Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN

F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

GIZI LANSIA

Disusun Oleh:
dr. Hanifah Astrid Ernawati
Puskesmas Kota Salatiga
Periode April 2016 -Juli 2016
Internsip Dokter Indonesia Kota Salatiga
Periode November 2015-November 2016

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)


Laporan F.4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Topik:
Gizi Lansia

Diajukan dan dipresentasikan dalam rangka praktik klinis dokter internsip


sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan program internsip dokter
Indonesia
di Puskesmas Kota Salatiga

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal

Juni 2016

Mengetahui,
Dokter Internship,

dr. Hanifah Astrid Ernawati

Dokter Pendamping

dr. Galuh Ajeng Hendrasti


NIP. 19821014 201001 2 017

A. Latar Belakang

Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan.
Umur manusia sebagai mahkluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam,
maksimal sekitar 6 kali masa bayi sampai dewasa atau 6 x 20 tahun atau 12
tahun. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari 3
fase yakni progresif, fase stabil, dan fase regresif.
Setiap mahkluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan
kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang
dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia
pemenuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses
beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh
sehingga dapat memperpanjang usia. Kebutuhan kalori pada kansia berkurang
karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah
kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam keadaan
istirahat, misalnya untuk organ jantung, usus, paru-paru dan ginjal.
Gizi memegang peranan penting dalam kesehatan usia lanjut. Masalah
kekurangan gizi sering dialami oleh usia lanjut sebagai akibat dari
menurunnya nafsu makan karena penyakit yang dideritanya, kesulitan
menelan karena berkurangnya air liur, cara makan yang lambat karena
penyakit gigi, gigi yang berkurang dan mual karena depresi. Selain masalah
kekurangan gizi, masalah obesitas juga sering dialami oleh usia lanjut, yang
dapat timbul karena aktivitas pada kelompok ini sudah berkurang sementra
asupan makanan tidak dikurangi atau bahkan berlebihan. Obesitas pada usia
lanjut berdampak peningkatan resiko penyakit kardiovaskular, diabetes
melitus, hipertensi, dan penurunan fungsi tubuh.
Untuk mencapai gizi yang prima, orang harus memakan makanan
yang beraneka ragamm menggunakan semua macam bahan makanan dari
semua golongan, serta bahan makanan dalam jumlah dan kualitas yang benar
dan tepat. Manusia membutuhkan 45 macam zat gizi untuk hidupnya. Zat-zat

gizi ini dikelompokkan dalam kelompok besar yaitu protein, lemak, hidrat
arang, vitamin, dan mineral. Dalam mewujudkan keadaan gizi yang baik,
tubuh manusia membutuhkan macam dan jumlah zat gizi dalam ukuran yang
sebanding yang dibutuhkan tubuh.
Untuk menjaga agar kondisi fisik para lansia selalu dalam kondisi
terbaik, maka perlu kiranya untuk memperhatikan asupan gizi pada lansia
tersebut. Para lansia merupakan mereka yang yang dalam kondisi fisik sudah
renta dan tidak mampu lagi untuk bekerja terlalu keras. Kebanyakan waktu
mereka dihabiskan untuk istirahat, olahraga santai serta aktifitas lainnya yang
tidak memerlukan gerakan fisik terlalu banyak.
Asupan gizi yang sangat diperlukan bagi usia lanjut sehat untuk
mempertahankan kualotas hidupnya. Sementara untuk usia lanjut yang sakit,
asupan gizi diperlukan untuk proses penyembuhan dan mencegah agar tidak
terjadi komplikasi lebih lanjyt dari penyakit yang dideritanya..

