0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan10 halaman
1. Mbah Kuat merasa takut berobat rutin untuk penyakit diabetesnya karena khawatir tertular COVID-19.
2. Dr. Joni memberikan edukasi bahwa diabetes merupakan faktor risiko COVID-19, namun penting untuk terus berobat dan mengontrol gula darah.
3. Dr. Joni juga menjelaskan tanda dan gejala COVID-19 serta cara mencegah penularan.
1. Mbah Kuat merasa takut berobat rutin untuk penyakit diabetesnya karena khawatir tertular COVID-19.
2. Dr. Joni memberikan edukasi bahwa diabetes merupakan faktor risiko COVID-19, namun penting untuk terus berobat dan mengontrol gula darah.
3. Dr. Joni juga menjelaskan tanda dan gejala COVID-19 serta cara mencegah penularan.
1. Mbah Kuat merasa takut berobat rutin untuk penyakit diabetesnya karena khawatir tertular COVID-19.
2. Dr. Joni memberikan edukasi bahwa diabetes merupakan faktor risiko COVID-19, namun penting untuk terus berobat dan mengontrol gula darah.
3. Dr. Joni juga menjelaskan tanda dan gejala COVID-19 serta cara mencegah penularan.
Mbah Kuat berusia 65 tahun merupakan pasien tetap di Puskesmas tempat dr. Joni bekerja. Mbah Kuat sudah 10 tahun menderita Diabetes Mellitus dan setiap bulan rutin kontrol ke puskesmas. Mbah Kuat saat ini merasa ketakutan untuk berobat rutin ke puskesmas karena Mbah Kuat merasa khawatir tertular penyakit Corona. Akhirnya Mbah Kuat tetap memberanikan diri ke Puskesmas dengan menggunakan masker dan membawa sabun cuci tangan. Saat di Puskesmas dr. Joni memberikan edukasi kepada Mbah Kuat terkait penyakit corona dan hubungannya dengan penyakit DM.
STEP 1. Klarifikasi Istilah
1. Diabetes Mellitus - Suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. (Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus) - Penyakit metabolik yang berlangsung kronik dimana penderitanya tdk bisa memproduksi insulin dlm jmlh yg cukup atau tubuh tdk mampu menggunakan insulin scr efektif sehingga tjd peningkatan kadar gula dlm darah. DM sering disebut sbg the great imitator karena penyakit ini dpt mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan dengan gejala yg bervariasi.(diabetes mellitus) 2. Penyakit corona Penyakit yang disebabkan oleh turunan coronavirus baru. Virus COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) terkait dengan Virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Gejalanya berupa demam, batuk, dan sesak nafas. (pencegahan dan pengendalian COVID-19) 3. Puskesmas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan perventif di wilayah kerjanya. (Permenkes Nomor 43 tahun 2019) STEP 2. Identifikasi Masalah 1. Mengapa penderita DM perlu kontrol rutin? 2. Bagaimana hubungan penyakit corona dengan DM? 3. Bagaimana peran dokter dalam mengatasi kekhawatiran pasien? 4. Apa edukasi yang diberikan dokter tentang penyakit corona? 5. Apa yang harus diperhatikan oleh penyedia layanan kesehatan terhadap pasien diabetes pada masa pandemic covid 19?
STEP 3. Analisis Masalah
1. Mengapa penderita DM perlu kontrol rutin? (Diabetes mellitus) Pemeriksaan gula darah baiknya dilakukan secara teratur pada pasien DM. Penderita DM harus rutin mengontrol kadar gula darah supaya selalu berada dalam keadaan normal. Kontrol rutin dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditentukan, agar diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah gangguan dan komplikasi yang mungkin muncul agar ada penanganan yang cepat dan tepat. Melakukan kontrol adalah suatu keharusan bagi semua penderita DM, dimana salah satu faktor internal yang mempengaruhi pengendalian diabetes mellitus adalah kepatuhan kontrol.5,6 Standar pemeriksaan kadar gula darah di pelayanan kesehatan idealnya dilakukan minimal tiga bulan sekali setelah kunjungan pertama, yang meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan, dan pemeriksaan HbA1C. Untuk pemeriksaan kadar gula darah sewaktu idealnya dilakukan sebanyak empat kali sehari setiap sebelum makan dan sebelum tidur dan dapat dilakukan di rumah.7
