1. Latar Belakang
1). Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
c. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit
d. Kepmenkes No 364/Menkes/SK/V/2009 tanggal 13 Mei 2009 tentang Pedoman
Nasional Penanggulangan TB
e. SK Menkes RI Nomor 13/2013 tentang Pedoman Manajemen Terpadu
Pengendalian TB Resistan Obat
f. Surat Edaran Dirjen Bina Pelayanan Medik No. YM.02.08/III/673/07 tentang
penatalaksaan TB di Rumah Sakit
g. SK Menkes No.1278/Menkes/SK/XII/2009 tentang Kolaborasi TB-HIV
h. Permenkes No.67 tahun 2016 tentang Penanggulangan TB
Salah satu kunci dari strategi DOTS adalah menemukan dan menyembuhkan
pasien TB hingga tuntas. Strategi ini akan memutuskan rantai penularan TB dan
menurunkan insiden TB di masyarakat. Untuk melaksanakan strategi ini diperlukan
komitmen politis di level pengambil keputusan dalam bentuk dukungan kebijakan
maupun dukungan pembiayaan program TB. Sehingga komitmen politis merupakan
komponen penting yang menunjang terlaksananya komponen lain dalam Strategi
DOTS seperti pemeriksaan mikroskopis, adanya laboratorium yang berkualitas,
jaminan ketersediaan obat, pengawasan pengobatan dan pencatatan serta
pelaporan.
Insiden Penyakit TB di dunia tahun 2015, diperkirakan ada 10,4 juta baru (insiden)
kasus TB di seluruh dunia. 5,9 Juta kasus adalah laki laki ( 56%), 3,5 juta kasus(34%)
adalah wanita dan 1 juta (10%) kasus TB opada anak. Estimasi kasus TB HIV sekitar
1,2 juta (11%) dari semua kasus TB. Enam negara menyumbang 60% dari kasus baru:
India, Indonesia, Cina, Nigeria, Pakistan dan Selatan Afrika.(Global TB
Report,2016). Profil Kesehatan Indonesia menyatakan pada tahun 2016 ditemukan
sebanyak 330.910 kasus baru BTA positif, Provinsi NTB berada pada rangking ke 18
dengan angka penemuan 74 % (BTA+), Angka Notifikasi kasus 112 dan angka
kesembuhan 81 % ( Sembuh 74,3% dan Pengobatan Lengkap 6,8 %. (Kementerian
Kesehatan RI, 2016).
Di tingkat provinsi NTB, Kabupaten Sumbawa Barat berada di urutan ke-3 dengan
angka penemuan kasus 46,7% tertinggi setelah Bima dan Kota Bima. Jumlah
penemuan Kasus TB di KSB tahun 2015 ditemukan 134 kasus TB BTA Positif, 12
Kasus BTA (-) Rontgent Positif, 6 kasus Extra Paru dan 4 Kasus TB Anak. Tahun
2016 di temukan kasus 178 kasus dengan Angka penemuan 57,6 % dan menjadi
urutan yang pertama dalam penemuan kasus. Angka Penemuan Kasus di kabupaten
Sumbawa Barat belum mencapai target nasional yaitu 80 %.
Rendahnya angka penemuan kasus TB dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
diantaranya adalah sistem surveillance yang belum kuat, kemampuan mendiagnosa
penyakit TB yang kurang disertai kurangnya akses ke pelayanan kesehatan (WHO,
2011). Tahun 2005 oleh Global stop TB partnership strategi DOTS tersebut diperluas
menjadi Strategi Stop TB, yaitu: 1) Mencapai, mengoptimalkan dan
mempertahankan mutu DOTS, 2) Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan
tantangan lainnya, 3) Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan, 4)
Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, 5)
Memberdayakan pasien dan masyarakat, 6) Melaksanakan dan mengembangkan
penelitian (Kemenkes RI, 2014).
Menimbang hal tersebut maka pengendalian TB memerlukan upaya terpadu dan
sistematis untuk mendorong terjadinya dukungan dari berbagai aspek baik melalui
advokasi kebijakan publik, strategi komunikasi untuk perubahan perilaku serta
mobilasi kekuatan elemen sosial kemasyarakatan. Upaya tersebut dikenal sebagai
AKMS (Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial) TB. AKMS TB adalah suatu
kerangka kerja atau tindakan intervensi dalam mendukung program Pengendalian
TB dan terkait erat dengan strategi Pengendalian TB. Secara operasional AKMS
TB merupakan rangkaian kegiatan advokasi, komunikasi dan mobilisasi sosial yang
dirancang secara sistematis dan dinamis dalam mendukung keberhasilan program
Pengendalian TB.
2. Tujuan
1). Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sikap serta perilaku masyarakat tentang TB,
memberikan layanan yang berkualitas dan menyetarakan hak pada setiap orang
termasuk pasien TB-HIV, TB-MDR serta populasi khusus agar dapat mendorong
peningkatan penemuan kasus TB sedini mungkin, menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat TB serta menekan dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan.
