pasien sudah mengobati keluhan tersebut dengan membeli salep di apotek,
namun gejala belum hilang.

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit yang sama disangkal, Riwayat penurunan berat
badan, sering lapas, haus, ke kamar kecil di malam hari disangkal

Riwayat Kebiasaan :Pasien mandi satu atau dua kali setiap hari dengan air pdam desa dan
memakai sabun mandi batang, Pasien sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek, menggunakan
pakaian berbahan tebal ketika bekerja, dan tidak mengganti pakaian saat berkeringat

Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Nadi : 92 kali per menit

Pernapasan : 24 kali per menit

Suhu : afebris

- Status generalis

Mata : konjungtiva anemis -/-, injeksi -/-

Hidung : napas cuping hidung -, saddle nose –

Telinga : tidak ada kelainan

Leher : tidak ada kelainan

Jantung : HR 92 kali per menit, murmur -, gallop –


Paru : suara dasar vesikuler +/+, ronkhi -, wheezing –

Abdomen : tidak ada kelainan

Ektremitas : tidak ada kelainan

- Status lokalis

Status dermatologis : Makula hipopigmentasi, multiple, berbentuk bulat dan oval tidak teratur,
diameter bervariasi antara 2-4 cm, dengan skuama halus warna putih. Predileksi pada dada,
punggung, kedua lengan atas dan perut.

Pelaksanaan

Melakukan Pelaksanaan Upaya Pengobatan dasar pada tanggal 9 September 2019 Pada poli
umum puskesmas Tejakula 1, melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan memberikan
pengobatan dan edukasi pada pasien tentang pengobatan pasien.

Monitoring

Monitoring dilihat upaya keberhasilan terapi dan edukasi pada pasien tersebut.

 Upaya Pengobatan Dasar Tonsilofaringitis di puskesmas Tejakula 1

Latar belakang

Faringitis merupakan peradangan pada dinding faring (Sidharti et.al., 2015). Faringitis dapat
disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang paling sering menyebabkan terjadinya faringitis
adalah Streptococcus group A. Penyebab lain nonbakteri, yaitu virus-virus saluran napas seperti
adenovirus, influenza, parainfluenza, rhinovirus dan respiratory syncytial virus (RSV) (Dewi,
et.al., 2013).

Faringitis mewakili sebagian besar kasus infeksi saluran pernafasan yang lazim terjadi di seluruh
dunia. Meskipun penyebab faringitis pada sebagian besar pasien adalah virus, yaitu 40-60% dan
5-40% disebabkan oleh infeksi bakteri (Sidharti et.al., 2015). Salah satu bakteri yang menjadi
penyebab tersering dari faringitis adalah bakteri Streptococcus β hemoliticus Group A yang
menginfeksi 5-15% pasien dewasa dan 20-30% pasien anak (Wineri et.al., 2014). Di Indonesia
pada tahun 2004 dilaporkan bahwa kasus faringitis akut masuk dalam sepuluh besar kasus
penyakit yang dirawat jalan dengan presentase jumlah penderita 1,5% atau sebanyak 2.214.781
orang. (Sidharti et,al., 2015).

Dalam pengobatan faringitis sangat penting untuk memastikan penyebab dalam menentukan
pengobatan yang tepat. Salah satu obat utama untuk mengobati faringitis yang disebabkan oleh
bakteri adalah antibiotik. Penggunaan antibiotik yang kurang tepat dalam pengobatan faringitis
juga dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Ketidaktepatan peresepan dapat mengakibatkan
masalah seperti tidak tercapainya tujuan terapi, meningkatnya kejadian efek samping obat, dan
meningkatnya resistensi antibiotic. (Sidharti et.al., 2015). Salah satu bahan yang aman digunakan
yaitu bahan-bahan alami seperti tanaman herbal yang lebih minim efek samping.