B. Permasalahan
Gizi yang berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat
dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda
menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada lansia penggunaan kalori
berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit
untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan
merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalanya penyakit
jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
Begitu juga dengan gizi kurang yang disebabkan oleh masalahmasalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi
kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang
dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan
kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut

rontok, daya tahan tubuh terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan


mudah terkena infeksi.
Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan ditambah
dengan kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makan
berkurang, penglihatan menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan
tidak bersemangat.
Kekurangan sebagian vitamin dan mineral terjadi juga pada lansia.
Beberapa penelitian membuktikan terjadinya kekurangan vitamin B6, B12, D
dan asam folat. Kekurangan vitamin B6 dikarenakan rendahnya asupan dan
kebutuhan akan zat gizi ini lebih tinggi. Sedangkan vit B12 dan asam folat
mengalami kekurangan karena asupan yang kurang dan adanya gangguan
penyerapan (malabsorbsi). Agar ingatan tetap baik dan sistim saraf yang
bagus, harus banyak makan makanan yang mengandung vitamin B6, B12,
dan asam folat. Kekurangan vitamin D karena kurangnya frekuensi lansia
terpapar matahari, asupan yang rendah, dan sintesis yang menurun akibat usia
tua.
Berkaitan dengan hal di atas, masih banyak lansia yang belum
menjalankan pola hidup sehat. Beberapa hal yang diduga menjadi
penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan tentang manfaat gizi seimbang,
olahraga rutin, serta kurangnya dukungan dari lingkungan sosial.

C. Perencanaan dan Pemilihan Intervensi


1. Kegiatan
Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu melalui konseling,
informasi serta edukasi (KIE).
2. Menentukan Sasaran
Sasaran adalah orang lanjut usia pria atu wanita dengan penyakit
maupun tanpa penyakit
3. Menetapkan Tujuan

Tujuan umum adalah terciptanya perilaku hidup sehat pada usia


lanjut baik dari berbagai keadaan status gizi terutama yang berhubungan
dengan penyakit hipertensi. Tujuan khusus adalah memberikan penjelasan
yang lebih rinci tentang masalah gizi pada usia lanjut.

4. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi KIE


Metode komunikasi yang digunakan berupa penyuluhan pada
kelompok posyandu lansia. Media atau saluran komunikasi yang
digunakan adalah slide power point melalui LCD.
5. Penanggung Jawab
Penanggung jawab dari kegiatan ini terdiri dari dokter internsip
D. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan
: Penyuluhan tentang gout arthritis
Tujuan
: Meningkatkan pengetahuan anggota Posyandu Lansia
Peserta
Waktu

tentang gizi pada lansia


: Anggota posyandu lansia berjumlah 20 orang
: 16 Mei 2016, pukul 16.00-17.00 WIB

Metode

: Pemberian materi melalui slide presentasi dengan Ms.


Power Point yang berisi materi penyuluhan gizi pada
lansia. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab

Penanggung Jawab : Dokter internsip dan petugas PKM Sidorejo Kidul


E. Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan bersamaan dengan agenda
pertemuan rutin bulanan posyandu lansia. Salah satu acara dalam pertemuan
tersebut adalah penyuluhan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan. Dalam
kesempatan kali ini kami menyampaikan materi tentang gizi pada lansia.
Tujuan penyuluhan ini adalah untuk Gizi Seimbang pada Lansia. Selama sesi
diskusi, banyak dari peserta yang bertanya. Sesi diskusi berjalan aktif dan
lancar.

Diharapkan saran-saran yang ada dalam penyuluhan ini dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga para lansia dapat


menjalankan pola hidup yang sehat.
Proses penyuluhan berjalan lancar, sesuai dengan tujuan penyuluhan.
Para peserta berusaha untuk memahami materi, memanfaatkan sesi diskusi
dengan baik dan banyak dari peserta yang bertanya. Penyuluhan dimulai
pukul 16.00 dan diakhiri pukul 17.00 dengan doa bersama.
Untuk evaluasi, memang tidak bisa langsung kita lihat evaluasi hasil
seperti yang diharapkan dimana semua atau terjadi peningkatan kondisi
kesehatan para lansia setelah dilakukan penyuluhan gizi. Akan tetapi untuk
evaluasi proses kegiatan dapat kita lihat dari antusiasme peserta lansia,
adanya pemeriksaan kesehatan para lansia yang dilanjutkan dengan konseling
kondisi kesehatan para lansia
.
F. Tinjauan Pustaka
1. Definisi Lanjut Usia
Lanjut
kehidupan