3. METODE
1) Ceramah
2) Tanya Jawab
5. PESERTA
Peserta sosialisasi dan advokasi 35 orang terdiri dari :
a. Bupati : 1 Orang
b. Anggota DPRD Kab .Sumbawa Barat Komisi I : 1 Orang
c. Bappeda : 1 Orang
d. Kadikes Kab.Sumbawa Barat : 1 Orang
e. Biro Kesra : 1 Orang
f. Dinas Sosial : 1 Orang
g. RSUD : 1 Orang
h. Ketua TP.PKK Kab.Sumbawa Barat : 1 Orang
i. KPAD Kab. Sumbawa Barat : 1 Orang
j. Camat se KSB : 8 Orang
k. Kabid Kesmas Dikes Kab.Sumbawa Barat : 1 Orang
l. Kabid Penunjang dan Pelayanan Kesehatan : 1 Orang
m. Kepala Puskesmas se KSB : 9 Orang
n. IFK : 1 Orang
o. Pengelola program TB : 1 Orang
p. Pengelola program HIV : 1 Orang
q. Narasumber Provinsi : 2 Orang
r. Narasumber kabupaten : 1 Orang
s. Panitia : 1 Orang
6. METODOLOGI
Metode yang digunakan selama proses Evaluasi antara lain sebagai berikut:
1) Presentasingkat dan tanya jawab
2) Curah pendapat untuk penjajagan pengetahuan dan pengalaman peserta terkait materi
yang diberikan
3) Penyusunan rencana tindak lanjut.
7. BIAYA
Biaya penyelenggaraan dibebankan kepada GF Komponen AIDS Kabupaten Sumbawa
Barat 2017.
8. HASIL KEGIATAN
a. Metode Kegiatan
Kegiatan berupa pelatihan yang dilaksanakan dalam bentuk pemaparan materi, diskusi dan
tanya jawab seperti dalam tabel berikut:
No Waktu Acara Narasumber
1 07.30-08.00 Registrasi peserta Panitia
2 08.00-08.15 Pembukaan MC
3 08.15-08.30 Laporan Ketua Panitia Ketua panitia/Kasie
4 08.30-09.00 Sambutan Ka.Dinas Kesehatan Kadikes
5 09.00-09.30 Sambutan Bupati Kab.Sumbawa Barat Sekda KSB
6 09.30-10.00 Coffe break Panitia
7 10.00-11.00 Materi 1 Dr. I Ketut Artastra,
MPH
8 11.00-12.00 Materi 2 Dr.I Wayan Agus SpPD
9 12.00-13.00 Ishoma Panitia
10 13.00-14.00 Materi 3 H.M.Yusfi Khalid,
SKM
11 14.00-15.00 Diskusi dan Tanya Jawab Panitia
12 15.00-15.15 Istirahat Panitia
13 15.30-15.45 RTL
14 15.45-16.00 Penyelesaian administrasi Panitia
15 Penutup Kadikes
1. Pembiayaan Program TB
Adanya dukungan dari para pemangku kepentingan (stakeholder)
terkait di daerah untuk Pengendalian TB.
2. Pengetahuan Sikap dan Perilaku TB
Peningkatan pemahaman masyarakat tentang pencegahan dan pencarian
pengobatan TB.
Peningkatan akses dan informasi masyarakat tentang TB
Peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal dari petugas kesehatan
Peningkatan status PS menjadi PPM harus sesuai standar
Kolaborasi (lintas program) Pemeriksaan TB pada pasien HIV, DM, BUMIL
(ANC Terpadu)
Melaksanakan/penguatan Surveilans TB, TB HIV dengan melakukan penemuan
Pasif, Intensif, Aktif dan masif dengan pendekataan keluarga dan masyarakat
3. Peran Masyarakat dan pasien TB
Untuk meningkatkan penemuan kesembuhan dengan menggunakan strategi komunikasi
diharapkan dapat menciptakan: a. Dukungan positif dari masyarakat terhadap persepsi
bahwa TB bukan penyakit keturunan atau kena guna-guna.
b. Dukungan keluarga sebagai Pengawas Menelan Obat bagi pasien TB agar berobat
sampai tuntas. c. Adanya dukungan positif masyarakat terhadap perilaku pencegahan
penularan TB. d. Adanya kampanye STOP TB
o Dengan salah satu bentuk kegiatan Peningkatan penemuan kasus melalui kegiatan
ketuk Pintu dengan melibatkan lintas program dan lintas sektoral di masing-masing
wilayah
o Meningkatkan kerja sama LSM termasuk yang terlibat dalam program HIV/AIDS
yang belum dilibatkan dalam program TB
o Meningkatkan kerjasama antar lintas program, lintas sektor, institusi
pemerintah lainnya (misal TNI/Polri), dan tempat kerja (workplace) serta
mitra terkait dalam Pengendalian TB.
o Melibatkan kelompok khusus seperti pesantren dalam progam TB
c. Kesimpulan.
SULASTRI, SKM
Nip.19771010 20012 2002