Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN STUDI KASUS PASIEN

VARICELLA ZOSTER PADA BALITA MELALUI PENDEKATAN


KEDOKTERAN KELUARGA DI PUSKESMAS
KECAMATAN SENEN

Disusun Oleh :

Nurunnisa Isny
1102012208
Kelompok 1

Pembimbing :
DR. Kholis Ernawati, S. Si, M.Kes

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2017

1
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan hasil studi kasus pasien dengan judul "Varicella Zoster Pada Balita Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga di Puskesmas Kecamatan Senen”telah disetujui oleh
pembimbing untuk dipresentasikan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan
Kedokteran Keluarga Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI.

Jakarta, Desember 2017

Pembimbing,

DR. Kholis Ernawati, S. Si, M.Kes

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum wa Rahmatullahii wa Barakatuuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga
laporan Studi Kasus pasien yang berjudul "Varicella Zoster Pada Balita Melalui
Pendekatan Kedokteran Keluarga di Puskesmas Kecamatan Senen” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan
klinik bagian Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Penulis juga berharap agar laporan ini dapat berguna sebagai salah satu sumber pengetahuan
bagi pembaca, terutama pengetahuan tentang Ilmu Kesehatan Masyarakat mengenai
penanganan penyakit dengan pendekatan secara holistik. Pasien dalam laporan hasil studi
kasus ini adalah salah satu pasien dari Puskesmas Kecamatan Senen ketika penulis
ditugaskan di puskesmas tersebut pada periode 20 November – 23 Desember 2017

Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, staf
pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-orang sekitar yang terkait. Oleh
karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. DR. Kholis Ernawati, S. Si, M.Kes, selaku dosen pembimbing Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan memberikan
masukan yang bermanfaat
2. dr. Dini Widianti, MKK, selaku koordinator Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
3. dr. Yusnita, M.Kes, selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat sekaligus
koordinator Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas
4. Dr. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes, selaku sekertaris dan staf pengajar kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
5. dr. Sugma Agung Purbowo, MARS, DipIDK, selaku staf pengajar kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

3
6. dr. Erlina Wijayanti, MPH, selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
7. dr. dr. Hj. Sophianita G. T. Aminy, MKK, PKK, selaku staf pengajar kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
8. dr. Dian Mardhiyah, MKK, DipIDK selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
9. dr. Citra Dewi, M.Kes, selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
10. dr. H. Sumedi Sudarsono, MPH, selaku staf pengajar kepaniteraan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
11. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
12. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama sehingga
tersusun laporan ini.

Jakarta, Desember 2017

4
BERKAS PASIEN

A. Identitas Pasien
Nama : An. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 4 tahun
Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 11 Februari 2013
Pendidikan : Belum Sekolah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Salemba Tengah Gang I RT 14 RW 04
Tanggal berobat : 28 November 2017

B. Anamanesis
Dilakukan anamnesis secara autoanamnesis pada tanggal 28 November 2017 pukul
10.00
a. Keluhan Utama :
Keluar ruam kulit pada seluruh tubuh sejak 1 hari sebelum ke Puskesmas
b. Keluhan tambahan :
Demam, dan Batuk sejak 2 hari sebelum ke Puskesmas
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Kecamatan Senen dengan keluhan keluar ruam
kulit sejak 1 hari sebelum ke puskesmas. Ruam dirasakan gatal. Ruam pada kulit
dirasakan awalnya muncul di bagian leher, muka kemudian menyebar ke seluruh
tubuh. Ruam berupa vesikel, dan ada beberapa yang sudah menjadi krusta.
Sebelumnya pasien sempat mengalami demam dan batuk sejak 2 hari yang
lalu. Demam dirasakan tinggi dan terus menerus. Batuk dirasakan berdahak,
berwarna putih kekuningan.
Sebelumnya pasien telah diberikan obat penurun panas oleh orangtuanya
untuk mengatasi demam, setelah meminum obat demam sempat dirasakan turun
namun kembali tinggi lagi..
Kemudian pasien datang diantar ibunya berobat ke Puskesmas Kecamatan
Senen. Pada saat ini, Ibu pasien merasa bahwa keluhan yang dirasakan pasien
mulai mengganggu keseharian pasien, yang paling utama dirasakannya yakni
ruam dirasakan gatal. Ibu pasien menganggap bahwa pasien harus mendapatkan
pengobatan dokter.
Menurut orangtua pasien mengenai penyakit yang diderita pasien adalah
merupakan ujian hidup dari Tuhan agar lebih sabar dan terus berusaha untuk
mengobati penyakitnya. Namun, orangtua pasien khawatir jika penyakit yang
dialami pasien sekarang akan menularkan ke saudara dan teman sebayanya.
Harapan pasien terhadap penyakitnya adalah agar segera sembuh dan dapat
bermain dengan teman sebayanya.

5
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal oleh pasien.
e. Riwayat Kontak :
Kakak pasien sebelumnya mengalami keluhan yang sama, dan pasien selalu
tidur bersama keluarganya dalam satu kamar.
f. Riwayat Pengobatan :
Pasien sebelumnya sempat diberikan obat penurun panas oleh orangtuanya.
Namun demam hanya turun sesaat dan kembali demam lagi.
g. Riwayat Penyakit Keluarga :
Kakak pasien pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
h. Riwayat Kehamilan :
Selama kehamilan, ibu pasien jarang kontrol kehamilan ke Puskesmas
Kecamatan Senen. Ibu pasien mengatakan tidak ada keluhan yang berarti saat
kehamilannya.
i. Riwayat Kelahiran :
Pasien merupakan anak dari pasangan Tn. M dan Ny. R yang ke-2 dari 3
bersaudara. Pasien lahir normal spontan ditolong oleh bidan di puskesmas, lahir
cukup bulan dan langsung menangis. Pasien lahir dengan berat 3000 gram.
j. Riwayat Imunisasi :
Pasien hanya pernah menerima imunisasi sekali saat lahir, yaitu hepatitis B0
k. Riwayat Sosial Ekonomi:
An. S merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara dengan Ayah (Tn. M) yang
bekerja sebagai satpam di salah satu kantor swasta sedangkan Ibu (Ny. R) selain
sebagai ibu rumah tangga, Ny. R juga memiliki usaha kecil berupa warung di
rumahnya. An. S saat ini belum bersekolah. Kakaknya (An. P) sudah menginjak
kelas 2 SD. Adiknya (An. L), saat ini berusia 10 bulan. Biaya hidup sehari-hari
dan biaya pengobatan ditanggung oleh Orangtua. Penghasilan ayah pasien sebesar
Rp 3.400.000,00 per bulannya sedangkan ibu pasien merupakan ibu rumah tangga.
Ny. R mengatakan bahwa penghasilannya sudah mencukupi kebutuhan
keluarganya sehari-hari.
l. Riwayat Kebiasaan:
Keluarga pasien memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari, dan ibu pasien
biasanya memasak makanan sendiri. Pasien tidak suka makan sayur dan buah-
buahan. Pasien sudah melakukan perawatan diri sendiri, seperti mandi,
mengenakan baju dan mengganti baju. Keluarga pasien sering lupa untuk mencuci
tangan sebelum makan.

C. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran : Tampak sakit sedang
b. Keadaan Umum : Baik

6
c. Vital Sign :
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Frekuensi Nadi : 98 x / menit
Frekuensi Pernafasan : 24 x/ menit
Suhu : 36,9 C
Berat Badan : 13,5 kg (pada tanggal 28 November 2017)
Tinggi Badan : 104 cm
d. Status Gizi :
Berat Badan : 13,5 kg
Tinggi Badan : 104 cm
a) Berat badan: 13,5 Kg
b) Panjang badan : 104 cm
c) BB/PB : -3 < SD < -2 ( Kurus )
d) TB/U : -2 < SD < 0 ( Tinggi badan normal )
e) BB/U : -2< SD < 0 ( Gizi Normal)

7
8
e. Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-), pupil isokor
THT : Dalam Batas Normal
Leher : Pembesaran KGB dan tiroid (-), trakea berada di tengah
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru, peranjakan paru hati (+)
Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan ICS III-IV linea sternalis dextra
Batas jantung kiri ICS V linea midklavikula sinistra
Batas pinggang jantung ICS II linea parasternalis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Abdomen cembung simetris
Auskultasi : Bising usus (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani di semua lapang abdomen

f. Status Dermatologi
 Distribusi
General
 At Regio
Facial, coli, thorak, abdomen, ekstremitas
 Sifat Lesi
Multiple, discreated, round, lentikuler, batas tegas, elevasi, kering
 Effloresensi
Primer : papula eritem, pustule
Sekunder : -

9
g. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

BERKAS KELUARGA
A. Profil Keluarga
1. Karekteristik Keluarga
a. Kepala Keluarga : Tn. M /30 tahun
b. Identitas Ibu : Ny. R /26 tahun
c. Struktur Komposisi Keluarga :
Bentuk keluarga ini adalah keluarga Nuclear family. Keluarga inti (Nuclear
Family) terdiri dari Tn. M (30 th) menikah dengan Ny. R (26 th) dan memiliki
3 orang anak, yaitu: An. P (8 th), An S (4 th), dan An. M (10 bulan).

Tabel 2. Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah


No Nama Kedudukan Jenis Umur Pendidikan Pekerjaan Keterangan
dalam Kela Terakhir tambahan
Keluarga min
1. Tn. M Ayah L 30 th SMA Satpam -
2. Ny. R Ibu P 26 th SMP Ibu Rumah -
tangga
3. An. P Kakak P 8 th SD Pelajar -
4. An. S Anak L 4 th - - Pasien
5. An. L Adik P 10 bl - - -

2. Genogram
2.1. Bentuk keluarga :
Keluarga terdiri atas 1 generasi. Bentuk keluarga ini adalah nuclear family
dengan keluarga terdiri atas sebagai kepala keluarga Tn M (30) dan Ny. R (26)
sebagai istri, sudah menikah sejak 10 tahun yang lalu. Pasangan ini memiliki 3

10
orang anak yaitu anak pertama seorang perempuan (An. P) berusia 8 tahun, anak
kedua seorang laki-laki (An. S) berusia 4 tahun dan anak ketiga seorang laki-laki
(An. L) berusia 10 bulan.

2.2. Tahapan siklus keluarga :


Menurut tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga dikutip dari Duvall
(1985) dan Miller (1998), keluarga Tn.M berada pada tahapan siklus keluarga
yang ke III, yaitu keluarga anak usia pra-sekolah.

2.3. Family Map

Gambar 1. Genogram Keluarga

Pasien : Tinggal serumah: - - - - -

Meninggal : Menikah :

Laki-laki : Keturunan :

Perempuan :

3. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup


a. Lingkungan Tempat Tinggal
Tabel 3. Lingkungan Tempat Tinggal
Status kepemilikan rumah : Kontrak
Daerah perumahan : Padat penduduk
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah 8 x 5 m2 Keluarga An. S tinggal di rumah daerah
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 5 orang perumahan yang padat penduduk. Luas

11
Lantai rumah dari : Keramik rumah An. S 8 x 5 m2 dengan jumlah
Dinding rumah dari : Tembok penghuni rumah 5 orang. Lantai rumah
Jamban keluarga : Ada terbuat dari keramik, dinding rumah kokoh,
Tempat bermain : Tidak ada ada satu ruang tamu, satu kamar, satu
Penerangan listrik : Ada jamban keluarga dan satu dapur. Penerangan
Ketersediaan air bersih : Ada yang cukup.
Tempat pembuangan sampah : Ada

b. Kepemilikan barang – barang berharga


1. Satu unit televisi
2. 2 unit kipas angin
3. Satu unit kompor gas
4. Satu unit dispenser
5. Satu unit rice cooker
6. 1 unit lemari es satu pintu

c. Denah Rumah

Gambar 2. Denah Rumah Keluarga

4. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga


a. Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit
Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, Ny. R membeli
obat di warung. Jika dalam beberapa hari tidak membaik atau dirasa
bertambah parah maka Ny. R membawa anggota keluarganya ke
puskesmas kecamatan Senen.
b. Perilaku Terhadap Makanan

