Anda di halaman 1dari 7

SOAL KEDOKTERAN KELUARGA

1. 6 prinsip dasar dalam melayani pasien dalam pendekatan kedokel, apakah semua prinsip
tersebut mutlak harus dilakukan?
Jawab :
Prinsip dalam kedokteran keluarga diantaranya : personal, orientasi masyarakat dan komunitas,
komperhensif, berkesinambungan, koordinatif dan mengutamakan pencegahan.
Pelaksanaan ke-6 prinsip tersebut harus diprioritasikan berdasarkan kasus yang ditangani dan tidak
mutlak dilakukan sekaligus untuk setiap kasus.
- komperhensif berarti meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer, sekunder dan tertier). upaya
pencegahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan perjalanan alamiah penyakit tersebut pada setiap
anggota keluarga. tentukan siapa saja sasaran untuk pencegahan primer, sekunder maupun tersier pada
masing masing anggota keluarga.
- berkesinambungan berarti melakukan sistem monitoring untuk meningkatkan kepatuhan pasien
dalam perubahan perilaku dan pengobatan. misalnya menerapkan sistim DOTS pada terapi TB,
melakukan sweeping pada balita gizi kurang yang tidak melakukan penimbangan di posyandu,
melakukan follow up untuk melihat kemajuan atau perjalanan penyakit pasien.
- koordinatif dan kolaboratif bekerjasama dan membagi peran dengan pihak stakeholder terkait seperti
: kelompok profesional (spesialis, analis, apoteker dsb), pemuka/tokoh masyarakat, termasuk keluarga
pasien sendiri.
- mengutamakan pencegahan (primer) pada anggota keluara dan masyarakat yang berisiko (belum
sakit). misalnya ada riwayat kontak (keluarga) dengan penderita TB. ada hubungan darah (keluarga)
dengan penderita DM dan kelompok berisiko laninnya
- familiy oriented, community oriented, memberikan KIE ,menugaskan keluarga sebagai PMO,
mempromosikan perilaku hidup bersih dan sehat yang sesuai
- personal, mengobati pasien sebagai person

2. menurut anda, apakah dokter di puskesmas tempat anda menjalani KKM telah melaksanakan
prinsip kedokteran keluarga? Jelaskan hasil pengamatan anda!
Jawab :
Menurut saya dokter di puskesmas sudah melaksanakan prinsip kedokel karena dalam pelaksanaannya
sudah mencakup semua aspek tingkat pencegahan baik primer sekunder dan tersier, sudah melakukan
sistem monitoring untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam perubahan perilaku dan pengobatan,
sudah bekerjasama dan membagi peran dengan pihak stakeholder terkait seperti dokter spesialis,
analis, apoterker, tokoh masyarakat dan keluarga pasien, mengutamakan pencegahan primer,
memberikan KIE, menugaskan keluarga sebagai PMO, mempromosikan perilaku hidup bersih dan
sehat yang sesuai dan telah mengobati pasien sebagai seorang individu.

