Anda di halaman 1dari 35

F1.

UPAYA PROMKES

JUDUL LAPORAN
Sosialisasi Pemakaian Masker
LATAR BELAKANG
Dalam melakukan pekerjaan, penggunaan alat pelindung diri sangat penting bagi
tenaga kerja. Alat pelindung diri (APD) adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari kemungkinan adanya potensi bahaya
atau kecelakaan kerja.
Masker merupakan salah satu alat pelindung diri. Bagi orang yang sedang mengidap
penyakit pernapasan, memakai masker adalah hal yang sangat wajib. Misalnya, ketika
menderita influenza atau bahkan batuk, orang di sekitar dapat tertular melalui udara. Sangat
disarankan untuk menggunakan masker mulut agar orang-orang tidak tertular penyakit. Atau
bisa juga sebaliknya, mengunakan masker mulut saat bepergian juga bisa membuat terjaga
dari penularan infeksi pernapasan dari orang-orang sekitar. Saat ini, udara sudah kotor
tercemar polusi, apalagi bagi Anda yang tinggal di perkotaan.  Nah, dengan menggunakai
masker mulut saat bepergian ataupun berkendara, mencegah udara kotor masuk ke dalam
pernapasan.
PERMASALAHAN
1. Tingginya gangguan kesehatan yang dapat ditularkan melalui udara
2. Adanya mitos menggunakan masker jika sakit yang berwarna digunakan dibelakang
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Memberikan penyuluhan pentingnya masker
- Mempraktekkan cara pemakaian masker yang benar
1. Tarik tali masker sampai tersampir pada daun telinga dan pastikan masker menutupi
mulut dan hidung.
2. Tekan strip logam pada masker agar mengikuti bentuk hidung Anda.
3. Setelah masker sudah tidak digunakan lagi, Anda bisa melepaskannya.
4. Buang masker dan jangan lupa untuk mencuci tangan dengan sabun setelah
membuangnya.
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan di pertemuan rutin kader posyandu dan dihadirin oleh ibu-ibu
kader.
MONITORING DAN EVALUASI
Dapat menggunakan masker dengar benar.
JUDUL LAPORAN
Sosialisasi Etika Batuk
LATAR BELAKANG
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh pernapasan
dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena
adanya lendir,makanan,debu,asap dan sebagainya.
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Etika batuk adalah tata cara batuk yang baik dan
benar, dengan cara menutup hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju. jadi bakteri
tidak menyebar ke udara dan tidak menular ke orang lain.
Etika batuk bertujuan mencegah penyebaran suatu penyakit secara luas melalui udara bebas
(Droplets) dan membuat kenyamanan pada orang di sekitarnya. Droplets tersebut dapat
mengandung kuman infeksius yang berpotensi menular ke orang lain disekitarnya melalui
udara pernafasan. Penularan penyakit melalui media udara pernafasan disebut “air borne
disease”.
Penyebab terjadinya batuk, antara lain:
(1) Infeksi.Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan. Misal : flu,
bronchitis,dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang pneumoni, TBC, Kanker
paru-paru.
(2) Alergi

 Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran pernapasan.Misal :


debu,asap,makanan dan cairan.
 Mengalirnya cairan hidung kea rah tenggorokan dan masuk ke saluran pernapasan.
Misal : rhinitis alergika, batuk pilek.
 Penyempitan pada saluran pernapasan. Misal : Asma

PERMASALAHAN
1. Penyakit sistem pernapasan yang serius seperti influenza dan tuberkulosis merebak
melalui batuk dan bersin
2. Penyakit ini bisa merebak bisa merebak dengan mudah di kawasan yang sesak dengan
orang ramai
3. Rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk melakukan etika batuk,
diantaranya:
-Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum.
- Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat
batuk dan bersin.
- Membuang ludah batuk disembarang tempat.
- Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat.
- Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


- Memberikan penyuluhan pentingnya melakukan etika batuk
- Mempraktekkan cara melakukan etika batuk yang benar
Langkah Pertama :
– Menghindar dari orang lain atau sedikit berpaling
– Tutup hidung dan mulut menggunakan lengan baju
Langkah Kedua :
– Tutup hidung dan mulut menggunakan tisu/masker
Langkah ketiga
– Buang tisu/masker ke wadah tertutup
Langkah Keempat :
– Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir atau gel pembersih tangan, jika
menggunakan kran, tutup kran dengan menggunakan tisu bersih

PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan di pertemuan rutin kader posyandu dan dihadirin oleh ibu-ibu
kader.
MONITORING DAN EVALUASI
Dapat mempraktekkan dan mengaplikasikan etika batuk