Dalam penelitian ini akan digunakan larutan kumur yang merupakan suatu cairan atau larutan
yang digunakan secara rutin untuk membersihkan rongga mulut, antiseptic, dan juga untuk
menyegarkan rongga mulut, yang sediaannya mudah dijumpai, praktis, lebih cepat memberikan
efek dan mudah dalam penggunaanya di dalam rongga mulut. Larutan kumur dapat digunakan
untuk merawat infeksi, mengurangi inflamasi, meredakan sakit, dan mengurangi bau mulut
(Esimone et al., 2007; Farah et al., 2009).

Permasalahan

Anamnesa:

KU: Panas dan nyeri menelan sudah dari 2 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengetakan panas mulai dari 2 hari yang lalu panas mula
dari pagi di sertai nyeri menelan panas yang dirasakan naik turun, pada saat makan dirasakan
nyeri saat menelan

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat penyakit yang sama disangkal,

Riwayat Kebiasaan : Pasien suka makan makan snack yang di jula di warung dan suka minum es
the yang dijula di warung

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : baik

Kesadaran : compos mentis

Nadi : 82 kali per menit

Pernapasan : 19 kali per menit

Suhu : 37,7

Td 110/70

- Status generalis

Mata : konjungtiva anemis -/-, injeksi -/-

Hidung : napas cuping hidung -, saddle nose –


Telinga : tidak ada kelainan

Tenggorokan : Faring hiperemi + , tonsil T3/T3 hip +

Leher : tidak ada kelainan

Jantung : murmur -, gallop –

Paru : suara dasar vesikuler +/+, ronkhi -, wheezing –

Abdomen : tidak ada kelainan

Ektremitas : tidak ada kelainan

Perencanaan

Cefadroxil 2x500mg

Dexametason 3x0,5mg

Paracetamol 3x500mg

Pelaksanaan

Kegiatan di lakukan tgl 19 Juli 2019, kegiatan di akukan di poli umum puskesmas Tejakula,
kegiatan diawali dengan anamnesa , pemeriksaan fisik, pemeberian terapi

Monitoring

Monitoring keberhasilan terapi dilakukan jika pasien datang berobat kembali

Tgl mulai kegiatan

Tgl akhir kegiatan

Peserta hadir

Judul Laporan

Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)Upaya Pengobatan Dasar


HIPERTENSI STAGE II

Latar Belakang

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak
penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena masih banyak kasus
belum terselesaikan, bahkan beberapa penyakit menular yang semula dapat dikendalikan muncul
kembali dengan penyebaran tidak mengenal batasbatas daerah maupun batas antar negara. Dilain
pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit
akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif. Proporsi penyebab kematian karena
penyakit kardiovaskuler tahun 1986, 1992, 1995 dan 2001 cenderung meningkat. Faktor risiko
penyakit Kardiovaslerantara lain merokok, obesitas, diet rendah serat tinggi lemak dengan akibat
gangguan kadar lemak dalam darah, dan kurangnya olah raga. Diperoleh data bahwa di
Indonesia terdapat 28 % perokok pada usia 10 tahun ke atas, kurang aktivitas fisik merupakan
proporsi terbanyak yaitu 92% dari penduduk usia 15 tahun ke atas di pulau Jawa dan Bali
terutama untuk kelompok perempuan. Overweight dan obesitas lebih tinggi prevalensinya pada
perempuan dan cenderung meningkat dengan bertambahnya umur. Sedangkan angka penderita
Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti yang dilansir oleh The Lancet tahun
2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi. Angka ini terus
meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di
seluruh dunia yang menderita hipertensi. Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga
terbesar yang menyebabkan kematian dini, hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung
kongestif serta penyakit cerebrovaskuler. Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup
seseorang, sering disebut sebagai the killer disease karena penderita tidak mengetahui kalau
dirinya mengidap hipertensi. Penderita datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat
Hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat
menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan
berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah
faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi.

