Anda di halaman 1dari 7

1.

Epidemiologi dan prevalensi DM

Kemenkes RI. Pusat Data dan informasi Kementerian Kesehatan RI; Situasi dan Analisis
Diabetes. Jakarta. 2014

2. Faktor resiko DM

source : Kemenkes. Tetap produktif, cegah, dan atasi diabetes mellitus. Jakarta : Pusat data
dan informasi Kesehatan RI. 2020.
source : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pedoman pengelolaan dan pencegahan
diabetes mellitus tipe 2 dewasa di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI; 2019.

3. Faktor sosiokultural
Semua kebutuhan dasar manusia termasuk kebutuhan makanan dan minuman,
obat-obatan, kesehatan diatur oleh sistem sosial-budaya/ sosio-kultural. Kontrol
kebudayaan seringkali melakukan modifikasi, menghambat dan mengubah melalui
berbagai cara. Manusia cenderung bersikap etnosentris, mengikatkan diri dengan cara
berlaku pada kebudayaan mereka dan sekaligus menganggap cara itu adalah yang terbaik
di banding cara kebudayaan lain. Selain itu, cara pandang terhadap penyakit,
penyembuhan, makanan, dan obat merupakan proses pewarisan budaya yang terkait
dengan pandangan masyarakat terhadap alam atau lingkungan sekitar. Timbulah
perbedaan pada berbagai bentuk masyarakat yang didasarkan pada asumsi bahwa nilai-
nilai yang meraka anut adalah benar dan yang terbaik.
Pola makan yang telah bergeser dari pola makanan yang banyak mengandung
karbohidrat dan serat dari sayuran, ke pola makan yang modren yang begitu instan,
dengan komposisi makanan yang terlau banyak mengandung protein, lemak, gula, garam
dan mengandung sedikit serat. Komposisi makanan seperti ini terutama pada makanan
siap santap akhir- akhir ini yang sangat digemari. Disamping itu cara hidup yang semakin
sibuk dari pagi sampai sore bahkan kadang-kadang sampai malam hari duduk di belakang
meja menyebabkan tidak ada kesempatan untuk bereaksi berolah raga. Sehingga tubuh
jarang berolahraga. Pola hidup beresiko seperti inilah yang menyebabkan prevalensi
Diabetes mellitus semakin meningkat.
Sumber :
1. Manurung FH, Keloko AB, Lubis NL. Gambaran Sosial Budaya Terhadap
Diabetes Mellitus Pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua
Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara.2014.

4. Program-program pengendalian DM
1. Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM
1. Sasaran penduduk ≥15 tahun ke atas
2. Perluasan Posbindu PTM di 7 tatanan yaitu tatanan tempat kerja, tatanan sekolah,
tatanan kesehatan, tatanan khusus rutan/lapas, tatanan lembaga keagamaan, tatanan
khusus haji
3. Integrasi Posbindu PTM ke dalam Rumah Desa Sehat
4. Kegiatan terintegrasi:
- Deteksi Dini
- Monitoring
- Konseling dan Rujukan
5. Kegiatan lain: Penyuluhan, Senam, bersepeda
2. Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular (PANDU PTM)
a. Peningkatan tatalaksana faktor risiko utama (konseling berhenti merokok, konsumsi
alkohol, hipertensi, dislipidemia, obesitas, dll) di Fasilitas Pelayanan dasar
(Puskesmas, dokter keluarga, praktek swasta)
b. 10% penduduk usia >15 th di wilayah kerja Puskesmas mengikuti kegiatan Posbindu
PTM
c. Prediksi berisiko penyakit jantung dan stroke dengan Charta WHO PEN.
3. Posyandu lansia
Beberapa jenis pelayanan yang diberikan di Posyandu lansia seperti pemeriksaan
aktivitas kegiatan sehari-hari, pemeriksaan status mental, pemeriksaan gizi, pemeriksaan
hemoglobin, pengukuran tekanan darah, kadar gula dan protein di dalam urin, pelayanan
rujukan ke Puskesmas dan penyuluhan kesehatan.
4. Poli Lansia: ada Puskesmas yang memiliki program khusus lansia yaitu poli lansia,
dengan sasarannya adalah pra usia 45-59 tahun dan usia lebih dari 60 tahun.
Kegiatan Pokok Pengendalian DM dan PM di puskemas:
1. Melaksanakan deteksi dini terhadap faktor risiko DM dan PM (Penyakit Metabolik) di
masyarakat
2. Melaksanakan penemuan dan tatalaksana kasus DM dan PM di Puskesmas
3. Melaksanakan rujukan pasien DM dan PM ke RS
4. Melaksanakan surveilans epidemiologi DM dan PM
5. Menyelenggaraan penyuluhan KIE pengendalian DM dan PM kepada tokoh agama,
tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan sektor swasta maupun masyarakat melalui
berbagai metode dan media penyuluhan
6. Memfasilitasi pembentukan, pembinaan, dan pemantapan jejaring kerja/kelompok kerja
di masyarakat dalam bidang DM dan PM secara berkesinambungan.
7. Melaksanakan pencatatan dan pelporan di bidang DM dan PM serta mengirimkan ke
Kabupaten/Kota.
Dapus:
Sujana T, Triandhini R, Sanggaria OA. Peran puskemas dalam identifikasi dini penyakit
diabetes melitus pada lansia. J Kesehatan Bakti Tunas Husada; 2019: 19(1): 111-123.
Sulistyowati LS. Kebijakan Pengendalian DM di Indonesia. Jakarta: Kemekes RI
Direktorat Pengendalian PTM. Pengendalian DM dan Penyakit Metabolik. Jakarta: Depkes
RI; 2008.
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas Kesehatan dan BPJS
Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan yang
menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya
pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien
Aktifitas PROLANIS
1. Konsultasi Medis Peserta: jadwal konsultasi disepakati bersama antara peserta dengan
Faskes Pengelola
2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis
a. Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis) adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan
kesehatan dalam upaya memulihkan penyakit dan mencegah timbulnya kembali
penyakit serta meningkatkan status kesehatan bagi peserta PROLANIS
b. Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub) PROLANIS minimal 1 Faskes
Pengelola 1 Klub. Pengelompokan diutamakan berdasarkan kondisi kesehatan Peserta
dan kebutuhan edukasi.
3. Reminder melalui SMS Gateway
Reminder adalah kegiatan untuk memotivasi peserta untuk melakukan kunjungan rutin
kepada Faskes Pengelola melalui pengingatan jadwal konsultasi ke Faskes Pengelola
tersebut
4. Home Visit
Home Visit adalah kegiatan pelayanan kunjungan ke rumah Peserta PROLANIS untuk
pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan lingkungan bagi peserta PROLANIS dan
keluarga
Sasaran: Peserta PROLANIS dengan kriteria :
a. Peserta baru terdaftar
b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan
berturutturut
c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3 bulan berturut-turut (PPDM)
d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol 3 bulan berturut-turut (PPHT)
e. Peserta pasca opname