JUDUL LAPORAN
Penyuluhan CoronaVirus
LATAR BELAKANG
Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai
dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui
menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Novel
coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia. Virus corona adalah zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan dari kucing luwak
(civet cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa coronavirus yang
dikenal beredar pada hewan namun belum terbukti menginfeksi manusia. Manifestasi klinis
biasanya muncul dalam 2 hari hingga 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi
coronavirus antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak
napas. Pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia
yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7
Januari 2020, Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut
sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus, 2019-nCoV). Penambahan jumlah kasus
2019-nCoV berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran ke luar wilayah Wuhan
dan negara lain. Sampai dengan 26 Januari 2020, secara global 1.320 kasus konfim di 10
negara dg 41 kematian (CFR 3,1%). Rincian China 1297 kasus konfirmasi (termasuk
Hongkong, Taiwan, dan Macau) dengan 41 kematian (39 kematian di Provinsi Hubei, 1
kematian di Provinsi Hebei, 1 kematian di Provinsi Heilongjiang), Jepang (3 kasus), Thailand
(4 kasus), Korea Selatan (2 kasus), Vietnam (2 kasus), Singapura (3 kasus), USA (2 kasus),
Nepal (1 kasus), Perancis (3 kasus), Australia (3 kasus). Diantara kasus tersebut, sudah ada
beberapa tenaga kesehatan yang dilaporkan terinfeksi. Sampai dengan 24 Januari 2020, WHO
melaporkan bahwa penularan dari manusia ke manusia terbatas (pada kontak keluarga) telah
dikonfirmasi di sebagian besar Kota Wuhan, China dan negara lain.
Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan
secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, memasak daging dan telur sampai matang.
Hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti
batuk dan bersin.
PERMASALAHAN
1. Adanya penemuan virus baru yakni Novel coronavirus (2019-nCoV)
2. Tinggnya angka penyebaran virus corona
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Memberika sosialisasi dengan cara penyuluhan mengenai corona virus
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan di pertemuan rutin kader posyandu anak di wilayah kelurahan
kampung satu yang dihadiri oleh ibu kader.
MONITORING DAN EVALUASI
Memahami corona virus
Mengenali gejala virus corona
Memahami cara pencegahan virus corona
JUDUL LAPORAN
Penyuluhan pentingnya pengelolaan air minum dan makanan
LATAR BELAKANG
Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga adalah proses pengolahan,
penyimpanan, dan pemanfaatan air minum dan air yang digunakan untuk produksi makanan
dan keperluan oral lainnya, serta pengolahan makanan yang aman di rumah tangga, meliputi
prinsip hygiene sanitasi pangan, yaitu pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan
makanan, pengolahan bahan makanan, penyimpanan makanan, pengangkutan makanan, dan
penyajian makanan. Pada pengelolaan makanan rumah tangga, ada batas kemampuan
makanan untuk tampil dalam keadaan baik dan sehat, maka perlu dipertimbangkan
perencanaan yang matang, pengolahan dan penyajian yang tepat, serta penyimpanan dan
penyebaran atau pengangkutan ke tempat lain untuk menekan terjadinya kontaminasi.
Penyajian makanan bisa menimbulkan masalah kesehatan bila faktor-faktor hygiene tidak
diperhatikan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan timbulnya suatu
penyakit berbasis lingkungan akibat dari pengelolaan makanan yang tidak tepat.
Review dari data Susenas 2013 khusus bidang air minum, tren peningkatan di tahun
2009-2013 mencapai 5% pertahun. Dalam kurun waktu lima tahun ke depan untuk mencapai
universal akses air minum di tahun 2019, diperlukan kenaikan sebesar 5.38% pertahun.
Sebanyak 53,7% masyarakat yang tidak mempunyai akses terhadap air minum dan rendahnya
tingkat pengetahuan masyarakat mengenai air minum yang aman, merupakan faktor
penyebab masih tingginya penyakit yang ditularkan oleh air minum.
Buruknya sanitasi lingkungan dan personal hygiene akan sangat berpotensi sebagai
penyebab penyebaran wabah penyakit menular seperti diare, disentri dan infeksi penyakit
usus lainnya, demam berdarah, penyakit kulit dan masalah pernapasan.

PERMASALAHAN
Masyarakat di wilayah pesisir Kelurahan Lingkas Ujung masih mempunyai personal hygiene
dan sanitasi lingkungan yang kurang baik sehingga perlu upaya dari lembaga kesehatan yang
terkait untuk memberikan penyuluhan
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Memberikan penyuluhan mengenai
- bahaya pengelolaan makanan dan minuman yang baik
- cara pengeloaan makanan dan minuman sesuai pilar stbm
- PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan di pertemuan ketua RT di Kelurahan Lingkas Ujung yang dihadiri
oleh ketua RT, dan ibu rumah tangga yang berdomisili di daerah tersebut.
MONITORING DAN EVALUASI
Setelah dilaksanakan penyuluhan, maka peserta yang hadir dapat:
1. Membudayakan perilaku pengolahan air layak minum dan makanan yang aman dan
bersih secara berkelanjutan.
2. Menyediakan dan memelihara tempat pengolahan air minum dan makanan rumah
tangga yang sehat.

JUDUL LAPORAN
KIE di Poli Kesling mengenai Scabies
LATAR BELAKANG
Scabies menurut WHO merupakan suatu penyakit signifikan bagi kesehatan
masyarakat karena merupakan kontributor yang substansial bagi morbiditas dan mortalitas
global. Prevalensi scabies di seluruh dunia dilaporkan sekitar 300 juta kasus pertahunnya.
Penyakit scabies di Indonesia sekitar 6-27 % dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi
pada anak dan remaja. Saat ini angka kejadian scabies meningkat lebih tinggi dari 20 tahun
yang lalu, dan banyak ditemukan pada panti asuhan, asrama (pondok pesantren), penjara,
rumah sakit, serta tempat-tempat dengan sanitasi buruk. Tinggal bersama dengan sekelompok
orang seperti di pesantren memang berisiko mudah tertular penyakit scabies. Penyakit ini
akan berkembang pesat jika kondisi lingkungan buruk dan tidak didukung dengan perilaku
hidup bersih dan sehat.
Scabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas
penanganannya rendah, namun sebenarnya scabies kronis dan berat dapat menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Scabies menimbulkan ketidaknyamanan karena menimbulkan
lesi yang sangat gatal. Akibatnya, penderita sering menggaruk dan mengakibatkan infeksi.
Scabies
dapat terjadi terutama di lingkungayang padat penduduknya dan kebersihan kurang,
(Iskandar, 2000).
PERMASALAHAN
Di Indonesia, skabies merupakan salah satu penyakit kulit tersering di puskesmas. Prevalensi skabies
di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6-12,9% dan merupakan penyakit kulit
terbanyak ketiga. Pada tahun 2008 survei di berbagai pemukiman kumuh seperti di tempat
pembuangan sampah akhir dan rumah susun di Jakarta menunjukkan prevalensi skabies sebesar
6,2%, di Boyolali 7,4%, di Pasuruan 8,2%, dan di Semarang 5,8%.
Pasien yang menderita scabies masih mempunyai personal hygiene dan sanitasi lingkungan
yang kurang baik sehingga perlu dilakukan KIE mengenai scabies.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Memberikan penyuluhan mengenai pentingnya personal hygiene dan sanitasi lingkungan
terkait penyakit scabies
Sebelum mengoleskan skabisida, penderita skabies harus mandi menggunakan sabun. Sabun dipakai
ke seluruh bagian tubuh, bukan hanya tangan, wajah, ketiak dan alat kelamin; lalu dibilas dengan
bersih. Setelah badan kering, skabisida dioleskan ke seluruh permukaan kulit dari leher sampai ujung
jari kaki. Perhatian khusus diberikan ke lesi di tempat predileksi misalnya sela-sela jari tangan,
telapak tangan, pergelangan tangan, bokong, dan alat kelamin. Apabila terhapus sebelum waktunya
misalnya karena berwudhu atau mencuci tangan maka obat harus dioleskan lagi. Setelah mencapai
waktu yang ditentukan, obat dibersihkan dari seluruh tubuh dengan mandi memakai sabun. Selesai
mandi, badan dikeringkan dengan handuk bersih dan kering lalu handuk dijemur di bawah terik sinar
matahari.
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan di poli kesehatan lingkungan Puskesmas Gunung Lingkas.
MONITORING DAN EVALUASI
Setelah dilaksanakan penyuluhan, maka pasien yang dikonseling diharapakan dapat
meningkatkan personal hygiene dan sanitasi lingkungan terkait penyakit scabies.
F3 KIA n KB