3. Jelaskan program kedokel yang anda lakukan pada puskesmas tempat anda KKM :
a. Deskripsi singkat kasus yang diambil :
Jawab :
Pasien adalah laki laki berusia 81 tahun, menderita penyakit hipertensi gr I, DM tipe II dan PJK
stabil, datang ke puskesmas untuk meminta surat rujukan ke RS Sanjiwani untuk mengambil obat
hipertensi dan jantung bulanan, ketika dilakukan anamnesis, pasien mengeluh kakinya sering
kesemutan. Keluhan lain seperti sesak, nyeri dada disangkal.
b. Apa saja kegiatan anda :
Jawab :
Kegiatan kedokel kami laksanakan dalam 3 kali pertemuan. Pada pertemuan pertama dilakukan
kegiatan anamnesis mengenai keluhan pasien berdasarkan basic 4 dan sacred 7, eksplorasi faktor
risiko pada pasien dan pada keluarga pasien, pemeriksaan fisik lengkap, pemeriksaan penunjang
seperti cek gula darah sewaktu dan cek asam urat, wawancara mengenai anggota inti dan anggota
keluarga yang tinggal serumah, wawancara mengenai rumah dan lingkungan sekitarnya, dan
penilaian indikator perilaku hidup bersih dan sehat. Pada kunjungan pertama juga dilakukan
edukasi mengenai pola hidup sehat serta edukasi mengenai senam kaki untuk mencegah neuropati
dan mikroangiopati akibat DM tipe II. Pada pertemuan kedua dilakukan pengamatan mengenai
perkembangan kondisi pasien setelah diberikan edukasi pada kunjungan pertama. Pada pertemuan
ke tiga dilakukan evaluasi intervensi yang diberikan di kunjungan kedua serta menekankan edukasi
diet yang baik dan motivasi untuk meneruskan senam kaki pada pasien.
c. Bagaimana hasil dari intervensi anda ?
Jawab :
Dari segi kognitif, pengetahuan pasien mengenai faktor risiko dari hipertensi, DM dan PJK
meningkat, pasien kini mengetahui bahwa meskipun tidak bergejala, hipertensi dapat
mengakibatkan kerusakan organ (asymptomatic organ damage) sehingga obat harus terus
dikonsumsi untuk mengontrol penyakitnya, pasien mengetahui komplikasi neuropati dan mikro
dan makroangiopati dari DM, pasien mengetahui mengapa luka pada DM susah sembuh, pasien
mengetahui diet yang tepat untuk hipertensi (DASH diet) dan DM, pasien mengetahui bahwa
hipertensi, DM, dan PJK saling berhubungan satu sama lain sehingga untuk memutus mata rantai
harus dilakukan perubahan dan peningkatan pola hidup sehat, pasien mengetahui cara melakukan
senam kaki diabetes.
Dari segi afektif, sikap pasien terhadap pengobatan hipertensi dan DM menjadi semakin positif,
pasien berkeinginan untuk mempertahankan dan meningkatkan pola hidup sehat
Dari segi perilaku, pasien bisa melakukan senam kaki diabetes, pasien bisa mengatur pola makan
yang sesuai untuk hipertensi dan DM.
d. Konsep teori model kejadian sakit yang anda gunakan dan faktor risiko yang sesuai dijumpai pada
kasus tersebut
Jawab :
Model yang paling baik menjelaskan faktor risiko dari DM tipe II hipertensi dan PJK, adalah model
jaring yang dikembangkan oleh Macmahon dan Pugh (1970). Menurut model ini, perubahan dari
salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau
berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung
pada satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan
akibat. Dengan demikian maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan
memotong mata rantai pada berbagai titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang
disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu.
Menurut CDC, seseorang dikatakan berisiko mengalami diabetes tipe II apabila overweight yakni
BMI yang lebih dari 25 kg/m2 ,berusia lebih dari 45 tahun, memiliki orangtua atau saudara
kandung dengan DM tipe II, gaya hidup sedenter dengan aktivitas fisik kurang dari 3 kali sehari,
pernah mengalami diabetes gestasional atau melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 9
pound (4,1 kg), atau berasal dari ras tertentu, beberapa diantaranya adalah ras afrika-amerika,
hispanik, amerika-india, asia-amerika, alaska, serta ras natif seperti pacific islander. Faktor risiko
yang terdapat pada pasien diantaranya memiliki riwayat DM tipe II pada keluarga, yakni Ibu pasien
serta saudara kandungnya. Kemudian didapatkan pula faktor obesitas, meskipun secara BMI pasien
masih belum masuk kategori obese namun berdasarkan lingkar perut, pasien sudah memasuki
kategori obesitas sentral, dengan lingkar perut 96 cm (normal pria asia dibawah 90 cm). Pasien
juga berusia 80 tahun (diatas 45 tahun), yang merupakan salah satu faktor risiko DM tipe II.
Selain DM pasien juga mengalami hipertensi dan PJK. Diabetes dan hipertensi seringkali terjadi
bersamaan. Terdapat overlap yang substansial diantara diabetes serta hipertensi esensial dari segi
etiologi dan mekanisme penyakit. Obesitas, inflamasi, stress oksidatif serta resistensi insulin
diprediksi merupakan jalur mekanisme yang sama-sama berperan pada kedua penyakit.
Obesitas merupakan masalah kesehatan global dan telah diidentifikasi sebagai faktor risiko paling
penting dari hipertensi dan diabetes. Obesitas secara umum diperkirakan terjadi akibat kombinasi
disfungsi pusat makan di otak, imbalansi penggunaan dan pemasukan energi serta variasi genetik.
Beberapa gen yang berperan dalam obesitas diantaranya gen FTO dan gen GNDPA 2 yang
meningkatkan suspektibilitas seseorang terhadap obesitas serta mengakibatkan obesitas sentral.
Studi menemukan bahwa pasien diabetes dan hipertensi memiliki set gen suspektibel yang sama
dengan pasien obese.
Faktor-faktor bawaan seperti suspektibilitas terhadap pembentukan adiposa sentral serta lipid
ektopik, dan faktor lingkungan seperti pola makan dan olahraga disertai faktor genetik yang telah
disebut diatas, mengakibatkan seseorang rentan mengalami resistensi insulin serta terpapar stress
oksidatif yang tinggi melalui peningkatan tingkat asam lemak bebas. Resistensi insulin
mengakibatkan dyslipidemia, hiperglikemi, dan hyperinsulinemia melalui perannya dalam retensi
natrium serta peningkatan tonus simpatis yang akhirnya mengakibatkan disfungsi vaskuler yakni
hiperproliferasi otot polos vaskuler, kekakuan arteri, meningkatnya tonus vaskuler, serta
menurunnya kemampuan vasodilatasi, yang berperan dalam pathogenesis hipertensi. Kemudian
hipertensi mengakibatkan peningkatan aktivasi sistem RAAS sehingga level stress oksidasi
menjadi tinggi, yang akan memperparah resistensi insulin dan pada akhirnya membentuk lingkaran
setan.
Hipertensi dan Diabetes merupakan faktor risiko terbentuknya atherosclerosis dan komplikasinya
seperti PJK serta stroke.
e. Rencana penanggulangan sesuai 6 prinsip kedokel
Jawab :
- komperhensif : mengevaluasi penyakit, riwayat penyakit dan faktor risiko sehinnga bisa
di golongkan kea rah primer, sekunder atau tersier
- berkesinambungan : mengedukasi salah satu anggota keluarga untuk mengawasi pasien
minum obat atau melaksanakan senam kaki diabet
- koordinatif : mengedukasi pasien untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis apabila
merasakan keluhan yang semakin memberat, atau muncul keluhan baru.
- mengutamakan pencegahan primer : mengedukasi anak-anak pasien tentang risiko
mengalami hipertensi, DM dan PJK untuk mengganti, memperbaiki, meningkatkan pola
hidup untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut
- familiy oriented : tidak hanya mengedukasi pasien tapi juga mengedukasi keluarga pasien
mengenai kondisi pasien, terutama komplikasi yang dapat muncul sehingga tingkat
kewaspadaan untuk merujuk pasien menjadi tinggi
- personal : memperlakukan pasien sebagai seorang individu, bukan hanya objek.

