DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS TARAMAN
JL. Raya Taraman Kec.Semendawai Suku III Kab.Ogan Komering Ulu Timur
Email : puskesmastaraman@gmail.com Web : uptdpuskesmastaraman.com / facebook : Uptd Puskesmas Taraman, telp. 081541151116
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM TB PARU DI PUSKESMAS TARAMAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum
C. Ruang Lingkup
2. Target Program
1. Penemuan kasus baru 100%
2. Pemeriksaan Suspek 100%
3. Konversi 90%
4. Angka kesembuahan 100%
5. Case Notifikation Rate (CNR) 90%
E. Sumber Daya
2. Pemanfaatan Teknologi
- Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan Kader atau sasaran
- Memanfaatkan Komputer dengan program SITT 10, 03 untuk sistim pelaporan
H. Penutup
Demikian Pedoman pelayanan program TB Paru ini dibuat sebagai pedoman/acuan
dalam pelaksanaan pelayanan program TB Paru di puskesmas TARAMAN.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS LENEK
A. Latar belakang
Ganguan jiwa dan perilaku, menurut The World Health Report 2001, dialami kira-kira 25% dari seluruh
penduduk pada suatu masa dari hidupnya dan lebih dari 40% diantaranya didiagnosis secara tidak tepat sehingga
menghabiskan biaya untuk pemeriksaan laboratorium dan pengobatan yang tidak tepat. Ganguan jiwa dan perilaku
dialami pada suatu ketika oelh kira-kira 10% pupulasi orang dewasa.Dalam laporan itu dikutip juga penelitian yang
menemukan bahwa 24% dari pasien yang mengunjungi dokter pada pelayanan kesehatan dasar ternyata mengalami
ganguan jiwa.Enam puluh Sembilan persen (69%) dari pasien tersebut datang dengan keluhan-keluhan fisik dan banyak
diantaranya ternyata tidak ditemukan gangguan fisiknya.
Indonesia telah menghadapi berbagai traspormasi dan transisi di berbagai bidang yang mengakibatkan
terjadinya perubahan gaya hidup, pola perilaku dan tata nilau kehidupuan. Dalam bidang kesehatan terjadi transisi di
berbagai bidang yang mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup, pola perilaku dan tatanilai kehidupan. Dalam
bidang kesehatan terjadi transisi epidemiologis di masyarakat dari kelompok penyakit menular ke kelopok penyakit
tidak menular termasuk berbagai jenis ganguan akibat perilaku manusia dan ganguan jiwa.
Masalah kesehatan jiwa juga menimbuklkan dampak social antara lain angka kekerasan, criminalitas, bunuh diri,
penganiyayan anak, perceraian, kenakalan remaja, penyalah gunaan zat, HIV/AIDS, perjudian, pengangutan dll. Oelh
karena itu masalah kesehatan jiwa perlu ditangani secara serius
Dari hasil surfei kesehatan rumah tangga (SKRT Tahun 1965) yang dilakukan oeleh Balitbang Departemen
Kesehatan RI dengan menggunakan rancangan sampel dari susenas BPS terdapat 65.664 Rumah tangga menunjukkan
bahwa Vrepalensi ganguan jiwa per 1000 anggota rumah tangga adalah sbb:
Ganguan mental Emosional (15 Tahun atau lebih): 140/1000
Ganguan Mental Emosional (5-14 Tahun) 104/1000
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan
yang sehat, bebas dari ketakutan, tekana, dan ganguan jiwa lain yang dapat menggangu kesehatan jiwa.
2. Tujuan Khusu :
a. Meningkatkan penemuan kasus orang dengan masalah kejiwaan secara dini di masyarakat.
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang ganguan jiwa
c. Mengurangi angka kejadian ganguan jiwa berat (ODGJ) di masyarakat melalui penemuan kasus
secara dini
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus ganguan jiwa
e. Membentuk patisipan aktif ( Toam, Toga, Kader) untuk mendukung penemuan kasus
C. Ruang Lingkup
2. Target Program
1. Kasus Pasung 0,01%
2. Sasaran kasus jiwa 70%
3. Target penemuan 1,2%
E. Sumber Daya
KIA : bertanggung jawab terhadap Ibu Hamil dengan resiko Psikotik pospartum
Camat : membuat kebijakan yang terkait dengan program Kesehatan Jiwa sebagai upaya
peningkatan status kesehatan di wilayahnya. Menjamin tersedianya dana Desa untuk
kegiatan pelayanan Kesehatan Jiwa, Desa Siaga Sehat Jiwa melalui ADD. Melakukan
pembinaan pada desa-desa yang bermasalah di bidang kesehatan, berdasarkan hail
minilokakarya lintas sectoral atau laporan langsung dari puskesmas.
Desa : Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan rutin di Desa seperti Kesehatan Jiwa,
pemeriksaan kontak serumah dan pelacakan kasus jiwa. Menyediakan sarana dan
prasarana termasuk kesiapan Kader di Desa,.
PKK : Betanggung jawab terhadap peningkatan kapasitas Kader dalam membantu memberikan
pelayanan dan melakukan pembinaan pada keluarga resiko tinggi ganguan jiwa
2. Pemanfaatan Teknologi
- Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan Kader atau sasaran
- Memanfaatkan Komputer dengan program Kesehatan Jiwa untuk sistim pelaporan
H. Penutup
Demikian Pedoman pelayanan program Kesehatan Jiwa ini dibuat sebagai pedoman/acuan dalam pelaksanaan
pelayanan program Kesehatan Jiwa di puskesmas Lenek.