2. Bagaimana hubungan penyakit corona dengan DM?
(rekomendasi penanganan DM di era Pandemi COVID-19) Covid-19 ini bisa menyerang hampir seluruh kalangan usia, namun demikian data yang ada saat ini menunjukkan bahwa kelompok usia lanjut dan orang yang mempunyai riwayat penyakit kronis (ko-morbid) memiliki risiko untuk terkena lebih sering dan dengan komplikasi yang lebih buruk dari penyakit ini. Riwayat penyakit kronis yang dimaksud antara lain adalah hipertensi, diabetes melitus, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit paru kronis. Khusus untuk mereka dengan diabetes, merupakan komorbiditas kedua tersering ditemukan, sekitar 8% kasus, setelah hipertensi, dan dengan angka kematian tigakali lipat dibandingkan penderita secara umum (7.3% berbanding 2.3%)8 Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko meningkatnya keparahan infeksi COVID-19. Diabetesi yang berusia lebih tua (>60 tahun), kadar gula darah tidak terkontrol, dan adanya komplikasi diabetes dikaitkan dengan prognosis COVID-19 yang buruk. Di China, persentase tingkat kematian diabetesi yang terdiagnosa COVID-19 adalah 7.3%. Di Italia, kematian pada pasien Covid-19 ternyata 36% berkaitandengan diabetes.8 Penderita DM rentan terhadap infeksi penyakit, terutama yang disebabkan oleh bakteri dan virus yang mempengaruhi saluran nafas bawah. Dibalik mekanisme yang tidak diketahui saat ini, kadar glukosa tinggi memiliki peran yang cukup relevan berkaitan dengan komplikasi terkait diabetes kronis. Sebagaimana diketahui, kadar glukosa yang tinggi ini bertanggung jawab atas gangguan fungsi antibakteri neutrophil. Mikroangiopatik tampaknya terjadi di saluran pernapasan penderita DM, sehingga menghambat pertukaran gas di paru-paru. Beberapa laporan juga memperlihatkan kerentanan yang lebih tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh mikroorganisme atipikal dan episode penumonia parah pada penderita diabetes mellitus (DM).9 Mikroangiopati tampaknya terjadi di saluran pernapasan penderita DM, suatu komplikasi yang mengakibatkan kerusakan mikrovaskular sehingga menghambat pertukaran udara di paru.9 Kerusakan mikrovaskular ini akan lebih parah bila penderita diabetes mengalami serangan pneumonia akut akibat terinfeksi covid-19. Ini dikarenakan terjadinya penurunan kadar ACE 2 yang berakhir sebagai ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome).9 Apabila terinfeksi SARS-Cov-2, penderita DM akan mengalami kondisi yang sangat buruk dibandingkan penderita tanpa DM. Virus ini akan menurunkan kadar limfosit absolut yang akan meningkatkan resiko yang lebih fatal karena proses inflamasi kronis yang terjadi pada penderita diabetes yang secara progresif menuju ke arah disfungsi beberapa organ termasuk perjalanan penyakit menuju gagal ginjal kronis.10
3. Bagaimana peran dokter dalam mengatasi kekhawatiran pasien?
(Buku ajar kedokteran keluarga) Pasien akan datang berkonsultasi ke dokter apabila dia sudah merasakan kecemasan akan penyakit yang dideritanya. Ini memiliki pengaruh sangat penting dalam sikap kita sebagai dokter untuk menghadapi pasien seperti itu. Mengingat semua ini, jika kita ingin benar-benar menjadi holistik dan biopsikososial dalam pendekatan edukasi terhadap pasien, perlu untuk mengatasi bukan hanya penyakit fisik tetapi juga dampak emosional dari penyakit itu. Sangat sering, pemikiran pasien kacau oleh emosi, dan ketika pasien penuh kecemasan, akan merasa sulit untuk mendengarkan upaya ilmiah dari dokter untuk mengajarkan ilmu tentang penyakit mereka. Semakin besar kecemasan, semakin sedikit kesempatan ada penjelasan seorang dokter untuk diingat dalam pikiran pasien. Lebih baik untuk menangani kecemasan dan memberikan jalan keluar terhadap pasien, kemudian kaitkan dengan patofisiologi dan farmakologi, sehingga pasien akan lebih mendengar dan mengingat yang disampaikan oleh dokter. Karena emosi itu berasal dari persepsi. Jika persepsi pasien yang salah maka dokter dapat segera turun tangan dengan memperbaiki persepsi, sehingga akan menenangkan kecemasan dan memberikan rasa nyaman pada pasien.