usia

(lansia)

merupakan

manusia. Manusia yang

tahap

akhir

dalam

memasuki tahap ini ditandai

dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat perubahan atau


penurunan fungsi organ-organ tubuh (Arisman, 2004). Berdasarkan
WHO, lansia dibagi menjadi tiga golongan:
a. Umur lanjut (elderly) : usia 60-75 tahun
b. Umur tua (old): usia 76-90 tahun
c. Umur sangat tua (very old) : usia > 90 tahun
2. Karakteristik Lansia
Menurut ada beberapa karakterisktik lansia yang perlu diketahui
untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia yaitu:
a. Jenis Kelamin
Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.
b. Status Perkawinan

Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan


mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.
c. Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau
suami, tinggal bersama anak atau keluarga lainnya.

d. Kondisi Kesehatan
Pada kondisi sehat, lansia cenderung untuk melakukan aktivitas
sehari-hari secara

mandiri.

Sedangkan

pada

kondisi

sakit

menyebabkan lansia cenderung dibantu atau tergantung kepada orang


lain dalam melaksanakan aktivitas sehai-hari.
e. Keadaan ekonomi
Pada dasarnya lansia membutuhkan biaya yang tinggi untuk
kelangsungan hidupnya, namun karena lansia tidak produktif lagi
pendapatan lansia menurun sehingga tidak semua kebutuhan lansia
tadat terpenuhi.
3. Perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,
mental dan psikososial.
a. Perubahan Fisik
Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah
dan stamina menurun.
Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otototot mengecil, hipotrofis, terutama dibagian dada dan lengan.
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan
lemak. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan
proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis.
Rambut memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut
dalam hidung dan telinga mulai menebal.
7

Perubahan pada indera. Misal pada penglihatan, hilangnya


respon terhadap
pendengaran

sinar,

hilangnya

pengumpulan

daya

cerumen

akomodasi.

dapat

terjadi

Pada
karena

meningkatnya keratin.

Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga


rongga dada menjadi kaku dan sulit bernafas.

b. Perubahan sosial
Perubahan peran post power syndrome, single woman, dan
single parent.
Ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan
akan meninggal.
Terjadinya

kepikunan

yang

dapat

mengganggu

dalam

bersosialisasi.
Emosi

mudah

berubah,

sering

marah-marah

dan

mudah

tersinggung.
c. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory,
frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi
kematian, perubahan depresi dan kecemasan.
Tabel 1. Perubahan akibat Proses Menua
Keseluruhan

Berat badan, tinggi badan, dan kadar air badan


total menurun

Kardiovaskuler

Ratio lemak dan massa tubuh meningkat


Cardiac output, respon detak jantung terhadap
stress menurun

Peningkatan kekauan tunika intima jantung

Katup jantung jadi lebih kaku

Penurunan elastisitas pembuluh darah

Paru

Elastisitas, aktifitas silia dan reflek batuk menurun

Ginjal

Kapasitas vital, ambilan O2 maksimal menurun


Jumlah glomerulus abnormal meningkat

Aliran darah ginjal, bersihan kreatinin, osmolaritas

Saluran Cerna

urin menurun
Rasa pengecap dan prosukdi air ludah menurun

Tulang rangka

Prosukdi asam lambung dan enzim lain menurun


Osteoarthritis dan osteoporosis meningkat

Hormon

T3 dan testosterone bebas menurun

Insulin, norepinefirn, parathormone, vasopressin

meningkat
Berat otak,

Sistem saraf

intelektual,

kemampuan

belajar

menurun
-

Jumlah jam tidur& kenyenyakan tidur menurun

4. Masalah Gizi Pada Usia Lanjut


Perubahan Fisiologi yang Berhubungan dengan Aspek Gizi pada Lansia
a) Semakin berkurangnya indera penciuman dan perasa sehingga
umumnya lansia kurang dapat menikmati makanan dgn baik. Hal itu
sering menyebabkan kurangnya asupan atau penggunaan bumbu,
seperti kecap atau garam yang berlebihan berdampak kurang baik
bagi kesehatan lansia. (Krause dan Katahunleen (1984)
b)

