Anda di halaman 1dari 5

NAMA : YULITA KARTIKA SARI S.

KM

INSTANSI : RSUD CILILIN

PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL ANGKATAN 1

ETIKA BATUK

Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated Infection


(HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di dunia, termasuk
Indonesia. Dalam forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global health
Security Agenda (GHSA) penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa
HAIs yang ditimbulkan berdampak secara langsung sebagai beban ekonomi negara. Infeksi
Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated Infections) yang selanjutnya
disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak ada infeksi dan tidak
dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul setelah pasien
pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga kesehatan terkait
proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan (Kemenkes, 2017).
HAIs merupakan masalah penting diseluruh dunia. Infeksi ini terus meningkat dari 1
% di beberapa negara Eropa dan Amerika, sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin
dan Afrika. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan
dan kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah HAIs. Infeksi ini menyebabkan 1,4
juta kematian setiap hari diseluruh dunia (Permadi, 2015)
Healthcare Infection Control Pranctices Advisory Committe (HICPAC) pada tahun
2007 merekomendasikan 11 (sebelas) komponen utama yang harus dilaksanakan dan
dipatuhi dalam kewaspadaan standar, yaitu kebersihan tangan, Alat Pelindung Diri (APD),
dekontaminasi peralatan perawatan pasien, kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan pasien, hygiene
respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman dan praktik lumbal fungsi
yang aman.
Batuk sebenarnya merupakan reflek fisiologis yang dengan kata lain refleks ini
melindungi tubuh dari benda-benda asing yang masuk ke saluran napas seperti debu.
Namun batuk juga disebabkan oleh penyakit yang menyerang pada bagian respirasi atau
pernapasan seperti penyakit Tuberculosis, asma, pneumonia, ISPA, dan penyakit respirasi
lainya. Batuk juga dapat mengeluarkan droplet dan menyebabkan penyebaran infesksi
(Sembiring, 2016).
Etika batuk sebaiknya memang dilakukan kapapun, sekalipun Anda dalam keadaan
sehat. Sementara, orang yang sakit sangat diwajibkan untuk menerapkan etika batuk ini.
Upaya mencegah penyebaran penyakit yang paling umum diketahui adalah dengan menutup
mulut dan hidung dengan tangan saat bersin dan batuk. Menghalangi droplet tersebar luas
dengan cara menutup mulut dan hidung memang tepat. Namun, menggunakan telapak
tangan pun Anda tetap bisa menyebarkan patogen lewat sentuhan. Namun etika batuk lebih
dari sekadar menutup mulut dan hidung, terdapat beberapa langkah lainnya yang juga perlu
diikuti.
1. Menutup hidung dan mulut dengan tisu
a. Jika Anda hendak batuk, etika yang tepat adalah segera mengambil tisu untuk menutupi
mulut dan hidung Anda.
b. Langsung buang segera tisu yang digunakan ke tempat sampah, sebelum tisu tersebut
disentuh atau bahkan digunakan oleh orang lain.
c. Batuk itu sendiri merupakan refleks yang terkadang sulit dikontrol. Ada kalanya Anda
mau batuk tapi tidak sempat mengambil tisu untuk menutup mulut dan hidung.
d. Maka batuklah pada bagian dalam lengan atas Anda, jangan pada telapak tangan.
e. Bagian lengan atas merupakan bagian yang jarang berkontak dengan benda (gagang
pintu, alat makan, atau telepon) atau melakukan sentuhan fisik seperti saat berjabat
tangan dengan orang lain.
2. Menjaga jarak dengan orang lain
Ketika batuk, jangan lupa untuk memalingkan wajah Anda menjauhi orang-orang
yang ada di sekitar. Etika batuk seperti ini dilakukan untuk memastikan tidak ada cipratan
droplet yang mengenai tubuh atau wajah orang lain. Bergerak menjauhi orang lain juga
penting sebab menurut dr. Frank Esper dari Cleveland Clinic, kuman penyakit yang
dikeluarkan saat batuk bisa terlontar sejauh 1-2 meter.
3. Mencuci tangan menggunakan sabun

Ingatlah untuk selalu mencuci tangan setelah batuk. Sebagian besar penyakit
pernapasan berbahaya disebarkan karena dari sentuhan tangan yang terkontaminasi
patogen ke bagian wajah. Etika mencuci tangan dengan benar adalah dengan
menggunakan sabun dan air mengalir. Cairan pembersih lain seperti sanitizer juga bisa
digunakan asalkan mengandung alkohol dengan kosentrasi 60-95 persen. Selama mencuci
tangan, pastikan Anda membersihkan seluruh bagian telapak tangan, termasuk
menggosok sela-sela jari. Lakukanlah selama 20 detik sehingga memastikan pelindung
tubuh patogen benar-benar hancur oleh air sehingga ia tidak bisa lagi aktif menginfeksi
tubuh. Dalam etika batuk, membersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir lebih
efektif karena dengan batuan aliran air kuman bisa langsung terlepas dari permukaan
tangan.