12
Keluarga An. S memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Makanan
dimakan dimasak oleh Ny R. Masakan yang biasa dimasak seperti telur
dadar, tahu, tempe , ayam goring dan sayur. Walaupun Ny. R memasak
sayur namun An. S tidak mau memakan sayur. Keluarga An. S tidak
mengerti yang dimaksud dengan pola gizi seimbang. Kelurga An. S masih
belum membatasi konsumsi manis, asin, dan berlemak. Ny R pun tidak
membatasi mengenai makanan yang dimakan sehari-hari. Bahan
makanannya biasanya membeli di pasar tradisional. Ny. R juga selalu
memberikan uang jajan untuk anak-anaknya. An. S biasa membeli jajanan
saat bermain dengan teman sebayanya. Keluarga An. S juga mengetahui
manfaat dari mencuci tangan sebelum makan, namun masih sering lupa
untuk dilaksanakan.

c. Perilaku Terhadap Pelayanan Kesehatan


Keluarga An. S menggunakan BPJS kelas 3 dan menggunakanya
apabila berobat. Walaupun mempunyai BPJS, keluarga An. S tidak
menjadikan berobat ke dokter sebagai prioritas utamanya, biasanya
keluarga An. S akan membeli obat warung terlebih dahulu, bila dirasa
tidak membaik, mereka baru berobat ke puskesmas
d. Perilaku Terhadap Lingkungan Kesehatan
Keluarga An. S merupakan keluarga yang sadar akan kebersihan. Di
rumahnya tersedia tempat pembuangan sampah untuk membuang sampah
yang ada di rumahnya. Keluarga An. S pun memiliki jamban untuk buang
air besar.

5. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)


Tabel 4. Pelayanan Kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat Kendaraan umum Pasien jika sakit berobat ke
pelayanan kesehatan puskesmas, Karena biaya yang
Tarif pelayanan kesehatan Badan Penyelenggara murah dan jarak tak cukup
Jaminan Sosial (BPJS)
jauh dari rumah pasien. Pasien
Kualitas pelayanan kesehatan Cukup memuaskan
mengaku cukup puas dengan
pelayanan kesehatan yang ada
di Puskesmas Senen.

6. Pola Konsumsi Makanan Keluarga


a. Kebiasaan makan

13
Keluarga An. S memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari. Makanan
dimasak oleh Ny R. Masakan yang biasa dimasak seperti telur, tahu, tempe
ayam goreng dan sayur. Walaupun Ny. R memasak sayur namun An. S
tidak mau memakan sayur. Keluarga An. S tidak mengerti yang dimaksud
dengan pola gizi seimbang. Kelurga An. S masih belum membatasi
konsumsi manis, asin, dan berlemak. Ny R pun tidak membatasi mengenai
makanan yang dimakan sehari-hari. Bahan makanannya biasanya membeli
di pasar. Keluarga An. S juga mengetahui manfaat dari mencuci tangan
sebelum makan, namun masih sering lupa untuk dilaksanakan.

b. Menerapkan Pola Gizi Seimbang


Gizi seimbang adalah Susunan pangan sehari-hari yang mengandung
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh,
dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik,
perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat badan normal untuk
mencegah masalah gizi. Secara umum menu makanan yang seimbang
dengan komposisi energi dari karbohidrat 50% - 65%, protein 10% - 20%,
dan lemak 20% - 30%.
Untuk penerapan pola gizi seimbang keluarga An. S sebaiknya
mengikuti Pedoman Gizi Seimbang yang dijabarkan menjadi 13 pesan
dasar, sebagai berikut :
A. Pesan Umum
1. Syukuri dan nikmati anekaragaman makanan
Cara menerapkan pesan ini adalah dengan mengonsumsi lima
kelompok pangan setiap hari atau setiap kali makan. Kelima
kelompok pangan tersebut adalah makanan pokok, lauk-pauk,
sayuran, buah-buahan dan minuman. Mengonsumsi lebih dari satu
jenis untuk setiap kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah-buahan) setiap kali makan akan lebih baik.

14
Gambar 1. Sajian Sekali Makan

2. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan


Badan Kesehatan Dunia (WHO) secara umum menganjurkan
konsumsi sayuran dan buah-buahan untuk hidup sehat sejumlah
400 g perorang perhari, yang terdiri dari 250 g sayur (setara
dengan 21/2 porsi atau 21/2 gelas sayur setelah dimasak dan
ditiriskan) dan 150 g buah. (setara dengan 3 buah pisang ambon
ukuran sedang atau 11/2 potong pepaya ukuran sedang atau 3 buah
14 jeruk ukuran sedang). Bagi orang Indonesia dianjurkan
konsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 g perorang perhari
bagi anak balita dan anak usia sekolah, dan 400-600 g perorang
perhari bagi remaja dan orang dewasa. Sekitar dua-pertiga dari
jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah
porsi sayur.

3. Biasakan mengonsumsi lauk pauk yang mengandung protein


tinggi
Lauk pauk terdiri dari pangan sumber protein hewani dan
pangan sumber protein nabati. Kelompok pangan lauk pauk
sumber protein hewani meliputi daging ruminansia (daging sapi,
daging kambing, daging rusa dll), daging unggas (daging ayam,
daging bebek dll), ikan termasuk seafood, telur dan susu serta hasil
olahnya. Kelompok Pangan lauk pauk sumber protein nabati
meliputi kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti kedele, tahu,
tempe, kacang hijau, kacang tanah, kacang merah, kacang hitam,
kacang tolo dan lain-lain.
Dalam mewujudkan gizi seimbang kedua kelompok pangan ini
(hewani dan nabati) perlu dikonsumsi bersama kelompok pangan