JUDUL LAPORAN
Posyandu Balita
LATAR BELAKANG
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Upaya pengembangan kualitas
sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat
dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat
seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua
sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh kembang anak.
Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1974
melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat
(KMS). KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri
berat badan menurut umur. Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan
pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara
cepat dan tepat.
Pemantauan pertumbuhan perlu ditingkatkan perannya dalam tindak kewaspadaan
untuk mencegah memburuknya keadaan gizi balita. Perubahan berat badan merupakan
indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan
anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan
mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang
seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.
PERMASALAHAN
Adanya resiko pertumbuhan anak terganggu
Adanya resiko anak mengalami kekurangan gizi
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Melalui pencatatan dan pelaporan pertumbuhan berat badan bayi dan balita di buku KMS
PELAKSANAAN
Melakukan penimbangan yang dilakukan terus menerus secara teratur, kemudian mengisikan
data anak ke dalam KMS,
Melakukan imunisasi
MONITORING DAN EVALUASI
penilaian naik atau turunnya berat badan anak sesuai dengan arah garis pertumbuhannya.

JUDUL LAPORAN
Pemeriksaan IVA dan SADANIS
LATAR BELAKANG
Penyakit kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita di
seluruh dunia. Kanker leher rahim merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim dan
disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui
hubungan seksual dan infeksinya terjadi pada 75% wanita yang telah pernah berhubungan
seksual.
Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetattest(IVA),merupakan metode screening yang
lebih praktis, murah, dan memungkinkan dilakukan di Indonesia. Dan pencegahan penyakit
dengan metode deteksi ini merupakan bentuk dari sebuah praktik kesehatan atau tindakan
hidup sehat. Alasan seorang wanita tidak menjalani deteksi dini kanker serviks yaitu karena
ketidaktahuan, rasa malu, rasa takut dan faktor biaya. Hal ini umumnya disebabkan oleh
rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan.
Biaya penatalaksanaan kanker relatif mahal / tinggi mulai dari diagnosis hinggapengobatan.
Untuk pengobatan pasien kanker harus menyediakan dana yang cukupbesar untuk tindakan
kemoterapi, radioterapi, dan lainnya.Meskipun kanker merupakan penyakit yang tidak
diketahui penyebabnya secara pasti,namun dipengaruhi oleh banyak faktorseperti
merokok/terkena paparan asap rokok,mengkonsumsi alkohol, paparan sinar ultraviolet pada
kulit, obesitas dan diet tidak sehat,kurang aktifitas fisik, dan infeksi yang berhubungan
dengan kanker.Para ahlimemperkirakan bahwa 40% kanker dapat dicegah dengan
mengurangi faktor risikoterjadinya kanker tersebut.Untuk itu diperlukan upaya peningkatan
kesadaranmasyarakat untuk mencegah faktor risiko tersebut dan peningkatan program
pencegahandan penanggulanganyang tepat.
Cegah kanker dengan melakukan deteksi dini
 Deteksi dini kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat
(IVA) ataupun Pap Smear
 Deteksi dini kanker payudara denganPeriksa Payudara Sendiri
(SADARI),PemeriksaanPayudara Klinis(SADANIS)oleh petugas kesehatan terlatih
difasilitas kesehatan.
PERMASALAHAN
Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua setelah kanker payudara yang paling umum
diderita oleh perempuan dan diperkirakan ada sekitar 1,4 juta penderita di seluruh dunia.
Dimana pertumbuhan sel-sel abnormal pada serviks yang terletak antara rahim (uterus) dan
lubang vagina, di mana sel -sel normal berubah menjadi sel kanker. Salah satu masalah
kesehatan menurut World Health Organization(WHO), sebanyak 630 juta perempuan
terjangkit penyakit ini. Data Globocan 2008, terdapat 529.409 kasus baru kanker serviks
dengan sekitar 274.883 kematian di dunia. Hampir 85% kasus terdapat pada negara-negara
berkembang. Diperkirakan terdapat 40 ribu kasus baru kanker leher rahim setiap tahunnya di
Indonesia. Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran diri masyaarakat, serta rasa takut
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin ke fasilitas kesehatan merupakan salah satu
masalah yang dijumpai saat ini
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Dilakukan pemeriksaan sedini mungkin IVA Test dan Sadanis
Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah dilatih dengan
pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat yang sudah di encerkan, berarti
melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan
asam asetat 3-5%. Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi
putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker .
Beberapa hal yang memerlukan perhatian pada saat pemeriksaan Sadanis, yaitu: 1. Cara memeriksa
kedua payudara dan puting untuk melihat apakah ada perubahan dalam bentuk dan ukuran, bintik-
bintik pada kulit, dan keluarnya cairan dari puting 2. Cara memeriksa kedua payudara dan ketiak
apakah terdapat kista atau massa yang menebal dan berisi cairan (tumor)

PELAKSANAAN
Pemeriksaan Sadanis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dan pemeriksaan IVA Test oleh
tenaga kesehatan dengan menggunakan asam asetat.Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal
30 Januari 2020 di Posyandu Anggrek Kuning.

MONITORING DAN EVALUASI


Memberikan informasi dan tata cara bagaimana pemeriksaan Sadari dirumah dilakukan
sendiri untuk mencegah atau mendeteksi sedini mungkin gangguan. Jika ada yang terdeteksi
susp. Ca seviks langsung dilakukan screening dan tidak lanjut (rujuk) ke fasilitas RS. Dan
pemeriksaan rutin tiap tahun dan mengajak seluruh masyarakat agar selalu waspada dan rutin
memeriksaan diri ke pusat kesehatan.