DAPUS: BPJS Kesehatan RI. Panduan Praktis PROLANIS.Jakarta: BPJS Kesehatan

5. Peran dokter, puskesmas, dan keluarga

Peran Keluarga

Diabetes melitus bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan komplikasi pada
berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh kaki, syaraf dan lain-lain. maka itu
sebelum terjadi komplikasi yang lebih lanjut, maka pengobatan dan penatalaksanaan pada pasien
diabetes melitus harus dilakukan. Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk mencapai kesehatan
yang maksimal, untuk mencapai tujuan hidup sehat keikutsertaan pasien dan keluarga dalam
mengelola penatalaksanaan kadar gula darah menjadi sangat penting agar gula darah pasien
terkendali.
Keluarga merupakan peran utama dalam pemeliharaan kesehatan dan membantu pasien
dalam perawatan dan pengendalian diabetes melitus, memberikan semangat dan motivasi pada
pasien, agar melanjutkan hidupnya, meyakinkan pasien bahwa mereka juga bagian penting,
dibutuhkan dan dinginkan dalam keluarga, meyakinkan bahwa banyak orang yang berhasil
mengontrol kadar gula darah kemudian melakukan aktivitas normal. Keluarga juga dapat
mendorong pasien untuk melakukan pemeriksaan gula darah sesuai jadwal, memberikan pujian
ketika dapat menjaga kadar glukosa darah, menemani saat melakukan olahraga dan mendukung
diet pasien. peran keluarga untuk mendukung diet penderita DM diantaranya mengatur,
merencanakan, menyiapkan, mengingatkan dan mengawasi pola makan anggota keluarganya
yang sakit DM.

Sumber: Farida L, Purwaningsih P, Rosalina. Peran informal keluarga dalam pengendalian kadar
glukosa darah pada penderita diabetes mellitus. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas. 2018; 1(1):
5-17.

Peran Dokter

Penyakit DM sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia dan berdampak
pada peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Oleh karenanya semua pihak, baik
masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut serta secara aktif dalam usaha penanggulangan
DM, khususnya dalam upaya pencegahan. Peran dokter umum sebagai ujung tombak di
pelayanan kesehatan primer menjadi sangat penting. Kasus DM sederhana tanpa penyulit dapat
dikelola dengan tuntas oleh dokter umum di pelayanan kesehatan primer. Penyandang DM
dengan kadar glukosa darah yang tidak terkontrol perlu tatalaksana secara komprehensif sebagai
upaya pencegahan komplikasi.1

Dalam upaya mengurangi dampak buruk diabetes, seorang pasien amatlah membutuhkan
saran dan edukasi dari dokter. Edukasi terhadap pasien diabetes terangkum dalam PIO
(Pelayanan Informasi Obat). PIO bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
pengobatan serta menunjang pengobatan yang rasional. Edukasi tentang pola hidup sehat
memiliki peranan penting untuk turut memperbaiki kualitas hidup penderita diabetes. Edukasi
tentang komplikasi yang akan ditimbulkan akibat diabetes, keadaan pasien, dan kewajiban untuk
kotrol secara rutin amatlah penting dilakukan. Mengingat penderita diabetes kebanyakan usia
dewasa tua, dibutuhkan trik dan cara khusus agar pasien faham dan patuh terhadap saran dokter.
Factor factor yang perlu diperhatikan antara lain : tingkat pendidikan pasien, pekerjaan, status
ekonomi, status social, dan lain lain. Data data tersebut bisa digali dari hasil anamnesis yang
dilakukan dokter di awal pemeriksaan. Setelah itu, barulah seorang dokter dapat memberikan
saran dan edukasi yang tepat bagi seorang pasien.2

Sumber:

1. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes


mellitus tipe 2 dewasa di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI; 2019.
2. Aliya LS. Analisis edukasi dokter terkait pola hidup sehat pada pasien diabetes tipe 2 usia
dewasa tua. FK UNS.

Anda mungkin juga menyukai