15
lainnya setiap hari, agar jumlah dan kualitas zat gizi yang
dikonsumsi lebih baik dan sempurna. Kebutuhan pangan hewani 2-
4 porsi (setara dengan 70- 140 gr/2-4 potong daging sapi ukuran
sedang atau 80-160 gr/2-4 potong daging ayam ukuran sedang atau
80-160 gr/2-4 potong ikan ukuran sedang) 15 sehari dan pangan
protein nabati 2-4 porsi sehari ( setara dengan 100-200 gr/ 4-8
potong tempe ukuran sedang atau 200-400 gr/ 4-8 potong tahu
ukuran sedang) tergantung kelompok umur dan kondisi fisiologis
(hamil, menyusui, lansia, anak, remaja, dewasa). Susu sebagai
bagian dari pangan hewani yang dikonsumsi berupa minuman
dianjurkan terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui serta anak-anak
setelah usia satu tahun. Mereka yang mengalami diare atau
intoleransi laktosa karena minum susu tidak dianjurkan minum
susu hewani. Konsumsi telur, susu kedele dan ikan merupakan
salah satu alternatif solusinya.

4. Biasakan mengonsumsi anekaragam makanan pokok


Makanan pokok adalah pangan mengandung karbohidrat yang
sering dikonsumsi atau telah menjadi bagian dari budaya makan
berbagai etnik di Indonesia sejak lama.Contoh pangan karbohidrat
adalah beras, jagung, singkong, ubi, talas, garut, sorgum, jewawut,
sagu dan produk olahannya. Indonesia kaya akan beragam pangan
sumber karbohidrat tersebut..
Cara mewujudkan pola konsumsi makanan pokok yang
beragam adalah dengan mengonsumsi lebih dari satu jenis
makanan pokok dalam sehari atau sekali makan. Salah satu cara
mengangkat citra pangan karbohidrat lokal adalah dengan
mencampur makanan karbohidrat lokal dengan terigu, seperti
pengembangan produk boga yang beragam misalnya, roti atau mie
campuran tepung singkong dengan tepung terigu, pembuatan roti
gulung pisang, singkong goreng keju dan lain-lain.

5. Batasi konsumsi pangan manis, asin, dan berlemak.


Peraturan Menteri Kesehatan nomor 30 tahun 2013 tentang
Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam dan Lemak serta
Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji

16
menyebutkan bahwa konsumsi gula lebih dari 50 g (4 sendok
makan), natrium lebih dari 2000 mg (1 sendok teh) dan
lemak/minyak total lebih dari 67 g (5 sendok makan) per orang per
hari akan meningkatkan risiko hipertensi, stroke, diabetes, dan
serangan jantung. Informasi kandungan gula, garam dan lemak
serta pesan kesehatan yang tercantum pada label pangan dan
makanan siap saji harus diketahui dan mudah dibaca dengan jelas
oleh konsumen.
Khusus untuk anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak tidak perlu
dibatasi.
- Konsumsi gula
Beberapa cara membatasi konsumsi gula:
1) Kurangi secara perlahan penggunaan gula, baik pada
minuman teh/kopi maupun saat membubuhkan pada
masakan. Jika meningkatkan rasa pada minuman,
tambahkan jeruk nipis pada minuman tehdan atau madu,
bukan menambahkan gula.
2) Batasi minuman bersoda.
3) Ganti makanan penutup/dessert yang manis dengan buah
atau sayursayuran.
4) Kurangi atau batasi mengkonsumsi es krim.
5) Selalu membaca informasi kandungan guladan
kandungan total kalori (glucosa, sucrosa, fruktosa,
dextrosa, galaktosa, maltosa) dan garam (natrium) jika
berbelanja makanan dalam kemasan.
6) Kurangi konsumsi coklatyang mengandung gula.
7) Hindari minuman beralkohol.
- Konsumsi garam
Karena itu dianjurkan mengonsumsi garam sekedarnya
dengan cara menyajikan makanan rendah natrium:
1) Gunakan garam beriodium untuk konsumsi.
2) Jika membeli pangan kemasan dalam kaleng, seperti
sayuran, kacangkacangan atau ikan, baca label informasi
nilai gizi dan pilih yang rendah natrium.
3) Jika tidak tersedia pangan kemasan dalam kaleng yang
rendah natrium, pangan dalam kemasan tersebut perlu
dicuci terlebih dahulu agar sebagian garam dapat terbuang
4) Gunakan mentega atau margarine tanpa garam (unsalted)

17
5) Jika mengonsumsi mi instan gunakan sebagian saja
bumbu dalam sachet bumbu yang tersedia dalam kemasan
mi instan
6) Coba bumbu yang berbeda untuk meningkatkan rasa
makanan, seperti jahe atau bawang putih.
- Konsumsi lemak
Konsumsi lemak dan minyak dalam hidangan sehari-hari
dianjurkan tidak lebih dari 25% kebutuhan energi, jika
mengonsumsi lemak secara berlebihan akan mengakibatkan
berkurangnya konsumsi makanan lain. Hal ini disebabkan
karena lemak berada didalam sistem pencernaan relatif
lebih lama dibandingkan dengan protein dan karbohidrat,
sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih
lama.
Secara nasional, rata-rata konsumsi lemak di Indonesia
telah sesuai dengan yang dianjurkan yaitu 47
gram/kapita/hari atau 25 persen dari total konsumsi energi.
Karakteristiknya adalah lebih besar pada kelompok
penduduk usia 2-18 tahun, tinggal di perkotaan dan pada
kelompok perempuan (Riskesdas, 2010). Khusus untuk
anak usia 6-24 bulan konsumsi lemak tidak perlu dibatasi.

6. Biasakan sarapan
Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan
antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian
kebutuhan gizi harian 19 (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif, dan produktif. Sarapan yang
baik terdiri dari pangan karbohidrat, pangan lauk-pauk, sayuran
atau buah-buahan dan minuman. Bagi orang yang tidak biasa
makan kudapan pagi dan kudapan siang, porsi makanan saat
sarapan sekitar sepertiga dari total makanan sehari. Bagi orang
yang biasa makan kudapan pagi dan makanan kudapan siang,
jumlah porsi makanan sarapan sebaiknya seperempat dari makanan
harian.