4. Keterkaitan konsep kedokel dengan program JKN!


Jawab :
Di era JKN dan BPJS ini kesiapan pelayanan primer menjadi agenda yang tak terelakkan, oleh karena
itu pengembangan role model pelayanan primer yang ditunjang oleh pembiayaan dari jaminan sosial
menjadi mutlak untuk dipersiapkan. Seluruh rakyat Indonesia berhak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dengan kualitas yang sama. Demi keadilan dan meratanya pemberian pelayanan kesehatan
bagi seluruh rakyat Indonesia,maka rekrutmen dan seleksi PPK (Pemberi Pelayanan Kesehatan) harus
dilakukan secara seksama di tingkat Nasional. Pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan JKN
selayaknya bersifat efektif dan efisien, untuk menjaga kesehatan rakyat Indonesia dengan biaya
kesehatan yang rasional. Pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, dan berkesinambungan
adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh PPK, dimana karakteristik tersebut terkandung dalam 6
prinsip pelayanan kedokteran keluarga.
Kedokteran keluarga berperan sangat besar dalam pelayanan primer (sebagai ujung tombak kontak
pertama dengan pasien), sementara dokter spesialis klinis serta konsultan bertempat di rumah sakit
sebagai pelayanan sekunder dan tersier. Pembagian tugas yang seperti ini sangat cost effective jika
sistem rujukan berjalan sesuai dengan sistem yang seharusnya. Pelayanan kedokteran keluarga yang
sudah berkembang dengan baik akan meringankan beban kerja rumah sakit dengan menangani pasien
dengan gejala yang masih bisa dirawat di level layanan primer.
Saat kontak pertama dengan pasien, dokter yang menerapkan prinsip dokter keluarga seyogyanya
mampu menyaring dan menangani kasus-kasus yang tidak memerlukan pelayanan rumah sakit
sehingga hanya kasus-kasus yang memang tidak bisa lagi diselesaikan saja yang dikirim ke rumah
sakit. Terlebih lagi di era JKN, semua pasien harus melewati pintu layanan primer sebelum dirujuk ke
pelayanan rumah sakit maupun spesialis klinis tertentu. Dengan praktek kedokel yang baik, beban
kerja BPJS sebagai penyelenggara JKN akan berkurang.