Permasalahan

Identitas Pasien Nama : Tn. S Umur : 57 tahun Alamat : Banjar Pekerjaan : Petani Tanggal
Periksa : 5 Juli 2019 II. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 5
julir Keluhan Utama Pusing 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan pusing
sejak 2 hari yang lalu. Pusing dirasakan terus menerus. Pasien juga mengeluh leher terasa
kencang sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien merupakan pasien rutin pengobatan hipertensi
sejak 1 tahun yang lalu. 3. Riwayat Penyakit Dahulu a. Riwayat hipertensi : (+) sejak 2 tahun
yang lalu b. Riwayat DM : disangkal c. Riwayat sakit jantung : disangkal d. Riwayat mondok :
disangkal e. Riwayat asma/alergi : disangkal 4. Riwayat Kebiasaan a. Riwayat merokok : (+)
sudah berhenti sejak 1 tahun yang lalu b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal 5. Riwayat
Penyakit Keluarga a. Riwayat hipertensi : disangkal b. Riwayat DM : disangkal c. Riwayat
asma/alergi : disangkal d. Riwayat sakit jantung : disangkal

Perencanaan dan pemilihan intervensi

DIAGNOSIS : Hipertensi Stage II 2. PENATALAKSANAAN Tatalaksana pengendalian


hipertensi dilakukan dengan pendekatan: a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan
kebijakan publik, serta dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai
prilaku hidup sehat dalam pengendalian hipertensi. b. Preventif dengan cara larangan merokok,
peningkatan gizi seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor risiko menjadi
lebih buruk dan menghindari terjadi rekurensi faktor risiko. c. Kuratif dilakukan melalui
pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi
kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan manajemen kasus dan
penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan organisasi profesi,
pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam pengendalian hipertensi. d.
Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan
melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat
diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan
unsur organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.
Terapi Non-farmakologis: Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap
terjadinya hipertensi, hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha
sebagai berikut : a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan b. Mengurangi asupan
garam didalam tubuh c. Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur d. Berhenti
merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Pelaksanaan

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan dan


kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan
terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa
kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditarnbahkan
selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok
bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat anti hipertensi.
Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut : a. Pengobatan hipertensi
sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan
untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi
timbulnya komplikasi. c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat
anti hipertensi. d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan
seumur hidup. Terapi farmakologis yang diberikan adalah: - Terapi Oral: R/ Amlodipin 10 mg
No. XXI S 1 dd 1 tab R/ Captopril 25 mg No. X S 3 dd 1 tab Edukasi yang diberikan kepada
pasien: a. Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat
sembuh namun dapat dikontrol dengan modifikasi gaya hidup dan obat b. Mengontrol faktor
risiko, antara lain menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi asupan garam sehari-hari,
menciptakan keadaan rileks, melakukan olah raga teratur c. Meminum obat secara teratur dan
kembali kontrol sebelum obat habis d. Rujukan dilakukan bilamana terapi yang diberikan di
pelayanan primer belum dapat mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai
komplikasi penyakit lainnya akibat penyakit hipertensi.

Monitoring dan Evaluasi


Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sudah
berkurang atau belum. Memeriksa tekanan darah pasien. Ditanyakan apakah obat masih ada atau
tidak. Jika tekanan darah masih belum memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan dan
modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi dari hipertensi, maka pasien perlu
dirujuk ke dokter spesialis.

Tgl mulai kegiatan

Tgl akhir kegiatan

Peserta hadir

Judul Laporan

Laporan Kegiatan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) Upaya Pengobatan Dasar DYSPEPSIA
SYNDROME

Latar Belakang

Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan nyeri dan perasaantak nyaman di perut yang bersifat
menetap ataupun berulang di daerah epigastrium. Dyspepsiameski pun bukan termasuk penyakit
yangmengancam jiwa namun dapat mengurangi kualitashidup karena nyeri dan rasa tak nyaman
dapat mengganggu konsentrasi dalam pekerjaan maupun saat beristirahat. Diperlukan
penanganan yang adekuat agar pasien tidak sering mengunjungi fasilitas kesehatan untuk
berobat.