JUDUL LAPORAN
Kelas Ibu Hamil
LATAR BELAKANG
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur kehamilan antara 4
minggu sampai dengan 36 minggu ( menjelang persalinan ) dengan jumlah peserta maksimal
10 orang. Tujuan kelas ibu hamil adalah meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan
perilaku ibu agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama
kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, persalinan, perawatan nifas, KB pasca
persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos / kepercayaan / adat istiadat setempat, penyakit
menular seksual dan akte kelahiran. Adapun keuntungan kelas ibu hamil adalah materi
diberikan secara menyeluruh dan terencana, penyampaian materi lebih komprehensif karena
ada persiapan petugas sebelum penyajian materi, dapat mendatangkan tenaga ahli untuk
memberikan penjelasan mengenai topik tertentu, waktu pembahasan materi menjadi efektif
karena pola penyajian materi terstruktur dengan baik, ada interaksi antar petugas kesehatan
dengan ibu hamil pada saat pembahasan materi dilaksanakan. Dilaksanakan secara berkala
dan berkesinambungan, dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam
memberikan penyajian materi sehingga dapat meningkatkan kualitas sistem pembelajaran.
Sasaran peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4 sampai 36
minggu karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat. Jumlah peserta kelas ibu
hamil maksimal 10 orang setiap kelas, jika diperlukan suami/ keluarga diikut sertakan.
Tujuan dari pelaksanaan kelas ibu yaitu, meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan
perilaku ibu tentang kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta tumbuh kembang balita yg
optimal, sehingga output yang didapatkan pada akhir sesi yaitu, peserta  mampu melakukan
pengelolaan Kelas Ibu, baik Kelas Ibu Hamil maupun Kelas Ibu Balita dalam upaya
meningkatkan pemanfaatan Buku KIA. Konsep yang diberikan pada  kelas ibu ini adalah,
Menggunakan Buku KIA sebagai referensi utama, Pendekatan belajar orang dewasa, metode
partisipatif interaktif disertai praktek melalui tanya-jawab, peragaan-praktek (posisi
menyusui, membuat menu bergizi, stimulasi perkembangan), curah pendapat, penugasan dan
simulasi PHBS, dsb.  
PERMASALAHAN
Kurangnya pengetahuan mengenai kehamilan
Kurangnya kepedulian mengenai kesehatan kehamilan
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Melakukan pendekatan pada ibu hamil dengan membentuk kelompok-kelompok dan
melakukan diskusi seputar kehamilan. Konsep yang diberikan pada 
kelas ibu ini adalah, Menggunakan Buku KIA sebagai referensi utama, Pendekatan belajar
orang dewasa, metode partisipatif interaktif disertai praktek melalui tanya-jawab, peragaan-
praktek (posisi menyusui, membuat menu bergizi, stimulasi perkembangan), curah pendapat,
penugasan dan simulasi PHBS)
PELAKSANAAN
Membentuk kelompok yang nantinya akan membahas mengenai kegiatan bagi ibu hamil,
berdiskusi & tukar pengalaman utk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang
kehamilan, persalinan, perawatan nifas & perawatan bayi baru lahir melalui praktek dengan
menggunakan Buku KIA yg difasilitasi petugas kesehatan
MONITORING DAN EVALUASI
Ibu hamil mau secara rutin memeriksakan kehamilan dan memahami masalah kehamilan
serta dapat melakukan posisi menyusui, membuat menu bergizi, stimulasi perkembangan.
peningkatan jumlah ibu hamil yang memiliki Buku KIA,  ibu yang datang pada K4, 
ibu/keluarga yang telah memiliki perencanaan persalinan
F4 perbaikan Gizi Masyarakat
JUDUL LAPORAN
Evaluasi Status Gizi
LATAR BELAKANG
Masalah gizi yang menjadi perhatian utama dunia saat ini adalah anak balita pendek
(stunting). Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi balita stunting sebesar 37,4%
artinya 3-4 diantara 10 balita di Indonesia mengalami stunting. Anak balita stunting tidak
disebabkan oleh keturunan tetapi umumnya oleh kekurangan gizi dan atau mengalami sakit
dalam waktu yang relatif lama, terutama pada usia seribu hari pertama kehidupan. Secara
umum stunting terutama pada seribu hari pertama kehidupan dapat menyebabkan daya tahan
tubuh rendah, kecerdasan rendah, dan produktivitas rendah ketika dewasa. Untuk mengatasi
stunting perlu dilakukan perbaikan gizi sejak janin dalam kandungan, pemberian ASI
eksklusif sampai usia 6 bulan, dan pemberian MP-ASI yang tepat mulai usia 6 bulan.
Sehingga dengan demikian sangat penting untuk memberikan makanan tambahan pada balita.
PERMASALAHAN
1. Makin meningkatnya angka balita pendek (stunting)
2. Makin meningkatnya angka balita berat badan kurang, kurus, dan sangat kurus.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
- Menentukan kategori balita BGM, kurus, dan sangat kurus.
- Memberi pengetahuan pentingnya pemberian makanan tambahan untuk balita usia 6-59
bulan
PELAKSANAAN
Mengukur berat badan balita
Menentukan balita tersebut termasuk kategori BGM, kurus, sangat kurus, atau gemuk.
Memberikan biskuit makanan tambahan untuk balita usia 6-59 bulan dengan kategori kurus
MONITORING DAN EVALUASI
Evaluasi berat badan balita disetiap bulannya
JUDUL LAPORAN
Memberikan Makanan Tambahan pada Ibu Hamil
LATAR BELAKANG
Masalah gizi kurang pada ibu hamil masih merupakan fokus perhatian, masalah tersebut
antara lain anemia dan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK). Status kesehatan di Indonesia
belum menggembirakan ditandai dengan Angka Kematian Ibu, Kematian Neonatal, Bayi dan
Balita masih sulit ditekan.
Ibu hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak
hamil. Hal ini disebabkan oleh selain untuk ibu zat gizi dibutuhkan bagi janin. Di Indonesia
masih banyak ibu yang saat hamil mempunyai status gizi kurang. Hal ini disebabkan oleh
asupan makanan selama kehamilan tidak mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri dan
bayinya.
Salah satu kekurangan zat gizi pada ibu hamil adalah Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu
hamil dengan masalah gizi berdampak terhadap kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta
kualitas bayi yang dilahirkan. Kondisi ibu hamil KEK, berisiko menurunkan kekuatan otot
yang membantu proses persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya partus lama dan
perdarahan pasca salin, bahkan kematian ibu.
PERMASALAHAN
- gizi kurang pada ibu hamil
- anemia
- ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK).
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada ibu hamil KEK di. Bentuk Makanan
Tambahan berupa biskuit lapis sandwich yang diberikan per hari 100 gram selama 90 hari
dan dilakukan observasi sampai ibu hamil dengan status gizi KEK tersebut mengalami
pemulihan.
PELAKSANAAN
Melakukan pengukuran berat badan dan lingkar lengan pada ibu hamil. Membagikan biskuit
lapis sandwich. Kandungan gizi makanan tambahan ibu hamil biskuit lapis sandwich dalam
100 gram adalah Energi total 500 kkal dan Protein 15 gr. Dibanding biskuit tanpa lapis
sandwich kadungan protein pada biskuit lapis sandwich lebih tinggi sehingga dapat
memenuhi tingkat kecukupan protein ibu hamil.
MONITORING DAN EVALUASI
Evaluasi berat badan ibu hamil disetiap bulannya
JUDUL LAPORAN
Cara Penyimpanan ASI
LATAR BELAKANG
ASI dapat diartikan sebagai makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan zat gizi yang
cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik.
ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (kolostrum) sangat baik untuk
kesehatan karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit. ASI berfungsi memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan kemungkinan serangan penyakit.
ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak
dan perkembangan sistem saraf. Dianjurkan setiap ibu hanya memberikan ASI (eksklusif)
sampai bayi berumur 6 bulan.
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan,
dan perkembangannya. ASI memberikan semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan
oleh bayi selama 6 bulan pertama setelah kelahirannya. Pemberian ASI eksklusif dapat
mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan berbagai penyakit yang menimpanya
serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran.
Aktivitas menyusui bayi seringkali menemui berbagai kendala. Salah satu faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah ibu yang bekerja di luar rumah, sehingga
tidak dapat memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Faktor ini terkait
kurangnya pengetahuan ibu. Sesungguhnya, ibu yang bekerja tetap bisa memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan. Bahkan, ibu yang bekerja tidak memerlukan
tambahan waktu setelah memperoleh cuti hamil 3 bulan. Ibu yang bekerja dapat memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya dengan cara memeras ASI, dan memberikannya kepada bayi
saat ibu bekerja.
Pekerjaan seringkali menjadi alasan yang membuat seorang ibu berhenti menyusui.
Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyusui bayi sebelum ibu bekerja dan
menyimpan ASI di lemari pendingin kemudian dapat diberikan pada bayi saat ibu bekerja
Rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi
mengakibatkan program pemberian ASI eksklusif tidak berlangsung secara optimal.
Rendahnya tingkat pemahaman tentang pemberian ASI eksklusif dikarenakan kurangnya
informasi atau pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus nutrisi dan
manfaat yang terkandung dalam ASI.
PERMASALAHAN
Rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi
Rendahnya tingkat pemahaman tentang pemberian ASI eksklusif
Banyaknya ibu yang beralasan karena bekerja sehingga tidak dapat memberikan ASI kepada
bayinya
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Diadakannya penyuluhan mengenai cara penyimpanan ASI
 ASI perah tahan hingga 6 jam jika ditaruh pada suhu ruangan sekitar 25 derajat
Celcius.
 ASI perah tahan hingga 24 jam, saat disimpan dalam kotak pendingin yang ditambah
kantung es (ice pack).
 ASI perah tahan sampai 5 hari, ketika ditaruh pada kulkas bagian lemari pendingin
dengan suhu minimal 4 derajat Celcius.
 ASI perah tahan hingga 6 bulan apabila disimpan di dalam freezer dengan suhu -18
derajat Celcius atau lebih rendah lagi.