Berkurangnya sekresi saliva yang dapat menimbulkan kesulitan


dalam menelan dan dapat mempercepat terjadinya proses kerusakan
pada gigi (Webb & Copeman, 1996)

c) Kehilangan gigi. Separuh lansia banyak kehilangan gigi, hal ini


mengakibatkan terganggunya kemampuan dalam mengkonsumsi
makanan dengan tekstur keras, sedangkan makanan yang lunak
kurang mengandung vit A, vit C, dan serat sehingga menyebabkan
mudah mengalami konstipasi. (Rusilanti , 2006)
d) Menurunnya Sekresi HCL. HCL merupakan faktor ekstrinsik yang
membantu penyakiterapan vit B 12 dan kalsium, serta utilisasi

protein. Kekurangan HCL dapat menyebabkan lansia mudah terkena


osteoporosis, defisiensi zat besi yang menyebabkan anemia, sehingga
oksigen tidak dapat diangkut dengan baik.
e)

Menurunnya

sekresi

pepsin

dan

enzim

proteolitik

yang

mengakibatkan pencernaan protein tidak efisien.


f) Menurunnya sekresi garam empedu, sehingga mengganggu proses
penyakiterapan lemak dan vitamin A,D,E,K.
g) Menurunya motilitas usus, sehingga memperpanjang transit time
dalam saluran gastrointestinal mengakibatkan pembesaran perut dan
konstipasi. (Rusilanti , 2006)
Hasil penelitian menunjukkan total konsumsi air putih per hari
rata-rata minum 6-7 gelas 51,43% dan kurang dari 5 gelas 21,43%
(Suryanto, 2002). Sebaiknya Lansia membatasi konsumsi garam dan gula,
karena absorpsi gula yang cepat mengakibatkan perubahan kadar gula
dalam darah lebih cepat beresiko terhadap obesitas dan diabetes. Lansia
disarankan mengkonsumsi makanan berkualitas, seperti susu tanpa lemak,
2 - 3 gelas sehari (Astawan & Wahyuni, 1989)
Perilaku Makan Pada Lansia
a) Perubahan fisiologis karena penuaan dapat mengubah perilaku
makan.
b) Penuaan menyebabkan menurunnya jumlah dan kerja enzim saliva
yang diproduksi, serta timbulnya masalah gigi. Akibatnya, perilaku
makan berubah dengan kecenderungan memilih makanan yang lebih
lembut (Schol, 1986)
c) Kemampuan mengindikasikan rasa haus berkurang shg tdk mampu
minum air sesuai kebutuhan, padahal peranan air sangat penting pada
lansia krn fungsi ginjal menurun.
Penyebab Masalah Gizi pada Lansia (Wirahkusuma, 2000) yaitu :
Perubahan kebiasaan makan, penurunan selera makan, penurunan
sensifitas indera perasa & penciuman, gangguan pencernaan &
pengunyahan dan penyakit degenerative. Makanan yg dikonsumsi kurang