(rekomendasi penanganan DM di era Pandemi COVID-19)
Rekomendasi untuk diabetesi dalam mencegah COVID-19:8 1) Sering mencuci tangan dan hindari menyentuh wajah. 2) Diabetisi harus tinggal di rumah dan menjaga jarak. Kurangi paparan terhadap oarang yang berpotensi sebagai karier virus. 3) Jika terpaksa keluar rumah maka pastikan untuk selalu menggunakan masker dengan bahan dasar kain. 4) Teruskan konsumsi obat oral maupun injeksi. 5) Tetap jaga pola makan yang sehat dan seimbang. Hal ini harus diimbangi dengan olahraga yang cukup. 6) Cek gula darah secara teratur. Jika merasa tidak enak badan, cek kemungkinan hipoglikemia. 7) Hubungi dokter anda untuk instruksi selanjutnya.
4. Apa edukasi yang diberikan dokter tentang penyakit corona?
(rekomendasi penanganan DM di era Pandemi COVID-19) a. Penyakit corona adalah penyakit yang disebabkan oleh coronavirus baru. Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. b. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. c. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. d. Tingkat keparahan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, usia dan penyakit yang telahada sebelumnya (komorbid), seperti hipertensi, DM, asma, dll e. Seperti penyakit infeksi saluran pernapasan lainnya, 2019-nCoV dapat menular melalui percikan saat bersin atau batuk. Pencegahan : a) Menghindari kontak dekat dengan orang yang menderita infeksi pernapasan akut. b) Sering mencuci tangan, terutama setelah kontak langsung dengan orang yang sakit atau lingkungannya. f. Orang dengan gejala infeksi pernapasan akut harus menerapkan etika batuk (Atur jarak, batuk dan bersin dengan tisu atau pakaian sekali pakai, dan cuci tangan). g. Penderita penyakit tidak menular seperti DM disarankan untuk menerapkan social distancing, yang kini disebut juga physical distancing, guna mengurangi risiko terkena COVID-19. Jika harus keluar rumah, batasi jarak dengan orang lain minimal 1,5–2 meter dan hindari kerumunan atau tempat-tempat yang ramai. h. Selain itu, penderita penyakit kronis juga perlu rutin mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter agar penyakitnya dapat terkontrol. i. Selama masa pandemi, penderita penyakit tidak menular perlu tetap menjalani pola hidup sehat untuk memperkuat daya tahan tubuhnya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rajin mencuci tangan, mengurangi stres, rutin berolahraga di rumah, dan menjauhi asap rokok. j. Jika pasien memiliki penyakit kronis dan mengalami gejala demam, batuk, atau sesak napas, terlebih jika pasien pernah kontak dekat dengan orang yang menderita atau dicurigai menderita COVID-19, segera meminta pasien untuk menghubungi rumah sakit atau hotline COVID- 19.11,12
5. Apa yang harus diperhatikan oleh penyedia layanan kesehatan
terhadap pasien diabetes pada masa pandemic covid 19? (rekomendasi penanganan DM di era Pandemi COVID-19) Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu faktor risiko meningkatnya keparahan infeksi COVID-19. Laporan dari Philippine - Department of Health (DOH) menunjukkan bahwa diabetes dan hipertensi merupakan komorbid terbanyak pada kematian pasien COVID-19 di Filipina. Perkeni merekomendasikan kepada RS dan klinik untuk dapat mengoptimalkan sarana komunikasi dan konsultasi jarak jauh seperti email, whatsapp, videocall, dan telepon sebagai sarana konsultasi pasien agar mendapatkan saran medis dan perawatan selanjutnya dari dokter. Dan menganjurkan dokter untuk memfasilitasi pasien untuk berkomunikasi terkait masalah penggunaaan obat anti diabetes, titrasi insulin, hipoglikemia, dan hiperglikemia. Terutama pada diabetes dengan gula tidak terkontrol. Gula darah yang tidak terkontrol merupakan predisposisi diabetis untuk menderita infeksi yang parah. Untuk menghindari hal tersebut, kontrol glikemik yang ketat harus diterapkan setiap saat. Sangat disarankan untuk memiliki alat pemeriksa glukosa darah mandiri sehingga pasien dapat melakukan pengecekan glukosa darah dirumah. Individu dengan diabetes disarankan untuk mengonsumsi asupan diet yang tepat dan latihan fisik di rumah. Hal ini dapat meningkatkan kontrol glikemik dan mengurangi risiko infeksi. Rekomendasi untuk pasien diabetes dengan infeksi COVID-19:13 1) Cari pertolongan medis secepatnya jika ada gejala pernapasan mirip infeksi COVID19. Asesmen dan rekomendasi yang tepat harus diikuti. 