PELAKSANAAN
Penyuluhan materi cara penyimpanan ASI yang tepat. Dilaksanakan di posyandu anak untuk
meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara menyimpan ASI. Penyuluhan secara dua
arah dan tanya jawab.
MONITORING DAN EVALUASI
Penyuluhan tentang cara menyimpan ASI dapat diterima dengan baik oleh para ibu yang
mempunyai balita. Saat dilakukan sesi tanya jawab, 80% ibu dapat menjawab dengan benar
pertanyaan yang diberikan.
F5 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENY MENULAR & TDK MENUAR
JUDUL LAPORAN
Penyuluhan Leptospirosis pada Acara Kerja Bakti di Kelurahan Lingkas Ujung
LATAR BELAKANG
Leptospirosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Insidensi
pada negara beriklim hangat lebih tinggi dari negara yang beriklim sedang, kondisi ini
disebabkan masa hidup leptospira yang lebih panjang dalam lingkungan yang hangat dan
kondisi lembab. Kebanyakan negara-negara tropis merupakan negara berkembang, dimana
terdapat kesempatan lebih besar pada manusia untuk terpapar dengan hewan yang terinfeksi.
Penyakit ini bersifat musiman, di daerah yang beriklim sedang masa puncak insidens
dijumpai pada musim panas dan musim gugur karena temperatur adalah faktor yang
mempengaruhi kelangsungan hidup leptospira, sedangkan di daerah tropis insidens tertinggi
terjadi selama musim hujan (Depkes, 2008).
Menurut International Leptospirosis Society (ILS) Indonesia merupakan negara
insiden leptospirosis peringkat 3 di bawah Cina dan India untuk mortalitas. CFR mencapai
2,5%-16,45 % atau rata-rata 7,1%. Angka ini dapat mencapai 56 % pada penderita berusia 50
tahun ke atas. Penderita leptospirosis yang disertai selaput mata berwarna kuning (kerusakan
jaringan hati), risiko kematian akan lebih tinggi. Cina dan India merupakan daerah dengan
angka kematian antara 3% - 54% tergantung dari sistem organ yang terinfeksi. Menurut
laporan yang tersedia, insiden penyakit leptospirosis berkisar 0,1-1 per 100.000 penduduk per
tahun beriklim sedang, untuk 10- 100 per 100.000 penduduk di daerah tropis lembab. Selama
Kejadian Luar 3 Biasa (KLB) insiden penyakit leptospirosis mencapai lebih dari 100 per
100.000 penduduk pertahun (WHO, 2003).