7. Biasakan minum air putih yang cukup dan aman

18
Pemenuhan kebutuhan air tubuh dilakukan melalui konsumsi
makanan dan minuman. Sebagian besar (dua-pertiga) air yg
dibutuhkan tubuh dilakukan melalui minuman yaitu sekitar dua
liter atau delapan gelas sehari bagi remaja dan dewasa yang
melakukan kegiatan ringan pada kondisi temperatur harian di
kantor/rumah tropis. Pekerja yang berkeringat, olahragawan, ibu
hamil dan ibu menyusui memerlukan tambahan kebutuhan air
selain dua liter kebutuhan dasar air. Air yang dibutuhkan tubuh
selain jumlahnya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan juga
harus aman yang berarti bebas dari kuman penyakit dan bahan-
bahan berbahaya.

8. Biasakan membaca label pada kemasan pangan


Label adalah keterangan tentang isi, jenis, komposisi zat gizi,
tanggal kadaluarsa dan keterangan penting lain yang dicantumkan
pada kemasan (Depkes, 1995).
Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas
sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang
terkandung dalam makanan tersebut.

9. Cuci tangan pakai sabun dan air bersih mengalir


Perilaku hidup bersih harus dilakukan atas dasar kesadaran oleh
setiap anggota keluarga agar terhindar dari penyakit, karena 45%
penyakit diarebisa dicegah dengan mencuci tangan.
Kapan saja harus mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
antara lain:
1) Sebelum dan sesudah memegang makanan
2) Sesudah buang air besar dan menceboki bayi/anak
3) Sebelum memberikan air susu ibu
4) Sesudah memegang binatang
5) Sesudah berkebun
Manfaat melakukan 5 langkah mencuci tangan yaitu
membersihkan dan membunuh kuman yang menempel secara cepat
dan efektif karena semua bagian tangan akan dicuci menggunakan
sabun.
Cara Cuci Tangan 5 Langkah Pakai Sabun Yang Baik dan
Benar 1) Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir
2) Gosok sabun ke telapak, punggung tangan dan sela jari-jari
3) Bersihkan bagian bawah kuku-kuku
4) Bilas dengan air bersih mengalir

19
5) Keringkan tangan dengan handuk/tissu atau keringkan
dengan udara/dianginkan.
Pentingnya mencuci tangan secara baik dan benar memakai
sabun adalah agar kebersihan terjaga secara keseluruhan serta
mencegah kuman dan bakteri berpindah dari tangan ke makanan
yang akan dikonsumsi dan juga agar tubuh tidak terkena kuman.
10. Lakukan aktivitas fisik yang cukup dan pertahankan berat
badan normal
Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi. Aktivitas fisik
dikategorikan cukup apabila seseorang melakukan latihan fisik
atau olah raga selama 30 menit setiap hari atau minimal 3-5 hari
dalam seminggu. Beberapa aktivitas fisik yang dapat dilakukan
antara lain aktivitas fisik sehari-hari seperti berjalan kaki,
berkebun, menyapu, mencuci, mengepel, naik turun tangga dan
lain-lain. Latihan fisik adalah semua bentuk aktivitas fisik yang
dilakukan secara terstruktur dan terencana, dengan tujuan untuk
meningkatkan kesegaran 22 jasmani. Beberapa latihan fisik yang
dapat dilakukan seperti berlari, joging, bermain bola, berenang,
senam, bersepeda dan lain-lain.

B. Pesan Khusus
- Pesan Gizi Seimbang untuk Anak Usia 2 – 5 Tahun
a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam)
bersama keluarga
b. Perbanyak mengonsumsi makanan kaya protein seperti
ikan, telur, tempe, susu dan tahu.
c. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Sayuran dan buah-buahan adalah pangan sumber vitamin,
mineral dan serat.
d. Batasi mengonsumsi makanan selingan yang terlalu manis,
asin dan berlemak.
e. Minumlah air putih sesuai kebutuhan. Sangat dianjurkan
agar anak-anak tidak membiasakan minum minuman manis
atau bersoda,karenajenis minuman tersebut kandungan
gulanya tinggi. Untuk mencukupi kebutuhan cairan sehari hari

20
dianjurkan agar anak anak minum air sebanyak 1200 – 1500
mL air/hari.
f. Biasakan bermain bersama dan melakukan aktivitas fisik
setiap hari.
- Pesan Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja (6 – 19 tahun)
a. Biasakan makan 3 kali sehari (pagi, siang dan malam)
bersama keluarga
Makan pagi pada anak sekolah sebaiknya dilakukan pada jam
06.00 atau sebelum jam 07.00 yaitu sebelum terjadi
hipoglikemia atau kadar gula darah sangat rendah.
b. Biasakan mengonsumsi ikan dan sumber protein lainnya
Ikan merupakan sumber protein hewani, sedangkan tempe dan
tahu merupakan sumber protein nabati.
c. Perbanyak mengonsumsi sayuran dan cukup buah-buahan
d. Biasakan membawa bekal makanan dan air putih dari
rumah
f. Biasakan menyikat gigi sekurang-kurangnya dua kali sehari
setelah makan pagi dan sebelum tidur Setelah makan ada sisa
makanan yang tertinggal di sela-sela gigi.
g. Hindari merokok Merokok
- Pesan gizi seimbang untuk usia lanjut
a. Banyak makan sayuran dan cukup buah-buahan
b. Biasakan mengonsumsi makanan sumber kalsium seperti
ikan dan susu
c. Biasakan mengonsumsi makanan berserat
d. Batasi mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi
natrium.
e. Minumlah air putih sesuai kebutuhan : kelompok usia lanjut
perlu air minum yang cukup (1500-1600ml/hari).
f. Tetap melakukan aktivitas fisik Sel-sel otot pada usia muda
mempunyai kelenturan yang optimal dan mulai menurun pada
usia lanjut. Sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik
yang ringan seperti berjalan-jalan, bersepeda, berkebun dan
melakukan olah raga ringan seperti yoga, senam usia lanjut
yang berfungsi membantu kelenturan otot dan relaksasi otot.
g. Batasi konsumsi gula, garam dan lemak
Keluarga ini belum memperhatikan pola makan gizi seimbang
dikarenakan keterbatasan penghasilan. Pengeluaran lebih
diutamakan untuk membeli keperluan adik pasien (An. L) yang
masih 10 bulan, diibandingkan untuk membeli buah-buahan, selain

21
itu masih banyak kebutuhan keluarga yang lain yang harus
dipenuhi sehingga tidak memikirkan pola makan gizi seimbang.