5. Tujuan pengelolaan dengan prinsip kedokteran keluarga


Jawab :
Kedokteran keluarga, berdasarkan sifat pekerjaan dan nilai nilai utamanya, dapat membantu sistem
kesehatan untuk mencapai kebutuhan masyarakat diantaranya :
 Menangani masalah kesehatan umum
 Meningkatkan akses ke pelayanan dan kesetaraan kesehatan
 Mengintegrasikan pencegahan dan pengobatan, fisik dan psikis serta penyakit akut dan kronis
 Berkolaborasi dan mengkoordinasikan pelayanan kesehatan dengan tim kesehatan secara
efisien dan efektif dari segi pembiayaan
 Mengintegrasikan pelayanan individu, keluarga dan masyarakat
Dokter keluarga adalah jembatan yang baik antara pelayanan rumah sakit dan pelayanan primer,
dimana untuk menjalakan peran tersebut, seorang dokter keluarga diharapkan mampu memiliki 5
kualifikasi/skill utama yang disebut dengan five star doctor : care provider, communicator, community
leader, decision maker, manager of healthcare resource
6. Apakah dokter layanan primer sama dengan dokter keluarga?
Jawab :
secara definisi, dokter layanan primer adalah dokter generalis yang mendapatkan pendidikan setara
spesialis, yang mengintegrasikan kedokteran keluarga, kedokteran komunitas dan kesehatan
masyarakat dan mampu memimpin serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama/
primer

• DLP bertugas menyelenggarakan kesehatan dasar masyarakat melalui pelayanan kesehatan


dasar berdasarkan kompetensi dan kewenangannya
• mengatur pelayanan keshatan lanjutan melalui sistem rujukan
• penasehat, konselor, dan pednidik untuk mewujudkan keluarga sehat
• manajer sumber daya

Sedangkan dokter keluarga adalah seorang praktisi kesehatan kompeten yang memberikan pelayanan
kesehatan personal, primer, komprehensif dan berkelanjutan kepada pasiennya beserta hubungannya
dengan keluarga, komunitas dan lingkungan tempat tinggalnya. Dokter keluarga bisa merawat
pasiennya di klinik, rumah pasien atau kadang di rumah sakit
Dalam merawat pasiennya seorang dokter keluarga harus memikirkan pasien sebagai satu kesatuan
yang utuh, mulai dari psikis serta keseluruhan sistem tubuhnya dan tidak hanya merawat keluhan dan
gejala yang dimiliki pasien daam memberikan pelayanan yang komprehensif dan berkelanjutan
seorang dokter keluarga perlu berinteraksi dan bekerja sama dengan kolega medis dan paramedis
lainnya. Dalam mempromosikan kesehatan pasiennya seorang dokter keluraga tidak hanya
memberikan terapi obat obatan tetapi juga mengedukasi dan memberikan konseling kepada pasiennya.