10

baik kuantitas dan kualitas (Hurlock, 1999). Dengan demikian adanya


perubahan dan penurunan selera makan apalagi yang dikonsumsinya
kurang berkualitas maka akan memperburuk keadaan lansia, karena akan
menjadi lemah dan mudah sakit.
Pada umumnya lansia kurang mengkonsumsi buah-buahan dan
sayuran, beberapa zat gizi seperti Kalsium, Seng, Potasium, Vitamin B6,
Magnesium, dan Folat kurang tersedia dalam diet lansia, serta konsumsi
karbohidrat kompleks di bawah kecukupan yang dianjurkan (Herlina,
2001). Menurut Oswari (1997), pada orang lanjut usia ada dua hal yang
perlu diperhatikan yang berkaitan dengan kebiasaan makannya yaitu
pengaruh dari gizi yang tidak bermutu karena tidak cukup protein, mineral,
dan vitamin yang dimakan dan pengaruh makanan yang salah sebagai
akibat salah makan atau terlalu banyak makan. Pada lansia penggunaan
energi makin menurun karena proses metabolisme basalnya makin
menurun (Wirakusumah, 2000). Sebaliknya konsumsi makanan sumber
protein, vitamin, dan mineral perlu ditingkatkan baik jumlah maupun
mutunya. Sebaiknya dipilih makanan yang lunak, mudah dikunyah, dan
untuk meningkatkan selera makan dapat ditambahkan bumbu (Astawan &
Wahyuni,1988).
Masalah gizi usia lanjut, merupakan rangkaian proses masalah gizi
sejak usia muda. Kualitas gizi dapat dilihat setelah tua. Disamping itu
beberapa penelitian membuktikan bahwa ada masalah gizi pada usia lanjut.
Sebagian besar masalah gizi pada usia lanjut adalah gizi lebih dan obesitas.
Kedua masalah ini kemudian memacu timbulnya penyakit degeneratif.
Seperti penyakit jantung coroner, hipertensi, diabetes, batu empedu, gout
(rematik), ginjal, sirosis hati dan kanker.
Bukan hanya masalah gizi lebih saja, namun masalah gizi kurang
juga banyak terjadi pada orang tua. Masalah kurang gizi akan
menyebabkan kurang energy kronis (KEK), anemia dan kekurangan zat
gizi mikro lainnya.(Fatmah, 2010). Penyakit yang sering diderita lansia
antara lain:

11

1. Kegemukan atau Obesitas


2. Penyakit Jantung Koroner
3. Hipertensi
4. Diabetes Mellitus
5. Osteoporosis
6. Anemia
7. Gout
5. Kebutuhan Gizi
Pada lansia terjadi perubahan kebutuhan kecukupan gizi. Gizi
bermanfaat mengganti sel-sel yang rusak dan membantu bagian lain yang
diperlukan oleh tubuh seperti hormone, enzim dan sel darah merah, untuk
itu gizi yang dikonsumsi harus memenuhi kebutuhan faal dan biokimia
tubuh. Dalam hal ini perlu kelebihan atau kekurangan zat gizi yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan maupun biokimia tubuh. Siswono
(2003) menyatakan bahwa gizi yang lengkap dan seimbang juga
dibutuhkan lansia disesuaikan dengan kondisi kesehatannya. Penyesuaian
ini sangat penting karena fungsi organ tubuh lansia tidak sebaik dan sekuat
dulu.
Wirakusumah (2002), menyatakan kebutuhan gizi lansia lebih
rendah dibandingkan kebutuhan gizi di usia dewasa. Hasil-hasil penelitian
menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-orang
berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa
otot dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat
4 kal, dan protein 4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi
sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 20% dari lemak, dan sisanya dari
karbohidrat.Kebutuhan kalori untuk lansia laki-laki sebanyak 1960 kal,
sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang
dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa
lemak, sehingga akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit,
maka cadangan energi tubuh akan digunakan, sehingga tubuh akan
menjadi kurus.

12

a. Karbohidrat dan serat makanan


Menurut National cancer Institute, Lansia direkomendasikan
untuk mengkonsumsi 20-30 gr/hari (Fatmah, 2010), dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan
karbohidrat kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan bijibijian yang berfungsi sebagai sumber energy dan serat.
b. Serat
Asupan serat pada lansia sebaiknya tidak kurang dari 30 gram
sehari. Ketiadaan serat akan mengakibatkan terjadinya konstipasi ,
hemoroid, diverticulosis, DM, PJK dan obesitas. Memakan sayuran
mempunyai fungsi ganda, yaitu selain sebagai sumber serat juga
merupakan sumber vitamin dan mineral yang semua itu sangat
dibutuhkan