PERMASALAHAN
Menurut penelitian yang dilakukan, 90 persen tikus yang ada di Tarakan ini
mengandung kuman leptospirosis. Penyebaran kuman dari leptospirosis ini
berbahaya. Dari Januari hingga Agustus 2019, 6 orang (terinfeksi) dan yang
meninggal 3 orang. Ada. Gejala yang ditularkan dari bakteri tersebut juga tak
berbeda jauh dengan penyakit ringan yang banyak diderita pasien. Mulai dari sakit
badan, panas, sakit kepala. Gejala khasnya adalah sakit otot tulang sendi yang
paling dominan berada di otot-otot kaki dan mata merah, tapi bukan sakit mata.
Untuk meminimalisir penyebaran kuman dari tikus tersebut, perlu dilakukan
koordinasi, mulai dari camat hingga RT. Melalui kegiatan sadar lingkungan sehat
dengan kerja bakti sebulan 2 kali. Jadi kerja bakti itu juga untuk menekan tikus dari
lingkungan yang bersih. Karena jika lingkungan sudah bersih, tikus tersebut tidak
akan bermukim, dan otomatis pertumbuhan tikus ini bisa kita kendalikan dan
penyebaran penyakit juga berkurang.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Risiko manusia terinfeksi tergantung pada paparan terhadap faktor risiko. Beberapa manusia
memiliki risiko tinggi terpapar Leptospirosis karena pekerjaannya, lingkungan dimana
mereka tinggal atau gaya hidup. Kelompok pekerjaan utama yang berisiko yaitu petani atau
pekerja perkebunan, petugas pet shop, peternak, petugas pembersih, saluran air, pekerja
pemotongan hewan, pengolah daging, dan militer. Kelompok lain yang memiliki risiko tinggi
terinfeksi Leptospirosis yaitu bencana alam seperti banjir dan peningkatan jumlah manusia
yang melakukan olahraga rekreasi air. Manusia dapat terinfeksi Leptospirosis karena kontak
secara lansung atau tidak langsung dengan urin hewan yang terinfeksi Leptospira.

PELAKSANAAN
Memberikan materi penyuluhan tentang penyakit leptospirosis dan pencegahannya kepada
warga, setelah acara kerja bakti di kelurahan lingkas ujung, serta dilakukan diskusi secara dua
arah serta tanya jawab.
MONITORING DAN EVALUASI
Menurunnya kasus leptospirosis di cakupan wilayah kerja Puskesmas Gunung Lingkas

JUDUL LAPORAN
Penyuluhan Gastritis dan GERD pada Lansia setelah Senam Sehat
LATAR BELAKANG

Saat ini khususnya di Indonesia dua penyakit ini menjadi penyakit pada saluran cerna bagian
atas yang paling sering terjadi. GERD dan Gastritis merupakan penyakit yang memiliki
penyebab yang sama namun mempunyai pengertian yang berbeda.
GERD merupakan kejadian ketika Asam Lambung yang meningkat mengalir kembali ke
Esophagus atau kerongkongan, yang dapat mengiritasi lapisan kerongkongan. Tanda dan
gejala penyakit Gastroesophageal Reflux, atau GERD, termasuk naiknya Asam Lambung dan
sakit maag dan mungkin juga termasuk nyeri seperti terbakar pada dada dan kesulitan
menelan.

Gastritis melibatkan sekelompok kondisi yang menyebabkan peradangan pada lapisan


lambung. Gejala Gastritis mirip dengan gejala GERD di mana ada rasa sakit terbakar
atau gangguan pencernaan.

Jadi, GERD merupakan penyakit yang berhubungan dengan iritasi di Esofagus atau
kerongkongan, sementara Gastritis berhubungan dengan iritasi di lambung.
Gejala Gastritis termasuk makan sedikit tapi cepat merasa kenyang, mual, bersendawa,
kembung, dan / atau kurang nafsu makan. Keadaan Gastritis dapat memburuk sampai
menyebabkan ulkus atau luka pada lambung yang memiliki gejala tambahan seperti tinja
hitam atau muntah.

PERMASALAHAN
Banyak penyebab GERD sama dengan penyebab Gastritis termasuk penggunaan jangka
panjang NSAID (obat inflamasi non steroid) untuk menghilangkan nyeri, merokok, dan
konsumsi alkohol yang berlebihan. Di sisi lain, Gastritis juga dapat disebabkan oleh infeksi H
Pylori dan dapat terjadi jangka pendek setelah penyakit virus.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Pemberian KIE mengenai pengobatan dan pencegahan kedua penyakit tersebut.

Pengobatan GERD dan Gastritis meliputi banyak hal. Yang utama dan terpenting
adalah perubahan gaya hidup

 Obesitas dan kelebihan berat badan meningkatkan GERD dan Gastritis. Penurunan


berat badan dapat mengurangi gejala GERD dan gastritis
 Berhenti kebiasaan merokok
 Hindari mengkonsumsi minuman beralkohol
 Pasien dianjurkan untuk makan dalam porsi kecil namun lebih sering. Makanan
terakhir hari harus diambil minimal 4 jam sebelum tidur. Berbaring atau tidur setelah dapat
memperburuk gejala GERD
 Hindari makanan dan minuman yang memicu Asam Lambung seperti, kopi, cokelat,
tomat, makanan berlemak, asam atau pedas
 Hindari pakaian ketat terutama di sekitar perut
 Meninggikan ujung kepala saat tidur dengan menggunakan dua bantal akan
membantu untuk mengurangi gejala GERD
 Hindari penggunaan obat-obat yang dapat meningkatkan risiko GERD dan Gastritis,
seperti: Nitrat, Anti-Kolinergik, Antidepresan Tricyclic, NSAID (Ibuprofen, Asam
Mefenamat, dsb), Kalium Garam dan Bosphosphonates seperti Alendronate.

PELAKSANAAN
Memberikan materi penyuluhan tentang penyakit gastritis dan GERD dan pencegahannya
kepada para lansia setelah senam pada hari Jumat, serta dilakukan diskusi secara dua arah
serta tanya jawab.
MONITORING DAN EVALUASI
Menurunnya angka kunjungan berobat karena GERD dan gastritis di Balai
Pengobatan Puskesmas Gunung Lingkas.