JALALUDIN SAYUTI,SKM,MPH
NIP. 19751231 199803 1 013
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PROGRAM P2 KUSTA DI PUSKESMAS LENEK
A. PENDAHULUAN
Penyakit kusta adalah penyakit kronik (menular menahun) yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium leprae yang pertama kali menyerang susunan saraf tepi, selanjutnya menyerang
kulit, mukosa (mulut), saluran pernapasan bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot,
tulang dan testis.
Penyakit kusta jarang sekali ditemukan pada bayi. Angka kejadian penyakit kusta meningkat sesuai
umur dengan puncak kejadian pada umur 10-20 tahun (Depkes RI, 2006). Penyakit kusta dapat
mengenai semua umur dan terbanyak terjadi pada umur 15-29 tahun. Serangan pertama kali pada
usia di atas 70 tahun sangat jarang terjadi.
Kejadian penyakit kusta pada laki-laki lebih banyak terjadi dari pada wanita, kecuali di Afrika, wanita
lebih banyak terkena penyakit kusta dari pada laki-laki (Depkes RI, 2006). Menurut
Louhennpessy dalam Buletin Penelitian Kesehatan (2007) bahwa perbandingan penyakit kusta
pada penderita laki-laki dan perempuan adalah 2,3 : 1,0, artinya penderita kusta pada laki-laki 2,3
kali lebih banyak dibandingkan penderita kusta pada perempuan. Menurut Noor dalam Buletin
Penelitian Kesehatan (2007) penderita pria lebih tinggi dari wanita dengan perbandingannya
sekitar 2 : 1.
Penderita penyakit kusta menimbulkan gejala yang jelas pada stadium lanjut dan cukup didiagnosis
dengan pemeriksaan fisik tanpa pemeriksaan bakteriologi. Ada 3 tanda – tanda utama yang dapat
menetapkan diagnosis penyakit kusta yaitu: Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa, penebalan saraf
tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf, dan adanya bakteri tahan asam di dalam kerokan
jaringan kulit. Pemeriksaan kerokan hanya dilakukan pada kasus yang meragukan. Apabila
ditemukan pada seseorang salah satu tanda - tanda utama seperti diatas maka orang tersebut
dinyatakan menderita kusta (Depkes, 2006).
Di Puskesmas/ Rumah sakit, penderita akan mendapatkan terapi anti kusta Multi Drug Therapy
(MDT) agar tidak menjadi sumber penularan, selain menghindari kemungkinan cacat menjadi
besar.
1. Bercak/kelainan kulit yang merah atau putih di bagian tubuh, kulit mengkilap, bercak yang tidak gatal.
2. Adanya bagian-bagian tubuh yang tidak berkeringat atau tidak berambut, lepuh tidak nyeri.
3. Tanda-tanda pada saraf adalah sebagai berikut: rasa kesemutan, tertusuk-tusuk dan nyeri pada anggota
badan atau muka, gangguan gerak anggota badan atau bagian muka, adanya cacat, dan luka yang
tidak mau sembuh (Depkes RI, 2006).
D. PENCEGAHAN PRIMER
a. Penyuluhan kesehatan
Pencegahan primer dilakukan pada kelompok orang sehat yang belum terkena penyakit kusta dan memiliki
resiko tertular karena berada disekitar atau dekat dengan penderita seperti keluarga penderita dan
tetangga penderita, yaitu dengan memberikan penyuluhan tentang kusta. Penyuluhan yang
diberikan petugas kesehatan tentang penyakit kusta adalah proses peningkatan pengetahuan,
kemauan dan kemampuan masyarakat yang belum menderita sakit sehingga dapat memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatannya dari penyakit kusta. Sasaran penyuluhan penyakit
kusta adalah keluarga penderita, tetangga penderita dan masyarakat (Depkes RI, 2006)
1. Tujuan umum
Menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas hidup yang baik terhindar dari penyakit menular
terutama penyakit kusta,
2. Tujuan Khusu :
2. Target Program
CDR Kusta 100%
J. Sumber Daya
-Kesling : mencegah penyakit Kusta yang berbasis lingkungan khususnya pada masyarakat
Camat : membuat kebijakan yang terkait dengan program P2 Kusta sebagai upaya peningkatan
status kesehatan di wilayahnya. Menjamin tersedianya dana Desa untuk kegiatan
pelayanan P2 Kusta, Desa Siaga Sehat Jiwa melalui ADD. Melakukan pembinaan pada
desa-desa yang bermasalah di bidang kesehatan, berdasarkan hail minilokakarya lintas
sectoral atau laporan langsung dari puskesmas.
Desa : Menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan rutin di Desa seperti pemeriksaan kontak
serumah dan pelacakan kasus kusta. Menyediakan sarana dan prasarana termasuk
kesiapan Kader di Desa,.
PKK : Betanggung jawab terhadap peningkatan kapasitas Kader dalam membantu memberikan
pelayanan dan melakukan pembinaan pada keluarga resiko tinggi penyakit kusta
L. Metode dan tehnik yang digunakan
2. Pemanfaatan Teknologi
- Media komunikasi HP untuk melakukan komunikasi dengan Kader atau sasaran
- Memanfaatkan Komputer dengan program P2 Kusta untuk sistim pelaporan
H. Penutup
Demikian Pedoman pelayanan program P2 Kusta ini dibuat sebagai pedoman/acuan dalam pelaksanaan
pelayanan program Kesehatan Jiwa di puskesmas Lenek.
JALALUDIN SAYUTI,SKM,MPH
NIP. 19751231 199803 1 013