Tabel 5. Food Recall Pasien dalam Tiga Hari


Pagi,25 November 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Tahu grg 1 80 kkal 8 gr 6 gr 3 gr
ptg
Telur dadar 100 kkal 8 gr 6 gr
Teh manis 1 70 kkal 4,20 gr
gelas
Siang, 25 November 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Telur dadar 100 kkal 8 gr 6 gr
Air putih 2
gelas

Malam, 25 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Mie goreng 175 kkal 40 gr 4 gr
Telur dadar 100 kkal 8 gr 6 gr
Teh manis 1 70 kkal 4,20 gr
gelas
Jumlah 1.220 kkal 136,4 gr 42 gr 21 gr
Kalori

Pagi, 26 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Tempe grg 2 160 kkal 16 gr 12 gr 3 gr
ptg
Telur ceplok 196 kkal 1,0 gr 14 gr 15 gr
Teh manis 1 70 kkal 4,20 gr
gelas
Siang, 26 November 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Ayam goreng 150 kkal 7 gr 13 gr
Air putih 2
gelas
Malam, 26 November 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Ayam goreng 150 kkal 7 gr 13 gr

22
Tempe grg 1 80 kkal 8 gr 6 gr 3 gr
ptg
Air putih 2
gelas

Jumlah 1.331 kkal 149,2 gr 58 gr 47 gr


kalori

Pagi, 27 November 2017


Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Telur ceplok 196 kkal 1,0 gr 14 gr 15 gr
Air putih 1
gelas
Siang, 27 November 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Tahu grg 1 80 kkal 8 gr 6 gr 3 gr
ptg
Ayam goreng 150 kkal 7 gr 13 gr
Air putih 1
gelas
Malam, 27 November 2017
Menu Kalori Karbohidrat Protein Lemak
Nasi 1 porsi 175 kkal 40 gr 4 gr
Tempe 156 kkal 2,0 gr 16 gr 5 gr
bacem 2 ptg
Air putih 2
gelas
Jumlah 1.107 kkal 131 gr 55 gr 36 gr
kalori
Jumlah Total 3.658 kkal 416,6 gr 155 gr 104 gr

Interpretasi terhadap food recall pasien An. S :


Dari table diatas, dapat disimpulkan bahwa An. S mendapat total kalori
perhari :
Tanggal 25 November 2017 : 1220 kkal
Tanggal 26 November 2017 : 1331 kkal
Tanggal 27 November 2017 : 1107 kkal
Rata-rata asupan pasien selama 3 hari, adalah 1219,3 kkal.
Keterangan : Rata-rata asupan kalori yang dikonsumsi adalah 1219,3 kkal,
dengan rata-rata asupan karbohidrat 138,87 gr, protein 51,67 gr, dan lemak
34,67 gr.

23
Kebutuhan energi dan zat gizi total perhari menurut Widya Karya Pangan
dan Gizi (WKPG) :
Kebutuhan energi usia 4-5 tahun = 90 kalori/kgBB/hari
Kebutuhan protein : 10% dari total kebutuhan energi harian
= (10% x total energi harian) : 4.
Kebutuhan Lemak : 20% dari total kebutuhan energi harian
= (20% x total energi harian) : 9.
Kebutuhan Karbohidrat : 70% dari total kebutuhan energi harian
= (70% x total energi harian) : 4

Kebutuhan energi pasien = 90 kalori x 14 kg = 1,260 kalori/hari


Kebutuhan protein = (10% x 1,260 kalori) : 4 = 31,5 gr
Kebutuhan Lemak = (20% x 1,260 kalori) : 9 = 28 gr
Kebutuhan karbohidrat = (70% x 1,260 kalori) : 4 = 220,5 gr

Interpretasi terhadap food recall pasien :


Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa menu makan pasien masih
kurang dari jumlah energi/kalori yang dibutuhkan setiap harinya. Kebutuhan
karbohidrat pasien juga masih kurang. Namun kebutuhan protein dan lemak
yang dikonsumsi perharinya berlebih. Dapat disimpulkan bahwa asupan
makanan pasien masih belum memenuhi kebutuhan pasien yang seharusnya.

7. Pola Dukungan Keluarga


1. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Orang tua pasien mempunyai keinginan agar anaknya sembuh. Ny. R
menemani anaknya berobat ke puskesmas. Orang tua pasien tahu dan
peduli terhadap kesehatan pasien sehingga pasien dapat mendapatkan
pengobatan. Biaya pelayanan kesehatan pasien bersumber dari Badan
Pelayanan Janiman sosial (BPJS) sehingga pasien dapat terus rutin berobat
sampai keluhan tidak muncul kembali.

2. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga


Faktor – faktor yang menghambat dalam kesembuhan pasien antara
lain, untuk mencapai puskesmas pasien harus menggunakan kendaraan
umum, karena keluarga pasien tidak memiliki kendaraan pribadi.
Kurangnya asupan makanan berupa sayur dan buah-buahan.
Keterbatasan pendapatan Tn. M sehingga tidak pernah membeli buah.
Pasien tidak suka makan sayur walaupun Ny. R memasak sayur. Selain itu
ibu pasien juga tidak memaksakan anaknya untuk memakan sayur.

8. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologi

24
Keluarga mampu meneruskan keturunan sebagai generasi selanjutnya
dengan mempunyai dua orang anak, yaitu An.P berusia 8 tahun, An.S
berusia 4 tahun, dan An. L berusia 10 bulan. Selain itu keluarga ini
menerapkan program keluarga berencana maka fungsi keluarga ini sedikit
terkontrol. Keluarga tidak ada yang memiliki kecacatan ataupun penyakit
menular. Tn. M bersama Ny. R mengasuh dan membesarkan anak-anaknya
dengan baik, serta merawat dan menjaga kesehatan seluruh anggota
keluarganya. Kebutuhan makanan sehari-hari keluarga Tn. M sudah cukup,
namun tidak sesuai dengan pola gizi seimbang yaitu kurang makan
sayuran dan cukup buah-buahan. Terkadang keluarga juga sering lupa
untuk mencuci tangan sebelum makan.
b. Fungsi Psikologi
An. S adalah seorang anak dengan keluarga pasien yang
memperhatikan kondisi penyakit pasien, pola makan pasien serta aktivitas
sehari - hari. Komunikasi antara orangtua dengan An. S sangat baik. Setiap
hari An. S selalu bertemu dengan ibunya, namun An. S tidak selalu
bersama ayahnya setiap hari karena ayahnya harus bekerja. Komunikasi
antara An. S dengan kakak dan adiknya sangat baik. Setiap harinya An. S
selalu tidur disebelah kakaknya. Selain itu keluarga ini masih memiliki
kesadaran yang baik akan pentingnya kesehatan. Tn.M dan Ny.R telah
memberikan rasa aman, nyaman, perhatian, memberikan identitas terhadap
anggota keluarga.
c. Fungsi Ekonomi
Sumber penghasilan utama pada keluarga adalah dari ayah pasien.
Keluarga mampu mecukupi kebutuhan seluruh anggota keluarga, seperti
kebutuhan makanan, pakaian, dan tempat berlindung (rumah), namun
masih kesulitan untuk menabung karena pendapatan yang kurang dan
masih banyak kebutuhan lebih untuk adik pasien yang masih berusia 10
bulan. Untuk biaya kesehatan, pasien menggunakan BPJS sehingga pasien
dapat berobat tanpa memikirkan banyaknya biaya yang keluar dan tejamin
kesehatannya. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga ini dilakukan
oleh Ny. R untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-harinya. Tn. M dan
Ny. R juga menyisihkan sedikit penghasilan dari Tn. M untuk memenuhi
kebutuhan keluarga jangka panjang, seperti untuk pendidikan anak-
anaknya.

25
d. Fungsi Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat, An. S dan keluarga memiliki
hubungan baik dengan tetangga sekitar. An. S sering bermain bersama
teman sebayanya di sekitar rumahnya.

B. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga


1. Pasien hanya mendapatkan imunisasi satu kali yaitu hepatitis B0.
2. Saat ini pasien menderita Cacar air.
3. Anggota keluarga (An. P) sebelumnya juga menderita penyakit yang sama
dengan pasien.
4. Saat anggota keluarga sebelumnya menderita penyakit yang sama, keluarga
Tn.M tidak melakukan tindakan pencegahan, seperti memisahkan tidur antara
pasien dengan kakaknya.
5. Masalah ekonomi karena kurangnya pendapatan dari Tn. M serta, kebutuhan
yang banyak untuk keperluan adik pasien, sehingga masih sulit untuk
menabung untuk kebutuhan di masa yang akan datang.
6. Kurangnya jendela dan ventilasi dirumah sehingga udara bersih dan cahaya
tidak dapat masuk ke rumah.
7. Kebiasaan keluarga Tn.M dalam pencarian pengobatan, seperti tidak langsung
berobat ke dokter.
8. Keluarga Tn.M kurang memahami mengenai gizi seimbang dan pengaturan
pola makan atau menu makanan yang tepat.
9. Keluarga juga masih kurang dalam menjaga kesehatannya seperti lupa untuk
mencuci tangan sebelum makan.

C. Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal (alasan kedatangan, kekhawatiran, harapan, persepsi individu
mengenai penyakitnya)
a. Kedatangan:
Keluhan keluar ruam kulit disertai rasa gatal sejak 1 hari sebelum ke
Puskesmas Kecamatan Senen
b. Kekhawatiran:
Orangtua pasien khawatir bahwa penyakitnya dapat menular ke adiknya
serta teman sebayanya.
c. Harapan:
Harapan   Orangtua   terhadap   penyakit   pasien   adalah   agar   sembuh,   tidak
menularkan ke adik pasien dan pasien dapat beraktivitas lagi seperti biasa.

2. Aspek Klinik (diagnosis kerja dan diagnosis banding)


Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik disimpulkan sebagai
berikut:
Diagnosis Kerja : Varicella Zoster

26
Diagnosis Banding : Impetigo, Herpes Simplek

3. Aspek Risiko Internal (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah


kesehatan pasien)
Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien adalah :
 Pasien tidak lengkap imunisasinya.
 Pasien tidak suka makan sayur dan buah-buahan.
 Pasien sering lupa mencuci tangan sebelum makan.

4. Aspek Psikososial Keluarga: (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi


masalah kesehatan pasien)
 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang gizi seimbang dan pola makan
sehat dan bergizi.
 Pasien kontak langsung dengan penderita yang memiliki keluhan yang sama
sebelumnya.
 Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien.

5. Aspek Fungsional : (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari)


Menurut International Classification Primary Care (ICPC), pasien mempunyai
aspek fungsional pasien mampu melakukan kegiatan sehari-hari seperti sebelum
sakit. Dapat disimpulkan derajat fungsional pasien menurut ICPC saat ini adalah
derajat 1, dikarenakan tidak ada keterbatasan pekerjaan apapun atau aktifitas
harian seperti 3pasien dapat mandiri dalam perawatan diri dan masih dapat
bermain dengan adiknya.