Ada 6 nilai utama dokter keluarga = 3 (sikap yang ingin disebarluaskan kepada seluruh dokter)+
3(pekerjaan seorang dokter keluarga)
3 sikap yang ingin disebarluaskan :
- pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasie dan memperhatikan hunbungan antar dokter-
pasien
- pendekatan holistik terhadap pasien dan permasalahannya, dengan mengakui kontribsi
terhadap kesehatan yang buruk dan kesejatheraan tidak hanya dari penyakit fisik namun juga
setara bahkan mungkin lebih dari dimensi social dan psikologis pasien
- menekankan kedokteran pencegahan, karena hal ini memiliki dampak jangka panjang yang
lebih besar pada status kesehatan dibandingkan kedokteran kuratif
3 pekerjaan dokter keluarga :
- menangani masalah kesehatan yang pada awalnya tidak je;as tingkat keparahannya.
Kemampuan untuk menangani gejala awal yang tidak jelas sangat penting dalam pembentukan
seorang dokter keluarga.
- Dokter keluarga menangani pasien dari seluruh spektrum kelompok usia. Dokter keluarga
adalah specialist in breadth tidak seperti spesialis rumah sakit yang adaalah specialist in depth
- Dokter keluarga bersedia untuk menangani pasien tidak hanya di ruang konsultasi tapi juga di
rumah dan tempat lainnya.

Kesimpulannya : meskipun memiliki fungsi dan tujuan yang mirip terdapat perbedaan antara dokter keluarga
dan DLP yakni untuk menjadi seorang DLP, dokter umum harus menempuh Pendidikan spesialistik,
sedangkan dokter keluarga adalah dokter umum yang menerapkan prinsip kedokteran keluarga dalam upaya
pelayanan kesehatan tingkat primer.

7. Jelaskan faktor risiko dari permasalahan yang anda temukan dari kasus tersebut berdasarkan
teori segitiga epidemiologi dari 6 prinsip kedokel, mana yang paling anda prioritaskan dan
mengapa?
Jawab :
- Host : usia, genetik
- Agent : imbalansi sistem RAAS, resistensi insulin, rupture klot LAD
- Environment : pola makan dan gaya hidup -> obesitas sentral
Pada kasus ini ke-6 prinsip kedokel bisa di prioritaskan :
- komperhensif : mengevaluasi penyakit, riwayat penyakit dan faktor risiko sehinnga bisa
di golongkan kea rah primer, sekunder atau tersier
- berkesinambungan : mengedukasi salah satu anggota keluarga untuk mengawasi pasien
minum obat atau melaksanakan senam kaki diabet
- koordinatif : mengedukasi pasien untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis apabila
merasakan keluhan yang semakin memberat, atau muncul keluhan baru.
- mengutamakan pencegahan primer : mengedukasi anak-anak pasien tentang risiko
mengalami hipertensi, DM dan PJK untuk mengganti, memperbaiki, meningkatkan pola
hidup untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut
- familiy oriented : tidak hanya mengedukasi pasien tapi juga mengedukasi keluarga pasien
mengenai kondisi pasien, terutama komplikasi yang dapat muncul sehingga tingkat
kewaspadaan untuk merujuk pasien menjadi tinggi
- personal : memperlakukan pasien sebagai seorang individu, bukan hanya objek.

8. Theoretical risk factor pada kasus anda, gunakan teori yang tepat untuk kasus (BLUM, segitiga
epidemiologi, teori roda, dsb)
Jawab:
Model yang paling baik menjelaskan faktor risiko dari DM tipe II hipertensi dan PJK, adalah model
jaring yang dikembangkan oleh Macmahon dan Pugh (1970). Menurut model ini, perubahan dari salah
satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka, yang berakibat bertambah atau berkurangnya
penyakit yang bersangkutan. Menurut model ini, suatu penyakit tidak bergantung pada satu sebab yang
berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkaian proses sebab dan akibat. Dengan demikian
maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong mata rantai pada berbagai
titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu.
Tehoritical risk factors pada kasus:
Faktor risiko yang terdapat pada pasien diantaranya memiliki riwayat DM tipe II pada keluarga,
yakni Ibu pasien serta saudara kandungnya. Kemudian didapatkan pula faktor obesitas, meskipun
secara BMI pasien masih belum masuk kategori obese namun berdasarkan lingkar perut, pasien
sudah memasuki kategori obesitas sentral, dengan lingkar perut 96 cm (normal pria asia dibawah
90 cm). Pasien juga berusia 80 tahun (diatas 45 tahun), yang merupakan salah satu faktor risiko
DM tipe II.

9. Buat suatu perbandingan antara pendekatan sistem kedokteran keluarga dengan sistem
kedokteran yang sebelumnya dan sampai dengan saat ini masih berlaku di inodonesia
Jawab:

Anda mungkin juga menyukai