4. Menggunakan masker saat sakit


Terakhir, gunakan masker jika Anda merasa sakit dan batuk terus-menerus.
Penggunaan masker juga sebaiknya digunakan dengan tepat. Ganti masker secara berkala
atau cuci dengan sabun yang mengandung disinfektan jika menggunakan bahan masker
yang bisa dipergunakan ulang. Hindari menggunakan masker yang sudah kotor dan
lembab karena justru dapat menjadi lingkungan yang kondusif untuk kuman penyakit
berkembang biak. Meskipun sudah menggunakan masker, cobalah untuk tetap
menjauhkan diri dari orang lain saat Anda batuk sehingga tidak menyebarkan kuman.
Etika batuk yang dilakukan saat merasa sakit

Setiap langkah etika batuk sebaiknya diterapkan ketika batuk di mana pun, terutama
di tempat atau fasilitas umum yang dipadati orang. Begitupun saat Anda sendirian karena
droplet tetap bisa berpindah melalui udara atau menempel di permukaan benda. Jika batuk
yang Anda alami memang merupakan gejala penyakit menular, ada baiknya Anda beristirahat
di rumah dan menghindari tempat ramai seperti kantor, pasar, dan sekolah bila
memungkinkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kontak fisik dan menjaga jarak dengan
orang lain sehingga mencegah penularan kuman penyakit. Selain itu, akan lebih baik jika
Anda juga mengenali gejala-gejala lain dari penyakit penyebab batuk secara umum. Dilansir
dari Mayo Clinic, penyakit seperti pilek dan flu bisa menyebabkan munculnya gangguan
kesehatan lain yang muncul bersamaan dengan batuk, seperti:

 Demam

 Tenggorokan kering

 Nyeri tubuh terutama pada sendi dan otot

 Sesak napas

 Hidung berair dan tersumbat

 Sakit kepala
 Kelelahan atau badan lemas

 Diare dan muntah-muntah

Batuk yang disebabkan oleh pilek atau flu biasanya akan berhenti dalam waktu kurang
dari seminggu, bahkan bisa lebih cepat jika Anda melakukan perawatan sederhana untuk
meredakan batuk. Misalnya, dengan memperbanyak konsumsi cairan, istirahat, dan minum
obat batuk. Ada rangkaian obat batuk yang aktif redakan beragam batuk berdasarkan
gejalanya. Sesuaikan obat batuk dengan masalah batuk Anda, apakah itu batuk berdahak,
tidak berdahak, batuk dan demam, ataupun batuk tidak berdahak yang disebabkan alergi.
Segera minum obat batuk untuk tuntaskan gejala batuk yang cocok, agar Anda dapat kembali
berkomunikasi dengan lancar dan menjalani kegiatan lebih optimal. Namun, jika Anda batuk
secara menerus selama lebih dari 2 minggu walaupun sudah minum obat batuk, Anda perlu
menemui dokter secepatnya. Dokter akan merekomendasikan obat batuk yang tepat dengan
jenis batuk yang Anda alami. Namun berhati-hatilah, gejala batuk seperti ini dapat mengarah
pada kondisi batuk kronis yang menjadi penanda adanya masalah pernapasan yang lebih
serius. Nasreen (2010) mengatakam Pandemi (H1N1) menyebar dengan cepat ke seluruh
wilayah dunia selama tahun 2009, yang mempengaruhi lebih dari 208 negara dan wilayah
atau komunitas luar negeri. Sedikitnya 12.220 kematian dilaporkan ke WHO pada tahun 2009
karena virus menyebar dengan penyebaran yang cepat melalui droplet. Kebersihan
pernapasan/etika batuk dan bersin diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi
dengan jenis transmisi airborne ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) yang
dapat menyebarkan kuman. Etika batuk untuk mencegah tersebarnya virus dan mencegah
infeksi harus menutup hidung dan mulut dengan tisu atau sapu tangan atau lengan atas. Tisu
dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan. (WHO, 2007 dalam
Kemenkes, 2017).

Masa pandemi covid-19 tidak bisa dikendalikan secara cepat sehingga membutuhkan
penatalaksanaan yang begitu tepat baik dari pemerintah maupun masyarakat. Salah satu
pencegahan untuk memutus penularan covid19 yang dihimbau oleh pemerintah adalah tetap
tinggal dirumah mencuci tangan dan memakai masker karena efek droplet yang ditimbulkan
oleh percikan ludah penderitanya. Untuk itu di perlukan penyuluhan Kesehatan yang
berkaitan etika batuk ini bertujuan agar masyarakat lebih memahami tentang pentingnya etika
batuk.

Anda mungkin juga menyukai