Permasalahan

Identitas pasien Nama : Ny. W Usia : 41 tahun Jenis kelamin :


Perempuan Alamat : Banjar Anamnesis Keluhan utama : Pasien merasakan perut
terasa penuhRPS : Pasien adalah penderita penyakit lambung lama.Keluhan saat ini perut terasa
penuh dan tidak nyaman 3 hariterakhir. Terkadang pasien merasakan mual dan kembungserta
bersendawa. Riwayat makan tidak teratur 1-4x perhari, sekali makan langsung porsi banyak.RPD
: -R. sosial: Keseharian sebagai ibu rumah tangga, seringmakan bersantan, pedas, asam dan
minum kopi terkadang.Pemeriksaan fisikKeadaan umum : compos mentis, GCS E4V5M6,
kesangizi cukupVital SignTekanan Darah : 120/70 mmHg Nadi : 88 x/menitRespirasi : 20
x/menitKepala dan Leher : anemis(-), icterus (-), cyanosis (-),dyspneu (-) Thorax PulmoInspeksi
: Simetris, retraksi(-), gerak simetrisPalpasi : Simetris, fremitus kanan=kiri, gerak
simetrisPerkusi : Sonor Auskultasi: Vesikuler, suara tambahan(-)Cor Inspeksi : IC tidak
nampakPalpasi : IC teraba di SIC V LMCS, pelebarandiameter(-)Perkusi :
cardiomegali(-)Auskultasi: S1-2 murni, reguler, bising(-)AbdomenInspeksi : kesan
rataAuskultasi : Peristaltik (+)normal
Perencanaan dan pemilihan intervensi

Tujuan utama pengobatan dyspesia adalah mengurangirasa tak nyaman di perut. Berdasarkan
teori saat inipenyebab dyspepsia adalah peningkatan zat pelepashormon gastrin di lambung,
dismotilitas dan hipersensitivitasviseral, psikologis, infeksi bakteri serta pola diet danlingkungan.
Sehingga pengobatan terbagi dalam duakategori, farmakologi dan non farmakologis. Pengobatan
farmakologis:1. Antasida2. Agen penghambat asam: H2 blocker dan PPI3. Agen prokinetik4.
Antiemetik5. Antispasmodik6. Sitoprotektor Pengobatan non-farmakologis:1. Pengubahan pola
diet2. Manajemen stres

Pelaksanaan

Pada pasien ini, karena tidak bekerja dan sebagai ibu rumahtangga, faktor psikologis
kemungkinan besarperannya. Saran agar mengurangi pikiran – pikirantidak penting dan tidak
memendam uneg – unegseyogyanya diberikan. Pola makan yang tidakteratur dan seringnya
mengkonsumsi makananpedas, bersantan dan asam juga berperan pentingdan disarankan untuk
menghindarinya. Terapifarmakologis yang diberikan adalah antasida tabletkunyah tiga kali
sehari dikombinasikan dengancimetidine tablet dua kali sehari untuk menurunkankadar asam
lambung dan menghambatpengeluaran zat histamin yang menyebabkanhipersensitivitas viseral

Monitoring dan Evaluasi

Pasien diberikan edukasi mengenai penyakitnya, meliputi: Menjelaskan pasien tentang


penyakitnya Menginformasikan tentang pentingnya makan teratur Menginformasikan
tentang pantangan makanan danminuman Menginformasikan tentang manajemen stres
dankepentingannya dalam pengobatan penyakitnya
F7

UPAYA SCREENING HIPERTENSI PADA KEGIATAN PUSKESMAS KELILING DI


DESA TEJAKULA KECAMATAN TEJAKULA, KABUPATEN BULELENG, BALI

LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan suatu penyakit kronis yang sering disebut silent killer karena pada
umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit hipertensi sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Selain itu penderita hipertensi umumnya tidak
mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi komplikasi (Chobanian dkk., 2004).
Penderita hipertensi di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 77,9 juta atau 1 dari 3
penduduk pada tahun 2010.