untuk

memelihara

kesehatan

tubuh

manusia

(Fatmah,2010). Tidak dianjurkan mengkonsumsi suplemen serat


karena dikhawatirkan konsumsi serat terlalu banyak sehingga dapat
menyebabkan mineral dan zat gizi lain terserap oleh serat dan tidak
dapat diserap tubuh
c. Protein
Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang
dewasa per hari adalah 1 gram per kg berat badan. Pada lansia masa
ototnya berkurang. Tetapi ternyata kebutuhan tubuhnya akan protein
tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang dewasa, karena
pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh
tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya
kurang efisien). Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia
sebaiknya konsumsi proteinnya ditingkatkan sebesar 12-14% dari
porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik diantaranya
adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.
d. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari
total kalori yang dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi

13

(lebih dari 40% dari konsumsi energi) dapat menimbulkan penyakit


atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke jantung). Juga
dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut

adalah asam lemak

tidak jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati


merupakan sumber asam lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan
lemak hewan banyak mengandung asam lemak jenuh.
Lemak adalah penyumbang energi terbesar. Fungsi lain dari
lemak adalah sebagai pelarut vitamin A,D, E dan K.
Lemak terdiri dari:
1) Lemak Jenuh
Konsumsi lemak jenis ini dalam jumlah berlebihan dapat
meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Bahan makanan
yang mengandung lemak jenuh adalah: Lemak hewan, lemak
susu, mentega, keju, krim, santan, dll.
2) Lemak Tak jenuh
Lemak tak jenuh merupakan lemak yang memiliki ikatan rangkap
yang terdapat di dalam minyak ( lemak cair)dan berada dalam dua
bentuk isomer cis dan trans.

Lemak tak jenuh tunggal : minyak zaitun, minyak wijen

Lemak tak jenuh ganda : minyak kedelai, minyak zaitun dan


minyak ikan

e. Cairan
Dianjurkan minimal kita minum air putih 1,5-2 L/hari. Minuman
seperti the, kopi alcohol, sirup tidak baik untuk kesehatan terutama
bagi lansia yang mempunyai penyakit seperti diabetes, hipertensi,
obesitas dan jantung (Fatmah, 2010).
Webb dan Copeman (1996) menyatakan bahwa konsumsi cairan
bagi manula adalah sekitar 6-8 gelas (2000ml) dalam sehari.
f. Vitamin dan Mineral

14

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang


mengkonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C,
D, dan E umumnya kekurangan ini terutama disebabkan dibatasinya
konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran, kekurangan
mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral
kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi
menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia
menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-zat gizi yang lain.
Vitamin dan Mineral dibutuhkan sebagai pengatur tubuh dengan jalan
memperlancar proses oksidasi, memelihara fungsi normal otot dan
saraf, vitalitas jaringan dan menunjang fungsi-fungsi tertentu. Zat gizi
mikro seperti vitamin dan mineral serta asupan suplemen pada lansia
berfungsi untuk mempertahankan kondisi lansia agar tetap optimum
(sehat) dan kualitas hidupnya terjaga (Fatmah, 2010).
Beberapa zat gizi kebutuhannya meningkat sejalan dengan usia,
misalnya saja vitamin D untuk usia 50-70 tahun adalah 10 g/hari
sedangkan untuk usia >70 tahun adalah 15 g/hari . Kebutuhan
vitamin C untuk usia <50 tahun adalah 100mg/hari.
6. Angka Kebutuhan Gizi Lansia
Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya
tiap-tiap gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan sehari-hari untuk
mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,
berat badan, aktivitas fisik , dan keadaan fisiologis seperti hamil dan
menyusui (Sudiarti dan Utari, 2006).
Tabel 3. Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk Lansia
Zat Gizi

Pria

Wanita

Energi (kkal)
Protein (gram)
Vitamin A (RE)

(berat badan = 62kg)


2050
60
600

(berat badan = 54kg)