JUDUL LAPORAN
Penyuluhan Pencegahan Hipertensi pada Lansia
LATAR BELAKANG
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat.
Untuk itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan
Pencegahan primer yaitu kegiatan untuk menghentikan atau mengurangi faktor
risiko Hipertensi sebelum penyakit hipertensi terjadi, melalui promosi kesehatan
seperti diet yang sehat dengan cara makan cukup sayur-buah, rendah garam dan
lemak, rajin melakukan aktivitas dan tidak merokok. Puskesmas juga perlu
melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditujukan pada kegiatan deteksi dini
untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka dapat dilakukan
pengobatan secara dini. Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya
mempertahankan kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui
tindak lanjut dini dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur
agar tekanan darah dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti
penyakit ginjal kronik, stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi
hal yang utama agar kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat
terkendali dengan baik. Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi
terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas
hidup dan memperpanjang lama ketahanan hidup.
PERMASALAHAN
Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di Indonesia cukup tinggi. Akibat
yang ditimbulkannya sudah barang tentu menjadi masalah kesehatan masyarakat
dan segera mendapat perhatian dari Direktoran Pengendalian Penyakit Tidak
menular. Hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh
terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Seringkali, mereka yang
mengidap hipertensi tidak menunjukkan gejala, sehingga baru disadari bila telah
menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung atau stroke. Tidak
jarang hipertensi ditemukan secara tidak sengaja pada waktu pemeriksaan
kesehatan rutin atau datang dengan keluhan lain. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat
belum terdiagnosis. Hal ini terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia
18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%,
dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan
hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Itu berarti 76% kasus hipertensi di
masyarakat belum terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa
mereka menderita hipertensi.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Menjelaskan gejala dan tanda dari penyakit hipertensi serta cara
mencegahnya, termasuk Deteksi Sederhana hipertensi.
Cara untuk mendeteksi atau menegakkan diagnosis penyakit hipertensi, sangat
sederhana yaitu dengan mengukur tekanan darah menggunakan tensimeter.
Hipertensi ditegakkan bila tekanan darah ? 140/90 mmHg. Pengobatan atau
penatalaksanaan hipertensi membutuhkan waktu lama, seumur hidup dan harus
terus menerus. Jika modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke
tingkat yang diinginkan, maka harus diberikan obat. Sarana dan prasarana untuk
diagnosis dan mengobati hipertensi, termasuk mendeteksi kemungkinan terjadi
kerusakan organ target atau komplikasi pada dasarnya sudah tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan.
PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan sebagai rangkaian kegiatan prolanis, yang dilakukan setelah selesai
senam di hari Jumat.
MONITORING DAN EVALUASI
Kegiatan monitoring mencakup kegiatan minimal yaitu hanya memantau masalah
konsumsi sayur/buah dan lemak, aktivitas fisik, indeks massa tubuh (IMT), dan
tekanan darah, yang biasanya dipantau melalui posbindu ptm.
JUDUL LAPORAN
POSBINDU PTM
LATAR BELAKANG
Posbindu PTM  merupakan  wujud peran serta masyarakat dlm kegiatan deteksi
dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor resiko Penyakit Tidak Menular secara mandiri
dan berkesinambungan. Posbindu PTM menjadi salah satu bentuk upaya kesehatan
masyarakat (UKM) yang selanjutnya berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM)
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak terdeteksi karena tidak
bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan dalam tahap lanjut sehingga sulit disembuhkan
dan berakhir dengan kecacatan atau kematian dini. Keadaan ini menimbulkan beban pembiayaan yang
besar bagi penderita, keluarga dan negara.PTM ini dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko,
yaitu merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat, dan konsumsi alkohol. Peningkatan
kesadaran, dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat penting dalam pengendalian
PTM. Sehingga diperlukan pemberdayaan dan peran serta masyarakat yang dikenal dengan Pos
Pembinaan Terpadu (POSBINDU) PTM. Pelaksanaan POSBINDU PTM memerlukan pedoman
sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan maupun pengelola program di berbagai tingkatan
administrasi untuk memfasilitasi terselenggaranya POSBINDU PTM di masyarakat.
Tujuan
1. Deteksi faktor risiko ptm oleh masyarakat sedini mungkin terutama pada lansia;
2. Terselenggaranya penanganan faktor risiko ptm oleh masy sesegera mungkin;
3. Terselenggaranya kegiatan pemantauan FR PTM oleh masy sebaik mungkin;