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan
denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan
peningkatan volume aliran darah (Kurniawan, 2002).

Penyakit hipertensi merupakan penyakit kelainan jantung yang ditandai oleh


meningkatnya tekanan darah dalam tubuh. Seseorang yang terjangkit penyakit ini
biasanya berpotensi mengalami penyakit-penyakit lain seperti stroke, dan penyakit
jantung (Rusdi dan Nurlaela, 2009).

Prevalensi hipertensi pada tahun 2030 diperkirakan meningkat sebanyak 7,2% dari
estimasi tahun 2010. Data tahun 2010-2018 menunjukkan bahwa sebanyak 81,5%
penderita hipertensi menyadari bahwa bahwa mereka menderita hipertensi, 74,9%
menerima pengobatan dengan 52,5% pasien yang tekanan darahnya terkontrol (tekanan
darah sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg) dan 47,5% pasien yang tekanan
darahnya tidak terkontrol.

Persentase pria yang menderita hipertensi lebih tinggi dibanding wanita hingga usia 45
tahun dan sejak usia 45-64 tahun persentasenya sama, kemudian mulai dari 64 tahun ke
atas, persentase wanita yang menderita hipertensi lebih tinggi dari pria (Go dkk., 2014).

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terbesar penyebab morbiditas dan
mortalitas pada penyakit kardiovaskular (Kearney dkk., 2005). Sejak tahun 1999 hingga
2009, angka kematian akibat hipertensi meningkat sebanyak 17,1% (Go dkk., 2014)
dengan angka kematian akibat komplikasi hipertensi mencapai 9,4 juta per tahunnya
(WHO, 2013).
Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan
kematian jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan tepat (James dkk., 2014).
Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien stroke, dan 74% pasien congestive heart
failure (CHF) menderita hipertensi dengan tekanan darah >140/90 mmHg (Go dkk., 2014).
Hipertensi menyebabkan kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan 51%
kematian pada penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013).

Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2018, tetapi yang terdiagnosis
oleh tenaga kesehatan dan atau riwayat minum obat hanya sebesar 9,5%. Hal ini
menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan
terjangkau pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2018). Profil data kesehatan Indonesia
tahun 2018 menyebutkan bahwa hipertensi merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan
kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit pada tahun 2018, dengan proporsi kasus
42,38% pria dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien meninggal dunia (Kemenkes RI, 2018).

Seiring dengan peningkatan kasus hipertensi dan komplikasi yang dapat terjadi jika
hipertensi tidak ditangani dengan tepat, maka penggunaan obat yang rasional pada pasien
hipertensi merupakan salah satu elemen penting dalam tercapainya kualitas kesehatan
serta perawatan medis bagi pasien sesuai standar yang diharapkan. Penggunaan obat
secara tidak rasional dapat menyebabkan timbulnya reaksi obat yang tidak diinginkan,
memperparah penyakit, hingga kematian. Selain itu biaya yang dikeluarkan menjadi
sangat tinggi (WHO, 2004).

Pentingnya promosi kesehatan seperti penyuluhan penyakit hipertesi dilakukan untuk


meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekan
darahnya ke pelayanan kesehatan agar deteksi dini penyakit hipertensi dapat diketahui
sehingga pengobatan penyakit hipertensi dapat segera dilakukan sehingga dapat mencegah
komplikasi yang tidak di inginkan dari penyakit hipertensi.