1600
45
500
15

Vitamin D (g)
Vitamin E (mg)
Vitamin K (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Vitamin B12 (mg)
Asam Folat(g)
Piridoksin (mg)
Vitamin C (mg)
Kalsium (g)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Zink (mg)
Iodium (mg)
Selenium (mg)
Tiamin (mg)

15
15
65
1,3
1,6
2,4
400
1,7
90
800
600
13
13,4
150
30
1,0

15
15
55
1,1
1,4
2,4
400
1,5
75
800
600
12
9,8
150
30
0,8

7. Gizi dan Kaitannya dengan Berat Badan


Kecukupan gizi pada lansia prosentase untuk zat gizi makro adalah
sebagai berikut: 20 25% protein, 20% lemak, 55 60% karbohidrat.
Asam lemak yang dikonsumsi sebaiknya yang memiliki kandungan asam
lemak tak jenuh jamak (poly unsaturated fatty acid) yang tinggi, yaitu
asam lemak omega 3 dan omega 9 seperti yang terdapat pada ikan yang
hidup di laut dalam (Krause, et al, 1984).
Rata-rata konsumsi energi adalah 1571,54 223,02 Kkal, apabila
yang menjadi acuan adalah ketentuan Depkes RI 2005 maka rata-rata
konsumsi tersebut sudah bisa dikatagorikan baik yaitu lebih dari 90 % dari
angka kecukupan gizi. Rata-rata konsumsi protein lebih dari kecukupan
yang dianjurkan. Vitamin B1 (mg) dan vitamin C (mg) masih kurang dari
yang dianjurkan. Rata-rata tingkat konsumsi Kalori, protein, dan zat besi
lansia di pedesaan dan lansia di perkotaan kurang dari 80,00% angka
kecukupan yang di anjurkan. Pada umumnya lansia kurang mengkonsumsi
buah-buahan dan sayuran, beberapa zat gizi seperti Kalsium, Seng,
Potasium, Vitamin B6, Magnesium, dan Folat kurang tersedia dalam diet
lansia, serta konsumsi karbohidrat kompleks di bawah kecukupan yang

16

dianjurkan (Herlina, 2001). Menurut Oswari (1997), pada orang lanjut usia
ada dua hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan kebiasaan
makannya yaitu pengaruh dari gizi yang tidak bermutu karena tidak cukup
protein, mineral, dan vitamin yang dimakan dan pengaruh makanan yang
salah sebagai akibat salah makan atau terlalu banyak makan. Pada lansia
penggunaan energi makin menurun karena proses metabolisme basalnya
makin menurun (Wirakusumah, 2000). Sebaliknya konsumsi makanan
sumber protein, vitamin, dan mineral perlu ditingkatkan baik jumlah
maupun mutunya. Sebaiknya dipilih makanan yang lunak, mudah
dikunyah, dan untuk meningkatkan selera makan dapat ditambahkan
bumbu (Astawan & Wahyuni,1988).
Rekomendasi untuk Lanjut usia yang sehat (Litin, 2007 ) Memiliki
pola makan yang baik dengan : meningkatkan serat,memilih makanan
padat gizi, minum banyak cairan, mengurangi lemak, kolesterol, garam,
batasi alkohol, hindari nikotin, tetap aktif secara fisik, mengendalikan
stress, melatih otak, tetap bersosialisasi, mencari nilai-nilai sprituil,
memeriksakan kesehatan secara teratur. Persepsi yang benar mengenai
lansia Orang lanjut usia mereka adalah agen perubahan dan mampu
memberikan keuntungan bukan beban masyarakat dan keluarga, mereka
merupakan sumberdaya yang tidak terggantikan dalam hal kaya
pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman.
Faktor gaya hidup yaitu merokok : karena dapat meningkatkan
terjadinya risiko kardiovaskular, kanker paru dan penyakit saluran
pernafasan. Meningkatnya cuti sakit dan cuti kerja, penyebab kematian
dan kecacatan. Perokok 1,5 kali kemungkinan rawat inap, banyak
dikalangan yang menghadapi stress, dianggap mengurangi ketegangan,
menurunkan kemampuan kerja bersama dengan umur, dan obes, serta
faktor penting dalam mempengaruhi penurunan kapasitas kerja fisik
daripada

mental.