Identifikasi derajat fungsional pasien yaitu dampak aktivitas harian pasien saat
mengalami keluhan/gejala yang dikeluhkan (International Classification of
Primary Care). Dibagi menjadi lima:
1 : No difficulty at all (sama sekali tidak mengurangi pekerjaan/aktivitas harian)
2 : A little bit of difficulty (mulai mengurangi aktivitas berat, aktivitas ringan
masih mampu)
3 : Some difficulty (mulai mengurangi aktivitas ringan, sebagian perawatan diri
sementara dibantu orang lain, kemungkinan perawatan di RS untuk sementara
waktu)
4 : Much difficulty (aktivitas harian lebih banyak di rumah, tidak mampu bekerja
di luar rumah, perawatan diri sebagian sudah harus dibantu orang lain)
5 : Could not do/permanent unfit (100% berbaring di tempat tidur, perawatan diri
seluruhnya harus dibantu orang lain)

27
A. Rencana Penatalaksanaan dan Follow Up

Tabel 6. Rencana Penatalaksanaan dan Follow Up Berdasarkan 5 Aspek Diagnosis Holistik


Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hal yang Diharapkan Follow Up

1. Melakukann anamnesis, 1. Mengetahui hasil dari anamnesis dan 1. Pasien mengalami perbaikan dan
Aspek pemeriksaan fisik dan Pasien Puskesmas/ pemeriksaan fisik terhadap pasien. keluhan sudah berkurang
Personal menegakkan diagnosis Kunjungan
Rumah 2. Keluarga pasien dapat mengetahui tentang 2. Tidak ada kekhawatiran yang
2. Menjelaskan kepada orang tua penyakit yang diderita pasien. dirasakan oleh orang tua pasien.
pasien tentang penyakit
Varicella Zoster (Gejala, cara 3. Orang tua pasien tidak khawatir 3. Pasien rutin atau teratur meminum
penularan dan pencegahan) berlebihan tentang penyakit pasien. obat yang tekah diberikan.

3. Menjelaskan kepada orang 4. Pasien dan keluarga lebih menjaga


tuan pasien tidak perlu kebersihan
khawatir karena penyakit
Varicella Zoster ini dapat
sembuh dilihat dari
penyebabnya.

4. Menjelaskan kepada orang tua


pasien bahwa berobat sangat
dianjurkan dalam agama, oleh
karena itu pasien harus
menjalani pengobatan untuk
mengatasi keluhan yang
dialami.

5. Menjelaskan kepada pasien


untuk beristirahat terlebih
dahulu dirumah dan selalu
menjaga kebersihan

28
1. Memberikan obat : 1. Orang tua pasien mengerti cara 1. Pasien mengalami perbaikan
Aspek Klinik  Racikan acyclovir 400 Pasien dan Puskesmas pemberian terapi yang telah diberikan. dan keluahan berkurang
mg 4x1 keluarga 2. Pasien rutin atatu teratur
 Racikan pasien 2. Mengurang keluhan yang diderita psien meminum obat yang diberikan
Chlorpheniramine dan mencegah timbulnya komplikasi. 3. Pasien sudah dibiasakan
Maleat 4mg + mencuci kedua tangan dengan
Dexamethasone 0,5 mg 3. Orang tua dapat menjaga pola makan dan air mengalir sebelum
2x1 makan.
adan anak tidak jajan sembarangan,
 Paracetamol syr 3x5 ml 4. Pasien minum susu setiap pagi
menajaga kebersihan dan melakukan namun masih tadak mau makan
 Biovitan multivitamin
aktivitas fisik. satur, dan buah setiap harinya.
syrup 1x5 ml
5. Pasien tidak melakukan
2. Menjelaskan kepada ibu aktivitas fisik.
pasien dianjurkan untuk selalu
menjaga pola makan, tidak
jajan sembarangan, menjaga
kebersihan, dan beraktivitas
fisik.

Aspek 1. Mengedukasi pasien untuk Pasien dan Saat 1. Orangtua mengubah pola makan pasien 4. Pasien minum susu setiap pagi..
Risiko makan sayur, buah-buahan, Keluarga kunjungan menjadi pola makan gizi seimbang oasien mulau mau memakan
Internal dan susu rumah 2. Orangtua mengetahui tentang dasar gizi beberapa jenis sayur saja.
2. Menjelaskan kepada orangtua seimbang 5. Pasien sudah dibiasakan
pasien tentang dasar gizi 3. Pasien dan orangtua pasien menerapkan menvuvi kedia tangan dengan
seimbang. cuci tangan sebelum makan sabun dan air mengalir sebelum
3. Menjelaskan kepada pasien menggunakan asbun dan air mengalir. makan.
dan orangtua pasien cara cuci
tangan 5 langkah pakai sabun
yang baik dan benar.

29
Aspek 1. Menjelaskan kepada Pasien dan Saat home 1. Orangtua mengetahui tentang dasar gizi 1. Orangtua mengetahui
Psikososial orangtua pasien tentang Keluarga visit ke seimbang tentang dasar gizi seimbang
keluarga dasar gizi seimbang. rumah
2. Pasien tidur terpisah dari saudarinya 2. Pasien tetap tidur berama
pasien
2. Menejalskan kepada pasien namun tidak berdekatan dengan
dan keluarga pasien bahwa 3. Pasien istirahat di rumah dan sementara saudaranya
penyakit pasien dapat waktu tidak kontak dengan teman-
menular. Keluarga harus temannya.
memisahkan tidur pasien
3. Pasien istirahat di rumah.
dengan saudaranya.

3. Menyarakan pasien untuk


tidak bermain bersama
teman-temannya sementara
waktu.

Aspek Menjelaskan kepada pasien dan Pasien Puskesmas 1. Pasien dapat mertahankan skor Pasien mengalami perbaikan dan
fungsional eluarga pasien untuk meminum atau fungsional keluhan sudah berkurang
obat secara teratur dan dianjurkan kunjungan
untuk selalu menjaga pola makan, 2. Mencapai kondisi kesehatan yang
rumah
tidak jajan sembarangan, menjaga optimal
kebersihan, beraktivitas fisik, dan
menerrapkan etika batuk.

30
D. Prognosis
A. Ad Vitam : ad bonam
A. Ad Sanasionam : ad bonam
B. Ad Fungsionam : ad bonam

31

Anda mungkin juga menyukai