PERMASALAHAN
Insiden dan prevalensi PTM diperkirakanterjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21. Ini
merupakan tantangan utama masalah kesehatan di masa yang akan datang. Pada tahun 2020 PTM
diperkirakan akan menyebabkan 73% kematian dan 60% seluruh kesakitan di dunia.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Kegiatan Utama Posbindu PTM Lansia
1. Deteksi dini factor risiko dan monitoring
2. Konseling dan rujukan
3. Aktifitas bersama ( senam, dll)
PELAKSANAAN
Kegiatan dilakukan satu kali setiap bulan dengan pemeriksaan BB, tekanan darah, gula darah,
kolesterol, dan asam urat.
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring obesitas, hipertensi, hiperglikemia, hiperkolesterol, konseling diet, stop merokok,
dan aktifitas fisik
F6 Upaya pengobatan
JUDUL LAPORAN
Upaya Pengobatan Dasar Hipertensi
LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah mengalami peningkatan yang memberikan
gejala berlanjut pada suatu organ target di tubuh. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan yang
lebih berat, misalnya stroke (terjadi pada otak dan menyebabkan kematian yang cukup
tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi kerusakan pembuluh darah jantung), dan hipertrofi
ventrikel kiri (terjadi pada otot jantung). Hipertensi juga dapat menyebabkan penyakit gagal
ginjal, penyakit pembuluh lain dan penyakit lainnya.
Sedangkan angka penderita Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti yang
dilansir oleh The Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia
menderita Hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun
2025 nanti sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia yang menderita hipertensi. Pada saat
ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini, hipertensi
berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovaskuler.
Penyakit ini dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai the
killer disease karena penderita tidak mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi. Penderita
datang berobat setelah timbul kelainan organ akibat Hipertensi. Hipertensi juga dikenal
sebagai heterogeneouse group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai
kelompok umur, sosial dan ekonomi. Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat
urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat
meningkatkan angka kesakitan hipertensi.
PERMASALAHAN
- Tingginya angka hipertensi
- Jarang kontrol tekanan darah
- Hanya berobah jika ada keluhan
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Terapi Farmakologis:
Pemberian obat anti hipertensi, seperti amlodipin atau captopril
Terapi Non-farmakologis:
Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi,
hanya terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
c. Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur
d. Berhenti merokok
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Pengobatan puskesmas Gunung Lingkas dengan melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pengecekan tekanan darah, kemudian memberikan edukasi dan obat untuk pasien
MONITORING DAN EVALUASI
Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sudah
berkurang atau belum. Memeriksa tekanan darah pasien. Ditanyakan apakah obat masih ada
atau tidak. Jika tekanan darah masih belum memenuhi sasaran setelah beberapa kali
pengobatan dan modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi dari hipertensi,
maka pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis.
JUDUL LAPORAN
Upaya Pengobatan Dasar Diabetus Militus
LATAR BELAKANG
Salah satu jenis penyakit metabolik yang selalu mengalami peningkatan penderita setiap
tahun di negara-negara seluruh dunia. Diabetes merupakan serangkaian gangguan metabolik
menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin, sehingga menyebabkan
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif, akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah.
Terdapat dua jenis penyakit diabetes mellitus, yaitu Diabetes mellitus tipe I (insulin-
dependent diabetes mellitus) dan diabetes mellitus tipe II (noninsulin-dependent diabetes
mellitus). Diabetes mellitus tipe I yaitu dicirikan dengan hilangnya sel penghasil insulin pada
pulau-pulau langhernas pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes
mellitus tipe II,
terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk merespon dengan wajar terhadap aktivitas insulin
yang dihasilkan pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang
normal dalam darah. Diabetes mellitus tipe II lebih banyak ditemukan dan meliputi 90% dari
semua kasus diabetes di seluruh dunia
Menurut WHO tahun 2011, diabetes mellitus termasuk penyakit yang paling banyak diderita
oleh penduduk di seluruh dunia dan merupakan urutan e empat dari prioritas penelitian
nasional untuk penyakit degeneratif. Prevalensi Diabetes Mellitus pada populasi dewasa di
seluruh dunia diperkirakan akan meningkat sebesar 35% dalam dua dasawarsa dan
menjangkit 300 juta orang dewasa pada tahun 2025. Bagian terbesar peningkatan angka
pravalensi ini akan terjadi di negara-negara berkembang.
PERMASALAHAN
- Tingginya angka Diabetus Militus
- Jarang kontrol
- Banyak pasien yang berobat setelah mengalami komplikasi
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Terapi Farmakologis:
Pemberian obat anti diabetus, seperti Metformin, glimepirid
Terapi Non-farmakologis:
Untuk mencegah terjadinya komplikasi dari diabetes mellitus, diperlukan pengontrolan yang
terapeutik dan teratur melalui perubahan gaya hidup pasien DM yang tepat, tegas dan
permanen. Pengontrolan diabetes mellitus diantaranya adalah pembatasan diet, peningkatan
aktivitas fisik, regimen pengobatan yang tepat, kontrol medis teratur dan pengontrolan
metabolik secara teratur melalui pemeriksaan laboratorium.
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Pengobatan puskesmas Gunung Lingkas dengan melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pengecekan kadar gula darah, kemudian memberikan edukasi dan obat untuk pasien
MONITORING DAN EVALUASI
Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sudah
berkurang atau belum. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Jika tekanan darah
masih belum memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan dan modifikasi gaya hidup
yang tepat atau ditemukan komplikasi, maka pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis.
JUDUL LAPORAN
Upaya Pengobatan Dasar Asam Urat
LATAR BELAKANG
Penyakit gout adalah suatu penyakit yang di tandai suatu serangan mendadak dan
berulang dari arthritis dan terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium
urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam
darah (hiperurisemia).
Gout pun penyakit dimana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara
berlebihan, baik akibat produksi yang meningkat, pembuangannya melalui ginjal yang
menurun, atau akibat peningkatan asupan makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan
tubuh sangat jenuh akan asam urat karena kadarnya yang tinggi. Gout ditandai dengan
serangan berulang dari arthritis (peradangan sendi) yang akut, kadang-kadang disertai
pembentukan kristal natrium urat besar yang dinamakan tophus, deformitas (kerusakan) sendi
secara kronis, dan cedera pada ginjal.
Gout dibagi menjadi bentuk primer dan sekunder. Gout primer adalah kasus gout di
mana penyebabnya tidak diketahui atau akibat kelainan proses metabolisme dalam tubuh
yang terjadi pada pria dan wanita pascamenopause (10:1) dengan prevalensi di inggris
sebesar 3/1000. Hiperurisemia yang terjadi bersifat familial dan riwayat gout di keluarga di
temukan 30% kasus. Gout sekunder adalah kasus di mana penyebabnya dapat diketahui. Gout
sangat terkait dengan obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus.
Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar asam urat
adalah alkohol, ikan hearing, telur, dan jeroan, dan jeroan merupakan sumber senyawa sangat
potensial. Konsumsi jeroan memperberat kerja enzim hipoksantin untuk mengolah purin.
Akibatnya banyak sisa asam urat di dalam darahnya, yang berbentuk butiran dan mengumpul
di sekitar sendi sehingga menimbulkan rasa sangat sakit. Asam urat merupakan hasil
metabolisme di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebih.
PERMASALAHAN
Persepsi masyarakat jika keluhan nyeri sendi atau sendi yang bengkak itu berarti asam
urat. Untuk memastikannya perlu pemeriksaan laboratorium. Yang dimana apabila
mencurigai gout di harapkan pada pemeriksaan lab di temukan Asam urat serum meningkat,
leukositosis, LED meningkat. Dan juga memerlukan pemeriksaan radiologi dan aspirat cairan
sendi untuk bisa menegakan diagnosis pada pasien yang di curigain gout.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Terapi Non-farmakologi
1. Diet makanan yang mengandung purin tinggi secara berlebihan..
2. Banyak minum air putih.
Konsumsi air putih dapat membantu pengeluaran asam urat dengan meningkatnya
volume ekskresi urin. Disamping itu cara ini juga dapat membantu pencegahan
timbulnya batu ginjal.
Terapi farmakologis, NSAID, allopurinol
PELAKSANAAN
Kegiatan ini dilaksanakan di Balai Pengobatan puskesmas Gunung Lingkas dengan melakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pengecekan kadar asam urat darah, kemudian memberikan edukasi dan obat untuk
pasien
MONITORING DAN EVALUASI
Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sudah
berkurang atau belum. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Jika masih belum
memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan dan modifikasi gaya hidup yang tepat
atau ditemukan komplikasi, maka pasien perlu dirujuk ke dokter spesialis.

Anda mungkin juga menyukai