Tanpa

kegiatan

fisik

pada

Lansia;

kapasitas

kardiorespirasi menurun. Latihan memberi pengaruh positif terhadap;


produktifitas, dan tingkat keluar masuk kerja. Aktifitas fisik yang teratur

17

mewujudkan perbaikan fisiologis, penampilan lebih muda dari umur


sebenarnya. Perlu dianjurkan untuk melakukan latihan fisik dan ada
fasilitas pendukung untuk melakukan latihan fisik secara teratur. William
Evans dan Irwin Rosenberg (1991) menjelaskan 50 menit aerobik
memperlambat ketuaan : karena masa tubuh yang tidak berlemak,
menimbulkan kekuatan, rata-rata metabolisme dasar, persentase lemak
dalam tubuh, kapasitas aerobic, tekanan darah, sensitivitas insulin,
kepadatan tulang dan regulasi temperatur darah.
8. Menu Harian Untuk Lansia
Para ahli gizi menganjurkan bahwa untuk lansia yang sehat, menu
sehari-hari hendaknya :

Tidak berlebihan, tetapi cukup mengandung zat gizi sesuai dengan


persyaratan kebutuhan lansia.

Bervariasi jenis makanan dan cara olahnya

Membatasi konsumsi lemak yang tidak kelihatan (menempel pada


bahan pangan, terutama pangan hewani)

Membatasi konsumsi gula dan minuman yang banyak mengandung


gula

Menghindari konsumsi garam yang terlalu banyak, merokok dan


minuman beralkohol

Cukup banyak mengkonsumsi makanan berserat untuk menghindari


sembelit

Minum yang cukup.

18

19

DAFTAR PUSTAKA
Arisman . (2004). Gizi dalam ddaur Kehidupan. Editor, Palupi Widyastuti.
EGC : Jakarta. Bardosono, S.

(2000).

Studi Mengenai Kebiasaan

Makan, Status Gizi dan Penyakit Degeneratif pada Kelompok Usila di


Daerah Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat. Bina Diknakes. Vol. 13.
P. 17-18.
Christiani, R. (2003). Status Gizi dan Pola Penyakit pada Lansia. Diakses pada
tanggal 3September 2011,< http://www.p3gizi.litbang.depkes.go.id/ >
Darmojo,B. (2010). Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke-4. Balai
Penerbit FK UI: Jakarta.
Evelyn,Pearce. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Erlangga: Jakarta.

20

Kane,R.L., Ouslander, JG., Abrass, IB. (2004). Essentials of Clinical


Geriatric, ed.5. McGraw-hill companies: United states of America
Kawas, CH & Brookmeyer, R.( 2001) Aging and the public health effects of
dementia, New England Journal of Medicine, vol. 344 (15), p. 1160-1161,
diakses

pada

tanggal

05

september

2011,

http://content.nejm.org/cgi/content/full/344/15/1160
Morrow, JR. Jackson,A. Disch,J. & Mood,D. (2005). Measurement and
Evaluation in Human Performance. Third Edition. Human Kinetics:USA
<http://books.google.co.id/book>
Nurachamah,E. (2001). Nutrisi dalam Keperawatan. Sagung Seto: Jakarta.
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik, Edisi 4.EGC: Jakarta.
Setiati, S. (2000). Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan: untuk Pengasuh
Orang Usia lanjut. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Seymour,R. (2006). Masalah Farmakologi Gigi pada Lansia dalam Hutauruk,
C (editor), Perawatan gigi Terpadu untuk Lansia. EGC: Jakarta.
Sukmaniah,S. (2004). Nutrisi Pada Lanjut Usia Majalah Gizi Medik vol. 8

21

Anda mungkin juga menyukai