2) Teruskan obat oral atau injeksi, jika gejala infeksi ringan atau sedang dengan kadar gula darah yang stabil. 3) Tetap cek kadar gula darah secara teratur. Jika merasa tidak enak badan, cek kemungkinan hipoglikemia. 4) Jika keadaan memburuk, cari pertolongan gawat darurat. Pada kasus sedang-berat, hipoglikemia berat, atau hiperglikemia dengan penurunan kesadaran, konsultasi darurat sangat dibutuhkan. Untuk itu, cari dan catat nomer telpon atau kontak rumah sakit yang berada disekitar anda (sebagian besar rumah sakit memiliki nomer kontak /Hotline yang bisa dihubungi saat kondisi darurat) Rekomendasi untuk penyedia layanan kesehatan:13 1) Dalam kondisi physical distancing seperti saat ini, sangat disarankan bagi dokter untuk menyediakan sarana komunikasi dengan pasien diabetes untuk perawatan lanjut (konsultasi jarak jauh). Beberapa rumah sakit sudah menyediakan fasilitas konsultasi jarak jauh ini yang diperuntukkan untuk pasien kontrol dan bukan untuk pasien baru. 2) Pada pasien rawat jalan: diskusikan masalah titrasi insulin, hipoglikemia dan hiperglikemia. 3) Pada pasien rawat inap: a) Semua dokter harus memakai APD yang layak ketika melihat PDP atau positif COVID-19 b) Pasien dengan tanda vital stabil diperbolehkan untuk cek gula darah mandiri dengan pantauan perawat atau dokter. c) Pasien dengan tanda vital stabil diperkenankan untuk minum obat atau menyuntik insulin sendiri dengan pantauan perawat atau dokter.
STEP 4. Skema
Pasien Diabetes Komorbid Covid-19 Mellitus
Prolanis
Langkah pelaksanaan Bentuk pelaksanaan Edukasi CEA dan
prolanis prolanis modifikasi gaya hidup
STEP 5. Sasaran Belajar
1. Definisi prolanis dan siapa saja yang terlibat 2. Program-program prolanis 3. Bagaimana kegiatan prolanis pada masa pandemi DAFTAR PUSTAKA
1. Tim penyusun buku pedoman. Pedoman pengelolaan dan pencegahan
diabetes mellitus tipe 2 dewasa di Indonesia 2019. Jakarta: PB Perkeni. 2019. 2. Bender L. Pesan dan kegiatan utama pencegahan dan pengendalian COVID-19 di sekolah. New York: WHO. 3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tentang Puskesmas tahun 2019. 4. Wilson, Price. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit EdiSi 4. Jakarta : Buku Kedokteran ECG. 2002. 5. Rachmawati, A.M., Bahrun, U., Rusli, B., Hardjoeno. Tes Diabetes Melitus. Dalam Hardjono dkk. Interpretasi Hasil Diagnostik Tes Laboratorium Diagnostik. Cetakan 3. Lembaga Pendidikan Universitas Hasanudin. Makasar. 2007. p. 167-82. 6. Tandra Hans. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2008. 7. World Health Organisation. Diabetes mellitus : Report of a WHO Study Group. World Health Organisation. Geneva-Switzerland. 2006. S5-36. 8. Perkeni. Pernyataan resmi dan rekomendasi penanganan DM di era Pandemi COVID-19. Jakarta: PB PERKENI. 2020 9. Kulcsar KA, Coleman CM, Beck SE, Frieman MB. Comorbid diabetes results in immune dysregulation and enhanced disease severity following MERS-CoV infection. JCI Insight 2019;4 131774. 10. Merry Tiyas Anggraini, Andra Novitasari, Riza Setiawan. Buku ajar kedokteran keluarga. Semarang: FK UNIMUS. 2015. 11. Nadia S. Kesiapan kemenkes dalam menghadapi outbreak novel coronavirus (2019-nCov). 12. Bajema, et al. Persons Evaluated for 2019 Novel Coronavirus - United States, January 2020. MMWR. Morbidity and Mortality Weekly Report; 2020. 69(6), pp. 166-170. 13. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI) Pernyataan Resmi dan Rekomendasi Penanganan Diabetes Mellitus di era Pandemi COVID-19 Nomor: 239/PB.PERKENI/IV/2020.