PERMASALAHAN

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekan darahnya


ke pelayanan kesehatan agar deteksi dini penyakit hipertensi dapat diketahui

PERENCANAAN

Pentingnya promosi kesehatan seperti penyuluhan penyakit hipertesi dilakukan untuk


meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekan
darahnya ke pelayanan kesehatan agar deteksi dini penyakit hipertensi dapat diketahui
sehingga pengobatan penyakit hipertensi dapat segera dilakukan sehingga dapat mencegah
komplikasi yang tidak di inginkan dari penyakit hipertensi.
PELAKSANAAN

A. Sasaran

Sasaran pada penyuluhan dan penjaringan ini adalah masyarakat yang hadir pada
program Puskesmas Keliling Desa Tejakula.

B. Pelaksanaan

Screening dilakukan di 4 lokasi puskesmas keliling di wilayah Desa Tejakula

a. Banjar Desa Kajanan

1. Tanggal : 7 Agustus 2019

2. Waktu : 08.00 WITA – 13.30 WITA

3. Tempat : Balai Banjar Desa Kajanan

4. Peserta : Peserta merupakan kader, dan peserta pusling

5. Metode : Ceramah dan pemeriksaan

6. Kegiatan : Screening Hipertensi dan Penyuluhan

b. Banjar Desa Sukadarma

1. Tanggal : 10 Agustus 2019

2. Waktu : 08.00 WITA – 13.30 WITA

3. Tempat : Balai Banjar Desa Sukadarma

4. Peserta : Peserta merupakan kader, dan peserta pusling

5. Metode : Ceramah dan pemeriksaan

6. Kegiatan : Screening Hipertensi dan Penyuluhan

c. Banjar Desa Kawanan

1. Tanggal : 13 Agustus 2019

2. Waktu: 08.00 WITA – 13.30 WITA

3. Tempat : Balai Banjar Desa Kawanan


4. Peserta : Peserta merupakan kader, dan peserta pusling

5. Metode : Ceramah dan pemeriksaan

6. Kegiatan : Screening Hipertensi dan Penyuluhan

d. Banjar Desa Suci

1. Tanggal : 15 Agustus 2019

2. Waktu : 08.00 WITA – 13.30 WITA

3. Tempat : Balai Banjar Desa Suci

4. Peserta : Peserta merupakan kader, dan peserta pusling

5. Metode : Ceramah dan pemeriksaan

6. Kegiatan : Screening Hipertensi dan Penyuluhan

C. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Adapun susunan acara screening dan penyuluhan, yaitu :

08.00-09.00 Pembukaan

09.00-11.00 Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan umum

11.00-12.00 Materi : Hipertensi dan Penanganannya

12.00-12.10 Pembagian snack dan istirahat

MONITORING

A. Monitoring

Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu monitoring. Dimana setiap orang
yang melakukan pemeriksaan, semuanya di catat dalam kartu monitoring, sehingga para
petugas kesehatan bisa mengkontrol dari kartu monitoring ini.

Monitoring dilakukan dengan pengukuran vital sign, berat badan, lemak tubuh dan lemak
perut. Selain itu, dilakukan pula perhitungan body mass index (BMI) atau IMT.

Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui penyuluhan dan diskusi, terlihat bahwa
peserta tampak antusias dan lebih leluasa bertanya kepada narasumber. Setelah diadakan
penyuluhan ini, peserta tampak lebih paham mengenai hipertensi dan diharapkan
kedepannya semakin memperlihatkan tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul sehingga
tidak terlambat mendapatkan penanganan di instalansi kesehatan.

B. Evaluasi

Dari hasil kegiatan penyeluhan terkait hipertensi dapat di evaluasi dengan menanyakan
pertanyaan dibawah ini:

1. Mengapa perlu melakukan pemeriksaan berkala terhadap tekanan darah?

Jawab :

Hipertensi merupakan penyakit yang dapat memberikan gejala maupun tidak. Pada
pasien yang memiliki risiko tinggi hipertnsi sebaiknya rutin memeriksakan tekanan darah.
Hipertensi dapat bermanifestasi serius pada jantung, ginjal, otak, dan organ tubuh
lainnya, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Anda mungkin juga menyukai